RKS TEKNIS Gedung Workshop Interior
RKS TEKNIS Gedung Workshop Interior
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 1
LAPANGAN PEKERJAAN
Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada saat penawaran, termasuk segala sesuatu yang
berada di lapangan.
PASAL 2
LINGKUP UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1. Pada intinya pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah meliputi
semua jenis pekerjaan yang secara tersendiri ataupun bersama-sama tercantum
dalam : Dokumen Kontrak Pelaksanaan.
2.2. Secara teknis, pekerjaan yang harus dilaksanakan Kontraktor dalam
PEMBANGUNAN GEDUNG WORKSHOP (SEMI PERMANEN)
JURUSAN DESAIN INTERIOR FTSP ITS sebagai berikut :
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Beton Bertulang (Pondasi Teras, Sloof Teras, Kolom Praktis, Ring
Balk dan Balok Latai)
Pekerjaan Pasangan Bata
Volume pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Bill of Quantity (terlampir).
PASAL 3
LINGKUP PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN
PASAL 4
PEMBERSIHAN LAPANGAN
PASAL 5
PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK
PASAL 6
PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON
6.1. Standar
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam Peraturan
Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971 - NI 8), terkecuali bila dinyatakan atau
diinstruksikan lain oleh Petugas Lapangan. Bila terdapat hal-hal yang tidak
tercakup dalam Peraturan tadi, maka ketentuan ketentuan berikut ini dapat dipakai
dengan terlebih dahulu memberitahu dan memintakan ijin dari Petugas Lapangan.
Adapun ketentuan- ketentuan tadi adalah sebagai berikut :
ASTM C 150 Portland Cement
ASTM C 33 Concrete Agregates
ASTM C 494 Chemical Admixtures for Concrete
ASTM A 615 Deformed and Plain Reinforcing Bars for
Concrete Reinforcement
ASTM A 185 Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement
JIS G 3536 Prestressed Concrete Steel Wire
6.2. Semen
Kecuali ditentukan lain oleh Petugas Lapangan, semen yang digunakan adalah
semen Tipe II , khusus untuk beton pondasi menggunakan semen Tipe I sesuai
ASTM C 150, dan segala sesuatunya harus mengikuti ketentuan dalam PBI 71.
Semen yang digunakan harus merupakan produk dari satu pabrik yang telah
mendapat persetujuan Owner terlebih dahulu.
Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari Produsen untuk setiap pengiriman
semen, yang menunjukkan bahwa produk tadi telah memenuhi sesuatu test
standard yang lazim digunakan untuk material itu.
Petugas Lapangan berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam
gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk
menerima atau menolak semen-semen tersebut.
Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang penyimpanan semen pada tempat-
tempat yang baik sehingga semen-semen tersebut senantiasa terlindung dari
kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak, teutama sekali lantai tempat
penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.
Dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter.
Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat
dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus
diatur secara kronologis sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen yang
kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS Pekerjaan Gedung Workshop
Bila terdapat keraguan kwalitas semen maka dapat dilakukan pengujian, bila
ternyata hasil test dari semen-semen yang sudah berada dilapangan menunjukkan
hasil yang tidak memenuhi syarat, Kontraktor harus dengan segera menyingkirkan
semen-semen yang ditolak tadi keluar areal kerja dan areal penyimpanan dengan
biayanya sendiri.
6.3. Air untuk Adukan
a) Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan
grouting, bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar yang
bersih dari bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak,
alkali, sulfat, bahan organis, garam, silt (lanau). Kadar Silt (lanau) yang
terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam perbandingan beratnya.
Kadar sulfat maximum yang diperkenankan adalah 0.5 % atau 5 gr/lt,
sedangkan kadar chloor maximum 1.5 % atau 15 gr/lt.
b) Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur, ataupun air laut. Tempat pengambilan harus dapat menjaga.
kemungkinan terbawanya material-material yang tidak diinginkan tadi.
Sedikitnya harus ada jarak vertikal 0.5 meter dari dari permukaan atas air
kesisi tempat pengambilan tadi.
c) Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan Petugas Lapangan.
d) Bila akan dipakai air bukan berasal dari air minum dan mutunya meragukan,
maka Owner dapat minta kepada Pemborong untuk mengadakan penyelidikan
air secara laboratoris dan biaya penyelidikan tersebut atas tanggungan
Pemborong.
e) Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan
aquadest dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari suatu
sumber, dan hasilnya menunjukkan indikasi ketidak pastian dalam mutu beton
walaupun telah digunakan semen yang sama, maka air dari sumber tadi tidak
dapat dipakai bila hasil perbandingan test tadi menunjukkan harga-harga yang
berbeda lebih kecil dari 10 persen. Test tadi dapat dibandingkan dari mutu
kekuatan, dan juga dari waktu pengerasannya. Dalam keadaan ditolak ini,
Pemborong diwajibkan mencari sumber lain yang lebih baik dan dapat
diterima dan disetujui Owner.
6.4. Agregat Halus (Pasir)
a) Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir
hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat
gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang
merata dan stabil, dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak
terselaput oleh material lain.
b) Pasir yang ditolak oleh Petugas Lapangan, harus segera disingkirkan dari
lapangan kerja. Dalam membuat adukan baik untuk beton, plesteran ataupun
grouting, pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan Petugas
Lapangan mengenai mutu dan jumlahnya.
SPESIFIKASI TEKNIS Pekerjaan Gedung Workshop
c) Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkalis,
bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat
substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5%.
d) Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan
persyaratan pada PBI 71.
6.5. Agregat Kasar (Koral)
a) Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau
campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air yang
merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat, tidak
porous, dan tidak terselaput material lain. Dalam penggunaannya koral harus
dicuci terlebih dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang dikehen-
daki, dan material yang halus yaitu yang lebih kecil dari 5 mm harus
disingkirkan.
b) Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat
persetujuan dari Petugas Lapangan baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.
c) Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk
adukan, baik dengan menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu
beton yang direncanakan, memberikan kepadatan maximum, baik workability-
nya, dan memberikan kondisi water-cement ratio yang minimum.
6.6. Bahan Pencampur (Admixtures)
a) Penggunaan bahan admixture harus dengan ijin tertulis dari Owner, dan
admixtures ini harus merupakan bagian yang integral dari adukan beton yang
dibuat.
b) Biaya tambahan akibat penggunaan bahan-bahan pencampur (admixture)
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
6.7. Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971 (PBI 71), dengan mutu U-41 (tegangan leleh karakteristik =
4000 kg/cm2) untuk diameter lebih besar dari 12 mm; sedangkan untuk
diameter yang lebih kecil digunakan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik
= 2400 kg/cm2). Berat besi dapat diperhitungkan dengan menggunakan
nominal diameter. Bila menggunakan Wire-mesh, maka harus digunakan tipe
dengan electrically welded wire-mesh, dan memenuhi ketentuan-ketentuan
dalam ASTM A 185.
b) Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut : Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak
bercacat seperti retak dll.
c) Untuk mutu U-41 harus digunakan profil baja tulangan deformed (deformed
bar).
d) Kontraktor harus mengadakan pengujian mutu baja beton yang akan dipakai
sesuai dengan petunjuk dari Petugas Lapangan. Batang percobaan diambil
dengan disaksikan Petugas Lapangan sejumlah minimum 3 (tiga) batang untuk
tiap-tiap jenis
SPESIFIKASI TEKNIS Pekerjaan Gedung Workshop
baik mutu maupun pengiriman massal atau bilamana terjadi keraguan
terhadap mutu baja yang dikirim ke proyek. Semua biaya-biaya percobaan
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Sedangkan panjang
setiap benda uji adalah 100 cm.
e) Gambar rencana kerja untuk baja tulangan, meliputi rencana pemotongan,
pembengkokan, sambungan dan penghentian harus dibuat dan disampaikan
oleh Pemborong kepada Petugas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu sebelum pelaksanaan. Semua detail harus memenuhi
persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja dan syarat-syarat
yang harus diikuti menurut PBI 1971, NI 2. Diameter-diameter pengenal harus
sama seperti persyaratan dalam gambar kerja dan bilamana diameter tersebut
akan diganti maka jumlah luas penampang persatuan lebar beton minimal
harus sama dengan luas penampang rencana.Sebelum melakukan perubahan-
perubahan Pemborong harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari Petugas
Lapangan.
f) Pemasangan besi tulangan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam
PBI 71. Besi beton harus dipasang sebagaimana pada gambar rencana atau
seperti yang diinstruksikan Petugas Lapangan. Terkecuali sebagaimana yang
dinyatakan pada gambar atau diinstruksikan Petugas Lapangan, pengukuran
pada pemasangan besi tulangan harus dilakukan terhadap as dari besi
tulangan. Besi tulangan yang terpasang harus sesuai ukuran, bentuk,
panjang, posisi, dan banyaknya, dan akan diperiksa setelah kondisi terpasang.
g) Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari
karat, kotoran, lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada
besi beton tadi dan dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara
beton dan besi beton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses
pengecoran beton.
h) Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi
sesuai gambar rencana atau bending schedules yang disiapkan oleh Kontraktor
dan disetujui Petugas Lapangan. Semua proses pembengkokkan harus
dilakukan dengan cara lambat, tekanan yang konstan. Kesemua ujung-ujung
pembesian harus mempunyai kait sebagaimana ditentukan dalam PBI 71.
Pembengkokkan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan apabila telah
mendapat ijin dari Petugas Lapangan.
i) Besi tulangan tidak boleh dibengkokkan dengan cara yang dapat menyebabkan
kerusakan pada besi beton. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus atau
dibengkok dengan tidak sesuai gambar tidak diperkenankan dipakai.
j) Tidak diperkenankan membengkok tulangan bila sudah ditempatkan, kecuali
apabila hal itu terpaksa dan sudah mendapat persetujuan dari Petugas
Lapangan.
k) Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan
harus dijaga agar jarak antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan
tebal selimut beton (beton deking) minimal 2.50 cm sebagaimana pada
SPESIFIKASI TEKNIS Pekerjaan Gedung Workshop
gambar rencana atau sebagaimana ditentukan Petugas Lapangan. Dalam segala hal
tebal selimut beton tidak boleh diambil kurang dari 2.50 cm.
Besi beton harus dipasang dengan teliti agar sesuai dengan gambar rencana,
dan harus diikat dengan kuat dengan menggunakan kawat pengikat dan
didudukkan pada support dari beton atau besi ataupun dengan hanger agar
posisinya tidak berubah selama proses pemasangan dan pengecoran. Pengikat
dan tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting dalam hal
beton yang dicor adalah beton exposed. Bila besi tulangan didudukkan pada
blok beton kecil, blok tadi harus dibuat dari beton yang mutunya sama dengan
beton rencana dan bentuknya harus menjamin didapatnya permukaan beton
yang baik. Kekakuan pada pemasangan besi beton harus menjamin agar tidak
berubah bentuk dan tempat bila pekerja berjalan atau memanjat pembesian
tadi. Ujung-ujung dari kawat pengikat harus ditekuk kearah dalam beton dan
tidak diperkenankan mengarah keluar. Selama proses pengecoran beton,
Kontraktor harus menyediakan tenaga-tenaga pekerja yang khusus mengawasi
dan memperbaiki pembesian dari kemungkinan tergeser atau berubah bentuk
karena hal-hal yang mungkin timbul; dan hal-hal tadi harus cepat diperbaiki
sebelum pengecoran mencapai daerah tersebut. Pemasangan besi beton harus
mengingat syarat jarak bersih antar tulangan, atau antar tulangan dan angkur,
atau antara benda-benda metal tertanam, dengan tidak boleh kurang dari 40
mm atau sebagaimana yang ditentukan dalam PBI 71. Sebelum melakukan
pengecoran, semua tulangan harus terlebih dahulu diperiksa untuk
memastikan penelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan
perbaikan bilaman perlu. Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan
atau diganti bilamana dianggap Petugas Lapangan akan melemahkan
konstruksi. Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan
disetujui oleh Petugas Lapangan.
l) Sambungan lewatan harus dibuat sesuai gambar rencana, instruksi Petugas
Lapangan, atau minimal mengikuti ketentuan dalam PBI 71.
m) Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain
dari posisi pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh Petugas
Lapangan. Sambungan ini tidak diperkenankan diletakkan pada lokasi
tegangan yang maximum, dan penyambungan pada besi beton yang letaknya
bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered). Bila-
mana dikehendaki suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang dari batang
tadi harus dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan
panjang sambungan lewatan sebagaimana ditentukan dalam PBI 71, terkecuali
ditentukan lain.
n) Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya
sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak
kurang dari yang diisyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk
penyimpangan terhadap bidang horizontalnya adalah 4 mm.
SPESIFIKASI TEKNIS Pekerjaan Gedung Workshop
Penggujian beton yang dilakukan adalah meliputi test kekuatan (crushing test) dan
slump test. Kesemua test ini dapat mengikuti ketentuan dalam PBI 1971 atau PBI
1989. Tentang jumlah dan waktu pelaksanaan pengambilan kubus test, selain
mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PB.I 71 atau PBI 89, juga dapat dilakukan
bila dianggap perlu oleh Petugas Lapangan demi pertimbangan kondisi
pelaksanaan. Semua hasil pemeriksaan kubus (crushing test) harus sesegera
mungkin disampaikan kepada Petugas Lapangan.
Slump test harus dilakukan pada setiap akan memulai pekerjaan pengecoran, dan
dilakukan sebagaimana ditentukan dalam PBI 71. Toleransi dalam kekentalan
adukan harus dalam batas-batas sbb :
10 mm dari batas-batas nilai slump yang diijinkan Nilai Slump yang disebutkan
dalam bagian terdahulu harus dicapai dalam pelaksanaan sesungguhnya
dipelaksanaan pengecoran.
a) Bila ternyata hasil test kubus beton menunjukkan tidak tercapainya mutu yang
disyaratkan, maka Petugas Lapangan berhak untuk memerintahkan hal-hal
sebagai berikut :
Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa.
Memperlama proses penjagaan dalam masa pengerasan beton.
Non-destructive testing.Core drilling.Test-test lain yang dianggap relevan
dengan masalahnya.
Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan-ketentuan dalam PBI
71 harus tetap diikuti.
Apabila setelah dilakukan langkah-langkah sebagaimana disebutkan diatas,
dan ternyata mutu beton memang tetap tidak dapat memenuhi Spesifikasi,
maka Petugas Lapangan berhak memerintahkan pembongkaran beton yang
dinyatakan tidak memenuhi syarat tadi sesegera mungkin.
b) Semua biaya pengambilan sample, pemeriksaan, pembongkaran, pekerjaan
perbaikan, dan pekerjaan pembuatan kembali konstruksi beton yang
dibongkar tadi, sepenuhnya menjadi beban Kontraktor.
6.11. Pengadukan
Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk
mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik; sehingga
dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap bagian dari komposisi
adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum dimasukkan kedalam alat
pengaduk, dan diukur dapat berdasarkan berat atau volume.
Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang mempunyai
3
kapasitas minimum 0.2 m dengan waktu tidak kurang dari 1½ menit setelah
semua bahan adukan beton dimasukkan dengan segera, kecuali air yang dapat
dimasukkan sebagian lebih dahulu. Petugas Lapangan berhak untuk
memerintahkan memperpanjang proses pengadukan bila ternyata hasil adukan
yang ada gagal menunjukkan beton yang homogen seluruhnya, dan kekentalannya
tidak merata.
SPESIFIKASI TEKNIS Pekerjaan Gedung Workshop
Adukan beton yang dihasilkan dari proses pengadukan tadi harus mempunyai
komposisi dan kekentalan yang merata untuk keseluruhannya.
Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu
pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses
pengeluaran dari adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur. Penam-bahan air
yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang disyaratkan,
tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk yang menunjukkan hasil yang tidak
memuaskan, harus segera diperbaiki atau diganti dengan yang baik lainnya. Pada
alat pengaduk yang ditempatkan secara sentral, atau pada mixing plants,
Kontraktor harus menyediakan sarana agar proses pengadukan dapat diawasi
dengan baik dari tempat yang tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan
pengadukan. Alat pengaduk tidak boleh digunakan untuk mengaduk adukan
dengan volume yang melebihi kapasitasnya, kecuali diinstruksikan Petugas
Lapangan.
Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data-data dari
pabriknya. Gross volume dari ruang pengaduk, Maximum kecepatan pengadukan,
Minimum dan maximum kecepatan pengadukan dengan disertai data-data tentang
ruang pengaduk, sirip pengaduk dll.
Alat pengaduk (beton mollen) harus benar-benar kosong dan bersih sebelum diisi
bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci bersih setelah selesai
mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan yang pertama pada
suatu pengecoran dengan beton mollen yang sudah bersih, pengadukan yang
pertama harus mengandung koral dengan jumlah perbandingan separuh dari
jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga adanya material halus dan semen
yang tertinggal melekat pada bagian dalam beton mollen. Juga lama pengadukan
dengan kondisi pertama ini harus dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih
lama dari waktu pengadukan normal. Untuk mendapatkan campuran beton yang
baik dan merata Pemborong harus memakai mesin pengaduk yang baik. Mesin
pengaduk harus cukup untuk melayani volume pekerjaan yang direncanakan.
Mesin pengaduk harus dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari pengotoran
minyak, sebelum dipakai. Setiap campuran beton harus diaduk dalam pengaduk
sehingga merata/homogen dan waktu pengadukan minimum adalah 2 menit untuk
setiap kali mencampur.
Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali untuk
suatu jumlah yang kecil sekali dan hal inipun diperkenankan setelah mendapat
persetujuan dari Petugas Lapangan. Pengadukan dengan manual ini (hand mixing)
ini harus dilakukan pada suatu platform yang mempunyai tepi-tepi penghalang.
Pada proses pengadukan ini, bahan-bahan yang akan diaduk harus diaduk dulu
secara kering dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan, untuk kemudian air
pencampurnya disemprotkan dengan selang air, dan setelah itu dilakukan
pengadukan kembali dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan sampai didapat
suatu adukan yang benar-benar merata. Dalam pengadukan kembali ini
kekentalannya dapat dinaikkan dengan 10 persen, serta tidak diperkenankan
3
melakukan pengadukan dengan cara ini untuk suatu jumlah yang lebih dari 1/2 m
diaduk sekaligus.
SPESIFIKASI TEKNIS Pekerjaan Gedung Workshop
6.12. Transportasi
a) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ketempat
pengecoran dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodanya harus
mendapat persetujuan Petugas Lapangan terlebih dahulu. Metoda yang dipakai
harus menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan campuran beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya, dan harus dapat menjaga
tidak timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur ataupun
berubahnya kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera
dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan
akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut, serta pula penuangan
adukan tidak diperkenankan dengan menjatuh bebaskan adukan dengan tinggi
jatuh lebih dari satu meter.
b) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari
metal, permukaannya halus dan kedap air.
c) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benar-benar
merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang diambil
pada saat adukan dituangkan ke bekisting, harus tidak melewati batas-batas
toleransi yang ditentukan.
6.13. Pengecoran
Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam dari
bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala macam
kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian
dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
Juga air yang tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan
harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor,
harus dicegah dengan mengadakan drainage yang baik atau dengan metoda lain
yang disetujui Petugas Lapangan, untuk mencegah jangan sampai beton yang
baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
Pengecoran tidak dapat dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicorkan,
kondisi permukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan
juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Owner. Setelah
diperiksa dan disetujui Petugas Lapangan, maka pekerjaan yang dapat dilakukan
hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya pengecoran
beton pada daerah yang telah disetujui, terkecuali dengan seijin Petugas Lapangan.
Bilamana perlu, Pemborong dapat menggunakan concrete pump, gerobak-gerobak
dorong untuk mengangkut adukan ketempat yang akan dicor. Pengangkutan beton
tidak diperkenankan dengan ember-ember.
Pada tiap pengecoran, Kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga
pelaksananya yang berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksa-na ini
harus hadir, mengawasi, dan bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran.
Sedang semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja
SPESIFIKASI TEKNIS Pekerjaan Gedung Workshop
Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu
akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton
yang sudah dicor harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui
Petugas Lapangan terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan
melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses
pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini
bisa dalam terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali, atau dalam
keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus
mendapat persetujuan Petugas Lapangan. Selama waktu pengerasan, beton
harus dilindungi dengan air bersih atau ditutup dengan karung-karung yang
seniantiasa dibasahi dengan air, terus menerus selama paling tidak 10 hari setelah
pengecoran.
Apabila cuaca meragukan, sedangkan Petugas Lapangan tetap menghendaki agar
pengecoran tetap harus berlangsung, maka pihak Pemborong harus menyediakan
alat pelindung/terpal yang cukup untuk melindungi tempat yang sudah/akan
dicor.Pengecoran tidak diijinkan selama hujan lebat atau ketika suhu udara naik
diatas 32 C.
3
Untuk setiap jumlah 5 m pengecoran, Pemborong diwajibkan membuat minimal 1
(satu) buah sample kubus/silinder untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton,
pemeriksaan slump test, dengan prosedur sebagaimana ditentukan dalam PBI
1971/PB 89 (SK-SNI „91).
Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 10-12 cm dan faktor
air semen maksimum 0,4. Pengambilan-pengambilan contoh diatas dilakukan atas
petunjuk Petugas Lapangan. Kubus-kubus/silinder yang telah diambil harus dijaga
dapat mengeras dengan baik. Demikian pula kubus/silinder beton yang diambil
selama pengecoran harus diuji kuat tekannya di laboratorium yang telah disetujui
Petugas Lapangan dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada Petugas
Lapangan untuk dievaluasi. Bilamana hasil pengujian menunjukkan mutu beton
kurang dari K-175 untuk beton pondasi dan untuk bagian struktur lainnya sesuai
yang direncanakan, Pemborong diwajibkan untuk mengajukan rencana
perbaikan/penanggulangan kepada Petugas Lapangan dan mengadakan
perkuatan/penyempurnaan konstruksi dengan biaya Pemborong apabila hal
tersebut dipandang perlu oleh Petugas Lapangan.
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai K
(kuat tekan karakteristik) yang diisyaratkan, Pemborong harus mengambil cube-
sample dari bagian-bagian konstruksi yang diragukan. Jumlah cube-sample untuk
tiap pemeriksaan adalah 3 buah, dan selanjutnya akan diperiksa di Laboratorium
dengan petunjuk Petugas Lapangan. Hasilnya akan dievaluasi Petugas Lapangan
dan apabila ternyata nilai yang diperoleh membahayakan konstruksi, Pemborong
harus melakukan perbaikan bagian konstruksi tersebut atas biaya Pemborong.
Bila dirasa perlu untuk mengurangi kadar air beton, Pemborong dapat
menambahkan bahan-bahan kimia sebagai additive, seperti penggunaan Puzzilith
R-300 misalnya dengan jumlah 125-150 cc tiap zak semen @ 40 kg. Sebelum
pelaksanaan, Pemborong harus mengajukan terlebih dahulu kepada Petugas
Lapangan buku petunjuk pemakaiannya dari pabrik pembuat. Additive lain dapat
SPESIFIKASI TEKNIS Pekerjaan Gedung Workshop
pula dipergunakan sepanjang tidak menyebabkan kelainan - kelainan pada beton
dan untuk itu harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Petugas Lapangan.
Semua biaya yang timbul akibat penggunaan bahan-bahan tambahan
(additive) menjadi tanggung jawab Kontraktor.
PASAL 7
PEKERJAAN PASANGAN BATA.
7.1. Umum
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan serta material
bantu lainnya demi terlaksananya pekerjaan dengan hasil yang sempurna.
B. Pekerjaan Lain Yang Terkait
Mutu beton balok/kolom praktis, pada pekerjaan beton bertulang
Kualitas angkur besi, pada pekerjaan besi
Plesteran dan acian, pada pekerjaan plesteran
C. Referensi PUBBI SII
D. Submittal
1. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, kontraktor harus menyerahkan contoh
bahan kepada Petugas Lapangan untuk mendapatkan persetujuannya.
2. Kontraktor harus menyerahkan shop drawing, memperlihatkan layout
penempatan angkur dan kolom/balok praktis dan detail pengangkuran.
E. Penanganan Bahan
Perhatikan skedule pemasangan, sediakan bahan secukupnya agar tidak
terjadi keterlambatan pekerjaan atau terhentinya pekerjaan. Simpanan
bahan-bahan ditempat yang tidak bersinggungan dengan tanah langsung dan
pengaruh alam seperti hujan dan panas.
SPESIFIKASI TEKNIS Pekerjaan Gedung Workshop
D. Pemasangan
1. Batu Bata
Dipasang batu bata yang utuh, tidak retak atau cacat lainnya untuk
membuat dinding pasangan sesuai dengan yang direncanakan.
Tidak diperkenankan mempergunakan bahan yang patah, hanya keadaan
tertentu seperti pada sudut atau perpotongan dengan bahan/pekerjaan lain
batu diijinkan mempergunakan bata yang patas tetapi tidak melebihi 50%.
Sebelum dipasangkan batu bata harus direndam di air sampai jenuh,
demikian pula bidang yang akan menerima pekerjaan/pemasangan harus
terlebih dahulu dibasahi agar dapat dihindari penyerapan air semen dari
adukan secara berlebihan.
Sebelum menambahkan/melanjutkan pasangan baru di atas pasangan
lama, yang terhenti sekurang-kurangnya selama 12 jam, maka pasangan
lama harus dibersihkan dahulu, kedudukan bata yang longgar/lepas harus
diganti dan mortar yang lepas agar ditambal.
Spesi pasangan dibuat dengan tebal 2 cm untuk spesi datar dan 1,5 cm
untuk spesi tegak, kecuali jika ditentukan lain.
Mortar/spesi datar dan tegak harus penuh dan padat. Lakukan koordinasi
dan sediakan tempat atau lubang-lubang untuk pekerjaan koordinasi
lainnya yang belum dilaksanakan.
Tera/Leveling, bata harus ditera datar dan tegaknya agar didapat kekuatan
pasangan yang sama dan merata disetiap tempat.
Setiap tahap pemasangan bata tidak boleh lebih tinggi dari 1,50 m.
2. Plesteran
Lakukan seperti yang telah dijelaskan pada spesifikasi pekerjaan
plesteran.
3. Pemasangan Angkur
Pasangkan angkur pada permukaan perletakan pasangan, kolom atau
balok dengan cara ditanamkan atau dibautkan. Buatkan setiap jarak 60 cm
untuk arah vertikal dan 100 cm untuk arah horizontal dengan panjang
angkur efektif 20 cm.
Tentukan posisi atau tempat-tempat angkur ini terkoordinasi dengan tera
siar datar dan tegak.
4. Balok/Kolom Praktis
Laksanakan pekerjaan balok dan kolom praktis ini seperti yang
disyaratkan dalam spesifikasi pekerjaan beton cetak di tempat.
Pengecoran beton ini baru dapat dilaksanakan jika pekerjaan koordinasi
lainnya yang bersinggungan langsung sudah dipastikan kedudukannya.
SPESIFIKASI TEKNIS Pekerjaan Gedung Workshop
PASAL 8
PENUTUP
1. Semua item pekerjaan harus diselesaikan secara baik dan disesuaikan dengan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Pekerjaan yang tidak rapi, harus
diperbaiki sampai diperoleh hasil yang memenuhi syarat (maksimal).
2. Segala jenis pekerjaan yang belum tercantum secara jelas dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS), pelaksanaannya harus mendapat persetujuan/petunjuk
dari Owner.
3. Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) maka halaman (lokasi) pekerjaan harus dibersihkan dari sisa-
sisa bahan dan diratakan sebaik mungkin.
4. Kontraktor diwajibkan melunasi “ASTEK” sesuai peraturan yang berlaku.