Anda di halaman 1dari 12

Bioremediasi Praktikum ke : 8

Kelas/Klmpk : A
Hari/Tgl : Sabtu, 18 November 2014
Waktu : 08.00-12.00 WIB
Dosen : Ir. Dominikus Dodit Hadijoyo

JENIS – JENIS TANAMAN UNTUK FITOREMEDIASI

1. Ageng Noviatama J3M112104


2. Rofiqoh Eliyana J3M112105
3. Fitriana Haediningrum J3M112106

PROGRAM KEAHLIAN
TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas dan pembagunan pada sektor industri semakin meningkat tiap
tahunnya, dan dalam perkembangan industri di Negara berkembang seperti
Indonesia, sektor ini menjadi sektor penting dalam meningkatkan kesejahteraan
dan ekonomi masyarakatnya. Namun lain halnya dengan kesejahteraan di
bidang ekonomi, kesejahteraan di bidang kesehatan lingkungan semakin
menurun sehingga terjadinya penurunan kualitas kesehetan dan semakin
tingginya tingkat pencemaran yang dihasilkan. Peningkatan pembangunan
industri sangat erat kaitannya dengan peningkatan permasalahan terhadap
kelestarian lingkungan dalam bentuk bahan pencemar. Bahan pencemar yang
dihasilkan oleh kegiatan industri salah satunya logam berat.
Penggunaan logam berat dan senyawa organik secara intensif di dalam
industri telah menimbulkan kontaminasi baik di tanah maupun perairan
(Mangkoediharjo, 2005). Konsentrasi logam berat yang tinggi di dalam tanah
dapat masuk ke dalam rantai makanan dan berpengaruh buruk pada organisme.
Di sekitar Palmerton Amerika Serikat, kadar Cd setinggi 10 mg/kg ditemukan di
dalam ginjal tikus, sedangkan kadar Cd di dalam ginjal dan hati rusa adalah 5
kali lebih tinggi daripada yang ditemukan di tubuh rusa yang hidup di daerah
180 km dari daerah ini (Storm, et al., 1994). Demikian pula ditemukan, bahwa
kadar seng yang tinggi di tanah bekas penambangan logam mengakibatkan
reduksi produksi kedelai hingga 40% (Pierzynski dan Schwab, 1993) .Dalam dua
dekade terakhir upaya kegiatan pemulihan lingkungan melalui pendekatan
secara biologis berbasis tumbuhan atau dikenal dengan istilah bioremediasi
mendapat perhatian dari pemerintah (Kementrian Lingkungan Hidup,2003)
Tindakan pemulihan atau remediasi mulai dilakukan oleh perusahaan –
perusahaan tambang yang memiliki tingkat pencemaran tinggi terhadap
kesuburan tanah. Tindakan ini dilakukan untuk mengembalikan keadaan tanah
seperti semula atau dalam keadaan aman. Salah satu, metode yang dilakukan
adalah metode Fitoremediasi. Metode ini mengunakan media tanaman sebagai
penyerap, pendegradasi maupun pengimbolisasian bahan pencemar, baik itu
logam berat maupun senyawa organik maupun anorganik.

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menguraikan mengenai peranan tumbuhan
dalam pengendalian dan pemulihan pencemaran, dengan menitikberatkan
perhatian pada logam berat.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Istilah fitoremediasi berasal dari kata Inggris phytoremediation. Kata ini
sendiri tersusun atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani
phyton yaitu tumbuhan dan remediation yanmg berasal dari kata Latin
remedium yang berarti menyembuhkan. Fitoremediasi berarti juga
menyelesaikan masalaH dengan cara memperbaiki kesalahan atau kekurangan
(Anonimous, 1999). Dengan demikian fitoremediasi adalah pemanfaatan
tumbuhan, mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi bahan
pencemar, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam-logam
berat dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator
(Udiharto, 1992).
Konsep pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi
tanah terkontaminasi bahan pencemar adalah pengembangan terbaru dalam
teknik pengolahan limbah. Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah
organik maupun anorganik juga unsur logam (As,Cd,Cr,Hg,Pb,Zn,Ni dan Cu)
dalam bentuk padat, cair dan gas (Salt et al., 1998).
Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menahan substansi toksik
dengan cara biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritive
organik yang dilakukan pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan
dimetabolisme atau diimobolisasi melalui sejumlah proses termasuk reaksi
oksidasi, reduksi dan hidrolisa enzimatis. Mekanisme fisiologi fitoremediasi
dibagi menjadi (Salt et al., 1998) :
1. Fitoekstraksi : pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi bahan pencemaruntuk
memindahkan logam berat atau senyawa organik dari tanah dengancara
mengakumuylasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen.
2. Fitodegradasi : pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme
untukmendegradasi senyawa organik.
3. Rhizofiltrasi : pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap bahanpencemar,
terutama logam berat, dari air dan aliran limbah.
4. Fitostabilisasi : pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi bahan pencemar
dalam lingkungan.
5. Fitovolatilisasi : pemanfaatan tumbuhan untuk menguapkan bahan pencemar,
atau pemanfaatan tumbuhan untuk memindahkan bahan pencemar dari udara.
Menurut Corseuil & Moreno (2000), mekanisme tumbuhan dalam
menghadapi bahan pencemar beracun adalah :
1. Penghindaran (escape) fenologis. Apabila pengaruh yang terjadi
padatanaman musiman, tanaman dapat menyelesaikan siklus hidupnya
padamusim yang cocok.
2. Ekslusi, yaitu tanaman dapat mengenal ion yang bersifat toksik
danmencegah penyerapan sehingga tidak mengalami keracunan.
3. Penanggulangan (ameliorasi). Tanaman mengabsorpsi ion tersebut,
tetap berusaha meminimumkan
III. PEMBAHASAN
Berbagai jenis tanaman memiliki peranan dalam mengdalikan dan memulihkan
pencemaran baik di tanah, udara dan air. Jenis – jenis tumbuhan Phytoremediasi
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Poplar (Populus deltoides)
Menurut Coleman et.al 1993 Pohon
poplar adalah jenis tumbuhan yang dapat
hidup pada 25oC hingga 30oC dan pohon asli
endemik dari Amerika Utara. Pohon ini
mendapat perhatian khusus karena
perakarannya yang dalam dan
kemampuannya mendegradasi berbagai zat
organik contohnya adalah pemecahan
senyawa kontaminan pestisida, klorinat,
hidrokarbon (Schnoor et al., 1995). Contoh
lainnya adalah penanaman 4 barisan poplar
hibrida (8 m lebarnya dengan 10.000 Gambar 1. Pohon Poplar
tanaman/ha) untuk melindungi sungai dari Sumber:
http://plants.bachmanslandscaping.com/C
pencemaran yang datang dari ladang ontent/Images/Photos/F788-03.jpg
pertanian di sekitarnya. Hasilnya terjadi
penurunan kadar nitrat dari 50-100 ppm menjadi <5 ppm. Pada skala pilot,
terbukti pula poplar mampu mereduksi atrazin sebesar 10-20%.
2. Kiambang (Pistia Stratiotes)
Menurut penelitian Dewi 2013, Kiambang merupakan salah satu jenis
tanaman air yang menjadi agen tumbuhan penyerap orthofosfat pada detergen
melalui mekanisme fitoremediasi. Menurut hasil penelitian efektivitas
penyerapan orthofosfat ditunjukkan pada perlakuan fitoremediasi kiambang
dengan nilai penyerapan sebesar 0,02 mg/L atau sebesar 15,38% dari
konsesntrasi awal orhofosfat sebesar 0,13 mg/L.

Gambar 2. Kiambang (Pistia Stratiotes)


Sumber: wikipedia
3. Bunga Matahari (Heliantus Anuus, Less)
Bunga matahari merupakan tanaman yang masuk ke dalam suku
compositae (asteraceae), sebuah suku yang mempunyai jenis sangat banyak
Tanaman ini pernah berhasil digunakan dalam proses fitoremediasi badan air
yang tercemar radionuklida akibat kecelakaan Chernobyl.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Thajaja, dkk 2007 disimpulkan
bahwa tanaman bunga matahari mampu menyerap dan mengakumulasi
Radiosesium (kebanyakan berupa 134Cs dan
137Cs). 134Cs merupakan salah satu bahan
radioaktif yang dapat terlepas ke lingkungan
dalam jumlah relatif besar serta mempunyai
dampak yang merugikan bagi lingkungan dan
manusia. Besarnya konsentrasi 134Cs dalam
tanah tidak berpengaruh secara umum terhadap
pertumbuhan tanaman.

Gambar 3. Bunga Matahari (Heliantus


anuus)
4. Kangkung (Ipome reptans)
Salah satu cara untuk memulihkan
lingkungan tanah dari suatu kontaminan logam
berat adalah dengan menggunakan tanaman, yaitu
dengan cara menanam tanaman yang mampu
menyerap logam berat dari dalam tanah. Metode
ini dikenal dengan nama fitoremediasi. (Smith
dkk, 1997 dalam Bayu, 2010). Seregeg dalam
Kohar, 2005 telah melakukan penelitian terhadap
kemampuan beberapa tanaman untuk menyerap Gambar 4. Kangkung (Ipome
logam berat dari air yang tercemar. Kangkung retratus)
termasuk salah satu tanaman yang mudah menyerap logam berat dari media
tumbuhnya. Padahal kangkung banyak dikonsumsi dan sering dijumpai
tumbuh/ditanam di tanah-tanah kosong di sekitar daerah sungai dengan pengairan
yang berasal dari sungai tersebut (Kohar dkk, 2005).
Menurut Haruna, dkk 2009 hasil analisis diperoleh konsentrasi logam berat
Cu tertinggi pada semua usia panen terletak pada akar, kemudian pada batang
setelah itu pada daun kangkung. Semakin lama panen kangkung, semakin besar nilai
konsentrasi logam berat yang terkandung didalamnya.

5. Anturium Merah/ Kuning: Anthurium adalah nama kelompok genus


tanaman family Araceae. Spesies Anthurium cristallinum lebih dikenal dengan
sebutan kuping gajah, karena daunnya yang besar, lebar dan hijau tua dianggap
menyerupai atau mirip dengan telinga gajah. Yang lain
dikebunkan sebagai penghasil bunga potong, terutama
spesiesAnthurium adreanum, yang daunnya berbentuk
hati, tongkolnya dikelilingi bunga-bunga kecil, kuning,
dan seludangnya merah cerah, berlilin.

Gambar 5. Antrium Merah


6. Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
Tanaman ini mudah tumbuh pada berbagai jenis tanah dan tahan
kekeringan, banyak ditemukan di pinggir-pinggir jalan, biasanya digunakan
sebagai tanaman pembatas pagar dan tanaman hias serta mudah didapatkan dan
diperbanyak (Hambali dkk, 2006). Tanaman ini juga dikembangkan sebagai
sumber arternatif bahan baku minyak nabati yaitu biodisel (Alamsyah, 2006).
Dengan demikian, pemilihan tanaman jarak pagar untuk remediasi tanah tercemar
logam berat.
Menurut Kelly dalam Surahmaidah (2008) tumbuhan dari family
Euphorbiaceae sangat baik dalam menyerap logam berat Nikel (Ni). Jarak pagar
(Jatropha curcas) dapat digunakan untuk meremediasi tanah tercemar Timbal (Pb)
dan Cadmium (Cd) dengan tingkat
konsentrasi maksimum Pb dan Cd dalam
tanah sebesar 50 mg/kg (Surahmaida,
2008). Hasil percobaan Kumar et al. (2008)
dalam penelitianya menyebutkan bahwa
Jarak pagar (Jatropha curcas) dapat
bertahan pada tanah yang terkontaminasi
logam berat Arsenik (As), Cromium (Cr)

dan Seng (Zn). Gambar 6. Tanamana Jarak Pagar

7. Bambu Air
Tumbuhan bambu air (Equisetum hyemale) termasuk anggota
genus Equisetum, familia Equisetaceae dari ordoEquisetales yang merupakan satu-
satunya anggota kelas Equisetinae atau Equisetopsida dari subfilum Sphenopsida
yang masih dapat ditemukan dalam keadaan hidup saat ini. Sehingga tumbuhan
yang termasuk genus ini disebut juga paku ekor kuda. Spesies dari genus ini
umumnya tumbuh di lingkungan yang basah seperti kolam dangkal, daerah
pinggiran sungai, atau daerah rawa. Tumbuhan ini rata-rata berukuran kecil
dengan tinggi sekitar 25 – 100 cm dan diameter batang tidak pernah lebih dari 3
cm, meskipun beberapa anggotanya yang hidup di Amerika yang beriklim tropis
ada yang bisa tumbuh mencapai 6 hingga 8 m (contohnya adalah Equisetum
giganteum dan Equisetum myriochaetum). Anggota dari genus ini dapat dijumpai
di seluruh dunia kecuali Antartika.

8. Jenis tumbuhan hipertoleran serta kandungan sianida dan timbal


Sifat hipertoleran terhadap logam berat adalah kunci karakteristik yang
mengindikasikan sifat hiperakumulator suatu tumbuhan. Suatu tumbuhan
dapat disebut hiperakumulator apabila memiliki karakter-karakter sebagai berikut:
(i) Tumbuhan memiliki tingkat laju penyerapan unsur dari tanah yang lebih tinggi
dibanding tanaman lainnya, (ii) Tumbuhan dapat mentoleransi unsur dalam tingkat
yang tinggi padajaringan akar dan tajuknya, dan (iii)nTumbuhan memiliki laju
translokasi logam berat dari akar ke tajuk yang tinggi sehingga akumulasinya pada
tajuk lebih tinggi dari pada akar (Brown et al, 1995). Berikut merupakan tanaman
yang mampu toleran di lahan tailing:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman azolla merupakan tanaman
yang paling toleran terhadap lahan
tailing. Selain itu, Sudah banyak hasil
penelitian yang membuktikan
keberhasilan penggunaan tumbuhan
untuk remediasi dan tidak sedikit
tumbuhan yang dibuktikan sebagai
hiperakumulator adalah species yang

berasal dari daerah tropis. Species Gambar 7. Tanaman Azolla


tersebut diantaranya Thlaspi calaminare
untuk seng (Zn), T. caerulescens untuk kadmium (Cd), Aeolanthus biformifolius
untuk tembaga (Cu), Phylanthus serpentinus untuk nikel (Ni), Haumaniastrum
robertii untuk kobalt (Co) Astragalus racemosus untuk selesium (Se), dan Alyxia
rubricaulis untuk mangan (Mn) (Li, et. al., 2000dalam Wise et. al., 2000). Selain
itu Brachiaria mutica untukair raksa (Hg) (Kartawinata, 2002, komunikasi
pribadi).

IV. KESIMPULAN
Tanaman yang dapat digunakan sebagi Fitoremediasi diantaranya
adalah Poplar (Populus deltoides), Kiambang (Pistia Stratiotes), Bunga Matahari
(Heliantus Anuus, Less), Kangkung (Ipome reptans), Anturium Merah/ Kuning,
Jarak Pagar (Jatropha curcas L)dan Bambu Air. Setiap tanaman memiliki
kemampuan yang berbeda dalam memulihkan pencemaran.

V. DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Pengelolaan limbah minyak bumi secara


biologi. Badan Pengendali Dampak Lingkungan, Jakarta
Khan, A.G., C. Kuek., Chaudrhry., C.S. Khoo & W.J. Hayes. 2000. Role of Plant,
Mycorrhizae andPhytochelator in Heavy Metal Contaminated Land
Remediation. Chemosphere 41:197 –207.
Juhaeti, Titik, dkk. 2005 Inventarisasi Tumbuhan Potensial untuk Fito remediasi
Lahan dan Air Terdegradasi Penambangan Emas. Bogor: Pusat Penelitian
Biologi. LIPI
Mangkoedihardjo, S. 2005. Fitoteknologi dan Ekotoksikologi dalam Desain
Operasi Pengomposan Sampah, Seminar Nasional Teknologi Lingkungan
III ITS (Online), (http://www.its.ac.id/sarwoko-enviro-
Seminar%20sampah%20TL.pdf, diakses 8 Maret 2008).
Meagher Richard. Tidak Diketahui. Phytoremediasi Polutan Beracun Dan
Polutan Organik [Mata Kuliah Fakultas Teknik Remediasi Institut
Teknologi Sepuluh Nopember]. oc.its.ac.id/ ambilfile.php?idp=1821.
Diunduh pada tanggal 17 November 2014
Musfa Raty. 2013. Fitoremediasi Upaya Mengolah Air Limbah Dengan Media
Tanaman. http: //ratymusfa.blogspot.com/p/fitoremediasi-upaya-air-
limbah-dengan.html. Diakses pada tanggal 17 November 2014
Rahmaningrum, Dita. 2009. Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri
(Hg2+)Menggunakan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Dengan
Penambahan Bahan Campuran Kompos Dan Lindi Pada Media Tanam.
[skripsi]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Anda mungkin juga menyukai