BIOKIMIA
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
35.2014.71.1.0955
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Istilah biokimia telah dikemukakan oleh karl neuberg, seorang ahli
kimia jerman pada tahun 1903, namun sekitar satu setengah abad
sebelumnya, yaitu pada pertengahan Abad XVII karl Wilhelm Scheele
seorang ahli kimia swedia telah melakukan penelitian mengenai susunan
kimia jaringan pada tumbuhan dan hewan.
Dengan adanya biokimia yang semakin berkembang dari zaman-
zaman, akhirnya para tenaga medis dapat melakukan penelitian
laboratorium tentang masalah-masalah yang banyak ditemukan saat ini,
yang diantaranya penelitian masalah gizi menghasilkan penemuan tentang
vitamin yang dapat mencegah seseorang terkena penyakit tertentu.
Dengan majunya pengetahuan tentang struktur dan sifat protein,
telah diketahui bahwa enzim yang merupakan biokatalis bagi reaksi yang
terjadi dalam tubuh adalah suatu protein. Selain itu perkembangan atau
kemajuan metode analisis kromatografi, penemuan antara metabolism
karbohidrat, lemak, dan protein merupakan salah satu bentuk akan
perkembangan biokimia saat ini.
Beberapa materi Praktikum yang telah diuji praktekan mulai dari uji
kualitatif karbohidrat dan protein, dan pengujian lipid dalam rangka
melengkapi materi kuliah biokimia di semester 3 ini. Yang pada umunya
bertujuan menambah ilmu dan pengetahuan mengenai penelitian-penelitian
yang sangat penting bagi kita sebagai calon-calon tenaga medis. Dan
semoga kita dapat mengamalkan semua ilmu yang kita miliki agar
bermanfaat bagi semua pihak dan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.
II. Tujuan
1. Mampu melakukan uji kualitatif karbohidrat pada suatu sampel
2. Mampu membedakan jenis karbohidrat berdasarkan uji khasnya
3. Mampu melakukan berbagai uji kualitatif protein
4. Mampu mengenal reaksi-reaksi umum asam amino penyusun protein
5. Mengetahui jenis pelarut terhadap sifat kelarutan lemak
6. Mengetahui tingkat ketidakjenuhan berbagai jenis lemak
BAB II
DASAR TEORI
Protein adalah polimer yang terdiri dari asam amino, dimana setiap
resude asama amino berikatan satu dengan yang lainnya melalui ikatan
kovalen. Protein dapat dipecah (di hidrolisis) menjadi asam amino
penyusunnya dengan beberapa cara. Ada 20 macam penyusun protein, asam
amino tersebut meamiliki gugus karboksil dan gugus amnio yang berikatan
pada atom yang sama. Asama amino dapt dibedakan menjadi 5 kelas
berdasarkan sifat dari gugus R yang dimilikinya. Kelas pertama yaitu
nonpolar, gugus R alifatik, contohnya alanin, valin, leusin, isoleusin, glisin,
metionin, dan prolin. Kelas kedua adalah gugus R 7ormone7 seperti
fenilanin, tirosin, dan triptofan. Kelas ketiga adalah polar, gugus R tidak
bermuatan, contohnya adalah serin, treonin, sistein, asparagin, dan
glutamine. Kelas keempat adalah asam amino yang memiliki gugus R
bermuatan positif, contohnya adalah lisin, arginin, dan histidin . kelas
kelima adalah asam amino yang memiliki gugus R negative, contohnya
aspartat dan glutamate (Nelson and Cox, 2004).
METODOLOGI
Alat:
Bahan:
Aquades
Larutan amilum
Larutan glukosa
Larutan sukrosa
Larutan nasi
Larutan etanol 1 ml
Reagen molisch 10 tetes
Reagen benedict 25 tetes
Reagen selliwanof 25 ml
Larutan iodium 15 tetes
Larutan HCl
1 butir telur
Reagen nihidrin
Reagen biuret A &B
Minyak kelapa / biasa
Minyak jelantah
II. Prosedur kerja
1. Uji kualitatif karbohidrat
1) Uji Molisch
Glukosa, sukrosa,
amilum, nasi, aquades
Sukrosa melakukan
perubahan yang paling baik
karena berwarna merah bata
3) Uji benedict
Glukosa, sukrosa,
amilum, nasi, aquades
Glukosa, sukrosa,
amilum, nasi, aquades
A. Hasil pengamatan
1. Uji kualitatif karbohidrat
1) Uji molisch
No Sampel karbohidrat Hasil Cincin ungu
1. Glukosa Berwarna putih berpartikel _
2. Sukrosa Terbentuk partikel ungu +
3. Amilum Terbentuk cincin ungu +
4. Nasi Berwarna putih keruh _
5. Aquades Berwarna putih bening _
2) Uji benedict
No Sampel karbohidrat Hasil Endapan merah bata
3) Uji iodium
3. Pengujian lipid
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini para praktikan melakukan percobaan mengenai uji
kualitatif karbohidrat, protein dan lipid. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
adanya kandungan karbohidrat, protein dan lipid yang terdapat dalam sampel
dengan melakukan uji dengan larutan yang disediakan. Pengujian kualitatif
karbohidrat, protein dan lipid terhadap dilakukan secara berurutan.
Hal pertama yang dilakukan adalah uji kualitatif karbohidrat dengan uji
molish, benedict, selliwanof, dan iodium. Pada percobaan uji molish, sampel
yang digunakan adalah glukosa, sukrosa, amilum, nasi, dan akuades. Semua
sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berbeda-beda sebanyak 1 ml
kemudian diteteskan 2 tetes reagen molish dan 3 ml larutan HCl melalui dinding
tebung secara perlahan.
Hasil yang didapat adalah perubahan warna pada sampel yang berbeda-
beda. Dimana berdasarkan hasil yang didapat menunjukkan bahwa semua
sampel yang diuji mengandung karbohidrat yang mana seharusnya semua
sampel berbentuk cincin berwarna ungu kecuali akuades untuk menunjukkan
bahwa sampel yang diujikan mengandung karbohidrat (glukosa, sukrosa,
amilum, nasi) hal ini terjadi karena adanya kesalahan dari awal pada sampel.
Seharusnya semua sampel dipanaskan terlebih dahul sebelum diujikan.
Uji molish pada larutan karbohidrat yang ditetesi larutan molish dan
selanjutnya dihidrolisis dengan HCl pekat ini menjadikan pemutusan ikatan
glikosidik dari rantai karbohidrat polisakarida dan menjadi disakarida dan
monosakarida. Larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin berwarna
ungu ketika direaksikan dengan molish dan larutan HCl pekat. Cincin ungu
pada glukosa terdapat lebih banyak karena merupakan monsakarida. Sedangkan
amilum adalah polisakarida dan sukrosa adalah disakarida.
Hal kedua adalah uji karbohidrat dengan larutan benedic pada 5 sampel
(glukosa, sukrosa, amilum, nasi, dan akuades) uji ini bertujuan untuk
mengidentifikasi gula pereduksi dengan menguji larutan karbohidrat 1 ml setiap
sampel ditabung reaksi dan ditambahkan 5 tetes reagen benedict pada masing-
masing tabung reaksi yang kemudian dipanaskan. Hasil yang didapat yaitu
sukrosa dan glukosa terdapat endapan merah bata. Hal ini menunjukkan adanya
kecepatan mereduksi dari sukrosa dan glukosa yang karena mempunyai
moralitas yang tingg, sedangkan amilum, nasi dan akuades hanya terdapat
sedikit endapan kuning.
Ketiga adalah uji karbohidrat dengan larutan iodium pada sampel. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui adanya gugus keton dalam sampel. Karbohidrat
yang mengandung gugus keton jika direaksikan dengan selliwanof akan
menunjukkan warna merah sebagai reaksi positifnya. Adanya warna merah ini
merupakan hasilkondensasi dariresorsinol yang sebelumnya didahului dengan
pembentukkan hidroksi metil furfural. Uji selliwanof digunakan untuk
membedakan antara karbohidrat yang mengandung aldehid dan keton.
Uji kualitatif protein dilakukan dengan uji nihidrin, uji biure A dan B, serta
pengendapan dengan etanol. Sampel yang digunakan adalah larutan nasi dan
putih telur. Berikut penjelasannya:
a. Uji nihidrin
Uji nihidrin dipakai untuk menetapkan kualitatif asam amino. Hal
yang dilakukan adalah memasukkan larutan asam amino (nasi dan putih
telur) kedalam tabung reaksi sebanyak 1 ml dan tambahkan 1 ml nihidrin.
Kemudian panaskan diatas bunsenselama tiga menit. Hasilnya putih telur
berwarna ungu tua sedang nasi berwarna ungu kebiruan. Hal ini
menunjukkan adanya protein atau asam amino karena terbentukya warna
ungu pada bahan uji/ sampel. Uji nihidrin ini bertujuan untuk menguji ada
atau tidaknya protein dalam suatu senyawa dengan penambahan reagen
nihidrin yang akan membentuk senyawa komplek berwarna ungu.
b. Uji biuret A dan B
Tujuan dari uji ini untuk menguji kualitatif protein berdasarkan
reaksi warna. Prinsip uji biuret adalah ikatan peptida dapat membentuk
senyawa komplek atau sederhananya uji biuret dilakukan untukmengetahui
adanya ikatan peptida dalam protein. Pengujiannya yaitu dengan
memasukkan 1 ml sampel (nasi, kuning telur) ketabung reaksi yang berbeda
dan tambahkan 5 tetes reagen biuret A dan reagen biuret B, kemudian
panaskan selama 2 menit. Hasilnya adalah sampel putih telur membentuk
coklat muda ke abu-abuan dan nasi berwarna coklat dengan endapan coklat
tua. Hal ini menunjukkan tidak adanya ikatan peptida pada bahan uji karena
menurut sastromidjojo (2009), dalam uji biuret larutan protein dibuat
dengan menambahkan NaOH dan reagen biuret sehingga membentuk warna
ungu karena positif memiliki ikatan peptida. Sedangkan hasil yang didapat
dari ini yaitu tidak adanya warna ungu. Hal ini disebabkan oleh karena
larutan yang dipakai seharusnya NaOH namun nyatanya reagen biuret A
dan B sebagai ganti dari NaOH.
c. Pengendapan dengan etanol
Uji ini dilakukan untuk mengendapkan protein dengan penambahan
etanol. Penambahan etanol kedalam larutan protein akan menyebabkan
berkurangnya larutan protein dalam rangka mengendapkan protein dengan
etanol hal yang dilakukan pertama kali yaitu memasukkan 1 ml sampel
(nasi, putih telur) kedalam tabung reaksi yang berbeda dan ditambahkan 1
spatula kristal Nacl serta 1 ml etanol 96% kemudian tabung reaksi berisi
sampel dan larutan diamati. Hasil pertama yang terjadi pada sampel nasi
adalah yaitu sedikit endapan putih. Sedangkan pada putih telur terbentuk
endapan putih melayang kekuningan. Kemudian sebagian larutan dan
endapannya dipindahkan ketabung reaksi lain dan ditambahkan 10 tetes
aquades diambil dan dikocok. Hasil kedua pada nasi yaitu terbentuknya
sedikit endapan putih dan pada telur terdapat endapan putih melayang.
Pengujian lipid dilakukan dengan cara uji kelarutan dan uji ketidak
jenuhan. Sampel yang digunakan yaitu minyak biasa, minyak jelatah,
akuades, etanol, dan kloroform. Pengujian lipid dilakukan dengan uji
kelarutan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan uji ketidak jenuhan.
a. Uji kelarutan
Tujuan dari uji kelrutan adalah untuk mengetahui adanya kelarutan
pada sampel yang digunakan juga larut atau tidaknya sampel didalam
pelarut yang disediakan. Cara kerjanya yaitu pertama, masukkan 2 ml
akuades, 2 ml etanol, dan 2 ml kloroform kedalam 3 tabung reaksi yang
berbeda kemudian teteskan minyak biasa sebanyak 10 tetes. Hasilnya
minyak biasa pada akuades tidak larut, sedang pada klorofor minyak biasa
menjadi larut (homogen), dan pada etanol minyak biasa tidak homogen dan
terdapat endapan dibawah.
Kemudian percobaan kedua, cara kerjanya diulang lagi yaitu
masukkan 2 ml akuades, 2 ml etanol, dan 2 ml kloroform yang kemudian
ditambahkan minyak jelatah sebanyak 10 tetes. Dan hasilnya yaitu minyak
jelatah pada akuades tidak larut namun mengendap dipermukaan, pada
kloroform hasilnya homogen, sedangkan pada etanol minyak jelatah tidak
homogen dan terdapat endapan dibawah.
b. Uji ketidak jenuhan
Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang
diuji akan termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan
menggunakan pereaksi iodium. Iodium digunakan sebagai indikator
perubahan. Pelaksanaannya yaitu dengan cara memasukkan 1 ml minyak
biasa dan jelatah kedalam tabung reaksi yang berbeda. Kemudian
ditambahkan 3 tetes larutan iodium dan diamati. Hasilnya minyak biasa
menjadi larut dengan adanya iodium yang berarti sifat tidak jenuh. Sedang
minyak jelatah tidak larut dengan adanya iodium yang berarti sifatnya
jenuh.
Setelah itu dilanjutkan dengan menambahkan 1 ml kloroform ke
hasil larutan yang telah diuji dengan iodium hingga menimbulkan
perubahan lain yaitu minyak biasa menjadi jenuh, dan jelatah jadi tidak
jenuh.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uji kualitatif karbohidrat pada sampel (glukosa, sukrosa, amilum, nasi, dan
akuades) dilakukan dengan uji molish, benedict, selliwanof, dan reaksi iodium
secara berturut-turut. Pada uji molish, amilum memeiliki perubahan warna
paling baik karena membentuk cincin ungu. Amilum merupakan polisakarida.
Pada uji benedic, glukosa mengalami perubahan warna paling baik yang
membentuk endapan merah bata sedangkan pada uji selliwanof sukrosa
mengalami perubahan paling baik yang sudah bereaksi dimenit ke 2 dan
akhirnya berwarna merah tua. Kemudian pada uji iodium hasil paling baik pada
amilum karena berwarna biru tua sedangkan lainnya berwarna ungu dan bening
kuning.
Uji kualitatif protein pada sampel (nasi, putih telur) dilakukan dengan uji
nihidrin, biuret A dan B, serta pengendapan dengan etanol 96%. Pada uji
nihidrin memberikan perubahan pada nasi yang berwarna ungu tua dan nasi
berwarna ungu kebiruan. Selanjutnya pada uji biuret hasil yang didapat yaitu
perubahan pada nasi yang berwarna coklat muda keabu-abuan, dan putih telur
yang berwarna ungu coklat dengan endapan coklat tua. Terakhir pengendapan
dengan etanol 96% hasil pertama yang didapat yaitu nasi membentuk sedikit
endapan putih. Putih telur membentuk endapan putih melayang kekuningan.
Hasil kedua yaitu nasi membentuk sedikit endapan putih dan telur membentuk
endapan putih melayang.
Pengujian lipid pada sampel (minyak biasa, minyak jelatah) dan pelarut
(akuades, etanol, dan kloroform) dilakukan dengan uji kelarutan dan uji
ketidakjenuhan. Hasil dari uji kelarutan yaitu minyak biasa pada akuades tidak
larut, pada kloroform menjadi larut, dan pada etanol menjadi tidak larut terdapat
endapan dibawah. Sedangkan minyak jelatah pada akuades menjadi tidak larut
dan terdapat endapan dipermukaan, lalu pada kloroform menjadi larut
(homogen), sedangkan pada etanol tidak larut dan terdapat endapan dibawah.
DAFTAR PUSTAKA
Almatrier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta; Gramedia pustaka utama.
Murray, et al. 2003. Biokimia Harper Edisi 25 (Ahli bahasa Andry. Hartono).
Jakarta ; Penerbit EGC..