Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
Menurut Isbandi Rukminto yang dikutip oleh
Hamzah B. Uno menyatakan bahwa istilah motivasi
berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam dari individu, yang
menyebabkan individu tersebut atau berbuat.1 Motif
tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat
diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa
rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga
munculnya suatu tingkah laku tersebut. 2
Mengenai definisi dari motivasi, ada beberapa
pendapat para ahli mengenai motivasi, motivasi adalah
suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri
seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu.3
Menurut Abdul Rahman Shaleh, motivasi adalah
segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku

1
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis
di Bidang Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008) h.3
2
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta:PT.
RajaGrafindo Persada, 2008), h. 70
3
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), h. 148.

2
3

yang menuntun atau mendorong seseorang untuk


memenuhi kebutuhan.4
Menurut Wasty Soemanto, motivasi adalah suatu
proses yang tersimpul, salah satu proses yang bertalian
dengan mediating varriable. Motivasi ini tak dapat
diamati secara langsung, namun tersimpul dari tingkah
laku yang tampak.5
Menurut Mc Donald yang dikutip oleh Oemar
Hamalik, motivasi adalah suatu perubahan energi dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif
dan reaksi untuk mencapai tunjuan.6
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, motivasi
adalah kuatnya dorongan (dari dalam diri manusia) yang
membangkitkan semangat dalam makhluk hidup, yang
kemudian hal itu menciptakan adanya tingkah laku dan
mengarahkannya pada suatu tujuan atau tujuan-tujuan
tertentu.7
Menurut Hamzah B. Uno motivasi merupakan
suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan-
rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga
seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan

4
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2009), h. 182.
5
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 212.
6
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2012), h. 186.
7
Hamdani Bakran Adz-Zakariey, Psikologi Kenabian,
(Yogyakarta: Beranda Publishing, 2007), h. 343.
4

tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari


keadaan sebelumnya.8
Dari beberapa pendapat di atas bisa ditarik
kesimpulan makna motivasi dengan ungkapan sederhana
yaitu kesadaran untuk merubah atau meningkatkan
sebuah aktivitas menjadi lebih baik karena adanya
dorongan baik dari diri pribadi maupun faktor eksternal.

B. Teori motivasi Menurut para ahli


Secara umum, teori motivasi dibagi dalam dua
kategori, yaitu teori kandungan (content), yang
memusatkan perhatian pada kebutuhan dan sasaran tujuan,
dan teori proses yang banyak berkaitan dengan bagaimana
orang berperilaku dan mengapa mereka berperilaku
dengan cara tertentu.9 Berikut teori-teorinya:
1. F.W Taylor dan manajemen ilmiah
F.W Taylor adalah seorang tokoh angkatan
“manajemen ilmiah”, manajemen berdasarkan ilmu
pengetahuan pendekatan itu memusatkan perhatian
membuat pekerjaan seefktif mungkin dengan
merampingkan metode kerja, dan penilaian pekerjaan.
Pekerjaan dibagi-bagi dalam berbagai komponen, diukur
menggunakan teknik-teknik penelitian pekerjaan dan

8
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis
di Bidang Pendidikan, h. 9
9
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis
di Bidang Pendidikan, h. 39
5

diberi imbalan sesuai dengan produktivitas. Dengan kata


lain pendekatan ini menganggap bahwa uang atau
imbalan merupakan motivasi utama. Pemikiran inilah
yang melatarbelakangi sebagian besar penelitian
pekerjaan yang didasarkan pada skema imbalan
(insentif).10
Dalam implikasinya bagi pendidikan, Menurut John
W. Santrock insentif adalah peristiwa atau stimuli positif
atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid.
Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang
baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas
pekerjaan murid, memberikan penghargaan pada murid,
misalnya memamerkan karya mereka dan lain
sebagainya.11
2. Hierarki kebutuhan Maslow
Abraham Maslow memandang motivasi berasal
dari kebutuhan-kebutuhan dasar manusia yang universal.
Lima tingkatan kebutuhan manusia yang dimaksud, di
antaranya:
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat
tetap hidup, termasuk makanan, perumahan,
pakaian, udara untuk bernapas, dan sebagainya

10
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis
di Bidang Pendidikan, h.40
11
John W. Santrock, Educational Pscychology (Second Edition),
terj. Tri Wibowo (Jakarta: PRENAMEDIA GROUP, 2004) h. 511
6

b. Kebutuhan akan rasa aman


Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi maka
kebutuha beralih pada keselamatan. Keselamatan
itu, termasuk rasa aman dari setiap jenis ancaman
fisik atau kehilangan, serta merasa terjamin.
Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dilakukan
dengan pengambilan polis asuransi dan lain
sebagainya.
c. Kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan
sosial
Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman
terpenuhi, kepentingan berikutnya adalah
hubungan antarmanusia. Maka cinta kasih dan
kasih 0sayang diperlukan dalam tingkat ini.
d. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan yang dimaksud meliputi
kepercayaan diri, harga diri, pengakuan orang lain,
dan kehormatan.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan tersebut ditempatkan paling atas
pada hierarki Maslow dan berkaitan dengan
keinginan pemenuhan diri. Ketika semua
kebutuhan lain sudah dipuaskan, seseorang ingin
7

mencapai secara penuh potensinya. Tahap terakhir


itu mungkin tercapai hanya oleh beberapa orang.12
Peran penting teori Maslow bagi pendidikan
terdapat dalam hubungan antara defisiensi dan kebutuhan
pertumbuhan. Misalnya murid harus memuaskan
kebutuhan makan sebelum dapat berprestasi atau siswa
yang tidak merasa bahwa mereka dicintai dan mereka
mampu tidak akan mungkin mempunyai motivasi yang
kuat untuk mencapai tujuan pertumbuhan yang lebih
tinggi.13
3. Teori keberadaan, keterkaitan, dan pertumbuhan
(existence, relatedness, and growth ERG) Alfeder.
Alfeder merumuskan kembali hierarki Maslow dalam
tiga kelompok:
a. Kebutuhan keberadaan sama halnya kebutuhan
fisiologis dan rasa aman hierarki Maslow.
b. Kebutuhan keterkaitan berkaitan dengan
kemitraan.
c. Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan
perkembangan potensi seseorang, penghargaan
dan aktualisasi diri yang dikemukakan Maslow.
Menurut teori ERG semua kebutuhan itu timbul
pada waktu yang sama. Jika salah satu kebutuhan tidak

12
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis
di Bidang Pendidikan, h. 40-42
13
Robert E. Slavin, Educational Psychology: Theory and
Practice, terj. Marianto Samosir (Jakarta:Pt. Indeks, 2011) h. 103
8

dapat terpenuhi maka seseorang akan kembali pada


tingkatan yang lain.14
4. Teori Motivasi Dua Faktor Herzhbeg
Teori ini menggabungkan antara dua faktor, yaitu
faktor motivasi dan faktor pemeliharaan, atau faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik, yang mana kedua faktor
tersebut ikut mempengaruhi perilaku seseorang. Contoh
Fakor motivasional seperti kemajuan belajar dan
pengakuan orang lain. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti
hubungan siswa dengan guru, kebijakan instansi
pendidikan, dan kondisi sistem yang berlaku. Dari dua
pengertian faktor di atas, teori ini memberikan tantangan
kepada seseorang untuk mengutamakan dari keduanya.
Faktor mana yang terlihat lebih kuat, itu yang harus
diutamakan.15
5. Teori X dan Y Mc. Gregor
Teori ini beranggapan bahwa manajer teori X
memandang para pekerja sebagai pemalas yang tidak
dapat diperbaiki, oleh karena itu mereka cenderung
menggunakan pendekatan “wortel dan tongkat” untuk
menanganinya. Sedangkan Manajer teori Y memandang
bekerja harus seimbang dengan istirahat dan bermain, dan
bahwa orang-orang pada dasarnya cenderung untuk

14
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis
di Bidang Pendidikan, h. 43
15
Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:
Pedagogia, 2012), h. 168
9

bekerja keras dan melakukan pekerjaan dengan baik.teori


bahwa seorang manajer itu mengayomi akan dengan jelas
memengaruhi cara mereka menangani dan memotivasi
bawahan.16
6. Teori Manusia Kompleks
Teori yang dikemukakan oleh Schein ini
menyatakan bahwa diantara teori-teori yang disebutkan di
atas, terdapat tiga model manusia, diantaranya:
a. Menusia ekonomi, yang termotivasi terutama oleh
imbalan keuangan.
b. Manusia sosial yang motivasinya dipengaruhi
terutama oleh sifat hubungan kemitraan.
c. Manusia yang mengaktualisasikan diri, seperti
yang dinyatakan dalam hierarki kebutuhan
Maslow dan teori Y McGregor.
Namun, menurut Schein dalam kenyataannya,
contoh di atas terlalu sederhana. Karena semua orang
berbeda dan mempunyai semangat yang berbeda pula
dalam beberapa hal dan berubah sepanjang waktu.17
C. Motivasi dalam prespektif Islam
Dalam firman Allah Surat Ar-Ra’d ayat 11:
    
  
16
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis
di Bidang Pendidikan,h. 45
17
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis
di Bidang Pendidikan h. 46
10

 
 
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS.Ar-Ra’d [13]:11)

Ada makna yang dalam yang bisa dipetik dari ayat di


atas, yaitu Allah mengajarkan manusia untuk melakukan
perubahan. Perubahan yang lahir dari sebuah motivasi
individu atau masyarakat yang kemudian motivasi tersebut
merubah cara pandang dan aktivitas. Maknanya, bahwa
sebuah motivasi akan mengawali sebuah perubahan dan
merubah cara pandang dan kinerja individu ataupun
kelompok.
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah SWT tidak
akan merubah nasib suatu kaum, jika bukan karena dari
diri mereka sendiri. begitupula motivasi jika ditinjau dari
sumber yang menimbulkannya terbagi menjadi dua, yaitu
motivasi instrinsik dan eksatrinsik. Motivasi instrinsik
adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan
belajar. Motivasi instrinsik ini mempunyai keterkaitan
dengan pemahaman ayat di atas. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan tata tertib
11

sekolah, suri terladan orang tua, guru, dan seterusnya,


merupakan contoh-contoh konkrit motivasi ekstrinsik yang
dapat menolong siswa untuk belajar.18

D. Pengertian Kepribadian Muslim


Kepribadian bahasa inggrisnya “personality”, berasal
dari bahasa yunanni “per” dan “sonare” yang berarti topeng,
tetapi juga berasal dari kata “personae” yang berarti
permainan sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng
tersebut.19
Sehubungan dengan kedua asal kata tersebut Ross
Stargner yang dikutip oleh Nana Syaodih mengartikan
kepribadian dalam dua macam. Pertama, kepribadian
sebagai topeng yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang
dibuat-buat dan mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian
sejati yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.20
Kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-
aspek kepribadian yaitu aspek berad badan dan lain lain.
psikis seperti aku, kecerdasan, bakat, sikap, motif, minat
kemampuan, moral dan aspek, seperti postur tubuh tingg Di

18
Purwanto, “Motivasi Belajar Dalam Penddikan Islam”, Jurnal
Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid, Vol. 2, No. 2 (2013): 222-236
19
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2009) h. 136
20
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, h. 137
12

anatara aspek-aspek tersebut aku atau diri (self) seringkali


ditempatkan sebagai pusat atau inti kepribadian.21
Para intelektual Muslim mendefinisikan kepribadian
sebagai bentuk integrasi antara sistem kalbu/fitrah
Ilahiyah, akal/fitrah insāniyyah dan nafsu/fitrah
hayawāniyyah manusia yang menimbulkan tingkah laku.22
Oleh karena itu jiwa atau hati harus senantiasa dihidupkan
dengan cahaya Ilahi. Dalam Islam, hati yang hidup adalah
sumber kebaikan dan kematian hati adalah sumber
keburukan. Hati yang sehat dan hidup akan bisa
membedakan antara kebaikan dan keburukan.
Dalam masa pertumbuhan, kepribadian bersifat
dinamis (berubah-ubah) dikarenakan pengaruh lingkungan,
pengalaman hidup, ataupun pendidikan. Kepribadian tidak
terjadi secara serta merta, tetapi terbentuk melalui proses
kehidupan yang panjang. Dengan demikian, apakah
kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah,
beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktor-
faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan kehidupan
seseorang tersebut.23
Hasil kerja kalbu atau kepribadian yang didominasi
qalb akan menghasilkan kepribadian muthmainnah.

21
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, h. 136
22
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Nuansa Nuansa Psikologi
Islam (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001), h. 58
23
Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), h. 186
13

Wujudnya kepribadian atas dasar iman, Islam, dan ihsan.


Sedangkan kepribadian yang didominasi ‘aql akan
menghasilkan kepribadian lawwāmah, suatu kepribadian
yang berdasarkan sosial moral dan rasional. Sedangkan
kepribadian yang didominasi oleh nafsu menghasilkan
kepribadian ammārah. Ia bersifat produktif, kreatif dan
konsumtif.24 Oleh karena itu, kepribadian ada yang terpuji
seperti rajin, sabar, pemurah dan suka menolong dan
kepribadian yang tercela seperti pemalas, pemarah, kikir,
sombong dan sebagainya.

E. Struktur Kepribadian Muslim


Sigmund Feud merumuskan sistem kepribadian
menjadi tiga sistem. Ketiga sistem itu dinamainya id, ego dan
super ego. Dalam diri orang yang memiliki jiwa yang sehat
ketiga sistem itu bekerja dalam suatu susunan yang harmonis.
Segala bentuk tujuan dan gerak geriknya selalu memenuhi
keperluan dan keinginan manusia yang pokok. Sebaliknya
kalau ketiga sistem itu bekerja secara bertentangan satu sama
lainnya, maka orang tersebut dinamainya sebagai orang yang
tak dapat menyesuaikan diri.
Satu-satunya struktur mental yang ada sejak lahir
adalah Das es (the Id), yang merupakan dorongan-dorongan
biologis dan berada dalam ketidaksadaran. Id beroperasi

24
Imam al Gazali. Ihyā` ‘Ulūm al-Dīn. terj. Ismail Yakub,
(Jakarta: Faisan, 1984), h. 142
14

menurut prinsip kenikmatan dan mencari kepuasan segera.


Das Ich (the ego), merupakan sistem yang berfungsi
menyalurkan dorongan id ke keadaan yang nyata. Das veber
ich (the super ego), sebagai suatu sistem yang memiliki unsur
moral dan keadilan, maka sebagian besar super ego mewakili
alam ideal. Tujuan super ego adalah membawa individu ke
arah kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan dan
moral.25
Menurut pendapat Sukamto, sebagaimana yang dikutip
Jalaluddin, kepribadian terdiri dari empat sistem, yaitu:
1. Qalb. Qalb adalah hati, yang menurut bahasa berarti
sesuatu yang berbolak-balik. Sedangkan menurut
istilah ialah segumpal daging yang ada dalam tubuh
yang digunakan untuk merasakan yang sifatnya bisa
berubah-ubah. Hal tersebut sesuai sabda Nabi; yang
artinya: ketahuilah bahwa didalam tubuh manusia
terdapat segumpal daging(sekepal daging), jika itu
baik maka baiklah seluruh tubuh. Kalau itu rusak
maka rusaklah seluruh tubuh, itulah qalb.
2. Fuad, adalah perasaan terdalam dari hati yang sering
kita sebut hati nurani (cahaya mata hati), dan berfungsi
sebagai penyimpan daya ingatan. Ia sangat sensitif
terhadap gerak atau dorongan hati, dan merasakan
akibatnya. Kalau hati kufur, fuad pun kufur dan

25
Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik
Freud (Yogyakarta:KANISIUS, 2006), h. 12
15

menderita. Dalam al-Qur’an fuad disebutkan sebagai


berikut:
a. Fuad bisa bergoncang gelisah. Allah berfirman
dalam surat Al-Qasas ayat 10 yang artinya: Dan
menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya
hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa,
seandainya tidak kami teguhkan hati- nya, supaya
ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada
janji Allah).
b. Dengan diwahyukannya Al Qur’an kepada nabi,
fuad nabi menjadi teguh. Allah berfirman dalam
surat Al-Furqan ayat 32 yang artinya: Berkatalah
orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu
tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?";
demikianlah supaya kami perkuat hatimu
dengannya dan kami membacanya secara tartil
(teratur dan benar).
c. Fuad tidak bisa berdusta. Allah berfirman dalam
surat An-Najm ayat 11 yang artinya: Hatinya tidak
mendustakan apa yang telah dilihatnya.
d. Orang zalim fuadnya kosong. Allah berfirman
dalam surat Ibrahim ayat 43 yang artinya: Mereka
datang bergegas-gegas memenuhi panggilan
dengan mangangkat kepalanya, sedang mata
mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka
kosong.
16

e. Orang musyrik, fuad dan pandangannya dibolak-


balikkan. Allah berfirman dalam surat Al-An’am
ayat 110 yang artinya: Dan (begitu pula) kami
memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti
mereka belum pernah beriman kepadanya (Al
Quran) pada permulaannya, dan kami biarkan
mereka bergelimang dalam kesesatannya yang
sangat.
3. Ego, aspek ini timbul karena kebutuhan organisme
untuk berhubungan secara baik dengan dunia
kenyataan. Ego adalah derivat dari qalb dan bukan
untuk merintanginya. Kalau qalb hanya mengenal
dunia sesuatu yang subyektif dan yang obeyektif.
Didalam fungsinya ego berpegang pada prinsip
kenyataan.
4. Tingkah laku. Nafsiologi kepribadian berangkat dari
kerangka acuan dan asumsi-asumsi subyektif tentang
tingkah laku manusia, karena menyadari bahwa tidak
seorangpun bisa bersikap obyektif sepenuhnya dalam
mempelajari manusia. Tingkah laku ditentukan oleh
pengalaman yang disadari oleh pribadi. Masalah
normal dan abnormal tentang tingkah laku, dalam
nafsiologi ditentukan oleh nilai dan norma yang
sifatnya universal. Orang yang disebut normal adalah
orang yang seoptimal mungkin melaksanakan iman
17

dan amal saleh di segala tempat. Kebalikan dari


ketentuan itu adalah abnormal.26
F. Ciri-ciri Kepribadian Muslim
Al-Qur’an dan Hadits adalah dua pusaka Rasulullah
SAW yang harus selalu dirujuk setiap muslim dalam segala
aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang
sangat penting adalah pembentukan dan pengembangan
pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an
dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap,
ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang
dari Allah SWT.
Persepsi atau gambaran masyarakat tentang pribadi
muslim memang berbeda-beda. Bila disederhanakan,
setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti
melekat pada pribadi muslim.
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih) Salimul aqidah
merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap
muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim
akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt.
Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan
menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya.
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar).
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh).

26
Rijal Amiruddin, “Kepribadian Muslim dan Ciri-Cirinya”,
ttp://rijalamirudin.blogspot.co.id/2012/05/kepribadian-muslim-dan-ciri-
cirinya.html, (diakses pada tanggal 21 Oktober 2017 pukul 02:38)
18

4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani). Kekuatan jasmani


berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh
sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara
optimal dengan fisiknya yang kuat.
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir). Di dalam
Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita
lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas
berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki
wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Allah
SWT berfirman dalam surat Az- Zumar ayat 9 yang
berbunyi:
  
  
  
 
 
“Katakanlah: “samakah orang yang
mengetahui dengan orang yang tidak
mengetahui?”„, sesungguhnya orang-orang
yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran”. (QS. Az-Zumar [39]: 9)
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa
nafsu). Melaksanakan kecenderungan pada yang
baik dan menghindari yang buruk amat menuntut
adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada
manakala seseorang berjuang dalam melawan
hawa nafsu.
19

7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu) .


Setiap muslim amat dituntut untuk pandai
mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu
berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada
yang sia-sia.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu
urusan). Suatu urusan mesti dikerjakan secara
profesional. Apapun yang dikerjakan,
profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-
sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan
dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal
yang mesti mendapat perhatian serius dalam
penunaian tugas-tugas.
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha
sendiri/mandiri). Mempertahankan kebenaran dan
berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan
manakala seseorang memiliki kemandirian
terutama dari segi ekonomi. Dalam kaitan
menciptakan kemandirian inilah seorang muslim
amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang
baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya
mendapat rizki dari Allah swt.
10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain).
Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan
kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud
tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun
20

dia berada, orang disekitarnya merasakan


keberadaan. 27

27
Rusdiana Navlia Khulaisie, “Hakikat Kepribadian Muslim, Seri
Pemahaman Jiwa Terhadap Konsep Insan Kamil” (2016),
dia.ac.id/2016/04/17/hakikat-kepribadian-muslim-seri-pemahaman-jiwa-
terhadap-konsep-insan-kamil/ (diakses pada tanggal 20 Oktober 2017
pukul 23:50)

Anda mungkin juga menyukai