Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DEMOKRASI
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT
DEMOKRASI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………………………....i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………………..7
3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………………………………………….7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan pers dalam masyarakat demokrasi, Pers adalah salah satu sarana bagi warga negara
untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat serta memiliki peranan penting dalam negara demokrasi. Pers
yang bebas dan bertanggung jawab memegang peranan penting dalam masyarakat demokratis dan
merupakan salah satu unsur bagi negara dan pemerintahan yang demokratis..Pada berbagai aspek
kehidupan di negara ini, sejatinya masyarakat memiliki hak untuk ikut serta dalam menentukan langkah
kebijakan suatu Negara. pers merupakan pilar demokrasi keempat setelah eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Peranannya perlu dijunjung kebebasan pers dalam menyampaikan informasi publik secara jujur
dan berimbang. Pers yang tidak sekedar mendukung kepentingan pemilik modal dan melanggengkan
kekuasaan politik tanpa mempertimbangkan kepentingan masyarakat yang lebih besar.
Istilah yang tepat digunakan adalah simulakrum demokrasi, yaitu kondisi yang seolah-olah
demokrasi padahal sebagai citra ia telah mengalami deviasi, distorsi, dan bahkan terputus dari realitas
yang sesungguhnya. Distorsi ini biasanya terjadi melalui citraan-citraan sistematis oleh media massa.
Demokrasi bukan lagi realitas yang sebenarnya, ia adalah kuasa dari pemilik informasi dan penguasa
opini publik.
Proses demokratisasi disebuah negara tidak hanya mengandalkan parlemen, tapi juga ada media
massa, yang mana merupakan sarana komunikasi baik pemerintah dengan rakyat, maupun rakyat
dengan rakyat. Keberadaan media massa ini, baik dalam kategori cetak maupun elektronik memiliki
cakupan yang bermacam-macam, baik dalam hal isu maupun daya jangkau sirkulasi ataupun siaran.
Akses informasi melalui media massa ini sejalan dengan asas demokrasi, dimana adanya tranformasi
secara menyeluruh dan terbuka yang mutlak bagi negara yang menganut paham demokrasi, sehingga
ada persebaran informasi yang merata. Namun, pada pelaksanaannya, banyak faktor yang menghambat
proses komunikasi ini, terutama disebabkan oleh keterbatasan media massa dalam menjangkau lokasi-
lokasi pedalaman.
Keberadaan radio komunitas adalah salah satu jawaban dari pencarian solusi akan permasalahan
penyebaran akses dan sarana komunikasi yang menjadi perkerjaan media massa umum. Pada
perkembangannya radio komunitas telah banyak membuktikan peran pentingnya di tengah persoalan
pelik akan akses informasi dan komunikasi juga dalam peran sebagai kontrol sosial dan menjalankan
empat fungsi pers lainnya.
1
1.2 Perumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian pers
2. Fungsi dan peranan pers
3. Pers yang bebas dan bertanggungjawab
4. Penyalahgunaan kebebasan pers dan dampak-dampaknya.
5. kode etik jurnalistik
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pers
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pers adalah alat cetak untuk mencetak buku/surat kabar,
alat untuk menjepit, surat kabar/majalah berisi berita dan orang yang bekerja di bidang persurat kabaran.
Pengertian menurut UU No 11 tahun 1966 tentang ketentuan-ketentuan pokok pers.
Menyatakan bahwa pers adalah lembaga kemasyarakatan alat revolusi yang mempunyai karya sebagai
salah satu media komunikasi massa yang bersifat umum.
4
2.4 Penyalahgunaan Kebebasan Pers Dan Dampak-Dampaknya
Menurut UU No.40 thn 1999 pers Indonesia memiliki kebebasan yang luas sesuai tuntutan pada
era reformasi. Beberapa dampak yang mungkin sebagai ekses dari kebebasan pers misalnya :
1. Berita bohong
2. Berita yang melanggar norma susila dan norma agama
3. Berita kriminalits dan kekerasan fisik
4. Berita, tulisan, atau gambar yang membahayakan keselamatan dan keamanan Negara dan persatuan
bangsa.
Untuk memecahkan masalah ini maka Komisi penyiaran Indonesia (KPI) menetapkan beberapa
ketentuan yang harus diperhatikan dalam memberitakan peristiwa kejahatan (kriminalits) terutamna bag
media elektronik yaitu :
1. Menyiarkan atau menayangkan gambar pelaku kejahatan melanggar etika dan hokum
2. Penayangan gambar-gambar mengerikan merugikan konsumen
3. Penayangan gambar korban kejahatan harus dengan izin korban.
Kode Etik Jurnalistik yang lahir pada 14 Maret 2006, oleh gabungan organisasi pers dan ditetapkan
sebagai Kode Etik Jurnalistik baru yang berlaku secara nasional melalui keputusan Dewan Pers No 03/
SK-DP/ III/2006 tanggal 24 Maret 2006, misalnya, sedikitnya mengandung empat asas, yaitu:
1. Asas Demokratis
Demokratis berarti berita harus disiarkan secara berimbang dan independen, selain itu, Pers
wajibmelayani hak jawab dan hak koreksi, dan pers harus mengutamakan kepentingan publik.Asas
demokratis ini juga tercermin dari pasal 11 yang mengharuskan, Wartawan Indoensia melayani hak
jawab dan hak koreksi secara proposional. Sebab, dengan adanya hak jawab dan hak koreksi ini, pers
tidak boleh menzalimi pihak manapun.Semua pihak yang terlibat harus diberikan kesempatan untuk
menyatakan pandangan dan pendapatnya, tentu secara proposional.
2. Asas Profesionalitas
Secara sederhana, pengertian asas ini adalah wartawan Indonesia harus menguasai profesinya, baik
dari segi teknis maupun filosofinya. Misalnya Pers harus membuat, menyiarkan, dan menghasilkan berita
yang akurat dan faktual. Dengan demikian, wartawan Indonesia terampil secara teknis, bersikap sesuai
norma yang berlaku, dan paham terhadap nilai-nilai filosofi profesinya.
Hal lain yang ditekankan kepada wartwan dan pers dalam asas ini adalah harus menunjukkan
identitas kepada narasumber, dilarang melakukan plagiat, tidak mencampurkan fakta dan opini, menguji
informasi yang didapat, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang , dan off the record,
serta pers harus segera mencabut, meralat dan memperbaiki berita yang tidak akurat dengan
permohonan maaf.
3. Asas Moralitas
Sebagai sebuah lembaga, media massa atau pers dapat memberikan dampak sosial yang
sangat luas terhadap tata nilai, kehidupan, dan penghidupan masyarakat luas yang mengandalkan
kepercayaan. Kode Etik Jurnalistik menyadari pentingnya sebuah moral dalam menjalankan kegiatan
profesi wartawan. Untuk itu, wartawan yang tidak dilandasi oleh moralitas tinggi, secara langsung sudah
melanggar asas Kode Etik Jurnalistik. Hal-hal yang berkaitan dengan asas moralitas antara lain wartawan
tidak menerima suap, wartawan tidak menyalahgunakan profesi, tidak merendahkan orang miskin dan
orang cacat (Jiwa maupun fisik), tidak menulis dan menyiarkan berita berdasarkan diskriminasi SARA
dan gender, tidak menyebut identitas korban kesusilaan, tidak menyebut identitas korban dan pelaku
kejahatan anak-anak, dan segera meminta maaf terhadap pembuatan dan penyiaran berita yang tidak
akurat atau keliru.
4. Asas Supremasi Hukum
Dalam hal ini, wartawan bukanlah profesi yang kebal dari hukum yang berlaku. Untuk itu, wartawan
dituntut untuk patuh dan tunduk kepada hukum yang berlaku. Dalam memberitakan sesuatu wartawan
juga diwajibkan menghormati asas praduga tak bersalah.
Teori Pers
a. Teori Pers Otoritarian
Teori pers otoritarian muncul pada masa iklim otoritarian, yaitu akhir renaisans atau
segera setelah ditemukannya mesin cetak. Dalam masyarakat seperti itu, kebenaran dianggap
bukanlah hasil dari massa rakyat, melainkan dari sekelompok kecil orang bijak yang
berkedudukan membimbing dan rnengarahkan pengikut-pengikut mereka. Jadi, kebenaran
dianggap hama diletakkan dekat dengan pusat kekuasaan.
b. Teori Pers Libertarian
Dalam teori libertarian, pers bukan instrumen pemerintah, melainkan sebuah alat untuk
menyajikan bukti dan argumen-argumen yang akan menjadi landasan bagi banyak orang untuk
mengawasi pemerintahan dan menentukan sikap terhadap kebijaksanaannya.
c. Teori Pers Tanggung Jawab Sosial
Teori ini diberlakukan sedemikian rupa oleh sebagian pers.Teori tanggung jawab sosial
mempunyai asumsi utama bahwa kebebasan mengandung suatu tanggung jawab yang sepadan.
Pers harus bertanggung jawab kepada masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsi penting
komunikasi massa dengan masyarakat modern.
d. Teori Pers Soviet Komunis
Dalam teori pers Soviet, kekuasaan itu bersifat sosial, berada pada orang-orang, sembunyi
di lembaga-lembaga sosial, dan dipancarkan dalam tindakan-tindakan masyarakat. Kekuasaan itu
mencapai puncaknya jika digabungkan dengan sumber daya alam, kemudahan produksi dan
distribusi, serta saat kekuasaan itu diorganisasi dan diarahkan
G. Kode Etik Jurnalistik
Kode artinya tanda (sign) yang secara luas diartikan sebagai bangun simbolis. Kode etik
berupa nilai-nilai dasar yang disepakati secara universal yang menjadi cita-cita setiap manusia.
Kode etik yang berkaitan dengan dunia pers adalah Kode Etik Jurnalistik.
Kode Etik Jurnalistik adalah suatu kode etik profesi yang harus dipatuhi oleh wartawan
Indonesia. Tujuan terpenting suatu Kode Etik Jurnalistik adalah melindungi hak masyarakat
memperoleh informasi objektif di media massa dan memayungi kinerja wartawan dari segala
macam risiko kekerasan.
Wartawan Indonesia menetapkan kode etik jurnalistik sebagai berikut:
a. Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independen menghasilkan berita yang akurat, berimbang
dan tidak beretikan buruk
b. Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang professional dalam melaksanakan tugas
jurnalistik.
c. Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji Informasi memberitakan secara berimbang tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi serta menerapkan asas praduga tak bersalah
d. Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul.
e. Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila
dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
f. Pasal 6
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
g. Pasal 7
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak
bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi
latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan.
Kemudia pada abad 16 diikuti negara lainnya seperti Jerma, Belanda, dan Inggris
yang mencetak majalah dan surat kabar dalam berbagai bentuk.
Perkembangan Pers di Indonesia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebebasan pers yang sedang kita nikmati sekarang memunculkan hal-hal yang sebelumnya tidak
diperkirakan. Suara-suara dari pihak pemerintah misalnya, telah menanggapinya dengan bahasanya
yana khas; kebebasana pers di ndoesia telah kebablasan! Sementara dari pihak asyarakat, muncul pula
reaksi yang lebih konkert bersifat fisik.
Barangakali, kebebasana pers di Indonesia telah mengahsilkan berbagai ekses. Dan hal itu makin
menggejala tampaknya arena iklim ebebasan tersebut tidak dengan sigap diiringi dengan kelengakapan
hukumnya. Bahwa kebebasan pers akan memunculkan kebabasan, itu sebenarnya merupakan sebuah
konsekuensi yan wajar. Yang kemudan harus diantisipasi adalah bagaimana agar kebablasan tersbeut
tidak kemudian diterima sebagai kewajaran.
3.2 Saran
Para pekerja pers dalam bekerja wajib memenuhi aspek-aspek profesionalitas. Standar
profesionalitas dalam jurnalistik.
1. Tidak memutar balikan fakta, tidak memfitnah.
2. Berimbang, adil dan jujur.
3. Mengetahui perbedaan kehidupan pribadi dan kepentingan umum.
4. Mengetahui kredibilitas narasumber.
5. Sopan dan terhormat dalam mencari berita.
6. Tidak melakukan tindak yang bersifat plagiat.
7. Meneliti semua bahan berita terlebih dahulu.
8. Memiliki tanggung jawab moral yang besar (mencabut berita yang salah)
9. Bagi pembaca makala ini kami mohon maaf jika ada kesalahan dari segi apapun, kami mohon keritik
dan saran, untuk memotifasi kami untuk kedepannya lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik – Teori dan Praktik, cet.
IV, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Internet:
http://id.wikipedia.org/wiki/kebebasan_pers
Thursday, October 05, 2011, 6:23:14 PM
[1] Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik – teori dan
praktik, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 17
[2] Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik – teori dan
praktik, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 17
[3] F Sibert, T. Peter Son, dan Wilbur Schramm, Four Theories of the Press Four, Urbana,
III. 1956
[4] William L. Rivers Wilbur Schramm dan Cilifford G. Christian S, Responsibility in mass
communication, Third edition, Harper dan Roww, publication, New York, 1980
[5] William L. Rivers Wilbur Schramm dan Cilifford G. Christian S, Responsibility in mass
communication, Third edition, Harper dan Roww, publication, New York, 1980