PENDAHULUAN
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi
tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misal kebencian atau permusuhan.
Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu sampai kepada
lingkup yang luas.
Tipe konflik ini timbul dari proses-proses yang tidak rasional dan emosional dari
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Upaya untuk memecahkan konflik selalu
timbul selama berlangsungnya kehidupan suatu kelompok, namun terdapat
perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas konflik pada berbagai tahap
perkembangan kelompok.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang di maksud dengan konflik sosial ?
Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak
ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik. Tiap masyarakat
pasti pernah mengalami konflik, baik konflik dalam cakupan kecil atau konflik
berskala besar. Konflik yang cakupannya kecil, seperti konflik dalam keluarga, teman,
dan atasan/bawahan. Sementara itu, konflik dalam cakupan besar, seperti konflik
antargolongan atau antar kampung.
1) Perbedaan individu
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya setiap orang memiliki pendirian
perasaan yang berbeda-beda satu sama yang lainnya. Perbedaan individu di
maksudkan untuk saling mengisi kekurangan masing-masing orang yang terlibat di
dalam suatu proses sosial.
3) Perbedaan kepentingan
Perubhan nilai terjadi setiap masyarakat. Artinya nilai-nilai sosial, baik nilai
kebenaran, kesopanan, maupun nilai material dari suatu benda mengalami
perubahan. Perubahan adalah suatu lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan
itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak akan menyebabkan konflik sosial.
Suatu konflik mempunyai satu kecenderungan atau kemungkinan untuk
mengadakan penyesuaian kembali norma-norma dan hubungan-hubungan sosial
dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu maupun bagian-bagian
kelompok tersebut.
1). Menghindar
Kadang orang merasa tidak ada manfaatnya lai melanjutkan konflik dengan orang
lainn atau kelompok lain.disebabkan oleh keyakinan bahwa dia tidak akan menang
menghadapi konflik. Dia, mengorbankan tujuan pribadi atau pun hubungannya
dengan orang lain. Dan berusaha menjauhi masalah yang menimbulkan konflik
ataupun orang yang bertentangan dengannya.
Individu atau kelompok yang memandang bahwa pendapatnya atau idenya paling
benar. Oleh karena itu konflik harus berkhir dengan kemenanan di pihaknya, mereka
berusaha dan memeksa lawannya agar mengikuti kehendak mereka, mementingkan
urusan pribadi dan bukan hubungan dengan orang lain.
Individu atau kelompok yang ingin diterima dan di sukai orang lain, konflik harus
diindari demi keserasian (harmoni) yakin,konflik tidak dapat dibicarakan jika merusak
hubungan baik.bila konflik terus berlanjut akan menghancurkan hubngan pribadi,
mengorbankan tujuan pribadi demi hubungan dengan orang lain.
Proses ini, Individu akan mengorbankan sebagian tujuannya dan meminta lawan
onflik mengorbankan tujuannya juga.
5). Kolaborasi
Memandang konflik sebagai maslah yang harus diselesaikan, mencari car untuk
mengurangi ketegangan kedua belah pihak. Menyelesaikan maslah yang membuat
kedua belah pihak puas.
Konflik sosial dalam masyarakat dapat mendatangkan hal-hal yang bersifat negatif
maupun positif, diantaranya sebagai berikut
Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas
ditelaah, misalnya perbedaan pendapat terhadap suatu masalah dalam suatu diskusi
atau seminar.
Suatu masyarakat dapat dikatakan telah mencapai kondisi tertib jika keselarasan
antara tindakan anggota masyarakat dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
G. Contoh
Konflik ini terjadi karena adanya pertentangan dari Anggota FPI (Front Pembela
Islam) dan GMBI pada tahun 2017. Konflik ini bahkan menyita pertain sekala
nasional, karena pada saat itu kisruh FPI dan terhadap kasus penistaan agama yang
dilakukan Ahok sedang menyita perhatian publik, konflik ini terjadi dengan
melakukan demo dan saling bertawuran atau bentrok .
Konflik Ekonomi Rakyat Rohingya
kekerasan yang dialami warga Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar bukan
merupakan konflik agama.
tragedi kemanusiaan terhadap warga Rohingya tidak bisa dilihat sebagai konflik
antara pemeluk agama Budha dan warga Rohingya yang mayoritas memeluk
Islam."Di dalam Budha itu tidak ada satu ayat pun yang membenarkan pemeluk
agama itu terlibat dalam perang. Apalagi menimbulkan pembunuhan. Itu langsung
dianggap melakukan dosa yang sangat besar,"
Sementara itu, dikutip dari situs berita Deutsche Welle, kepala bidang penelitian
pada South Asia Democratic Forum (SADF) Siegfried O Wolf berpendapat, krisis yang
dialami warga Rohingya lebih bersifat politis dan ekonomis.Siegfried menuturkan,
komunitas warga Rakhine yang beragama merasa didiskriminasi secara budaya, juga
tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat,
yang didominasi etnis Burma.Di sisi lain etnis Rohingya dianggap sebagian warga
Rakhine sebagai pesaing tambahan dan ancaman bagi identitas mereka
sendiri.Selain itu, kelompok Rakhine merasa dikhianati secara politis, karena warga
Rohingnya tidak bisa memberikan suara bagi partai politik mereka.Siegfried
memandang kekerasan terhadap warga Rohingya juga memiliki aspek ekonomi.
Rakhine, lanjut Siegfried, adalah salah satu negara bagian dengan warga paling
miskin, walaupun kaya sumber daya alam.Warga Rohingya dianggap menjadi beban
ekonomi tambahan, jika mereka bersaing untuk mendapat pekerjaan dan
kesempatan untuk berbisnis.Pekerjaan dan bisnis di negara bagian itu sebagian besar
dikuasai kelompok elit Burma."Jadi bisa dibilang, rasa tidak suka warga Buddha
terhadap Rohingya bukan saja masalah agama, melainkan didorong masalah politis
dan ekonomis," ucapnya.
INTEGRASI SOSIAL
PENDAHULUAN
Menurut Devid Lockwood, consensus dan konflik merupakan dua sisi dari
suatu kenyataan yang sama dan dua gejala yang melekat secar bersama-sama di
dalam masyarakat. Seperti halnya dengan konflik yang dapat terjadi antar individu,
individu dengan kelompok, dan antarkelompok. Demikian pula halnya dengan
consensus, consensus dapat pula terjadi antar individu, individu dengan kelompok,
dan antarkelompok. Menurut R. William Liddle, consensus nasional yang
mengintegrasikan masyarakat yang pluralistic pada hakikatnya adalah mempunyai
dua tingkatan sebagai prasyarat bagi tumbuhnya suatu integrasi nasional yang
tangguh. Pertama, sebagian besar anggota suku bangsa bersepakat tentang batas-
batas territorial dari negara sebagai suatu kehidupan politik di mana mereka sebagai
warganya. Kedua, apabila sebagian besar anggota masyarakatnya bersepakat
mengenai struktur pemerintah dan aturan-aturan dari proses politik yang berlaku
bagi seluruh masyarakat di atas wilayah negara yang bersangkutan. Nasikun
menambahkan bahwa integrasi nasional yang kuat dan tangguh hanya akan
berkembang di atas consensus nasional mengenai batas-batas suatu masyarakat
poitik dan system politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat tersebut. Kemudian,
suatu consensus nasional mengenai “system nilai” yang akan mendasari hubungan-
hubungan social di antara anggota suatu masyarakat negara.
Rumusan Masalah
A. Apa yang di maksud dengan integrasi sosial?
A. Pengertian
Integrasi sosial adalah penyatuan dua atau lebih unsur sosial menjadi satu
kesatuan utuh yang dapat diterima dengan baik. Kata integrasi berasal dari bahasan
inggrisyaitu “Integration” yang artinya kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi
sosial juga dapat diartikan sebagai proses adaptasi antara kelompok kelompok yang
berbeda dalam suatu kehidupan bermasyarakat. Tujuan umum dari integrasi sosial
adalah untuk melakukan pengendalian terhapad konflik dan penyimpangan sosial
serta untuk menyatukan unsur unsur sosial yang berbeda dalam masyarakat.
Integrasi sosial penting untuk menjaga masyarakat agar siap menghadapi tantangan,
baik beruapa tantangan fisik atau mental yang terjadi dalam kehidupan sosial.
Integrasi Normatif
Integrasi normatif adalah integrasi yang terjadi karena norma-norma tertentu yang
berlaku dalam masyarakat secara keseluruhan. Norma ini menjadi hal yang mampu
mempersatukan masyarakat sehingga integrasi lebih mudah terbentuk.
Integrasi Fungsional
Integrasi fungsional terbentuk karena adanya fungsi fungsi tertentu dari masing
masing pihak yang ada dalam sebuah masyarakat.
Integrasi Koersif
Integrasi koersif adalah integrasi yang terbentuk karena adanya pengaruh kekuasaan
yang dimiliki oleh penguasa. Integrasi ini dapat bersifat paksaan.
Integrasi ideologis
Integrasi ideologis adalah integrasi yang tidak tampak secara visual, terbentuk
karena adanya ikatan spiritual atau ideologis yang kuat berdasarkan proses alamiah
tanpa adanya paksaan. Interaksi ideologis menggambarkan adanya persamaan
kepahaman dalam memandang nilai sosial, persepsi, serta tujuan antara anggota
masyarakat dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
1. Homogenitas Kelompok
Semakin besar suatu kelompok maka perbedaan yang muncul akan semakin banyak
pula. Dalam kelompok yang relatif kecil, maka hubungan pribadinya cenderung lebih
akrab dan berlangsung secara informal, sehingga lebih mudah tercapainya suatu
kesepakatan.
Salah satu syarat terjadinya interaksi sosial adalah komunikasi. Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Pada
umumnya komunikasi yang sering kita lihat dilakukan secara verbal (berbicara)
dengan menggunakan cara yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak,
contohnya dengan menggunakan bahasa dari suatu negara tertentu. Tetapi
komunikasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat, menunjukkan
sikap tertentu, ekspresi wajah, dll. Intinya jika informasi yang ingin disampaikan oleh
satu pihak dapat diterima dengan baik oleh pihak lainnya, maka komunikasi sudah
terjadi antara kedua belah pihak tersebut.
1. adanya unsur-unsur dalam kehidupan sosial yang tidak sama, seperti tata
susunan masyarakat, organisasi sosial, dan manajemen pemerintahan
a. Asimilasi
b. Akulturasi
G.Conto Contoh
1. Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh
Pemerintah Republik Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks
Taman Mini Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua propinsi di Indonesia
(waktu itu ada 27 provinsi). Setiap anjungan menampilkan rumah adat beserta aneka
macam hasil budaya di provinsi itu, misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas
daerah, dan sebagainya.