Anda di halaman 1dari 3

Alergi terjadi karena beberapa faktor.

Penyebab utama terjadinya alergi karena


ada paparan terhadap alergen. Faktor-faktor risiko lain yang menjadi penyebab terjadinya
alergi adalah adanya mikrobia, lama pemberian ASI, pengenalan dini pada makanan
padat, pembatasan makanan mengandung alergen pada ibu hamil dan bayi, kandungan
pre dan probiotik dalam makanan, suplemen, vitamin, makanan organik, dan gaya hidup
(merokok, lingkungan yang terpapar racun atau polusi, dan obat-obatan).

Alergi dapat dipengaruhi secara genetik. Seorang ibu yang memiliki riwayat
alergi akan mewariskan alergi kepada anaknya. Seorang anak berisiko tujuh kali lebih
mudah terkena alergi dari pada anak normal apabila memiliki orang tua atau saudara
kandung yang memiliki riwayat alergi. Persentase anak dengan alergi yang memiliki
kedua orang tua dengan riwayat alergi sebanyak 40-50%. Persentase anak dengan alergi
yang memiliki salah satu orang tua atau saudara dengan riwayat alergi sebanyak 20- 30%.

Terjadinya penyakit alergi pada anak dapat disebabkan oleh perilaku orang tua
dalam memilihkan makanan untuk anak. Penyakit alergi akan sering timbul apabila anak
diberikan bahan makanan yang diduga menjadi penyebab alergennya. Timbulnya
penyakit alergi pada anak dapat dihindari dengan cara mengeliminasi makanan pencetus
alergi.

Alergi pada anak juga dipengaruhi oleh perilaku ibu dalam memberikan ASI dan
makanan pendamping ASI. Pemberian ASI eksklusif dan penundaan pemberian makanan
padat sampai usia 6 bulan mampu menurunkan kejadian atopi dan eksema pada anak usia
1-3 tahun dan mencegah efek alergi jangka panjang pada saluran pernafasan.

Air susu ibu merupakan nutrisi terbaik untuk bayi. Selain memenuhi kebutuhan
nutrisi, ASI juga berperan dalam pembentukan kekebalan tubuh dan pencegahan penyakit
alergi. Imunoglobulin A sekretorik (sIgA) yang terdapat dalam ASI akan bertahan dalam
saluran cerna dan mencegah melekatnya alergen/ kuman patogen pada dinding saluran
cerna. Berbagai senyawa lain dalam ASI seperti laktoferin, lisozim, oligosakarida, musin,
dan interferon, memengaruhi kolonisasi mikroflora, meningkatkan maturasi mukosa usus
dan respon imun humoral, serta memodulasi sistem imun ke arah Th sehingga
mengurangi risiko kejadian alergi. Sel makrofag, limfosit, dan poli morfonuklear yang
banyak terdapat dalam kolostrum, bersama dengan sel epitel pada kelenjar payudara
memproduksi senyawa seperti transforming growth factor-alpha (TGF-alfa),
transforming growth factor-beta (TGF-ß), dan interleukin. Senyawa TGF-ß berperan
dalam pembentukan kekebalan tubuh melalui peningkatan kemampuan bayi menyintesis
sIgA sebagai respon terhadap antigen yang masuk lewat makanan.

Terdapat 2 teori tentang mekanisme ASI dalam mencegah DA, yaitu toleransi oral
dan penundaan sensitisasi dini. Berbagai antigen makanan ditemukan dalam ASI,
berkaitan dengan diet ibu. Antigen dalam jumlah kecil ini berikatan dengan antibodi
spesifik dari ASI, menimbulkan efek protektif dengan cara menginduksi reaksi yang
toleran terhadap antigen tersebut, yang disebut dengan toleransi oral. Penundaan
sensitisasi dini terjadi melalui adanya sIgA di mukosa usus bayi yang menghalangi
masuknya antigen ke mukosa, dan secara tidak langsung terjadi pada pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan.

Sejumlah penelitian ilmiah berusaha untuk membuktikan peran ASI dalam


mencegah kejadian DA, tetapi hasilnya masih kontroversi. Penelitian kohort prospektif
menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif selama minimal 4 bulan dapat mengurangi
risiko terjadinya DA dan asma sampai usia 4 tahun pertama. Efek protektif ASI terhadap
DA juga ditemukan pada beberapa penelitian lainnya. Di lain pihak, beberapa studi
melaporkan bahwa ASI tidak memengaruhi risiko terjadinya DA atau bahkan berkaitan
dengan meningkatnya risiko DA.

Kompenen alergen dan imunologi dalam ASI juga berbeda antar individu
berkaitan dengan faktor genetik dan diet ibu. Diet ibu terhadap bahan makanan
hiperalergenik (seperti susu sapi, telur, kacang, dan makanan laut) tidak diintervensi.
Kandungan sIgA, TGF-β2 dan asam lemak tidak jenuh rantai ganda dalam ASI ibu
dengan atopi lebih rendah dibandingkan ibu tanpa riwayat atopi.

Sumber:

Ghaderi R, Makhmalbat Z. Effect of breast-feeding on the development of atopic


dermatitis. Ir J Allergy Asthm Immunol 2005;4:129-32. 

IDAI

Anda mungkin juga menyukai