Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Atas dasar itulah Karangsambung menjadi salah satu tempat pelatihan bagi
para calon geologis untuk lebih memahami ilmu geologi mulai dari sejarah dan
proses geologi yang terjadi. Dan kuliah lapangan ini adalah salah satu program
pelatihan yang masuk dalam daftar mata kuliah untuk para mahasisawa dalam
mengamalkan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu geologi yang telah dipelajari
selama masa perkulihan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengamalkan ilmu-ilmu yang telah
di peroleh selama masa perkuliahan dengan cara mempraktekannya langsung
melalui pengamatan-pengamatan data geologi dilapangan. Yang mana data-data
itu nantinya akan tertuang dalam sebuah peta yang berguna untuk mengetahui
tatanan geologi daerah yang dipetakan.
2. Clip Board
4. Palu Geologi
7. Kantong Sampel
8. Field Book
11. Dll.
GEOLOGI REGIONAL
2.2. Fisiografi
Secara fisiografi, van Bemmelen (1949) membagi Jawa Tengah
menjadi 6 zona yaitu:
2.2. Gemorfologi
Geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk-bentuk permukaan
bumi dan semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut. Morfologi
daerah Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagai
kompleks melange. Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah
Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit
Jatibungkus. Penyajian melange di lapangan Karangsambung merupakan
dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan hingga ratusan meter,
selain itu juga terdapat melange yang membentuk sebuah rangkaian
pegunungan.
2.3 Stratigrafi
Stratigrafi daerah Karangsambung dari tua ke muda yaitu : Kompleks
Melange Lok Ulo, Formasi Karangsambung , Formasi Totogan, Formasi
Waturanda , Formasi Penosogan , Formasi Halang dan alluvial.
Struktur utama ini dapat dilihat pada peta geologi daerah Karangsambung.
(Gambar 2.5)
Gambar 2.5 Peta Geologi Karangsambung (modifikasi dari Asikin dkk., 1992
dan Condon dkk., 1996 dalam Prasetyadi, 2007).
Daerah penelitian
Pola aliran sungai pada dasarnya keseluruhan dari suatu sistem aliran
sungai dipermukaan bumi serta segala proses geologi yang mempengaruhi
terbentuknya pola tersebut. Pada suatu sistem aliran sungai, pola aliran
biasanya berkaitan langsung dengan proses-proses geologi seperti jenis
litologi yang berkaitan langsung terhadap resistensi batuan, struktur geologi
yang terbentuk pada suatu daerah serta dari geomorfologi pada sungai
tersebut.
Pada daerah penelitian terdapat satu sungai besar dan beberapa sungai
kecil. Sungai besar mengalir dari hulu yang berada dibagian timur laut ke
arah hilir bagian barat daya daerah pelitian. Sedangkan untuk anak sungainya
mengalir berarah barat laut – tenggara yang lebih dominan, dan ada juga yang
mengalir dari timur ke barat daerah penelitian.
Pola aliran sungai pada daerah penelitian secara umum dibagi atas 2
jenis pola aliran yaitu :
a. Pola Pararel yang umumya pola aliran ini menunjukkan daerah yang
berlereng sedang sampai curam. Pada daerah penelitian pola tersebut
terdapat di anak sungai, yang mengalir dari puncak perbukitan menuju ke
lembahan, seperti K. Soka, K. Durenan, K. Kedondong. K. Clapar, K.
Grigak, yang mencerminkan adanya kontrol struktur di daerah penelitian
b. Pola aliran Sungai Besar mencerminkan tipe meandering dengan ciri
kenampakan sungai yang berkelok kelok menandakan umur sungai
relatip tua. Sungai Besar ini berbelok-belok karena beberapa faktor yaitu
1. Konsekuen
Tipe genetik sungai Konsekuen adalah tipe aliran sungai yang searah
dengan struktur utama atau kemiringan kedudukan lapisan batuan. Sungai
dengan tipe ini sebagian besar tersebar K. Grigak.
2. Subsekuen
Tipe genetik sungai subsekuen adalah sungai yang berkembang di
sepanjang suatu garis atau zona yang resisten. sungai ini umumnya dijumpai
mengalir di sepanjang jurus perlapisan batuan. Sungai dengan tipe ini Kali
Durenan.
Gambar 3.4 Kondisi sungai dengan tipe genetik subsekuen (Kali Durenan)
Gambar 3.5 Kondisi sungai dengan tipe genetik resekuen (Kali Durenan)
4. Obsekuen
Tipe genetik sungai obsekuen adalah tipe aliran sungai yang berlawanan
arah dengan kemiringan kedudukan lapisan batuan. Sungai dengan tipe ini
sebagian besar tersebar K. Grigak.
Gambar 3.6 Kondisi sungai dengan tipe genetik obsekuen (Kali Grigak)
Satuan ini menempati 10% dari total luas daerah pemetaan. Batuan
penyusun satuan ini terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung
Satuan ini menempati 10% dari total luas daerah pemetaan. Batuan
satuan ini terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung karbonatan,
yang merupakan bagian dari Formasi Penosogan. Satuan ini berada di
sebelah barat laut daerah pemetaan. Terdapat pula pola dip slope relatif
berarah tenggara, dicirikan dengan kontur yang rapat di bagian barat laut dan
renggang dibagian tenggara. Satuan ini berada di sebelah barat daerah
pemetaan.
Deskripsi batuan:
Deskripsi Batuan :
Deskripsi Batuan :
Deskripsi batuan:
Deskripsi batuan:
Deskripsi batuan:
1. Satuan Breksi
Satuan ini merupakan bagian yang paling tua dan tersusun oleh breksi
vulkanik serta batupasir breksian dalam perulangan perlapisan yang tebal.
Breksi ini tersusun oleh fragmen basalt dengan ukuran beragam dari
Breksi
Litologi ini dicirikan dengan warna abu-abu gelap, monomik dengan
fragmen dominan batuan volkanik (andesit, basalt vesikuler) berukuran
kerakal-bongkah, menyudut, sortasi buruk, kemas terbuka, matriks
batupasir berukuran kasar-sedang. Ukuran butir yang besar-besar serta
bentuk butir yang menyudut mengindikasikan bahwa fragmen dari breksi
tersebut tidak jauh dari sumbernya, dominasi batuan volkanik menandakan
adanya material volkanik yang teendapkan kembali (epiclastic), serta
komponen batuan lainnya menandakan jenis batuan sumber sebelumnya,
matriks batupasir kasar menandakan bahwa saat pengendapan mekanisme
arus yang bekerja merupakan arus dengan kecepatan tinggi berdasarkan
diagram hjulstrom.
2. Satuan Batupasir
Satuan ini tersusun oleh perlapisan batupasir perselingan batulempung
yang diendapkan selaras diatas satuan breksi, dan mempunyai sifat
karbonatan sedang di bagian utara kalisoka dan bersifat karbonatan kuat di
bagian selatan. Dibagian bawah dicirikan oleh perlapisan batupasir-
batulempung yang butirannya menghalus ke atas dan komponen
karbonatnya semakin tinggi. Sekuen Bouma nampak berkembang baik.
a. Batupasir
3. Satuan Tuff
Satuan ini tersusun oleh perlapisan Tuff yang berada dibagian atas
satuan batupasir. Litologi ini dicirikan dengan berwarna abu – abu terang,
kompak, masiv. Ditemukannya satuan tuff ini mengindikasikan adanya
proses vulkanik yang berjalan pada saat pengendapan. Singkapan tersebar
cukup luas di G. Gambok.
Gambar 3.26 Kenampakan sesar menganan mendatar kalisoka dan lipatan antiklin
minor kalisoka yang sudah tersesarkan.
SEJARAH GEOLOGI
Jika di urutkan dari rekaman pola struktur daerah penelitian mengalami fase
depormasi akibat dari gaya kompresi. Pada fase awal terbentuk perlipatan antiklin
karangsambung yang berada di utara daerah penelitian dan sinklin plumbon yang
berada di bagian selatan daerah penelitian. Setelah fase pelipatan dan gaya
kompresi masih kuat, maka batuan yang tadi telipat jika keelastisan batuan lebih
minus dibanding gaya kompresinya, maka fase berikutnya lipatan tadi akan patah
dan sesar yang terbentuk sesar naik kaliclapar, fase berikutnya terbentuk sesar
mendatar mengiri sungai besar dan menganan kalisoka, dan biasaya fase gaya
terahir terbentuk sesar normal kalidurenan.
KESIMPULAN
Stratigrafi daerah penelitian terbagi menjadi 3 satuan batuan dari tua ke muda
yaitu:
1. Satuan Breksi, Satuan ini tersusun oleh breksi vulkanik serta batupasir
breksian dalam perulangan perlapisan yang tebal. Breksi umumnya
tersusun oleh fragmen basalt dengan ukuran beragam dari kerikil hingga
bongkah lebih dari 1 meter. Masa dasar berupa pasir kasar, struktur
sedimen yang dijumpai berupa perlapisan ,gredded bedding dan laminasi
sejajar.
2. Satuan Batupasir, Satuan ini tersusun oleh perlapisan batupasir perselingan
batulempung, dan mempunyai sifat karbonatan sedang di bagian bawah
dan bersifat karbonatan kuat di bagian atas satuan batupasir. Dibagian
bawah dicirikan oleh perlapisan batupasir-batulempung yang butirannya
menghalus ke atas dan komponen karbonatnya semakin tinggi. Sekuen
Bouma nampak berkembang baik.
3. Satuan Tuff, Satuan ini tersusun oleh perlapisan Tuff perselingan
batulempung dan berada dibagian atas satuan batupasir. Litologi ini
dicirikan dengan berwarna abu – abu terang, berukuran fine ash. kompak,
masiv dan bersifat karbonatan lemah. Ditemukannya satuan tuff ini
mengindikasikan adanya proses vulkanik yang berjalan pada saat
pengendapan.
Asikin, S., 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi
Teori Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Dept. Teknik GeologiITB,
tidak diterbitkan.
Harsolumakso, A. H., Suparka M. E., Zaim Y., Magetsari N. A., Kapid R.,
DardjiNoeradi, dan Chalid I. Abdullah, 1996, Karakteristik Struktur Melange
diDaerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah. Prosiding Seminar
NasionalGeoteknologi III, hal. 441-442.
Prasetyadi, C., (2007): Evolusi Tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur, Desertasi,
Program Doktor Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung