Anda di halaman 1dari 48

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Karangsambung adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kebumen,
Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Karangsambung adalah salah satu nama kecamatan yang berada di kota


Kebumen Jawa Tengah. Berada di sebelah Utara 20 km dari Kota Kebumen
Karangsambung, Kecamatan ini dialiri oleh sebuah sungai cukup besar yang
mengalir dari utara ke selatan, dari Pegunungan Serayu melalui Kebumen sebelum
bermuara di Samudera Hindia. Orang-orang sana menamai sungai itu dengan
nama Loh Ulo yang dalam bahasa jawa berarti meliuk-liuk seperti ular.

Karangsambung merupakan kawasan cagar alam geologi yang memiliki


keunikan dan fenomena geologi yang langka. Beragam batuan terdapat di daerah
ini mulai dari batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf, terdapat pula
bukti-bukti pergerakan lempeng yang mengakibatkan batuan dasar samudera
tersingkap di darat.

Keanekaragaman batuan di Karangsambung dengan kenampakan


morfologi serta kerumitan struktur geologinya menjadikan kawasan ini ditetapkan
sebagai monumen geologi, atau resminya Cagar Alam Geologi Karangsambung
berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.2817K/40/MEM/2006

Atas dasar itulah Karangsambung menjadi salah satu tempat pelatihan bagi
para calon geologis untuk lebih memahami ilmu geologi mulai dari sejarah dan
proses geologi yang terjadi. Dan kuliah lapangan ini adalah salah satu program
pelatihan yang masuk dalam daftar mata kuliah untuk para mahasisawa dalam
mengamalkan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu geologi yang telah dipelajari
selama masa perkulihan.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 1


1.2. Maksud dan tujuan
Pemetaan ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah
geologi lapangan pada program studi teknik geologi Sekolah Tinggi Teknologi
Mineral Indonesia.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengamalkan ilmu-ilmu yang telah
di peroleh selama masa perkuliahan dengan cara mempraktekannya langsung
melalui pengamatan-pengamatan data geologi dilapangan. Yang mana data-data
itu nantinya akan tertuang dalam sebuah peta yang berguna untuk mengetahui
tatanan geologi daerah yang dipetakan.

1.3. Lokasi dan akses daerah penelitian


Secara administratif daerah penelitian terletak di 4 desa, yaitu Desa
Plumbon, Desa Krakal, Desa Wonokromo dan Desa Wadasmalang, Kecamatan
Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah . Secara geografis
daerah penelitian terletak dikoordinat 07° 34’ 30’’ – 07° 36’ 00’’ LS dan 109° 42’
00’’ – 109° 43’ 45’’ BT dengan luas daerah pemetaan 3 x 3 km, dan termasuk
dalam lembar kebumen skala 1 : 25.000. dengan luas daerah 30 x 10 km.
Dari bandung, Kesampaian daerah ke lokasi pemetaan bisa diakses
dengan menggunakan kereta api jurusan kebumen dengan waktu tempuh ± 7 jam
dari stasiun Kiara condong Bandung. Setelah sampai di stasiun kebumen, untuk
mencapai kampus LIPI yang menjadi basecamp selama masa kuliah lapangan,
perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kendaran bermotor roda empat atau
roda dua dengan waktu tempuh ± 1 jam. dari kampus LIPI menuju lokasi
pemetaan bisa ditempuh dengan menggunakan Angkot atau sepeda motor dengan
waktu tempuh paling lama sekitar 45 menit kearah selatan kampus LIPI

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 2


Daerah Penelitian

Gambar 1. Peta daerah Karangsambung (Google Maps)

1.4. Metode penelitian

Metoda yang digunakan dalam melakukan Pemetaan Geologi terdiri dari


beberapa kegiatan yaitu:

1.4.1. Metode Observasi

Metode ini adalah pengumpulan data-data yang berkenaan dengan


kegiatan secara langsung di lapangan.

1.4.2. Metode Lintasan lapangan

Metode ini untuk merekam jejak perjalanan, menentukan jarak dan


arah dari posisi lokasi singkapan.

1.4.3. Metode Pemetaan lapangan

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 3


Metode ini merupakan inti dari kegiatan pemetaan, yaitu mengukur
jurus dan kemiringan lapisan, deskripsi singkapan, melihat geomorfologi
dan struktur daerah penelitian.

1.5. Pelengkapan Lapangan

Adapun perlengkapan yang digunakan pada kegiatan ekskursi ini adalah


sebagai berikut :

1. Alat tulis menulis

2. Clip Board

3. Kompas Geologi (tipe Brunton)

4. Palu Geologi

5. GPS Garmin 76 CSX dan 60s

6. Larutan Hcl (0,1)

7. Kantong Sampel

8. Field Book

9. Camera handphone & Digital

10. Kaca Pembesar (Lup)

11. Dll.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 4


BAB 2

GEOLOGI REGIONAL

2.1 . Geologi Umum


Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi sering disebut sebagai
lapangan terlengkap di dunia. Karangsambung merupakan jejak-jejak
tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi 117 juta tahun sampai 60 juta tahun
yang lalu. Ia juga merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng
Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua
yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi pada
sekitar zaman Paleogene (Eosen, sekitar 57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang
lalu). Oleh karena itu, pada tempat ini terekam jejak-jejak proses
paleosubduksi yang ditunjukan oleh singkapan-singkapan batuan dengan usia
tua dan merupakan karakteristik dari komponen lempeng samudera.
Karangsambung merupakan tempat singkapan batuan terbesar batuan-batuan
dari zaman Pre-Tersier yang terkenal dengan sebutan Luk Ulo Melange
Complex , suatu melange yang berhubungan dengan subduksi pada zaman
Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ± 0.3 juta tahun yang lalu.

Daerah Karangsambung telah mengundang banyak penelitian untuk


mendiskusikan, peneliti-peneliti terdahulu antara lain Asikin(1974),
Harsolumakso et al(1995), Kapid dan Harsolumakso(1996), Harsolumakso
dan Noeradi(1996).

Asikin(1974) Menganggap bahwa daerah ini memiliki tatanan geologi


yang rumit, dengan urutan stratigrafi yang sulit di tata karena tidak mengikuti
kaidah superposisi, kesinambungan lapisan dan “faunal assemblage” yang
berlaku. Umumnya satuan batuan yang berbeda dipisahkan oleh rekahan dan
sesar yang terkadang ukurannya sering tidak dapat dipetakan.

Harsolumakso et al(1995) Secara khusus meneliti karakteristik satuan


mélange dan olistostrom di daerah Karangsambung dengan menggunakan

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 5


tahapan deskripsi. Penulis ini manafsirkan adanya mekanisme longsoran,
slump, dan turbidit pada endapan olistostrom dan kemudian campuran tersebut
terlihat dalam deformasi tektonik yang kuat.

Kapid dan Harsolumakso(1996) melakukan studi lebih detail dalam


penentuan umur endapan olistostrom tersebut dengan pendekatan nannofosil.
Determinasi fauna dari beberapa lintasan terpilih menunjukkan umur endapan
olistostrom berkisar antara Eosen Awal-Miosen Tengah.

Harsolumakso dan Noeradi(1996) lebih lanjut membahas deformasi


pada formasi Karangsambung. Menurut mereka, struktur lipatan yang
berkembang pada satuan endapan olistostrom berhubungan dengan sesar-sesar
minor, umumnya dapat diamati pada sisipan batupasir dan batulanau. Penulis
ini menyimpulkan proses deformasi pada endapan olistostrom terjadi setelah
sedimentasi dan tidak berhubungan dengan gejala pelengseran atau
penggerusan yang sejalan dengan sedimentasi.

2.2. Fisiografi
Secara fisiografi, van Bemmelen (1949) membagi Jawa Tengah
menjadi 6 zona yaitu:

1. Zona Pegunungan Serayu Selatan


2. Zona Gunung Api Kuarter
3. Zona Dataran Aluvial Jawa Utara
4. Zona Pegunungan Selatan Jawa
5. Zona Depresi Jawa Tengah
6. Zona Antiklinorium Bogor- Serayu Utara- Kendeng

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 6


Gambar 2.1 Fisiografi Regional Jawa Tengah (van Bemmelen, 1949 dalam
Hadiansyah, 2005)

Daerah karangsambung termasuk kedalam zona pegunungan serayu


selatan (Van Bemmelen, 1949) dan merupakan bagian dari cekungan jawa
tengah bagian selatan yang di klasifikasikan sebagai cekungan depan busur
yang di batasi oleh tinggian gabon dan karangbolong dibagian barat, tinggian
progo di bagian timur serta antiklinorium bogor di bagian Utara.

Pada daerah ini membentang pebukitan dibagian Utara dan Selatan,


serta lembahan yang membentang sepanjang Barat – Timur. Morfologi ini
membentuk suatu ciri yang khas yaitu amphiteather, yang terbuka ke arah
Barat terbentuk karena pengaruh struktur dan perlipatan. Morfologi ini dikenal
juga dengan bentukan tapal kuda.

Daerah Karangsambung ini pada umumnya dikontrol oleh resistensi


dari jenis batuan yang ada dan struktur. Pada daerah ini terdapat suatu sungai

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 7


yang mengalir dari Utara- Selatan, yang memotong amphiteather ini. Sungai
ini bernama Kali Luk Ulo, yang alirannya dikontrol oleh struktur dan jenis
litologi yang ada pada daerah ini.

2.2. Gemorfologi
Geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk-bentuk permukaan
bumi dan semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut. Morfologi
daerah Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagai
kompleks melange. Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah
Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit
Jatibungkus. Penyajian melange di lapangan Karangsambung merupakan
dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan hingga ratusan meter,
selain itu juga terdapat melange yang membentuk sebuah rangkaian
pegunungan.

Gambar 2.2 Peta citra daerah Karangsambung (SRTM)

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 8


Daerah Karangsambung memiliki elevasi ± 11m dpl dengan
morfologi yang disebut sebagai amphitheatre, merupakan suatu antiklin
raksasa yang memiliki sumbu yang menunjam (inclined anticline) ke arah
Timur Laut yang telah mengalami erosi. Morfologi yang khas ini memanjang
ke arah Barat mulai dari daerah Kali poh hingga Kali Larangan. Sayap-sayap
dari antiklin raksasa tersebut membentuk morfologi berupa perbukitan di
bagian utara (G. Paras) dan Selatan (G.Brujul dan Bukit Selaranda) dari
daerah pemetaan. Perbukitan ini memiliki arah memanjang Timur-Barat.
Sumbu antiklin tersebut mengalami proses erosi yang membentuk morfologi
berupa lembah di daerah Karangsambung dengan adanya perbukitan-
perbukitan terisolasi yang berupa tubuh batuan beku (intrusi) dan batu
gamping (Jatibungkus) serta konglomerat (Pesanggrahan). Pada daerah
pemetaan, di sebelah Barat Laut dari lembah Karangsambung, terdapat
perbukitan kompleks (Pagerbako dan Igir Kenong) yang tersusun atas litologi
berupa fragmen-fragmen raksasa batuan metamorf (filit) dan batuan sedimen
laut dalam (perselingan rijang dan gamping merah) yang tertanam di dalam
massa dasar lempung.
Perbedaan morfologi di daerah ini disebabkan oleh perbedaan
karakteristik geologi yang dicerminkan oleh litologi yang menyusun daerah
tersebut yang memiliki kekerasan dan resistensi yang berbeda-beda terhadap
erosi yang akhirnya membentuk morfologi yang khas dari daerah ini, serta
pengaruh dari struktur geologi yang berupa perlipatan dan sesar yang
berkembang di daerah Karangsambung.
Pola aliran sungai di daerah ini berdasarkan tipe genetik sungai
(Howard, 1967 dalam Thornbury, 1989 dalam Hardiyansyah, 2005) terdiri
dari tiga tipe sungai: tipe konsekuen, subsekuen, obsekuen. Kali Luk Ulo
merupakan tipe konsekuen, yang mengikuti arah lereng regional. Sungai ini
juga sebagai muara dari semua sungai-sungai di sekitarnya. Sungai Gebang
dan Sungai Welaran merukapan tipe subsekuen yang mengalir menuju ke
sungai Luk Ulo. Sedangkan sungai-sungai kecil yang mengalir menuju Sungai

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 9


Gebang, Sungai Welaran, Sungai Cacaban merupakan tipe obsekuen yang
alirannya mengikuti kemiringan lereng (Scarp Slope).
Pola aliran sungai di daerah ini pada umumnya adalah radial, yang
mengalir dari puncak bukit menuju ke lembahan, dan trelis, yang dicirikan
oleh arah alirannya sejajar dengan arah jurus lapisan yang mencerminkan
kontrol struktur di daerah penelitian.
Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai besar yang disebut
Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang bermuara di Luk Ulo. Sungai
Luk Ulo mengalir dari Utara hingga ke Selatan daerah pemetaan (membelah
perbukitan Waturanda dan Gunung Brujul) dan merupakan sungai yang telah
memasuki tahap sungai tua dicirikan oleh bentuk Luk Ulo yang meander.
Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang mengalir di daerah
Karangsambung juga memiliki peran penting dalam pembentukan morfologi
di daerah ini berkaitan dengan proses erosi dan sedimentasi. Seluruh batuan
penyusun yang berumur lebih tua dari Kuarter telah mengalami proses
pensesaran yang cukup intensif terlebih lagi pada batuan yang berumur Kapur
hingga Paleosen.

2.3 Stratigrafi
Stratigrafi daerah Karangsambung dari tua ke muda yaitu : Kompleks
Melange Lok Ulo, Formasi Karangsambung , Formasi Totogan, Formasi
Waturanda , Formasi Penosogan , Formasi Halang dan alluvial.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 10


Gambar 2.3 Stratigrafi umum Daerah Luk Ulo ( modifikasi Harsolumakso dkk.,
1996 dari Asikin dkk., 1992, dalam Hardiyansyah, 2005 )

Kompleks Melange Luk Ulo berumur Kapur Atas sampai Paleosen


yang terdiri dari fragmen-fragmen batuan. Kepungan-kepungan mirip Boudine
atau Boudinage berbentuk lonjong dan berukuran besar, pada umumnya terdiri
dari batuan asing (exotic blocks) seperti sekis, rijang dan batugamping merah,
basalt, serpentinit, amfibolit, gabro, peridotit, serta setempat batuan metamorf
tekanan tinggi yaitu sekisbiru dan eklogit yang terkepung dalam masadasar
serpih dan batulempung hitam. Di atas endapan Kompleks Melange Luk Ulo
diendapkan tidak selaras Formasi Karangsambung dengan batas tektonik.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 11


Formasi Karangsambung berumur Eosen berupa batulempung bersifat
bersisik (scaly clay), bewarna hitam mengkilap, berselingan dengan batupasir
dan batulanau. Terdapat bongkah-bongkah konglomerat, batugamping, basalt,
batupasir, dll. Formasi ini diendapkan sebagai olisostrom. Di atas formasi ini
diendapkan Formasi Totogan secara selaras.
Formasi Totogan berumur Oligosen-Miosen Awal berupa breksi
bewarna kelabu dengan fragmen batulempung, lava basalt, batupasir dan
batugamping dalam masadasar batulempung. Formasi ini juga masih
merupakan olisostrom. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Waturanda
secara selaras.
Formasi Waturanda berumur Miosen Awal berupa breksi vulkanik
dan batupasir. Diendapkan secara “gravity mass flow” atau turbidit. Di atas
formasi ini diendapkan Formasi Panosogan secara selaras.
Formasi Panosogan berumur berumur Miosen Tengah berupa
perselingan batupasir, batulempung, tuff, napal dan batugamping kalkarenit.
Formasi ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian bawah dicirikan
oleh perlapisan batupasir dan batulempung, bagian tengah terdiri dari
perlapisan napal dan batulanau tufaan dengan sisipan tipis kalkarenit,
sedangkan bagian atas lebih bersifat gampingan, berukuran lebih halus terdiri
dari napal tufaan dan tuf. Pada formasi ini ditemukan struktur sedimen load
cast, flute cast, parallel laminasi, cross laminasi dan graded bedding. Di
beberapa tempat ditemukan Breksi Kemangguan berumur Miosen Atas yang
menjemari.
Formasi Halang berumur Miosen Atas-Pliosen dan diendapkan selaras
di atas Formasi Panosogan. Bagian bawah didominasi oleh breksi dengan
sisipan batupasir dan napal. Kearah atas, sisipan batupasir, perselingan napal
dan batulempung semakin banyak dengan sisipan tuf makin dominan.
Endapan aluvial merupakan yang paling muda. Endapan ini memiliki
umur Holosen dan pembentukannya terus berlangsung hingga sekarang.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 12


2.4 Struktur Geologi
Pola struktur yang terjadi di Jawa diperngaruhi oleh tumbukan antara
dua lempeng, yaitu lempeng Eurasia, dan Indo-Australia (Gambar 2.4).
Subduksi yang terjadi pada daerah karangsambung terjadi pada dua tahap,
yakni:
1. Zaman kapur – Pliosen
Pola struktur berarah barat daya – timur laut merupakan jejak dari pola
yang lebih dikenal dengan sebutan pola meratus. Struktur ini diperkirakan
terjadi karena adanya subduksi antara lempeng Eurasia dengan
Mikrocontinen yang berasal dari lempeng Indo-Australia.
2. Zaman tersier
Pola struktur berarah barat-timur merupakan pola yang terjadi akibat
subduksi yang baru atau bisa dibilang masih berlangsung hingga sekarang.
Proses subduksi ini terjadi setelah proses subduksi yang lama berhenti
(tidak ada lagi kegiatan tektonik)

Gambar 2.4 Tektonik Pulau Jawa (Asikin, 1992)

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 13


Sukendar Asikin (1974) berdasarkan penelitiannya mendapatkan hasil
bahwa secara umum sesar-sesar utama di daerah Luk Ulo ini mempunyai arah
timur laut- tenggara untuk daerah utara, dan arah utara selatan. Struktur utama
yang ada di karangsambung dapat dibagi menjadi 3 struktur utama , yaitu :

a. Arah timurlaut – Baratdaya yang ditunjukkan oleh arah umum


sumbu panjang boudin, berkembang di kelompok batuan Pra –
Tersier (Harsolumkso dkk., 1995 dalam Prasetyadi, 2007 ).

b. Arah Timur – Barat yang ditunjukkan oleh arah umum struktur


lipatan yang berkembang di batuan Tersier,

c. Arah Utara – Selatan berupa sesar yang memotong batuan Pra


– Tersier dan Tersier (Asikin dkk.,1992 dalam Prasetyadi,
2007)

Struktur utama ini dapat dilihat pada peta geologi daerah Karangsambung.
(Gambar 2.5)

Gambar 2.5 Peta Geologi Karangsambung (modifikasi dari Asikin dkk., 1992
dan Condon dkk., 1996 dalam Prasetyadi, 2007).

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 14


BAB 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian


Dilihat dari peta citra kenampakan bentang alam daerah
Karangsambung dan sekitarnya dikontrol oleh struktur geologi dan tingkat
ketahanan batuan. Struktur geologi dalam proses endogen berupa
pengangkatan akibat tektonik yang berperan menjadi tahap awal dari ekspresi
topografi daerah penelitian. Kemudian pengaruh proses eksogen berupa erosi
mengakibatkan tersingkapnya batuan-batuan. Tingkat ketahanan batuan
terhadap proses geomorfik menghasilkan ekspresi topografi yang khas dan
beragam.

Daerah penelitian

Gambar 3.1 Peta daerah penelitian (Citra, SRTM)

Daerah pemetaan meliputi daerah Desa Plumbon, Desa Krakal, Desa


Wonokromo dan Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 15


Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis daerah penelitian
terletak dikoordinat 07° 34’ 30’’ – 07° 36’ 00’’ LS dan 109° 42’ 00’’ – 109°
43’ 45’’ BT dengan luas daerah pemetaan 3 x 3 km.

3.2 Pola Aliran Sungai

Pola aliran sungai pada dasarnya keseluruhan dari suatu sistem aliran
sungai dipermukaan bumi serta segala proses geologi yang mempengaruhi
terbentuknya pola tersebut. Pada suatu sistem aliran sungai, pola aliran
biasanya berkaitan langsung dengan proses-proses geologi seperti jenis
litologi yang berkaitan langsung terhadap resistensi batuan, struktur geologi
yang terbentuk pada suatu daerah serta dari geomorfologi pada sungai
tersebut.

Pada daerah penelitian terdapat satu sungai besar dan beberapa sungai
kecil. Sungai besar mengalir dari hulu yang berada dibagian timur laut ke
arah hilir bagian barat daya daerah pelitian. Sedangkan untuk anak sungainya
mengalir berarah barat laut – tenggara yang lebih dominan, dan ada juga yang
mengalir dari timur ke barat daerah penelitian.

Pola aliran sungai pada daerah penelitian secara umum dibagi atas 2
jenis pola aliran yaitu :

a. Pola Pararel yang umumya pola aliran ini menunjukkan daerah yang
berlereng sedang sampai curam. Pada daerah penelitian pola tersebut
terdapat di anak sungai, yang mengalir dari puncak perbukitan menuju ke
lembahan, seperti K. Soka, K. Durenan, K. Kedondong. K. Clapar, K.
Grigak, yang mencerminkan adanya kontrol struktur di daerah penelitian
b. Pola aliran Sungai Besar mencerminkan tipe meandering dengan ciri
kenampakan sungai yang berkelok kelok menandakan umur sungai
relatip tua. Sungai Besar ini berbelok-belok karena beberapa faktor yaitu

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 16


struktur yang terjadi di daerah ini seperti sesar, dan tingkat resistensi
batuan yang ada di daerah ini.
.

3.3. Tipe Genetik Aliran Sungai

Gambar 3.2 Penampang jenis genetika sungai; C (konsekuen), S


(subsekuen), O (obsekuen), R (resekuen), (Howard, 1967, dalam Van Zuidam,
1985)

Secara Genetik, sungai-sungai didaerah penelitian terbagi atas 4 tipe


genetik sungai yaitu :

1. Konsekuen
Tipe genetik sungai Konsekuen adalah tipe aliran sungai yang searah
dengan struktur utama atau kemiringan kedudukan lapisan batuan. Sungai
dengan tipe ini sebagian besar tersebar K. Grigak.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 17


Gambar 3.3 Kondisi sungai dengan tipe genetik konsekuen (Kali Grigak)

2. Subsekuen
Tipe genetik sungai subsekuen adalah sungai yang berkembang di
sepanjang suatu garis atau zona yang resisten. sungai ini umumnya dijumpai
mengalir di sepanjang jurus perlapisan batuan. Sungai dengan tipe ini Kali
Durenan.

Gambar 3.4 Kondisi sungai dengan tipe genetik subsekuen (Kali Durenan)

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 18


3. Resekuen
Tipe genetik sungai resekuen adalah sungai yang mengalir searah dengan
arah kemiringanlapisan batuan sama seperti tipe sungai konsekuen.
Perbedaanya adalah sungai resekuen berkembang belakangan. Sungai dengan
tipe ini Kali Soka, Kali Durenan, Kali Kedondong.

Gambar 3.5 Kondisi sungai dengan tipe genetik resekuen (Kali Durenan)

4. Obsekuen
Tipe genetik sungai obsekuen adalah tipe aliran sungai yang berlawanan
arah dengan kemiringan kedudukan lapisan batuan. Sungai dengan tipe ini
sebagian besar tersebar K. Grigak.

Gambar 3.6 Kondisi sungai dengan tipe genetik obsekuen (Kali Grigak)

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 19


3.4 Satuan Geomorfologi

Gambar 3.7 Peta geomorfologi daerah penelitian

Berdasarkan kondisi bentukan permukaan dan proses genesanya daerah


penelitian terbagi menjadi 6 satuan geomorfologi. Satuan tersebut adalah :

1. Satuan Punggungan Homoklin Kalisoka

Satuan ini menempati 25 % dari total luas daerah pemetaan. Terdapat


pola dip slope kearah selatan, dicirikan dengan kontur yang rapat di bagian
utara dan renggang dibagian selatan pada daerah ini. Batuan penyusun satuan
ini berupa batupasir, breksi yang merupakan bagian dari Formasi Waturanda,
dan perselingan batupasir dan batulempung karbonatan yang merupakan
bagian dari Formasi Penosogan.

2. Satuan Punggungan Homoklin Kedongdong

Satuan ini menempati 10% dari total luas daerah pemetaan. Batuan
penyusun satuan ini terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 20


karbonatan, dan terdapat pula batupasir karbonatan kuat yang merupakan
bagian dari Formasi Penosogan. Terdapat pula pola dip slope relatif berarah
tenggara, dicirikan dengan kontur yang rapat di bagian barat laut dan
renggang dibagian tenggara.

3. Satuan Punggungan Homoklin Pekalongan

Satuan ini menempati 10% dari total luas daerah pemetaan. Batuan
satuan ini terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung karbonatan,
yang merupakan bagian dari Formasi Penosogan. Satuan ini berada di
sebelah barat laut daerah pemetaan. Terdapat pula pola dip slope relatif
berarah tenggara, dicirikan dengan kontur yang rapat di bagian barat laut dan
renggang dibagian tenggara. Satuan ini berada di sebelah barat daerah
pemetaan.

4. Satuan Punggungan Sinklin G. Gambok

Satuan ini menempati 15 % dari total luas daerah penelitian. Satuan


Punggungan Sinklin Gambok ini terdiri dari Tuff perselingan batupasir yang
bersifat karbonatan kuat, bersifat gampingan, yang merupakan bagian dari
Formasi Penosogan. Satuan ini berada di sebelah timur daerah pemetaan.
Dan terdapat pola dip slope yang mana dibagian utara punggungan mengarah
relatif tenggara dan dibagian selatan relatif barat laut. Yang di interpretasi
adanya pola sinklin pada punggungan ini.

5. Satuan Lembah Sinklin Plumbon

Satuan ini menempati 30 % dari total luas daerah penelitian. Satuan


ini terdiri dari perselingan batupasir karbonatan kuat, bersifat gampingan dan
batulempung karbonatan, yang merupakan bagian dari Formasi Penosogan.
Sebagian daerah ini sudah menjadi pemukiman warga. Morfologi pada satuan
ini dicirikan oleh daerah yang relatif landai.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 21


6. Satuan Denudasi / Aluvial

Satuan ini menempati 10 % dari total luas daerah pemetaan. Satuan


Denudasi/ Aluvial ini memiliki topografi yang relatif datar, terdapat di
sepanjang Sungai Besar. Satuan ini berupa dataran yang terdiri atas material
lepas – lepas dengan berbagai macam batuan, seperti batupasir, batulempung,
andesit dan breksi. Sungai yang mengalir di satuan ini adalah Sungai Besar
yang telah mencapai tahap dewasa menuju tua dengan ditandai oleh
kenampakan sungai yang berkelok - kelok bermeander. Batuan penyusun
satuan ini didominasi oleh endapan – endapan aluvial. Sebagian daerah ini
sudah menjadi pemukiman warga.

Pembagian satuan morfologi ini berdasarkan klasifikasi BMB (Budi


Brahmantyo dan Bandono). Prinsip pembagian satuan-satuan didasarkan pada
Prinsip yang dijabarkan oleh Lobeck (1939) dengan suatu klasifikasi bentang
alam dan bentuk muka bumi yang dikontrol oleh tiga parameter utama, yaitu
struktur (struktur geologi; proses geologi endogen yang bersifat
konstruksional / membangun), proses (proses-proses eksogen yang bersifat
destruksional / merusak atau denudasional), dan tahapan (yang kadangkala
ditafsirkan sebagai “umur” tetapi sebenarnya adalah respon batuan terhadap
proses eksogen; semakin tinggi responnya, semakin dewasa tahapannya).

Punggungan homoklin kalisoka

Lembah sinklin plumbon


Denudasi/aluvial

Gambar 3.8 Foto morfologi daerah penelitian

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 22


3.5 Lintasan Geologi Daerah Penelitian
Sebelum pelaksanaan kegiatan pemetaan di lapangan, terlebih dahulu kita
membuat perencanaan peta lintasan untuk mempermudah penentuan lokasi
pengamatan dan pengambilan contoh. Hal ini sangat mempengaruhi efektifitas
dan efisiensi waktu. Secara umum pada pemetaan geologi kali ini, kami bagi
menjadi 8 lintasan terbuka. yakni:

1. Lintasan Hari Pertama


Lokasi : Kali Soka dan Cabang Kali Soka
Tanggal : 24 – 09 - 2016
Cuaca : Cerah

Lintasan pertama kami menyusuri sungai kalisoka lalu masuk ke


cabang kalisoka. Kami berjalan bagian hilir menuju hulu. Dibagian hilir
kalisoka ditemukan singkapan batuan sedimen berupa perselingan antara
batupasir dan batulempung karbonatan, kondisi singkapan segar dengan
kedudukan N700/28, terdapat antiklin minor dengan kedudukan sayap kiri
N2040/35 dan sayap kanan N600/66, dan ditemukan sesar mendatar
menganan dengan kedudukan N 120° E/ 60, Pich 16°, 12°, N 296° E pada
lokasi KS 13, terdapat juga di lokasi KS 16 dengan kedudukan N 122° E/
70. Semakin kita menyisir ke arah hulu sungai kalisoka, batuannya tetap
perselingan batupasir dan batulempung karbonatan, kecuali ada beberapa
variasi Dip yang sedikit berbeda 1-50 namun dengan Strike yang yang
relatif E – W semakin kearah hulu sungai ada perubahan litologi batuan
terdapatnya singkapan breksi monomik berfragmen material vulkanik.

Deskripsi batuan:

- Batupasir karbonatan berwarna abu-abu terang sampai gelap, pasir halus,


membundar tanggung, sorting baik, kemas tertutup, porositas sedang,
kompak, masif, mineral kuarsa, biotit, sruktur laminasi dan graded
bedding, reverse graded bedding.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 23


- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu kehijauan (segar), abu-abu
gelap (lapuk), lunak sampai kompak, sebagian menyerpih.

Gambar 3.9 Singkapan perselingan batupasir batulempung kalisoka

Gambar 3.10 Singkapan breksi kalisoka

- Breksi, abu-abu gelap, menyudut-menyudut tanggung, krikil- bongkah,


sortasi buruk, kemas terbuka, kompak, masiv, fragmen basalt, andesit,
masa dasar pasir, terdapat urat kalsit.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 24


2. Lintasan Hari Kedua
Lokasi : Kali Durenan dan KDKK
Tanggal : 25 – 09 - 2016
Cuaca : Cerah

Lintasan pada hari kedua ditentukan di Kalidurenan di desa


plumbon. Pada penelitian kali ini lintasan berawal dari hilir menuju hulu
kalidurenan. . Dibagian hilir kalidurenan ditemukan singkapan perselingan
batupasir dan batulempung karbonatan. Singkapan memiliki kedudukan N
720 E/300.Semakin kita menyisir ke arah hulu Kalidurenan, ditemukan
singkapan perselingan batupasir perselingan batulempung dengan kodisi
segar..Singkapan tersebut memanjang dari arah hilir menuju hulu. Dan
ditemukan sesar normal dengan kedudukan bidang Sesar N 350° E / 76,
dan terdapat 2 gores garis 1. Pich : 35°, 30°, N155° E, 1. Pich : 27°, 22°,
N187° E pada lokasi KD 2. Pada bidang sesar terdapat mineral kalkopirit
sebesar ± 2 cm. Di Kalidurenan bagian hulu ditemukan singkapan kontak
antara batupasir dengan breksi Monomik berfragmen kasar kearah hulu,
dengan kedudukan N 54° E /40° pada lokasi KD 6. Pada lokasi KDKK 10
terdapat sesar geser menganan dengan kedudukan N 295° E / 80, Pich :
10°, 60°, 290° E. semakin kearah hulu sungai ada perubahan litologi
batuan terdapatnya singkapan breksi monomik.

Deskripsi Batuan :

- Batupasir karbonatan, abu-abu terang (segar), abu-abu gelap (lapuk),


membulat tanggung - menyuduttanggung, pasir halus-sedang, sorting
sedang, kemas tertutup, kompak, masif, mineral kuarsa, biotit,
plagioklas.Terdapat sruktur laminasi, cross laminasi
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu kehijauan (segar), abu-abu
gelap (lapuk), lunak sampai kompak, sebagian menyerpih.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 25


- Breksi, abu-abu gelap, menyudut-menyudut tanggung, krikil- bongkah,
sortasi buruk, kemas terbuka, kompak, masiv, fragmen basalt, andesit,
masa dasar pasir, terdapat urat kalsit
-

Gambar 3.11 Singkapan perselingan batupasir dan batulempung, terdapat struktur


sedimen primer dan juga terdapat mineral kalkopirit di kalidurenan.

Gambar 3.12 Singkapan breksi kalidurenan.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 26


3. Lintasan Hari Ketiga
Lokasi : Kali Kedondong
Tanggal : 26 – 09 - 2016
Cuaca : Cerah

Lintasan pada hari ketiga ditentukan di Kalikedondong di desa


plumbon.Pada penelitian hari ketiga lintasan berawal dari hilir menuju
hulu kalikedondong. . Dibagian hilir kalikedondong ditemukan singkapan
batuan sedimen berupa perselingan batupasir dan batulempung. Singkapan
memiliki kedudukan N 540 E/400.Semakin kita menyisir ke arah hulu
Kalidurenan, ditemukan lagi singkapan dengan karakteristik yang sama
dengan kondisi singkapannya segar..Singkapan tersebut memanjang dari
arah hilir menuju hulu. Dan ditemukan sesar mendatar mengiri dengan
keduduka bidang Sesar N 3100 E / 850 Pitch : 180, 120, N 3000 E

Deskripsi Batuan :

- Batupasir karbonatan berwarna abu-abu terang sampai gelap, pasir halus,


membundar tanggung, sorting baik, kemas tertutup, porositas sedang,
kompak, masif, mineral kuarsa, biotit, sruktur laminasi dan graded
bedding, reverse graded bedding..
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu kehijauan (segar), abu-abu
gelap (lapuk), lunak sampai kompak, sebagian menyerpih.
- Breksi, abu-abu gelap, menyudut-menyudut tanggung, krikil- bongkah,
sortasi buruk, kemas terbuka, kompak, masiv, fragmen basalt, andesit,
masa dasar pasir, terdapat urat kalsit.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 27


Gambar 3.13 Singkapan breksi kali kedondong

4. Lintasan Hari Keempat


Lokasi : Sungai Besar 2 (Utara)
Tanggal : 27 – 09 - 2016
Cuaca : Cerah

Hari keempat penelitian dilakukan di Sungai Besar. .Pengamatan


dimulai dari bagian hulu menuju hilir. Dibagian hulu sungai besar
ditemukan singkapan berupa perselingan batupasir dan lempung yang
bersifat karbonatan sedang sampai kuat. dengan kedudukan N 740 E/49.
kondisi singkapan segar dengan dimensi Panjang ±6m dan Lebar ± 4m.
menyisir ke arah hulu sungai besar, ditemukan lagi singkapan dengan
karakteristik yang sama dengan kondisi singkapannya segar dan sangat
baik.Singkapan tersebut memanjang dari arah hulu menuju hilir. Dan
ditemukan sesar mendatar mengiri dengan arah relatif S – N, kedudukan
bidang Sesar N 1720 E / 640 , Pitch : 250 , 200, N 1550 E

Deskripsi batuan:

- Batupasir karbonatan kuat, berwarna abu-abu terang, pasir halus,


membundar tanggung, sorting baik, kemas tertutup, porositas sedang,

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 28


kompak, masif, mineral kuarsa, biotit, sruktur laminasi, bersifat
gampingan.
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu kehijauan, lunak sampai
kompak, sebagian menyerpih.

5. Lintasan Hari Kelima


Lokasi : Sungai Besar 2 (Selatan)
Tanggal : 28 – 09 - 2016
Cuaca : Cerah

Hari kelima penelitian dilakukan dilakukan di Sungai Besar


melanjutkan lintasan hari keempat.. .Pengamatan dimulai dari bagian hilir
menuju hulu. Dibagian hilir sungai besar ditemukan singkapan berupa
perselingan batupasir dan lempung yang bersifat karbonatan sedang
sampai kuat. dengan kedudukan N2450 E/20. Perbedaan strike/dip antara
hilir dengan hulu mengindikasikan adanya struktur lipatan sinklin.
menyisir ke arah hulu sungai besar ditemukan singkapan batupasir
perselingan batulempung dengan kondisi segar, ditemukan batupasir
berfosil (kuburan Fosil moluska) dengan kondisi sudah mulai mengalami
pelapukan pada bagian atas dan segar pada bagian bawah singkapan,
singkapan berada dipinggir jalan pesawahan

Deskripsi batuan:

- Batupasir karbonatan kuat, berwarna abu-abu terang, pasir halus,


membundar tanggung, sorting baik, kemas tertutup, porositas sedang,
kompak, masif, mineral kuarsa, biotit, sruktur laminasi, bersifat
gampingan.
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu kehijauan, lunak sampai
kompak, sebagian menyerpih.
- Batupasir berfosilan, karbonatan, abu-abu terang, menyudut tanggung,
pasir kasar, sortasi buruk, kemas terbuka, lunak sebagian kompak, masif,

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 29


fragmen fosil mendominasi singkapan (kuburan fosil) dan juga terdapat
fragmen batulempung yang mempunyai arah imbrikasi utara-selatan.

Gambar 3.14 Singkapan batupasir befosil (kuburan fosil)

6. Lintasan Hari Keenam


Lokasi : Kali Jambleng
Tanggal : 29 – 09 - 2016
Cuaca : Cerah

Pengamatan hari keenam kami lakukan di Kali jambleng,


pengamatan dimulai dari hilir menuju hulu kali jambleng. Dibagian hilir
kali jambleng ditemukan singkapan berupa perselingan batupasir dan
lempung yang bersifat karbonatan sedang sampai kuat. Dan dibagian atas
singkapan terdapat tuff dengan teba 1 m. dengan kedudukan N2750 E/20.
kondisi singkapan segar dengan dimensi Panjang ±2m dan tinggi ± 1m.
Menyusur kearah hulu sungai jambleng ditemukan sesar normal dengan
kedudukan bidang sesar N 1800 E / 790, Pitch : 400 240, N 1780 E dan di
temukan juga sesar naik di bagian hulu kali jambleng dengan kedudukan
bidang sesar N 2430 E/ 580.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 30


Deskripsi batuan:

- Batupasir karbonatan kuat, berwarna abu-abu terang, pasir halus,


membundar tanggung, sorting baik, kemas tertutup, porositas sedang,
kompak, masif, mineral kuarsa, biotit, sruktur laminasi, bersifat
gampingan.
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu kehijauan, lunak sampai
kompak, sebagian menyerpih.
- Tuff berwarna abu abu terang, kompak, masif

Gambar 3.15 Singkapan perselingan batupasir dan batulempung kali jambleng

7. Lintasan Hari Ketujuh


Lokasi : Kali Clapar
Tanggal : 30 – 09 - 2016
Cuaca : Cerah

Pengamatan hari ketujuh kami lakukan di Kaliclapar, pengamatan


dimulai dari hilir menuju hulu kali clapar. Dibagian hilir kali Clapar
ditemukan singkapan berupa perselingan batupasir dan lempung yang
bersifat karbonatan sedang sampai dengan karbonatan kuat dengan
kedudukan N2750 E/200. Menyusur kearah hulu kali clapar ditemukan
sesar naik dengan kedudukan bidang sesar N 2400 E/ 500

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 31


Deskripsi batuan:

- Batupasir karbonatan kuat, berwarna abu-abu terang, pasir halus,


membundar tanggung, sorting baik, kemas tertutup, porositas sedang,
kompak, masif, mineral kuarsa, biotit, sruktur laminasi, bersifat
gampingan.
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu terang-gelap, lunak sampai
kompak, sebagian menyerpih.

Gambar 3.16 Singkapan perselingan batupasir dan batulempung kali clapar

8. Lintasan Hari Kedelapan


Lokasi : Kali Grigak
Tanggal : 01 – 10 - 2016
Cuaca : Cerah

Pengamatan hari ke delapan kami lakukan di Kaligrigak,


pengamatan dimulai dari hilir menuju hulu kali grigak. Dibagian hilir kali
grigak ditemukan singkapan berupa perselingan batupasir dan lempung
yang bersifat karbonatan sedang dengan kedudukan N780 E/200. Menyusur
kearah hulu kali grigak di temukan sesar mendatar menganan dengan

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 32


kedudukan bidang sesar N1300 E/700 . Menyusur ke arah hulu kali Grigak
yaitu punggungan sinklin G.Gambok ditemukan singkapan tuff berwarna
abu abu terang bersifat non karbonatan, kompak masif dengan penyebaran
cukup luas

Deskripsi batuan:

- Tuff, abu-abu terang/ putih, kompak, masif


- Batupasir karbonatan, berwarna abu terang, pasir halus, membundar
tanggung, sorting baik, kemas tertutup, sedang, kompak, masif, mineral
kuarsa, biotit.Terdapat sruktur laminasi dan graded bedding.
- Batulempung karbonatan, berwarna abu-abu terang-gelap, lunak sampai
kompak, sebagian menyerpih.

Gambar 3.17 Singkapan perselingan batupasir dan batulempung kaligrigak

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 33


Gambar 3.18 Peta lintasan daerah penelitian

3.6 Stratigrafi Daerah Penelitian

Stratigrafi daerah penelitan meliputi 2 formasi yang ada di


Karangsambung.Yakni formasi Waturanda dan Formasi Penosogan. Formasi
waturanda di sebelah utara dan formasi Penosogan terletak di sebelah selatan.
Formasi Waturanda di dominasi oleh batuan breksi vulkanik yang berumur
miosen awal sedangkan formasi Penosogan yang berumur miosen tengah di
dominasi oleh batupsir. Satuan batuan pada daerah ini terbagi menjadi 3
satuan, yaitu :

1. Satuan Breksi

Satuan ini merupakan bagian yang paling tua dan tersusun oleh breksi
vulkanik serta batupasir breksian dalam perulangan perlapisan yang tebal.
Breksi ini tersusun oleh fragmen basalt dengan ukuran beragam dari

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 34


kerikil hingga bongkah lebih dari 1 meter. Masa dasar berupa pasir kasar,
struktur sedimen yang dijumpai berupa perlapisan,gredded bedding.

 Breksi
Litologi ini dicirikan dengan warna abu-abu gelap, monomik dengan
fragmen dominan batuan volkanik (andesit, basalt vesikuler) berukuran
kerakal-bongkah, menyudut, sortasi buruk, kemas terbuka, matriks
batupasir berukuran kasar-sedang. Ukuran butir yang besar-besar serta
bentuk butir yang menyudut mengindikasikan bahwa fragmen dari breksi
tersebut tidak jauh dari sumbernya, dominasi batuan volkanik menandakan
adanya material volkanik yang teendapkan kembali (epiclastic), serta
komponen batuan lainnya menandakan jenis batuan sumber sebelumnya,
matriks batupasir kasar menandakan bahwa saat pengendapan mekanisme
arus yang bekerja merupakan arus dengan kecepatan tinggi berdasarkan
diagram hjulstrom.

Gambar 3.19 Singkapan breksi kalisoka

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 35


 Batupasir breksian
Batupasir breksian pada satuan breksi waturanda dicirikan dengan
warna abu-abu kecoklatan, pasir kasar- kerikil, menyudut tanggung, sortasi
buruk, kemas terbuka, tersusun atas fragmen batulempung, andesit, basalt
vesikuler, struktur graded bedding.
Batupasir ini dijumpai di dekat kontak dengan satuan batuan batupasir-
batulempung, atau bagian top dari satuan breksi waturanda, memiliki
struktur reverse graded bedding kemudian menjadi normal graded
bedding, hal ini menandai bahwa batupasir breksian ini terendapkan
dengan mekanisme arus yang kental seperti arus turbidit.

2. Satuan Batupasir
Satuan ini tersusun oleh perlapisan batupasir perselingan batulempung
yang diendapkan selaras diatas satuan breksi, dan mempunyai sifat
karbonatan sedang di bagian utara kalisoka dan bersifat karbonatan kuat di
bagian selatan. Dibagian bawah dicirikan oleh perlapisan batupasir-
batulempung yang butirannya menghalus ke atas dan komponen
karbonatnya semakin tinggi. Sekuen Bouma nampak berkembang baik.

a. Batupasir

Litologi ini dicirikan dengan berwarna abu-abu, ukuran pasir sedang-


halus, membundar-membundar tanggung, sortasi baik, kemas tertutup,
komposisi kuarsa, biotit, plagioklas, memiliki urut-urutan struktur sedimen
sekuen bouma yaitu graded bedding, paralel laminasi, cross laminasi, dan
convolute laminasi. Dengan adanya sekuen bouma pada batupasir
menunjukan bahwa mekanisme pengendapan batupasir adalah mekanisme
arus turbidit.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 36


b. Batulempung

Batuan ini berupa lapisan tipis yang berseling dengan batupasir.


Batulempung karbonatan dengan warna abu-abu terang-gelap, lunak –
kompak, menyerpih.

Gambar 3.20 Singkapan perselingan batupasir dan batulempung

3. Satuan Tuff
Satuan ini tersusun oleh perlapisan Tuff yang berada dibagian atas
satuan batupasir. Litologi ini dicirikan dengan berwarna abu – abu terang,
kompak, masiv. Ditemukannya satuan tuff ini mengindikasikan adanya
proses vulkanik yang berjalan pada saat pengendapan. Singkapan tersebar
cukup luas di G. Gambok.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 37


Gambar 3.21 Kolom stratigrafi daerah Plumbon dan sekitarnya

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 38


3.7 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Struktur yang teramati pada daerah penelitian terdapat sesar geser, sesar naik,
sesar normal, dan lipatan yang terbagi dibeberapa tempat.

Gambar 3.22 Peta Geologi Daerah Penelitian

 Lipatan Sinklin Plumbon


Lipatan sinklin plumbon ini mempunyai arah sumbu lipatan NE –
SW. Dimkensi lipatan sinklin ini sangat besar dan memanjang dari barat
daya lokasi penelitian sampai dengan timur laut lokasi penelitian lipatan
sinklin plumbon terpotong oleh sesar besar yaitu sesar mengiri sungai
besar yang relatif berumur lebih muda.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 39


 Sesar Naik Kaliclapar
Sesar naik kaliclapar ini mempunyai kedudukan N240˚E/ 50˚.
Sesar naik ini mempunyai dimensi yang cukup besar karena adanya
kelurusan dengan sesar naik yang ditemukan di kalijambleng dengan
kedudukan N243˚E/58˚. Sesar naik ini dipotong oleh sesar mengiri sungai
besar. Yang bumurnya relatif lebih muda dari sesar naik kaliclapar dan
kalijambleng.

Gambar 3.23 Kenampakan sesar naik kaliclapar

 Sesar Normal Kalidurenan


Sesar normal kalidurenan mempunyai kedudukan N350˚E/76˚.
Sesar normal kalidurenan terdapat pada singkapan perselingan batupasir
dan batulempung. Sesar normal kalidurenan ini berarah relatif utara –
selatan atau hampir sejajar dengan sesar mengiri mendatar.

Gambar 3.24 Kenampakan sesar normal kalidurenan

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 40


 Sesar Mengiri Mendatar Sungai Besar

Sesar mengiri sungai besar dengan kedudukan N172˚E/64˚NE.


Dimensi sesar ini terbilang besar karena memanjang dengan utara –
selatan. Terdapat beberapa kedukan sesar sepanjang aliran sungai besar,
kedudukan ditemukan hampir di kelok-kelokan sungai besar. Maka dapat
diinterpretasikan bahwa yang membuat sungai besar berkelok-kelok di
daerah penelitian di pengaruhi oleh sesar mengiri. Sesar ini juga
memotong sinklin plumbon, dan sesar naik jambleng. Secara proses
pembentukan sesar, sesar mengiri ini berumur lebih muda dari sesar naik
kaliclapar dan sinklin plumbon.

Gambar 3.25 Kenampakan sesar mengiri mendatar sungai besar

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 41


 Sesar Menganan Mendatar Kalisoka

Sesar menganan kalisoka dengan kedudukan N120˚E/60˚ berada


pada dasar aliran sungai kalisoka. Terdapat pada singkapan perselingan
batupasir dan batulempung, dimensi sesar ini terbilang besar menerus ke
arah tenggara, namun terhenti pada sesar mengiri sungai besar yang di
interpretasi lebih tua dari sesar menganan kalisoka. Dilokasi ini pun juga
terdapat lipatan antiklin minor dengan kedudukan sayap kiri N2040/35 dan
sayap kanan N600/66 yang sudah tersesarkan oleh sesar menganan
mendatar kalisoka .

Gambar 3.26 Kenampakan sesar menganan mendatar kalisoka dan lipatan antiklin
minor kalisoka yang sudah tersesarkan.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 42


BAB 4

SEJARAH GEOLOGI

4.1 Sejarah Geologi Daerah Penelitian

Sejarah geologi daerah plumbon dan sekitarnya diawali dengan adanya


aktivitas vulkanik dengan bukti pengendapan dari satuan breksi yang menjadi
batuan tertua di lokasi daerah penelitian. Satuan breksi terendapkan pada
lingkungan pengendapan submarine fan. kemudian cekungan mengalami
pendalaman sehingga yang pada awalnya submarine fan dengan dominasi ukuran
butir yang kasar, menjadi proksimal-medial submarine fan dan diendapkan satuan
batuan batupasir dengan mekanisme arus turbidit. Diatas satuan ini diendapkan
secara selaras satuan batupasir yang bersifat karbonatan sedang dibagian bawah
satuan dan menguat kebagian atas mengindikasikan adanya pendangkalan muka
air laut sehingga cahaya matahari dapat masuk dan mahluk hidup dapat
berfotosintesis dengan baik yang mengakibatkan banyaknya kandungan mineral
karbonat. Kemudian satuan tuff terdapkan dan menjadi lapisan termuda pada
daerah penelitian, yang mengindikasikan adanya aktivitas vulkanik lagi yang
berlangsung pada proses pengendapan.

Kemudian terjadi proses endogen pengangkatan yang menyebabkan


tersingkapnya semua satuan batuan tersebut ke permukaan, proses gaya eksogen
dipermukaan berupa erosi dan sedimentasi terus berlangsung hingga sekarang
terus terjadi sampai membentuk morfologi daerah penelitian menjadi seperti saat
ini.

3.1 Sejarah Tektonik Daerah Penelitian

Proses tektonik yang terjadi di daerah penelitian menyebabkan banyak


berkembangnya struktur, seperti lipatan sinklin plumbon, sesar mengiri sungai
besar, sesar menganan kalisoka sesar normal kaliclapar, sesar naik kalidurenan.
Struktur yang berkembang di daerah penelitian sangat berpengaruh terhadap

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 43


bentukan morfoligi daerah penelitian yang menyebabkan terbentuknya morfologi
yang khas Seperti adanya punggungan homoklin Kali Soka sebagai bagian dari
sayap lipatan antiklin karang sambung, dan kelokan sungai besar yang
membentuk pola meander dan sungai yang berkelok tajam yang dikontrol oleh
sesar yang napak pada daerah penelitian.

Jika di urutkan dari rekaman pola struktur daerah penelitian mengalami fase
depormasi akibat dari gaya kompresi. Pada fase awal terbentuk perlipatan antiklin
karangsambung yang berada di utara daerah penelitian dan sinklin plumbon yang
berada di bagian selatan daerah penelitian. Setelah fase pelipatan dan gaya
kompresi masih kuat, maka batuan yang tadi telipat jika keelastisan batuan lebih
minus dibanding gaya kompresinya, maka fase berikutnya lipatan tadi akan patah
dan sesar yang terbentuk sesar naik kaliclapar, fase berikutnya terbentuk sesar
mendatar mengiri sungai besar dan menganan kalisoka, dan biasaya fase gaya
terahir terbentuk sesar normal kalidurenan.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 44


BAB 5

KESIMPULAN

 Geomorfologi daerah penelitian terbagi menjadi 6 satuan berdasarkan analisis


peta topografi yaitu: Satuan Punggungan Homoklin kalisoka, Satuan
Punggungan Homoklin Kedondong. Satuan Punggungan Homoklin
Pekalongan, Satuan Punggungan Sinklin G.Gambok, Satuan Lembah Sinklin
Plumbon, Satuan Denudasi/Aluvial

 Stratigrafi daerah penelitian terbagi menjadi 3 satuan batuan dari tua ke muda
yaitu:
1. Satuan Breksi, Satuan ini tersusun oleh breksi vulkanik serta batupasir
breksian dalam perulangan perlapisan yang tebal. Breksi umumnya
tersusun oleh fragmen basalt dengan ukuran beragam dari kerikil hingga
bongkah lebih dari 1 meter. Masa dasar berupa pasir kasar, struktur
sedimen yang dijumpai berupa perlapisan ,gredded bedding dan laminasi
sejajar.
2. Satuan Batupasir, Satuan ini tersusun oleh perlapisan batupasir perselingan
batulempung, dan mempunyai sifat karbonatan sedang di bagian bawah
dan bersifat karbonatan kuat di bagian atas satuan batupasir. Dibagian
bawah dicirikan oleh perlapisan batupasir-batulempung yang butirannya
menghalus ke atas dan komponen karbonatnya semakin tinggi. Sekuen
Bouma nampak berkembang baik.
3. Satuan Tuff, Satuan ini tersusun oleh perlapisan Tuff perselingan
batulempung dan berada dibagian atas satuan batupasir. Litologi ini
dicirikan dengan berwarna abu – abu terang, berukuran fine ash. kompak,
masiv dan bersifat karbonatan lemah. Ditemukannya satuan tuff ini
mengindikasikan adanya proses vulkanik yang berjalan pada saat
pengendapan.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 45


 Struktur geologi yang berkembang didaerah penelitian yaitu:
- Lipatan sinklin Plumbon.
- Sesar naik jambleng.
- Sesar normal kedungdawa
- Sesar mengiri sungai besar
- Sesar menganan Kalisoka

 Sejarah geologi daerah penelitian dimulai dengan adanya aktivitas


vulkanisme pengendapan satuan batuan dilingkungan submarine fan,
pendalaman cekungan menjadi proksimal-medial submarine fan lingkungan
pengendapan satuan batuan yang mengadung mineral karbonat, Kemudian
terjadi proses pengangkatan yang menyebabkan tersingkapnya semua satuan
batuan kepermukaan,dan dari proses pengangkatan juga menghasilkan pola-
pola struktur sesar pada daerah penelitian. proses gaya eksogen berperan
dipermukaan berupa erosi dan sedimentasi terus berlangsung hingga sekarang
terus terjadi sampai membentuk morfologi daerah penelitian menjadi seperti
saat ini.

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 46


DAFTAR PUSTAKA

Asikin, S., 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi
Teori Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Dept. Teknik GeologiITB,
tidak diterbitkan.

Fahmi, A. D., 2007, Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan


Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa
Nonkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Skripsi
Sarjana S-1, Program Studi Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung,
Bandung (tidak diterbitkan).

Hadiyansyah, D., 2005, Karakteristik Struktur Formasi Karangsambung, Daerah


Karangsambung dan Sekitarnya, Kecamatan Karangsambung-Karanggayam,
Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah, Skripsi Sarjana S-1, Program Studi
Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung (tidak diterbitkan).

Harsolumakso, A. H., Suparka M. E., Zaim Y., Magetsari N. A., Kapid R.,
DardjiNoeradi, dan Chalid I. Abdullah, 1996, Karakteristik Struktur Melange
diDaerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah. Prosiding Seminar
NasionalGeoteknologi III, hal. 441-442.

Asikin, Sukendar. Geologi Struktur Indonesia, Bandung : Laboratorium Geologi


Dinamis-Geologi ITB

Sapiie, Benyamin.,dkk. Geologi Fisik, Bandung : Penerbit ITB

Brahmantyo, Budi dan Sampurno., 2004, Kumpulan Modul Praktikum :


Geomorfologi dan Geologi Foto, Bandung : Laboratorium Geologi Lingkungan

Harsolumakso, A. H.,2009, Buku Pedoman Geologi Lapangan,Bandung : Penerbit


ITB

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 47


Bellon, H., Maury, R. C., Soeria-Atmadja, R., Polve, M., Pringgopawiro, H., dan
Priadi, B., (1989): Chronologie 40K – 40Ar du volcanisme Tertiaire de Java
Central (Indonesie): mise en evidence des deux episodes distincts de magmatisme
d’arc, C. R. Acad. Sci. Paris, Serie II, 309, 1971-1977

Prasetyadi, C., (2007): Evolusi Tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur, Desertasi,
Program Doktor Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung

Laporan Kuliah lapangan Karangsambung 2016 48

Anda mungkin juga menyukai