Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MANDIRI

ETIKA PROFESI

PENEGAKAN KODE ETIK HAKIM

Nama :MUHAMMAD YUSUF PADLI

NPM :150910235

Dosen :Dr.RAZAKI PERSADA,S.E.,M.Si.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS


FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2018
JUDUL PRESENTASI DAN NAMA KELOMPOK

JUDUL :

KODE ETIK PROFESI JAKSA, HAKIM DAN KURATOR

NAMA KELOMPOK :

MUHAMMAD YUSUF PADLI (150910235)

NURAMALIAFITRA (150910339)

ROSITA (150910489)

CHIRMESIA SITUMORANG (150910303

JUDUL STUDI KASUS :

PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI HAKIM

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT atas rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi. Dalam makalah
ini kami membahas tentang Apa definisi etika,profesi dan hakim, Apa saja sifat-
sifat hakim, Apa saja kode etik hakim, dan Konsekuensi bagi korps bertoga yang
melanggar kode etik profesi. Ucapan terima kasih pun tidak lupakami ucapkan
kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu masukan berupa kritikan dan saran sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata,kiranya makalah ini dapat berguna
dan bisa menjadi pedoman bagi mahasiswa untuk dapat mempelajari serta
memahami tentang etika profesi. Sekian dan terima kasih.

Batam, 13 January 2018

Muhammad Yusuf Padli

ii
DAFTAR ISI

JUDUL PRESENTASI DAN NAMA KELOMPOK .......................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Etika, Profesi dan Hakim ........................................................................ 3
2.2 Pelambang atau sifat hakim dan rincian sifat-sifat hakim ........................................ 4
2.3 Kode Etik Hakim ................................................................................................ 8
2.4 Konsekuensi bagi korps bertoga yang melanggar kode etik profesi ................... 9
2.5 Studi Kasus ............................................................................................................. 11
BAB III ............................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 15
3.2 Saran ....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTKA .......................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional.
Tugas hakim adalah mengkonstatir, mengkwalifisir dan kemudian
mengkonstituir. Apa yang harus dikonstatirnya adalah peristiwa dan kemudian
peristiwa ini harus dikwalifisir, pasal 5 ayat 1 UU. 14/1970 mewajibkan
hakim mengadili menurut hukum. Maka oleh karena itu hakim harus
mengenal hukum di samping peristiwanya.

Seorang hakim haruslah independen, tidak memihak kepada siapapun


juga walaupun itu keluarganya, kalau sudah dalam sidang semuanya
diperlakukan sama.

Hakim harus berpegang kepada Tri Parasetya Hakim Indonesia. Hakim


harus dapat membedakan antar sikap kedinasan sebagai jabatannya sebagai
pejabat negara yang bertugas menegakkan keadilan dengan sikap hidup
sehari-hari sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat.

Untuk membedakan itu hakim mempunyai kode etik sendiri bagaimana


supaya dia dapat mengambil sikap. Zaman sekarang kadang-kadang hakim
salah menempatkan sikapnya, yang seharusnya sikap itu harus dilingkungan
keluarga, ia bawa waktu persidangan. Ini tentunya akan mempengaruhi
putusan.

Masalah kode etik inilah yang menjadi latar belakang penulisan makalah
ini. Supaya hakim-hakim agar lebih memperhatikan lagi tugasnya sebagai
penegak keadilan di dalam masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi etika, profesi dan hakim?
2. Apa saja sifat-sifat hakim?
3. Apa saja kode etik hakim?
4. Apa Saja Konsekuensi bagi korps bertoga yang melanggar kode etik
profesi ?

1.3 Tujuan Masalah


Untuk menjadikan sub masalah tersebut dan sub masalah tersebut akan di
bahas pada BAB II.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika, Profesi dan Hakim


Etika berasa dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bentuk tunggal
yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Bentuk jamak
dari ethos adalah ta etha artinya adat kebiasaa. Dari bentuk jamak ni
terbentuklah istilah etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles (384-322 BC)
sudah dipakai untuk menunjukan filsafat moral. Berdasarkan asal usul kata
maka Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan.

Dalam kamus Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan (1988), Etika dirumuskan dalam tiga arti yaitu :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak)

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan


atau masyarakat.

Dengan demikian, tiga arti etika dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Etika dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral menjadi


pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok mengatur
dalam tingkah lakunya arti ini disebut juga sebagai “system
nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup
bermasyarakat. Misalnya etika orang jawa, etika orang
Budha.
b. Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral.
Yang dimaksud disini adalah kode etik, misalnya kode etik
Advikat Indonesia, Kode Etik Notaris Indonesia.

3
c. Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995),
menurut beliau etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang
mempunyai arti adat istiadat atau kebiasaan yang baik.
Bertolak dari pengertian ini kemudian etika berkembang
menjadi studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan
kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang
menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada
umunya. selain itu, etika juga berkembang menjadi studi
tentang kebenaran dan ketidak benaran berdasarkan kodrat
manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.

2.2 Pelambang atau sifat hakim dan rincian sifat-sifat hakim


Lambang merupakan suatu identitas yang harus dimiliki oleh sebuah
institusi, lambang ini pula akan member ciri pembeda antara institusi satu dengan
institusi lainnya. Untuk lembaga kehakiman terdapat sebuah lambing yang
dipasang setiap saat di dada sebelah kiri seorang hakim dalam waktu menjalankan
tugasnya.

Lambang atau logo tersebutterpangpang dalam sebuah lencana atau lambing yang
berbentuk lonjong yang didalamnya terdapat symbol-simbol yang memiliki
makna masing-masing. Lebih jelasnya yaitu:

1. Kartika= Bintang yang melambangkan


2. Cakra = Semjata ampuh dari dewan keadilan yang mampu
memusnahkan segala kebatilan, kezaliman, dan
ketidakadilan, berarti ADH
3. Candra = Bulan yang menerangi segala tempat yang gelap,
sinar penerangan dalam kegelapan (yang berarti bijaksana
atau berwibawa)
4. Isari = bunga yang merebak wangi yang mengharumkan
kehidupan masyarakat (berarti berbudi luhur dan tidak
berkelakuan tercela)

4
5. Tirta = air yang membersihkan segala kotoran di dunia,
yang berarti bahwa seorang hakim harus jujur.

Bertitik tolak dari perlambangan yang merupakan identitas hakim, untuk


lebih memaknainya, berikut uraian lebih tuntas, yaitu :

1. Kartika = percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa.


Sesuai dengan agam dan kepercayaan masing-
masingmenurut dasar kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab.
2. Cakra = adil dalam kedinasan: 1 adil 2) tidak memihak 3)
besungguh-sungguh mencari keadilan dan
kebenaran 4) memutus berdasarkan hati nurani 5)
sanggup mempertanggungjawabkan kepada Tuhan
3. Candra = bijaksanaatau berwibawa.
Dalam kedinasan 1) berkepribadian 2) bijaksana
3) berilmu 4) sabar 5) tegas 6) disiplin 7) penuh
pengabdian kepada pekerjaan.
Di luar kedinasan : 1) dapat dipercaya 2) penuh rasa
tanggungjawab 3)menumbukan rasa hormat 4)
anggun dan berwibawa.
4. Sari = berbudi luhur atau tidak berkelakuan tercela. Dalam
kedinasan: 1) tawakal 2) sopan 3) ingin
meningkatkan pengabdian dalam tugas 4) bersemangat
ingin maju 5)tenggang rasa
5. Tirta = jujur.
Dalam kedinasan: 1) jujur 2)merdeka 3) bebas 4)
sepi ing pamrih 5) tabah.
Lalu di luar kedinasan: 1) tidak boleh menyalah
gunakan kepercayaan dan kedudukan 2) tidak boleh berjiwa
mumpung 3) waspada.

5
Seorang hakim harus memiliki sikap toleransi kepada semua
lapisan, lingkungan bekerja, baik dalam sewaktu kedinasan ataupun
diluar kedinasan .

A. Sikap hakim dalam kedinasan


1. Hakim dalam persidangan. Sikap hakim dalam persidangan
dapat berupa:
 Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang
ditentukan dalam hukum acara yang berlaku
 Tidak boleh memihak terhadap pihak-pihak yang
berperkara.
 Harus bersifat sopan, tegas, dan bijaksana dalam
memimpin sidang, baik dalam ucapan maupun
perbuatan.
 Harus menjaga kewibawaan dan kenikmatan
persidangan
2. Hakim terhadap sesama rekan :
 Menjaga hubungan kerja sama yang baik anta sesame
rekan kerja
 Memiliki rasa setia kawan dan saling menghargai
sesame rekan
 Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan sesame
korps. Hakim
 Menjaga nama baik dan martabat reka di dalam maupun
di luar
3. Sikap hakim terhadap bawahan atau pegawai
 Harus memiliki sifat kepemimpinan
 Membimbing bawahan untuk mempertinggi kecakapan
 Harus mempunya sifat bapak/ ibu yang baik terhadap
bawahan
 Memelihara rasa kekeluargaan

6
 Memberi contoh kedisiplinan yang baik kepada
bawahan
4. Sikap hakim terhadap atasan
 Taat kepada pemimpin atasan
 Menjalankan tugas-tugas yang diberikan dengan jujur
dan ikhlas
 Berusaha member saran yang membangun kepada
atasan
 Mempunyai kesanggupan mengeluarkan pendapat
kepada atasan tanpa meninggalkan norma-norma
kedinasan
 Tidak dibenarkan mengadakan resolusi terhadap atasan
dalam bentuk apapun
5. Sikap hakim terhadap rekan hakim
 Harus memelihara hubungan baik
 Membimbing bawahan dalam pekerjaan dalam
memperoleh kemajuan
 Harus bersikap tegas, adil dan tidak memihak
 Memberi contoh kehidupan yang baik
6. Sikap hakim terhadap instansi lain
 Harus memelihara kerjasama dan hubungan yang baik
 Tidak boleh menunjukan kedudukannya
 Tidak menyalahgunakan wewenang dan kedudukan
B. Sikap hakim di luar kedinasan
1. Sikap pribadi
 Harus memiliki kesehatan jasmani dan rohani
 Berkelakuan baik
 Tidak menyalahgunakan wewenan
 Menjauhkan diri dari sifat tercela

7
 Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat
hakim

2. Hakim dalam rumah tangga


 Menjaga keluarga dari perbuatan yang tercela
 Menjaga ketentraman dan keutuhan rumah tangga
 Menyesuaikan kehidupan rumah tangga dengan keadaan
dan pandangan masyarakat
 Tidak dibolehkan hidup berlebihan dan mencolok

3. Sikap hakim dalam masyarakat selaku anggota masyarakat


tidak boleh mengisolasi diri dari pergaulan masyarakat
 Harus mempunyai rasa bergotong royong dalam
masyarakat
 Harus menjaga nama baik dan martabat hakim.

2.3 Kode Etik Hakim


Pada tanggal 30 maret 2001 di bandung telah ditetapkan kode etik
profeis hakim, daan telah disahkan serta dinyatakan berlaku oleh
musyawarah nasional ikatan hakim indonesia (IKAHI) XII di Bandung .
Di Buat dan disahkannya kode etik profesi hakim ini adalah dengan
maksud dan tujuan sebagai berikut:

1. Sebagai alat untuk membina dan memebentuk karakter hakim,


2. sebagai alat untuk mengawasi tingkah laku para hakim.
3. sebagai sarana kontrol sosial
4. sebagai sarana pencegah campur tangan extra judicial.
5. sebagai sarana pecegahan timbulnya kesalahan pahaman dan
konflik antara sesama hakim dan antara hakim dan masyarakat
6. untuk menjaga kemandirian fungsional bagi hakim.
7. untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada lembaga
peradlian.

8
Salah satu pengaturan penting dalam kode etik profesi hakim
Indonesia adalah tentang bagaimana seharusnya hakim para hakim
bersikap, baik didalam pengadilan maupun diluar pengadilan. Sikap-sikap
seorang hakim yang harus ditaati dalam hubungan dengan perisdangan di
pengadilan adalah sebagai berikut :

1. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan


hukum acara yang berlaku, dengan memerhatikan asas-asas.

2. Tidak dibenarkan menunjukan sikap memihak atau bersimpati


ataupun antipati kepada pihak-pihak yang berperkara, baik dalam
ucapan maupun dalam pembuatan.

3. Harus bersifat sopan, tegas, dan bijaksana dalam memimpin


sidang , baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan.

4. Harus menjaga kewibawaan dan kehikmatan persidangan, antara


lain serius dalam memeriksa, tidak melecehkan pihak-pihak yang
berperkara, baik dengan kata-kata maupun perbuatan.

5. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan.

2.4 Konsekuensi bagi korps bertoga yang melanggar kode etik profesi
Dalam Rumusan kode etik profesi hakim yang dirumuskan oleh
musyawarah nasional Indonesia XIII di Bandung pada 30 maret 2001, dirumuskan
bahwa yang berhak memantau dan mengadukan adanya pelanggaran terhadap
Kode Etik Profesi Hakim ketika hakim sedang menjalankan profesinya adalah
masyarakat. Ke mana masyarakat dapat mengadu ? untuk mengawasi tingkah
polah hakim dalam menjalankan profesinya agar tidak melanggar kode etik
profesi, dibentuk lembaga pengawasan kode etik profesi hakim. Komisi
kehormatan kode etik hakim ini berwenang menindaklanjuti pengaduan dari
masyarakat terhadap hakim, untuk kemudian memeriksanya dan memberikan
keputusan kepada hakim yang diadukan oleh masyarakat tersebut.

9
Ketika Ada pengaduan dari anggota masyarakat tentang adanya
pelanggaran kode etik profesi dari hakim anggota IKAHI maka komisi
kehormatan akan memanggil anggotan yang diadukan oelh masyarakat tersebut
untuk didengarkan keteranganya sehubungan dengan adanya pengaduan dan
pelapor tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh komisi kode etik dan
merekomendasikan untuk merehabilitasi anggota yang tidak terbukti bersalah
terhadap apa yang diadukan dan dilaporkan oleh anggota masyarakat tersebut.

Komisi kehormatan kdoe etik profesi hakim secara structural sebenarnya


dibagi menjadi dua tingkatan, yakni komisi kode etik profesi hakim tingkat daerah
dan komisi kode etik profesi hakim tingkat pusat.jika masyarakat mengadukan
atau melaporkan dugaan adanya pelanggaran kode etik profesi oelh hakim,
masyarakat dapat mengadukan dan melaporkannya ke komisi kode etik profesi
hakim tingkat daerah. Namun, setelah komisi kode etik profesi hakim tingkat
daerah dan dalam proses penanganannya sulit atau tidak bisa diselesaikan maka
komisi kode etik porfesi hakim tingkat pusatlah yang berwenang mengambil alih
pengaduan atau laporan dari masyarakat yang tidak dapat diselesaikan oleh komisi
kode etik prfesi hakim tingkat daerah tersebut.

Pemerikasaan terhadap hakim yang diadukan oleh masyarakat tersebut


bersifat tertutup dan dalam pemeriksaan tersebut hakim yang diadukan memiliki
hak untuk mebela diri atas tuduhan tersebut. Tidak hanya itu saja, hakim tertuduh
pun memiliki hak untuk didampingi oleh seorang atau lebih anggota yang
ditunjuk oleh hakim terkait atau ditunjukoleh organisasi dalam hakim terlapor
memberikan pembelaannya dihadapan komisis kode etik profesi hakim.

Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang


ditandatangani oleh semua aanggota komisi kehormatan kode etik profesi hakim
maka komisi kehormatan kode etik profesi hakim dan yang diperiksa. Apabila
dalam pemeriksaan atas pengaduan dari masyarakat tersebut terbukti bahwa
hakim terkait telah melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesi hakim

10
maka komisi kehormatan kode etik profesi hakim dapat menjatuhkan salah satu
sanksi sebagai berikut :

1. Teguran ;
2. Skorsing dari anggota Ikatan Hakim Indonesia ( IKAHI )
3. Pemberhentian sebagai anggota IKAHI.

2.5 Studi Kasus


TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Mantan wakil ketua
Pengadilan Negeri Bandung yang juga sempat menjadi hakim Tipikor,
Setyabudi Tejocahyono, kini menjadi terdakwa kasus korupsi. Bahkan
sesuai dengan surat dakwaan jaksa penuntut, Setyabudi terancam hukuman
penjara msaksimal 20 tahun penjara atau seumur hidup jika terbukti
menerima suap dalam penanganan sidang Tipikor Penyimpangan Dana
Bansos Kota Bandung TA 2009-2010.

Hal itu dikatakan jaksa penuntut umum dari KPK, Ali Fikri SH
MKn, kepada wartawan seusai persidangan perdananya yang
mengagendakan pembacaan dakwaan di luar ruang sidang Tipikor,
Pengadilan Negeri Bandung, Kamis (15/8/2013). "Hukumannya bisa seumur
hidup atau penjara 20 tahun karena pasal yang didakwakan berlapis," kata
Ali.

Ali menuturkan, Setyabudi didakwa dengan pasal berlapis, yakni tiga


dakwaan primer ditambah dengan beberapa dakwaan subsider. Terdakwa
bersama dengan hakim anggotanya H Ramlan Comel dan Djodjo Djohari
pada bulan April 2012 hingga Januari 2013 menerima uang suap Rp
1.810.000.000 dari Wali Kota Bandung Dada Rosada, Sekda Kota Bandung
dan Edi Siswadi dan Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Kota Bandung H Herry Nurhayat. Selain itu, terdakwa menerima
160 ribu dolar AS, dan barang perabotan rumah serta fasilitas hiburan di
Venetian Spa Launge & Karaoke di Pasirkaliki. "Uang tersebut diserahkan
ke terdakwa melalui Toto Hutagalung dan Asep Triana," ujar Ali.

11
Pemberian uang suap untuk terdakwa yang diberikan olehDada
Rosada, Edi Siswadi, dan Herry Nurhayat melalui Toto Hutagalung
ditujukan agar terdakwa menjadikan putusan kasus tipikor penyimpangan
bansos Kota Bandung TA 2009-2010 tidak mengaitkan dengan nama Dada
Rosada, Edi Siswadi, dan Herry Nurhayat serta memberikan hukuman yang
ringan kepada terdakwa Rochman, Firman Himawan, Luthfan Barkah,
Yanos Septiadi, Uus Ruslan, Havid Kurnia, dan Ahmad Mulyana. Pada
putusannya ketika itu, terdakwa memutuskan hukuman masing-masing 1
tahun penjara dan denda Rp 50 juta atau diganti hukuman penjara 1 bulan,
lebih rendah dari tuntutan jaksa.

Sesuai dengan fakta pembacaan dakwaan terungkap bahwa awalnya


terdakwa minta Rp 3 miliar kepada Toto Hutagalung setelah Toto beberapa
kali bertemu dan mengenalkan diri sebagai orang kepercayaan Dada yang
ingin meminta kemudahan proses hukuman para terdakwa kasus
penyimpangan bansos. Terdakwa juga menyampaikan putusan di PN
Bandung akan diatur oleh Ketua PN Bandung Singgih Budi Prakoso, dan
putusan di PT Bandung akan diatur oleh Ketua PT Bandung Sareh Wiyono.
Ia juga minta Pemkot Bandung membayar kerugian negara sesuai hasil
penghitungan BPKP, sebesar Rp 9.440.225.000.

Toto menyampaikan permintaan itu kepada Dada Rosada dan Edi


Siswadi. Lalu Dada minta Edi dan Herry untuk memenuhi permintaan itu
melalui Toto. Dada juga minta Edi dan Herry untuk mengumpulkan para
SKPD agar memberikan sejumlah uang guna pelunasan kerugian keuangan
negara.

Uang itu diberikan kepada terdakwa secara bertahap. Pertama Edi


memberikan 100 ribu dolar AS melalui Toto. Toto menyerahkan 80 ribu
dolar kepada terdakwa di rumah Toto. Uang itu diberikan dalam tiga amplop
masing-masing untuk Singgih Budi Prakoso sebagai Ketua PN Bandung,
Rina Pratiwi selaku Wakil Panitera PN Bandung, dan satu amplop untuk

12
majelis hakim yakni terdakwa, Ramlan Comel dan Djojo Djohari. Untuk
sisa uang pelunasannya, terdakwa mengeluarkan penetapan penitipan uang
yang akan dikembalikan ke rekening Rumah Penitipan Barang Rampasan
dan Sitaan (Rupbasan).

Selain itu, kata Ali, saat proses persidangannya, terdakwa yang


menjadi ketua majelis hakim tipikor juga menerima hadiah dari Dada, Rp
500 juta untuk perubahan status tahanan ketujuh terdakwa dari tahanan
penjara di rumah tahanan menjadi tahanan kota. Bahkan terdakwa juga
melalui Toto Hutagalung dan Asep Triana menerima 40 ribu dolar AS di
depan kantor Jefri Sinaga, Rp 500 juta di Hotel Grand Serella, Rp 300 juta
di Villa Ujungberung, 40 ribu dolar AS di kantor PN Bandung, Rp 200 juta
di Coffee Shop, Rp 300 juta di rumdin wakil ketua PN, Rp 300 juta, Rp 200
juta di kafe Bali, dan Rp 10 juta untuk pembelian tiket pesawat.

Setyabudi langsung menyela jalannya persidangan kepada majelis


hakim sebelum dakwaan dibacakan jaksa penuntut umum. Setyabudi
meminta kepada majelis hakim agar surat dakwaan yang akan dibacakan
jaksa tidak seluruhnya atau tidak detail. Permintaan itu diajukan Setyabudi,
dengan alasan ia dan penasihat hukumnya sudah menerima surat
dakwaannya. Namun majelis hakim yang diketuai Nur Hakim SH meminta
Setyabudi mengulang apa yang dikatakannya karena kurang jelas.Atas
permintaan itu, Nur Hakim mengatakan bahwa dibacakan seluruhnya atau
sebagian dakwaan, itu adalah hak JPU. Namun sesuai dengan prinsip
persidangan itu terbuka sehingga perlu adanya keterbukaan kepada publik.

Analisa kasus :

Dalam kasus ini terjadi sebuah pelanggaran kode etik yang


dilakukan oleh Setyabudi Tejocahyono, ia adalah seorang wakil ketua
hakim pengadilan negeri bandung. Kode etik yang telah ia langgar adalah
tindak pidana korupsi yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang
hakim. Hakim ketua Nur hakim menjatuhkan pidana kepada Setyabudi

13
Tejocahyono diatur dalam pasal 6 ayat (1) huruf A, Pasal 12 huruf C dan
Pasal 12 huruf A UU no. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Korupsi
yang diperbarui dalam UU No. 20 tahun 2001 memvonis 12 Tahun penjara
dalam kasus dugaan suap dana Bantuan Sosial (Bansos) Kota Bandung,
dan juga didenda Rp 200 Juta dan Subsider 3 bulan.

Kemudian setyabudi tejocahyono dinilai tidak peka terhadap


tindakan korupsi yang dilakukannya, padahal terdakwa adalah seorang
penegak hokum namun tidak memberikan contoh yang baik kepada
masyarakat. Semua itu dianggap bertentangan dengan kode etik dan
perilaku hakim.

Tidak hanya menerima uang, terdakwa juga menerima dan


meminta beberapa fasilitas seperti perabotan untuk di rumah dinas, serta
fasilitas hiburan di Venetian Spa launge and karaoke di Paskal
Hypersquare Bandung

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setyabudi Tejocahyono merupakan wakil hakim Pengadilan Negeri
Bandung yang melanggar kode etik seorang hakim, dengan ia menerima
suap atas kasus Bansos Kota Bandung akhirnya ia di pecat dan dihukum
penjara selama 12 tahun dan membayar denda 200 Juta. pada kasus ini
menunjukan moralitas hakim tersebut sangat buruk dan bertentangan dengan
hakim yang harus jujur dan bersih dan bertentangan dengan sikap haki,
meliputi: berkelakuan baik dan tidak tercela, tidak menyalahgunakan
wewenang untuk kepentingan pribadi, tidak melakukan perbuatan yang
merendahkan martabat hakim.

3.2 Saran
1. Semua profesi khususnya hakim memiliki etika dan peraturannya masing-
masing , jangan tergiur oleh harta yang bisa merubah hakekat kebenaran.
2. Bekerjalah Profesional sebagai hakim tanpa berpihak.
3. Tanamkan kebaikan dalam diri karn0a itu adalah benteng dari kejahatan.
4. Sanksi-sanksi yang sudah tidak menyeramkan bagi hakim-hakim
seharusnya lebih diperhatikan lagiuntuk mencegah pelanggaran ini. Kerja
yang sebelumnya belum maksimal seharusnya bisa lebih maksimal. Dana
yang biasanya menjadi alasan para pejabat Negara seharunya bisa lebih
mudah didapatkan, mengingat pengawasan terhadap hakim merupakan hal
yang sangat penting dalam menemukan keadilan.

15
DAFTAR PUSTKA

kamil, iskandar. (2006). Kode Etik Profesi Hakim dalam Pedoman


Perilaku Hakim. Jakarta: Mahkamah Agung RI.

http://www.tribunnews.com/regional/2013/12/17/hakim-setyabudi-
divonis-12-tahun-penjara

Yuwono, I. D. (2011). Memahami Etika Profesi & Pekerjaan. Yogyakarta:


Pustaka Yustisia.

16

Anda mungkin juga menyukai