Anda di halaman 1dari 5

Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan berpengaruh ialah menegakkan

keadilan di bidang ekonomiatau pembagian kekayaan di antara anggota masyarakat.


Keadilan menuntut agar setiap orang dapat bagian yang wajar dari kekayaan atau
rezeki . . . . dalam masyarakat yang tidak adil, kekayaan dan kemiskinan akan
terjadi dalam kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun realitas selalu
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan antara manusia dalam kemampuan fisik maupun
mental namun kemiskinan dalam masyarakat dengan pemerintah yang tidak menegakkan
keadilan adalah merupakan perwujudan dari kezaliman . . . . kejahatan dibidang
ekonomi yang menyeluruh adalah penindasan oleh kapitalisme. Dengan kapitalisme
dengan mudah seseorang dapat memeras orang-orang yang mempertahankan hidupnya
karena kemiskinan, kemudian merampass hak-haknya secara tidak sah, berkat
kemampuannya untuk memaksakan persyaratan kerjanya dan hidup kepada mereka. Oleh
karena menegakkan keadilan mencakup pemberantasan kapitalisme dan segenap usaha
akumulasi kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat. (Al-Baqarah [2]: 278-279)

Tulisan ini berusaha mengembangkan lebih luas pembahasan tentang keadilan ekonomi
yang terdapat dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP), Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI). NDP mengutuk kapitalisme sebagai biang penindasan, namun rasanya belum
menawarkan langkah yang aplikatif untuk dapat diimplementasikan dengan kokoh dalam
kehidupan nyata. Ibarat sekedar mengutuk kegelapan tanpa menyelakan lilin satu pun
guna mendapat cahaya. Atau kah penulis yang belum dapat menginternalisasikan maksud
yang tersurat dalam NDP ini karena masih terlalu hijau dan belum mampu menyingkap
hitam gelap ketidaktahuan sehingga belum menemukan apa yang penulis cari.

Dalam makalah ini, penulis ingin menjadi dia yang menyalakan lilin di tengah yang
lain sekedar mengutuk kegelapan. Tulisan ini berusaha menampilkan wujud sistem
ekonomi Islam sebagai tandingan atas keganasan kapitalisme yang oleH NDP-kita
kutuk.

CACAT EKONOMI KAPITALISME

Salah satu jenis kerusakan yang paling menonjol dalam ekonomi kapitalisme adalah
berkaitan dengan konsep kapemilikan. Kapitalisme memberikan kebabasan kepada
siapapun untuk mengekslploitasi kekayaan alam baik itu barang-barang tambang
meliputi; migas, batu bara, nikel, timah, mapun barang-barang strategis lainnya
seperti air, dan hutan. Kita bisa ambil Indonesiasebagai laboratorium
penelitian.Indonesia dalam konsep ekonominya tidak jauh dari kapitalisme bahkan
beberapa pengamat sampai mengatakan Indonesia cenderung neo-liberal.Akan lebih
jelas jika kita melihat berbagai undang-undang yang dilahirkan dari kebijakan-
kebijakan elit negeri ini. UU 22 tahun 2001 tentang Migas adalah salah satu
conohnya. Dalam UU tersebut, peran negara dikebiri hanya menjadi regulator. Tidak
boleh ikut terlibat langsung dalam pengelolaan migas, baik di sektor hulu maupun
hilir. Memang BUMN dan BUMD diberi kesempatan untuk ikut bermain dalam usaha migas,
akan tetapi kedudukan perusahan negara itu disejajarkan dengan swasta, baik itu
swasta domestik maupun swasta asing.Pasal 9 UU tersebut menyatakan:

Kegiatan Usaha Hulu dan Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
angka 1 dan angka 2 dapat dilaksanakan oleh: Badan Uaha Milik Negara; Badan Usaha
Milik Daerah; Koperasi; Usaha Kecil; Badan Usaha Swasta.
Untuk bisa mendapatkan proyek pertambangan migas, BUMN dan BUMD harus bersaing
dengan perusahaan swasta. Dan kenyataannya dalam setiap tender, Pertamina yang
notabene milik negara selalu kalah dengan perusahaan-perusahaan milik swasta asing
yang faktanya lebih besar dari pada pertamina seperti: Chevron, Conoco Phillip,
Total E & P, British Petrolium, Medco, dan lain-lain.

Bukti kedua adalah UU Penanaman Modal. Dalam UU tersebut, pemerintah justru


memberikan perlakuan yang sama terhadap semua investor, termasuk investor asing.
Negara pun dilarang melakukan nasionalisasi. Kalaupun melakukannya, pemerintah
harus membeli dengan harga pasar. Dan apabila terjadi persengketaan antara
pemerintah dengan investor asing, harus dibawa kepada arbitrase internasional yang
disetujui kedua belah pihak.Bukan hanya itu saja, masih banyak UU lain yang
bercorak liberal seperti UU Sumber Daya Air, UU Ketenagalistrikan, UU Perkebunan,
dan UU Minerba. Kesemuanya ini adalah bukti diterapkannya sistem ekonomi
kapitalisme di negeri ini.

Padahal barang-barang tambang, air, listrik, mineral dan batu bara adalah komoditas
yang berhubungan dengan kebutuhan orang banyak, dengan dikuasainya barang-barang
itu oleh individu atau sekelompok kecil pemilik modal saja maka akan menyebabkan
disparitas yang mengerikan antara si pemilik dan mereka yang menjadi pengguna atau
pemakai.Ketimpangan yang luar biasa antara si kaya dan si miskin dalam masyarakat
akan menjadi pemandangan biasa dalam pengelolaan ekonomi yang berlandaskan kerangka
kebijakan kapitalisme. Ichsanuddin Noorsy dalam sebuah acara di salah satu stasiun
televisi swasta menyimpulkan bahwa dari setiap dimensi perkembangan pemikiran
ekonomi kapitalisme (dari klasik hingga keynesian) terdapat penyakit klasik yang
hingga saat ini tidak dapat disembuhkan oleh kapitalisme yaitu: pengangguran,
kemiskinan, dan kesenjangan.

KEKAYAAN ALAM INDONESIA

Bukan rahasia lagi bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah,
terhampar di atas daratan bumi pertiwi dari sabang sampai merauke. Kekayaan hayati
Indonesia seperti hutan, luasnya yang tersisa menurut World Bank sekitar 94.432.000
ha pada tahun 2010 lalu. Sekitar 31.065.846 ha diantaranya adalah hutan yang
memiliki nilai ekonomi tinngi. Indonesia memiliki 10% luas hutan tropis yang masih
tersisa.

Potensi kekayaan lautnya pun tak kalah luar biasa, Indonesia memiliki wilayah laut
seluas 5,8 juta km2 dengan panjang garis pantai 81.000 km. sekitar 7% (6,4 juta
ton/tahun) dari potensi lestari total ikan laut dunia berasal dari Indonesia.
Kurang lebih 24 juta ha perairan laut dangkal Indonesia cocok untuk usaha budidaya
laut dengan potensi produksi sekitas 47 juta ton?tahun. kawasan pesisir yang sesuai
untuk usaha budidaya tambah diperkirakan lebih dari 1 juta ha dengan potensi
produksi sekitas 4 juta ton/tahun.
KEKAYAAN MINERAL INDONESIA

Indonesia memproduksi di atas 790.000 ton konsentrat tembaga pada 1999. Produksi
tersebut dihasilkan dari pertambangan Grasberg yang mayoritas sahamnya dikuasai
oleh PT Freeport Indonesia yang merupakan milik perusahaan asal AS Freeport-
Mcmoran. Tambang Grasberg yang terletak di Tembagapura memiliki cadangan 2.500
metrik ton, yang mengandung 1,13 persen tembaga, 1,05 gram per ton emas, dan 3,8
gram per ton perak.

Tambang tembaga Batu Hijau di Pulau Sumbawa dikembangkan dengan investasi sekitar
1,9 miliar US $ oleh PT Newmont Nusa Tenggara. Cadangan diperkirakan 1.000 metrik
ton terdiri dari tembaga 0,52 persen dan emas 0,4 gram per ton. Masa tambang Batu
Hijau diperkirakan bisa mencapai 25 tahun. Sementara produksi per tahun mencapai
245.000 ton tembaga dan 18 ton emas.

INDONESIA SEBUAH PARADOKS

Data-data kekayaan Indonesia yang tadi kami sajikan tentu belum menggambarkan
secara utuhkekayaan sebenarnya yang dimiliki oleh Indonesia dari saking begitu
melimpahnya anugerah kekayaan alam yang Tuhanpersembahkan untuk bumi nusantara ini.
Dengan kekayaan alam yang begitu luar biasa idealnya penduduknya bisa dipastikan
sejahtera dan tenteram menjalani kehidupannya. Tapi pada kenyataannya, kita melihat
fakta sebaliknya, penduduk negeri kaya raya ini jatuh terperosok dalam kubangan
kemiskinan. Data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, penduduk miskin Indonesia
pada 2005 mencapai 51,2 juta jiwa (23%) dengan jumlah penduduk pada saat itu 221
juta jiwa. Jumlahnya penduduk miskin pada tahun selanjutnya, 2006meroket menjadi 60
juta jiwa. Jika menggunakan standar kemiskinan World Bank, yaitu yang pendapatannya
kurang dari US$ 2 (Rp 19.000,-) per hari, jumlah penduduk miskin Indonesia menjadi
110 juta jiwa (48%).

Hampir 6 juta penduduk Indonesia tidak memiliki rumah. Sejumlah 16 sampai 17 ribu
penduduk tinggal di rumah tak layak huni. Lebih dari 50 persen penduduk tidak
memiliki akses terhadap air bersih; lebih dari 25 persen balita kekurangan gizi;
buta huruf mencapai 9,55 persen atau 14,7 juta. Jumlah pengangguran telah mencapai
40 juta orang (25 persen angkatan kerja). Dari tahun ke tahun angka ini terus
meningkat , yakni sekitar 8,1 persen pada 2001, ,86 persen pada 2004 dan 10,9
persen pada 2005. Prevelensi balita gizi buruk dan gizi parah hingga tahun 2003
sebesar 27,5 persen.

SISTEM EKONOMI ISLAM: PENGELOLAAN KEKAYAAN ALAM MENURUT SYARIAH

Sebagai bagian dari sistem Islam, sistem ekonomi Islam dibangun atas dasar syariah,
yakni, menempatkan Allah sebagai As-Syari’ (pembuat hukum). Dalam Islam, tidak ada
satu pijakan pun yang dapat diterima kecuali berasal dari Allah SWT. Karena itu,
sebuah hukum, agar dapat disebut sebagai hukum syariah haruslah bersumber dari
dalil-dalil syariah. Sumber-sumber tersebut adalah Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’
sahabat dan Qiyas. Di atas landasan ke empat sumber hukum Islam inilah prinsip-
prinsip sistem ekonomi Islam dibangun termasuk tata cara pengelolaan kekayaan alam.
Hal itu juga untuk menegaskan bahwa Islam tidak semata mengatur aspek spiritual
saja, melainkan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk masalah
pengelolaan kekayaan alam.

Pengelolaan kekayaan alam di dalam sistem ekonomi Islam dapat dilihat dari konsep
kepemilikan.Berdasarkan subyek pemiliknya, kepemilikan dalam Islam dibagi menjadi
tiga macam, yakni: kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara.
Sekali lagi, pembagian ini semata didasarkan pada ketentuan nash-nash syariah yang
telah menetapkannya demikian.

Kaitannya dengan kekayaan alam seperti hutan, air dan energi adalah termasuk dalam
kategori kepemilikan umum. Kepemilikan umum adalah izin As-Syari’ (Allah) kepada
masyarakat untuk sama-sama memanfaatkan suatu benda. Yang termasuk kategori
kepemilikan umum adalah yang telah dinyatakan oleh Allah bahwa semua tersebut
adalah untuk suatu komunitas; mereka msing-masing saling membutuhkan dan Allah
melarang benda tersebut dikuasai hanya oleh seseorang atau sekelompok kecil orang
saja.Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Kaum muslim bersekutu dalam tiga hal: air, padang rumput dan api.”(HR Abu Daud,
Ahmad, Ibnu Majah)

Abu Hurairah juga menuturkan bahwa Nabi Muhammad saw pernah bersabda:

“Ada tiga hal yang tidak pernah dilarang (untuk dimanfaatkan oleh siapapun): air,
padang rumput dan api.”(HR Ibnu Majah)

Karena kekayaan alam dipandang oleh Islam sebagai kepemilika umum, maka
pengelolaannya tidak boleh diserahkan kepada swasta (corporate based management)
tetapi wajib dikelola sepenuhnya oleh negara (state based management) dan hasilnya
wajib pula dikembalikan oleh negara kepada rakyat. Karena hukum asal pemilik
kekayaan alam tersebut adalah Allah sang pencipta (Al-khaliq)yang diberikan kepada
seluruh rakyat (bukan orang-perorang).Dan disitulah fungsi negara (Khilafah) untuk
mengelolanya berdasarkan ketentuan-ketentuan syariah.

Untuk mekanisme pengelolaan barang tambang, Islam mengklasifikasikannya menjadi


dua:

Pertama, barang tambang yang terbatas jumlahnya. Ia boleh dimiliki oleh individu
atau swasta. Hasil barang tambang seperti ini akan dikenai hukum rikaz (barang
temuan) sehingga harus dikeluarkan 1/5 bagian (20%) darinya.

Kedua, tambang yang tidak terbatas jumlahnya. Jumlahnya yang besar menghalangi
untuk dikelola oleh individu, otomatis pengelolaannya berada di tangan negara untuk
dikembalikan kepada rakyat. Dalilnya adalah hadist riwatat Imam At-Tirmidzi dari
Abyadh bin Hamal:

Abyadh bin Hamal menuturkan bahwa ia pernah meminta kepada Rasulullah saw (sebagai
kepala negara Madinah) untuk dibolehkan mengelola tambang garamnya, lalu Rasulullah
saw memberikannya. Setelah ia pergi, ada seseorang laki-laki dari majelis tersebut
bertanya, “Wahai Rasulullah, tahukah engkau, apa yang engkau berikan kepadanya?
Sesungguhnya engkau telah memberikan sesuatu bagaikan air yang mengalir (al-mau al-
iddu).” Rasulullah saw kemudian bersabda, “Tariklah tambang tersebut darinya.”(HR
At-Tirmidzi)

Hadist ini memberikan ibrah (pelajaran) yang menjelaskan dua hal:

Pertama, kebolehan memiliki barang tambang (sebagaimana diceritakan dalam hadist


tadi, barang tambang) selama tambang tersbut terbatas jumlahnya.

Kedua, larangan memiliki bahan tambang karena bersifat tidak terbatas yang
diumpamakan sebagai ‘air yang mengalir’ karena tambang tersebut adalah milik umum.

Berdasarkan hukum ini, setiap tambang yang tidak terbatas jumlahnya adalah milik
umum haram untuk dimiliki individu apalagi swasta asing, baik tambang yang dapat
diperoleh tanpa harus bersusah payah serta bisa dimanfaatkan secara langsung,
semisal garam, batu mulia, dan sebagainya ataupun tambang yang berada di dalam
perut bumi, yang tidak bisa diperoleh selain dengan kerja dan susah payah, semisal
tambang emas, perak, besi, tembaga, timah, dan sejenisnya.

Dengan demikian tambang Batu Hijau di Pulau Sumbawa, tambang Grasberg di


Tembagapura, tambang batu bara, emas, nikel, besi, baja, logam, gas bumi, minyak
bumi semuanya merupakan milik umum (seluruh rakyat) yang pengelolaannya diserahkan
pada negara, tidak boleh dimiliki oleh individu-individuapalagi swasta asing untuk
dijadikan komoditas komersiil yang hanya menguntungkan segelintir orang saja.

Anda mungkin juga menyukai