Anda di halaman 1dari 10

Rekomendasi Pakaian Outdoor

Hindari katun di bawah 20 C.

Tujuan berpakaian yang benar saat hiking ada satu, yakni menjaga supaya tubuh tetap
thermo-neutral. Maksudnya, suhu tubuh tetap normal, tidak terlalu panas dan tidak pula
terlalu dingin. Apabila keadaan suhu tubuh kita netral , maka perjalanan pun akan menjadi
nyaman dan menyenangkan.
Umumnya, pendaki Indonesia terbiasa dengan cuaca panas, karena baju katun yang sangat
umum kita temui bisa berfungsi sebagai "cooler", dengan menyerap keringat. Sebaliknya,
sebagian pendaki kurang persiapan dalam menghadapi cuaca dingin, sehingga tidak jarang
terjadi kasus hipotermia yang berujung kematian. Wajarlah kalau dikatakan bahwa teknik
berpakaian dalam mendaki gunung sangatlah penting!

Sebelumnya mari kita kenali beberapa faktor yang dapat menyebabkan tubuh menjadi basah,
kedinginan, atau bahkan hipotermia. Di bawah ini adalah beberapa faktor, diurutkan
berdasarkan frekuensi kita dalam menghadapinya.

1. Keringat. Ketika kita beraktivitas aerobik seperti hiking, sudah dapat dipastikan kita
akan berkeringat. Keringat yang terserap dan menempel pada baju, ia dapat menarik
panas dari tubuh. Bahan baju yang berpotensi tinggi menyerap dan menahan keringat
adalah katun (cotton). Katun cocok untuk cuaca panas, karena keringat yang diserap
katun berfungsi sebagai "pendingin" tubuh. Sebaliknya, di cuaca dingin hal ini
berbahaya karena bisa menyebabkan panas tubuh hilang. Oleh karena itu hindari
pemakaian katun untuk hiking pada lokasi dengan temperatur di bawah 20 derajat
Celcius. Pada temperatur tersebut, gunakan baju dengan bahan yang cepat membuang
keringat ke udara seperti polyester atau yang tetap hangat meski basah seperti wol.
2. Angin. Dibandingkan dengan hujan yang turun, angin jauh lebih sering bertiup. Oleh
karena itu, wajib hukumnya melindungi tubuh kita dari angin. Mengapa? Angin
kencang di gunung dapat menyebabkan wind chill, yakni efek yang menyebabkan
tubuh kita merasakan temperatur yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan
temperatur udara yang sebenarnya. Hal tersebut dapat menurunkan suhu tubuh kita
dan membuat kita menggigil kedinginan. Oleh karena itu penting untuk mengenakan
pakaian yang dapat menahan angin.
3. Hujan. Apabila baju kita kehujanan, efeknya akan sama dengan keringat, yakni
menarik panas dari tubuh. Oleh karena itu, kita harus melindungi tubuh kita dari
hujan. Perlu diperhatikan bahwa perlindungan dari hujan tidak selalu harus
menggunakan pakaian waterproof.
4. Salju. Salju yang mencair pada baju kita efeknya akan sama dengan keringat pula.
Namun di Indonesia tidak turun salju, kecuali di Cartenz.

Selain menjaga agar tetap hangat, pakaian juga harus melindungi pemakai dari hal di bawah:

1. Racun, sengatan, dan bisa. Di gunung pada musim kemarau atau iklim tropis, anda
akan menemui banyak sekali baik hewan maupun tumbuhan yang dapat menyengat,
mengeluarkan getah, atau menghisap darah anda. Anda butuh perlindungan dari hal di
atas.
2. Sinar UV. Sinar UV dapat menyebabkan kanker, atau minimal menyebabkan kulit
anda terbakar. Semakin tinggi lokasi anda, semakin rendah perlindungan sinar UV
yang disediakan atmosfer. Pakaian anda adalah benteng sinar UV terakhir.
Setelah mengetahui faktor-faktor di atas, maka cara untuk mencapai kondisi tubuh yang
KERING dan HANGAT adalah dengan menggunakan beberapa lapis pakaian baik pada
badan dan kaki, ditambah dengan aksesoris seperti pada kepala dan tangan. Untuk lebih
mudahnya, mari kita bagi menjadi beberapa komponen di bawah ini.

1. Lapisan Dasar
2. Lapisan Insulator dan Belay Jacket
3. Windbreaker
4. Soft Shell
5. Hard Shell
6. Sarung Tangan
7. Penutup Kepala
8. Kaos Kaki
9. Sepatu

Mari kita lihat satu-persatu komponen-komponen tersebut.

Lapisan dasar / awal, untuk manajemen keringat


Lapisan ini berfungsi untuk mengatur keringat, sehingga suhu tubuh kita tetap netral.

Untuk cuaca panas, katun dapat digunakan. Sementara untuk cuaca dingin, misalnya di atas
2000 mdpl atau di musim dingin HINDARI baju yang berasal dari katun (cotton), karena
keringat akan terserap, sulit untuk kering, dan akan menurunkan suhu badan. Sebaliknya,
gunakan lapisan dasar dari bahan sintetik seperti polyester, polyurethane, akrilik (acrylic),
atau yang menahan panas seperti wol.

Merino
Bahan wol terdiri atas serat natural yang dapat membunuh bakteri pada keringat sehingga
sukar menjadi bau dan dapat digunakan berhari-hari. Jenis yang paling populer adalah wol
merino. Apabila anda ingin mengurangi beban pakaian anda pada ekspedisi berhari-hari,
gunakanlah wol. Selain itu, wol memiliki pengaturan suhu tubuh terbaik, karena apabila
basah, badan tetap hangat di cuaca dingin dan tetap dingin di cuaca panas. Kekurangannya
tentu saja harganya paling mahal diantara seluruh base layer. Selain itu, wol lebih berat
daripada sintetik.

Polyester
Bahan sintetik bipolar seperti Cocona, Polartec PowerDry atau PowerStretch memiliki
kemampuan untuk membuang keringat dengan cepat, dan cepat kering apabila terkena air.
Sebagai contoh, Montbell Zeo Line dapat kering hanya dalam waktu 47 menit! Lebih murah
daripada wol tapi kurang tahan terhadap bau keringat. Bahan sintetik kering 66% lebih cepat
daripada wol, tetapi wol dikatakan lebih nyaman ketika berkeringat. BPL memiliki artikel
yang menyimpulkan hal tersebut di sini. Selain itu, sintetik tidak nyaman dipakai di cuaca
panas dan lembab seperti Indonesia. Kekurangan lainnya, sintetik terasa dingin apabila basah.

Akhir-akhir ini bermunculan baselayer yang berasal dari bahan campuran seperti Rab MeCo
yang berasal dari 65% Merino dan 35% Cocona, atau Patagonia Merino. Campuran sintetik
diharapkan bisa membuat baju merino lebih cepat kering. Di sisi lain, beberapa orang
mengatakan kemampuan campuran "mengatur" suhu tubuh sedikit di bawah 100% wol
merino.
Biasanya produsen membuat tiga tipe baselayer: lightweight, middleweight, dan
heavyweight/expedition weight. Ini menandakan ketebalan baselayer, yang juga menandakan
kemampuan baselayer dalam menahan panas. Lightweight cocok untuk musim panas / tropis,
middleweight cocok untuk musim semi, gugur, dan penggunaan biasa di musim dingin,
sementara heavyweight didesain untuk pendaki gunung musim dingin.

Untuk base layer di Indonesia, saya rekomendasikan lightweight, kaos lengan panjang,
dengan resleting minimal 1/4 (lebih baik 1/2), kerah tinggi, dan tidak ketat. Lengan panjang
lebih fleksibel daripada lengan pendek, karena saat cuaca panas dapat disingsingkan, tetapi
tidak sebaliknya untuk kaos lengan pendek. Resleting juga berguna untuk ventilasi saat cuaca
panas atau beraktivitas tinggi, sementara kerah tinggi menjaga agar leher tetap hangat. Fitting
yang tidak ketat juga dianjurkan supaya lebih dingin di cuaca panas, meski base layer
idealnya bersifat ketat, supaya keringat langsung dapat dibuang dan tidak malah menempel di
badan. Untuk musim dingin bisa menggunakan warna hitam untuk menyerap panas dan
meningkatkan kecepatan pengeringan, sementara untuk di ekuator atau musim panas gunakan
base layer berwarna terang untuk memantulkan panas.

Lapisan insulator dan belay jacket, menahan panas yang


diproduksi tubuh
Lapisan ini terletak antara base layer dan outer layer, dan berfungsi untuk menjaga agar panas
yang dihasilkan tubuh saat beraktivitas tidak terlepas percuma ke udara.

Berapa banyak insulasi yang kita butuhkan?


Banyaknya insulasi yang diperlukan (CLO) berbanding terbalik dengan tingkat aktivitas
(MET) dan berbanding lurus dengan temperatur lingkungan kita. Semakin kita aktif, semakin
tipis insulasi yang dibutuhkan. Semakin dingin, semakin banyak insulasi yang dibutuhkan.
Kalkulator insulator sangat membantu untuk mengetahui CLO yang dibutuhkan.

So, pertanyaan pentingnya: Berapa insulasi yang dibutuhkan untuk cuaca Indonesia?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita asumsikan suhu paling rendah di Indonesia
adalah 0 C. Maka menurut kalkulator CLO, jumlah CLO yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:

1. Aktivitas tinggi (mendaki dengan beban >9kg, MET > 4): 0.7
2. Aktivitas rendah (masak di basecamp, ngobrol dll, MET = 2.5): 1.6
3. Tidur (MET = 0.8): 6.5 (mengacu pada grafik Richard Nisley)

Untuk suhu tipikal tropis > 20 C di kaki gunung, saya biasanya tidak mengenakan insulasi
dan hanya mengenakan kaus saja. Sementara itu, untuk suhu kaki gunung di bawah 20 C
biasanya saya akan menambah fleece tipis. Apabila suhu menurun drastis atau saat aktivitas
di kemah, maka saya akan menambahkan belay jacket.

Teknik pemakaian insulator


Ada dua teknik menggunakan insulator, yakni:
1. Mid-layer: Insulator dipakai terus-menerus sewaktu aktif dan pasif, dan posisinya di
bawah shell. Biasanya mulai dipakai di cuaca yang dingin, seperti di bawah 5C.
Gunakan mid-layer dengan ketebalan yang sesuai dengan CLO yang anda butuhkan
saat aktif (MET ~ 7).
2. Outer layer: Insulator dipakai terus-menerus sewaktu aktif dan pasif, dan posisinya
paling luar dalam lapisan pakaian anda. Gunakan ketebalan yang sesuai dengan MET
anda saat aktif (~7).
3. Belay style: Insulator dipakai sementara saat pasif seperti istirahat sejenak, belaying,
makan siang, dll. Belay style insulator langsung dipakai di atas shell meski dalam
keadaan basah, sehingga panas tubuh anda tidak hilang dan tidak ribet dalam
memakainya. Gunakan belay jacket dengan ketebalan yang sesuai dengan CLO yang
anda butuhkan saat pasif (MET ~ 2.5).

Bahan insulator
Secara umum bahan untuk insulasi terbagi menjadi tiga, yakni bulu angsa (down), synthetic
high-loft, dan fleece (di Indonesia populer dengan istilah "polar").

Bulu angsa (down)


Down adalah insulator alami yang memiliki perbandingan antara berat dan kehangatan yang
sangat tinggi. Down selalu dilapisi oleh bahan nylon/polyester sehingga tahan angin kencang.
Kekurangannya, jaket down akan kehilangan insulasi (kemampuan untuk menahan panas)
apabila terkena air.

Tingkat insulasi pakaian down berbanding lurus terhadap 1) banyaknya down, dan 2) kualitas
down / fill-power (FP). Semakin banyak down semakin hangat dan semakin berat jaket
tersebut. Sayangnya, untuk jaket biasanya produsen tidak menyatakan berapa gram isi down-
nya. Beberapa produsen yang "jujur" menyatakan isi down adalah Feathered Friends,
Nunatak, Mountain Equipment, Rab, Montbell, Crux, dll.

Rating FP ditentukan oleh standar di EU dan US, kasarnya FP US = FP EU + 100. Down


kelas menengah biasanya memiliki rating FP 550-750, sementara kelas atas mencapai 800-
900. Beberapa jaket 900 down yang menarik adalah Montbell EX Light Down Jaket, hanya
150 gram (!) tapi mungkin temperature-ratingnya di atas 0 C. PHDesign juga menawarkan
sejumlah pakaian EU FP 900. Crux menawarkan down jacket yang unik karena shell-nya
adalah eVent (waterproof) dan welded (tidak dijahit) sehingga tidak memerlukan seam
taping.

1. Sebagai mid-layer: kurang cocok, karena uap keringat berpotensi membasahi down.
2. Sebagai belay jacket: Pilihan nomor 1 untuk cuaca kering dan suhu yang sangat
dingin, atau di dalam kota dimana kita membawa payung dan bisa segera berteduh.
Sebaliknya, kurang cocok di tempat yang banyak turun hujan seperti Indonesia, atau
yang humiditasnya tinggi seperti hutan hujan tropis, atau musim panas Jepang.

Fleece
Fleece populer di Indonesia dengan istilah "polar", mungkin karena Polartec adalah produsen
fleece paling populer saat ini. Fleece berasal dari bahan / campuran sintetik seperti polyester,
nylon, lycra, dll. Fleece jauh lebih berat dibandingkan down untuk kehangatan yang sama.
Keuntungannya, fleece cepat kering dan tidak terlalu kehilangan insulasi apabila basah.
Sebagian besar fleece tidak tahan angin sehingga anda masih butuh shell.
Jenis fleece yang ada saat ini tidak terhitung. Semua fungsi dasarnya sama, yakni untuk
menghangatkan tubuh. Tapi secara umum bisa diklasifikasi sebagai berikut:

1. Fleece umum: Fleece yang hanya berfungsi menghangatkan. Murah. Contoh: Polartec
100, 200, 300.
2. Fleece baselayer: Fleece yang berfungsi membuang keringat. Cocok sebagai
midweight baselayer atau heavyweight baselayer. Biasanya lebih tipis daripada
Polartec 100. Contoh: Polartec Powerdry, Polartec Powerstretch.
3. Fleece high-loft: Fleece yang struktur seratnya "kopong" seperti bulu binatang.
Biasanya memberikan kehangatan 300 dengan berat 200. Contoh: Polartec Thermal
Pro.
4. Fleece wind resistant: Fleece yang strukturnya rapat, lebih tahan angin daripada fleece
biasa. Didesain supaya anda tidak butuh windshell. Contoh: Polartec WindPro.
5. Fleece weather resistant with membrane: Fleece yang disisipkan membran sehingga
lebih tahan angin dan memiliki sedikit ketahanan air. Contoh: Polartec WindBloc,
Polartec PowerShield, Gore Windstopper.

Berdasarkan sifat-sifat di atas, fleece cocok dipakai sebagai berikut:

1. Sebagai baselayer: cocok untuk fleece jenis baselayer, meski ada beberapa orang yang
mengeluhkan fleece lebih lambat kering dibandingkan kaos baselayer tipis.
2. Sebagai mid-layer: sangat cocok, karena tetap hangat meski terkena uap keringat.
Sebagai contoh fleece baselayer untuk < -15C, atau high-loft untuk > -15C.
3. Sebagai outer layer: sangat cocok untuk fleece wind resistant dan fleece weather
resistant.
4. Sebagai belay jacket: kurang cocok, karena synthetic high-loft menawarkan
perbandingan kehangatan : berat yang lebih besar, dan biasanya lebih weather
resistant.

Synthetic high-loft
Bahan ini memiliki rasio kehangatan/berat tertinggi di antara bahan sintetik, biasanya 2x lipat
lebih ringan daripada fleece untuk kehangatan yang sama. Namun ketahanan terhadap air
bahan ini berada di antara down dan fleece. Selain itu, sama dengan down, bahan ini harus
dilapisi oleh nylon/polyester shell karena strukturnya yang lebih rapuh daripada fleece harus
distabilkan dengan menjahitnya ke bahan shell.

Contoh populer produsen bahan synthetic high-loft adalah Primaloft dan Climashield. Setiap
produk memiliki nilai intrinsik CLO, yakni nilai CLO dari bahan tersebut saat belum menjadi
pakaian. Contohnya, bahan Primaloft One memiliki Iclo = 0.92 clo / oz, Primaloft Sport =
0.79 clo / oz, dan Climashield XP = 0.82 clo/oz. Nantinya, nilai tersebut akan dikalikan
dengan berat jenis insulasi, misalkan 1.8oz / sq yd (60 g / sq m), 3oz / sq yd (100 g / sq m),
dll. Terakhir, hasilnya akan dimodifikasi berdasarkan bentuk pakaian, apakah vest, jacket,
hoody, dsb.

Bahan synthetic high-loft populer sebagai bahan belay jacket. Belay jacket adalah jacket yang
bertujuan memberikan insulasi instan ketika temperatur drop atau aktivitas menurun seperti
ketika tiba di base camp tanpa harus membuka-tutup shell anda. Mengambil istilah Andy
Kirkpatrick, lapisan ini didesain supaya idiot-proof, untuk dikenakan langsung di atas
hardshell yang basah. Ya, belay didesain supaya memberikan "kehangatan di saat basah".
Dengan begitu, kita tidak usah susah payah membuka-tutup hardshell di tengah cuaca buruk
hanya untuk menambah insulasi. Mengapa belay jacket menggunakan synthetic high-loft?
Karena kalau pakai down, sangat beresiko basah, sementara kalau pakai fleece akan terlalu
berat dan bulky.

Saya sangat menyarankan penggunakan synthetic high-loft di kawasan yang hujannya tidak
stabil seperti Indonesia. Ketika anda sedang kebasahan, anda tinggal menggunakan belay
jacket anda di luar shell, tanpa harus membuka-tutup shell anda. Berat jenis yang saya
sarankan untuk mencapai CLO = 1.6 adalah minimal 100 g/sq m, tetapi anda bisa juga
menggunakan 60 g/sq m karena relatif jarang temperatur drop sampai 0 C saat anda masih
beraktivitas rendah.

Windbreaker, penahan angin


Salah satu komponen yang menurut saya vital dalam berpakaian adalah windbreaker, karena
angin yang bertiup akan mencuri panas tubuh kita. Windbreaker biasanya jauh lebih
breathable daripada soft shell, apalagi hardshell, karena windbreaker tidak memiliki
membran.

Salah satu ukuran breathability adalah CFM. Membran waterproof seperti Gore-Tex memiliki
CFM ~0.1, Driducks ~0.3, dan eVent serta Polartec NeoShell sekitar ~0.5. Sebagian besar
softshell dan windshell memiliki CFM yang bervariasi sampai sekitar ~10.

Biasanya saya menggunakan Rab Alpine Pull-on softshell dengan CFM 10 sebagai
windbreaker, namun saya sedang mencoba mengetahui apakah Driducks dengan CFM 0.3
cukup nyaman sebagai windbreaker.

Soft Shell
Sejujurnya, sulit untuk mendefiniskan apa itu soft shell. Kira-kira, softshell didefinisikan
sebagai lapisan luar (shell) yang menitikberatkan pada breathability yang jauh lebih tinggi
daripada waterproof shell, tapi masih memiliki ketahanan air yang "cukup". Definisinya
begitu vague karena memang ada ratusan jenis bahan softshell di pasaran, dengan rentang
breathability dan ketahanan terhadap air yang sangat lebar.

Lapisan ini merupakan alternatif dari hard shell. Mengapa? Karena pada kenyataannya
betapapun canggih dan mahalnya bahan hardshell, ternyata breathability-nya sangat rendah,
sehingga rentang kenyamanan hardshell menjadi sempit. Selain itu, di tempat yang jarang
hujan, atau dingin bersalju, bukankah hujan hanya turun sekali-kali saja? Oleh karena itu,
waterproofness menjadi tidak begitu penting, dan diciptakanlah bahan yang dapat menahan
angin kencang, tetapi cukup untuk menahan hujan rintik-rintik (hujan deras akan tembus ke
kebanyakan bahan softshell).

Secara kasar, softshell bisa dikategorikan sebagai berikut:

1. Unlined softshell: Softshell tanpa membran dan tanpa insulasi, yang hanya berfungsi
untuk melindungi dari angin dan hujan dengan breathability. yang cukup. Windshirt +
DWR bisa pula dikategorikan di sini.
2. Lined non-membrane softshell: Softshell tanpa membran tetapi dengan lapisan
insulasi, yang tujuannya memberikan kehangatan plus menahan laju masuknya air.
Contohnya Paramo, Rab Vapour Rise.
3. Membrane softshell: Softshell dengan membran untuk meningkatkan ketahanan
terhadap air. Contohnya kebanyakan varian Polartec Powershield dan Gore
Windstopper.
4. Unlined membrane softshell: Softshell dengan membran namun tanpa insulasi.
Contohnya varian Polartec Powershield Pro pada Patagonia Knifeblade.

Banyak orang yang lebih suka menggunakan windshirt/windbreaker yang water resistant,
karena breathabilitynya lebih tinggi lagi daripada lined soft shell (softshell dengan insulator),
sehingga rentang kenyamanannya lebih lebar.

Hard shell, menolak segala jenis angin dan hujan


Lapisan ini memiliki ketahanan air absolut, berfungsi untuk menjaga agar tidak basah oleh air
hujan (baik yang disertai angin kencang maupun tidak), dan tidak kedinginan oleh angin yang
bertiup kencang. Selain itu, yang penting adalah lapisan ini harus memungkinkan kulit bisa
bernafas (selanjutnya disebut breathable) sehingga kita tidak keringatan. Ada beberapa
bentuk lapisan anti air dan angin:

1. Payung: Praktis, murah dan ringan, breathable, tetapi sulit dipakai saat mendaki dan
beresiko tinggi rusak ditiup angin kencang. Meski begitu, payung sangat praktis untuk
dipakai di basecamp, atau saat cuaca stabil. Payung yang bentuknya topi seperti
Umbrella Hat terlihat praktis karena membebaskan satu tangan.
2. Ponco: Murah dan bisa juga melindungi backpack, tetapi hampir semua bahan ponco
tidak memungkinkan kulit untuk bernafas. Ponco mengatur ventilasi lewat bukaan
besar yang ada di ketiak. Menurut saya, ponco praktis untuk open trail, tetapi cukup
sulit dipakai untuk medan yang membutuhkan scrambling. Banyak juga ultralighters
yang menggunakan ponco sebagai tarp. Menurut BPL, ponco termasuk salah satu
raingear alternatif. BPL memberikan review bagus untuk Yama Mountain Gear
Microburst. Sayangnya, ponco beresiko tinggi tersangkut dahan atau tertiup angin
kencang. Menurut saya ada satu ponco yang revolusioner, karena melindungi hikers
DAN backpack, sementara bahannya bisa terbuat dari eVent (lihat di bawah) yang
breathable! Ponco tersebut adalah The Packa. Salah satu fitur kunci dari desain Packa
adalah kemampuannya untuk dipakai/dilepas tanpa harus melepas backpack! Yang
dijual di web adalah versi silnylon yang tidak breathable, untuk mendapatkan versi
eVent anda harus menanyakan via email.
3. Jaket: Ringan dan praktis, tahan terhadap hujan yang disertai angin, dan bentuknya
practical untuk medan yang terjal. Ini adalah rekomendasi saya.

Pembagian di atas adalah berdasarkan bentuk. Sementara, berdasarkan bahannya lapisan anti
air dan angin dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Umumnya terdiri dari bahan yang
tahan air + bisa bernafas (waterproof / breathable = WP/B), tapi... pada kenyataannya bahkan
bahan WP/B terbaik pun memiliki absolute breathability yang rendah ketika dipakai
beraktivitas aerobik tinggi, jika dibandingkan windshell atau softshell. Andy Kirkpatrick
(Climber UK terkenal) menulis artikel detail tentang fakta dibalik marketing bahan WP/B.
Sementara Senior Editor AMC menyatakan bahwa hardshell pasti akan menyebabkan anda
berkeringat betapapun hebatnya teknologi saat ini. Tidak mengherankan karena sebagian
besar WP/B memiliki CFM < 0.5.

Marketing bahan WP/B biasanya menekankan pada aspek pernafasan, sehingga jaket bisa
tetap kita pakai meski sedang beraktivitas. Apabila anda memilih jaket, saya sarankan yang
berasal dari bahan Polartec NeoShell, eVent, atau Entrant GII XT karena ketiga bahan
tersebut langsung membuang keringat ketika perbedaan kelembaban badan dan lingkungan
rendah. US Army melakukan perbandingan bahan WP/B komersil di sini. Pembagian bahan
diurut dari kemampuan kulit bernafas adalah sebagai berikut:

1. Air-permeable EPTFE eVent, Mountain Hardwear DryQ: Ini adalah bahan paling
mungkin untuk bernafas, tetapi harganya sangat mahal. Jaket eVent bisa mencapai Rp
2.5jt lebih. Tahan air, paling breathable, dan tahan terhadap abrasi. Pada tahun 2011,
eVent memperbolehkan para produsen jaket untuk memodifikasi dan melabeli eVent
dengan nama lain. Beberapa jaket eVent yang super ringan (<=300 gr) adalah Integral
Designs Rain Jacket (250gr, discontinued), Rab Demand Pull-0n (280gr), dan
Westcomb Specter LT (322 gr). Montane Spektr Smock (210gr) dites sebagai salah
satu jaket paling breathable oleh BPL. Tentu saja konsekuensi dari face fabric ringan
adalah bahannya tidak begitu durable (tapi cukup kuat!) dan minim fitur. ID Rain
Jacket tidak memiliki pengaturan hood dan kantongnya cuma satu. Rab Demand
hanya memiliki resleting setengah panjang dan satu kantong. Specter LT lebih berat
sedikit, tetapi dapat memberikan dua kantong, resleting full, dan pengaturan hood
serta pergelangan tangan.
2. ProPore: Ini adalah bahan berikutnya yang paling breathable dan paling murah.
Kekurangannya adalah bahan ini tidak tidak tahan goresan atau tusukan dahan
sehingga mudah rusak dan bocor. Harganya sangat murah sekitar Rp 150rb. Salah
satu produsen yg memakai bahan ini adalah Froggs Toggs dengan produknya
DriDucks. Saya sendiri memakai produk ini sekarang.
3. Air-permeable PU laminate: Bahan ini contohnya adalah Polartec Neoshell.
4. Non-air-permeable EPTFE: contoh Gore-Tex: Ini adalah bahan paling populer dan
paling mahal, tetapi berlawanan dengan kepercayaan ternyata bahan ini tidak begitu
dapat bernafas dibanding material di atas. Kelebihannya, Gore-Tex sangat tahan gores
dan sangat tahan air, bahkan Gore-Tex akan mengembalikan uang anda apabila anda
kebasahan ketika memakainya! Jaket Gore-Tex sangat mahal, berkisar dari 2jt-5jt Rp.
Bahan terbaru dari Gore adalah Active Shell, yang memiliki breathability paling
tinggi, tetapi ketahanannya jauh lebih rendah dibandingkan Pro Shell.
5. Non-air-permeable PU coated: Ini adalah bahan berikutnya, kurang breathable dan
kurang tahan goresan dibandingkan eVent, tetapi masih jauh lebih tahan goresan
dibandingkan ProPore. Nama marketing PU-nya macam-macam, tetapi yang paling
baik katanya adalah Toray Entrant atau Marmot MemBrain Strata. Harganya berkisar
Rp 500rb-2jt tergantung produsen.
6. Bahan tidak breathable seperti tyvek atau silnylon: tahan goresan dan air tapi sama
sekali tidak memungkinkan kulit bernafas, sehingga anda dijamin berkeringat.

Saat memilih jaket, fitur juga penting untuk diperhatikan dan dicocokkan berdasarkan
kebutuhan anda. Beberapa fitur yang saya sarankan adalah sebagai berikut:

1. Ventilasi. Pilihlah jaket yang mempunyai ventilasi, seperti resleting depan full dan
resleting ketiak. Kemampuan jaket untuk berventilasi lebih penting untuk mengatur
suhu tubuh dibandingkan dengan jenis bahan! Smock selalu lebih ringan karena hanya
memiliki 1/2 resleting, tapi jaket selalu lebih baik dengan full resleting. Ada pula
jaket yang memakai kantong sebagai ventilasi, yakni dengan mendesain backface
kantong dengan mesh. Arcteryx Alpha SL dan Outdoor Research memiliki sistem
menarik bernama TorsoFlo yang memungkinkan ventilasi seperti ponco.
2. Kantong. Pilihlah jaket yang kantongnya tidak akan tertutup oleh ikat pinggang
carrier anda. Jumlah kantong dapat membutuhkan lapisan tambahan pada hardshell,
yang bisa mengurangi breathability. Seimbangkan kebutuhan kantong dengan
breathability.
3. Resleting. Pilihlah jaket yang resletingnya waterproof, seperti resleting RiRi AquaZip
atau resleting laminated YKK. Kalau tidak bisa, pilihlah yang memiliki storm flap
(penutup resleting) sehingga air hujan yang disertai angin kencang tidak masuk lewat
resleting.
4. Hood. Pilihlah jaket yang memiliki kemudahan dalam mengatur hood sesuai dengan
ukuran kepala anda. Kalau anda memakai shell untuk climbing, pastikan untuk muat
dipakai bersama dengan helm anda.
5. Reinforcement. Kalau anda gemar memakai carrier yang berat / climbing, pilihlah
jaket yang memiliki bahan tahan abrasi tambahan di pundak, lengan luar, dan
pinggang.

Sarung Tangan
Sama seperti baju dan celana, sarung tangan juga dapat dilapis. Tidak ada satu sarung tangan
yang nyaman untuk semua keadaan. Umumnya sarung tangan adalah tradeoff antara
kehangatan dan ketangkasan. Semakin tebal sarung tangan semakin hangat, tetapi anda akan
semakin kesulitan untuk melakukan keterampilan seperti mengikat tali, misalnya. Sebaliknya
semakin tipis sarung tangan semakin tangkas anda dalam bekerja, tetapi semakin dingin pula
tangan anda. Contoh lain, mitt lebih hangat daripada sarung tangan, tapi ketangkasannya jauh
lebih rendah dibanding sarung tangan.

Sarung tangan termasuk item yang harus dicoba sebelum dibeli, seperti backpack dan sepatu.
Terutama semakin kompleks dan mahal sarung tangan anda, semakin penting untuk dicoba
terlebih dahulu. Saya sendiri berpengalaman sebagian besar sarung tangan Mountain
Hardwear cocok, meski tidak ada yang saya beli...

Saat ini kombinasi yang saya pakai adalah sarung tangan PossumDown. Sarung tangan ini
kelihatannya hangat sampai 0 C. Apabila saya menemukan jalur berbatu, atau akar yang
harus dipegang, saya akan melapisinya dengan sarung tangan berkebun. Saat ini saya belum
menemukan sarung tangan waterproof yang cocok, tapi ada juga kemungkinan tidak perlu
karena beberapa orang melaporkan PossumDown tetap hangat di saat basah. Namun apabila
perlu, kelihatannya Outdoor Research Versaliner cukup ringan. Untuk tidur, saya
menggunakan down mitt karena tangan saya suka kedinginan.

Penutup Kepala
Kepala juga merupakan tempat keluarnya panas. Apabila kepala tidak dilindungi, beberapa
orang beresiko merasa kedinginan meski insulasi tubuh mereka telah memadai.

Untuk cuaca panas lebih baik memakai topi berwarna terang untuk memantulkan sinar
matahari, sementara untuk cuaca dingin (di atas 0 C) anda bisa memakai beanie. Untuk di
bawah 0 C anda bisa memakai balaclava/kupluk.

Saya sendiri memakai Buff untuk suhu di atas 10C, sementara di bawah itu saya tambahkan
dengan beanie merino wool rajutan istri saya.

Saat ini terdapat beberapa penutup kepala yang saya lihat cukup menarik. BlackRock Gear
membuat down beanie yang sangat ringan, dengan bahan 900 FP down fill dan 7D shell. Ada
pula ColdAvenger balaclava yang menghangatkan udara sebelum dihirup, yang menurut saya
cocok di suhu -5 C ke bawah.

Anda mungkin juga menyukai