Mayat seorang permepuan diduga berusia 23 tahun ditemukan meninggal di kamar kos-kosannya
di daerah Salemba. Korban ditemukan setengah telanjang dengan tangan diikat dan mulut di
sumpal. Mayat dalam keadaan mulai membusuk, berbau, ditemukan belatung pada bagian lubang
hidungnya, kulit mulai mengelupas dan tampak pembuluh darah mulai melebar pada bagian dada
dan leher. Diperkirakan kejadian sekitar 3 hari yang lalu.
Polisi menduga korban diperkosa sebelum dibunuh. Tim identifikasi mengambil sidik jari korban
dan mengambil swab vagina untuk memastikan adanya sperma pelaku.
Kata Sulit:-
Pertanyaan:
1. Bagaimana cara menentukan waktu kematian?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan post mortem?
3. Mengapa pembuluh darah melebar pada bagian dada?
4. Mengapa kulit mengelupas?
5. Pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan selain swab vagina?
6. Apa perbedaan yang dapat ditemukan pada korban yang terlebih dulu diperkosa
kemudian meninggal atau meninggal terlebih dahulu baru diperkosa?
7. Mengapa ditemukan belatung pada hidung korban?
8. Mengapa polisi menduga bahwa ini kasus pemerkosaan?
9. Apa penyebab dari kematian korban?
10. Mengapa mayat menjadi busuk dan berbau?
11. Berapa lama sperma dapat bertahan dan dapat di identifikasi?
12. Bagaimana hukum dan sanksi pemerkosaan menurut pandangan islam?
13. Bagaimana hukum dan sanksi pembunuhan menurut pandangan islam?
14. Bagaimana alur pengaduan kasus pemerkosaan?
Jawaban:
1. Lebam terjadi pada 3 jam setelah kematian, kaku mayat terjadi sekitar 3-8 jam setelah
kematian. Kemudian dilihat dari kondisi suhu udara disekitar mayat, kekakuan dan
identifikasi dari lamanya serangga (lalat) menaruh larva menjadi belatung yang terdapat
pada sekitar korban.
2. Perubahan post mortem meliputi suhu, udara disekitar korban, serangga, penyakit yang
diderita korban, cara meninggalnya mayat tersebut.
3. Karena cekik kan dileher korban.
4. Karena ikatan epitel mengendur menyebabkan kulit tidak elastis disebabkan karena suplai
darah berhenti dan terjadi pengelupasan kulit.
5. Olah TKP, visum, anal swab, dll.
6. Tergantung pada temuan di TKP. Pada wanita yang masih hidup biasanya terdapat tanda-
tanda perlawanan dan dari robekan hymen yang tidak teratur batasnya.
7. Mayat busuk dan berbau mengundang lalat untuk hinggap di lubang-lubang tertentu dan
kulit atau organ yang mengalami luka, kemudian lalat tersebut meletakan larva disana
dan menjadi belatung.
8. Tergantung pada temuan di TKP. Pada wanita yang masih hidup biasanya terdapat tanda-
tanda perlawanan dan dari robekan hymen yang tidak teratur batasnya.
9. Korban meninggal karena obstruksi saluran napas disebabkan mulut korban tersumpal
dan mungkin mendorong lidah lebih ke belakang sehingga tidak dapat bernapas.
Disebabkan juga karena syok neurogenik.
10. Didalam tubuh terdapat flora normal (bakteri) yang akan memakan sisa darah kemudian
terjadi pembusukan dimulai dari perut pada kuadran kanan bawah sampai atas seetelah
itu mengeluarkan gas (bau busuk) dimulai dari 24 jam post mortem. Pembusukan terjadi
karena suhu lembab. Mumifikasi lebih cepat terjadi jika suhu lingkungan tinggi dan
kering.
11. Sperma dapat di identifikasi pada 48 jam pada mayat. Sperma dapat di ambil melalui
swab vagina ataupun dari kain disekitar korban.
12. Hukum nya haram dan mendapatkan sanksi dicambuk 100 kali pada orang yang belum
menikah, dan dirajam untuk yang sudah menikah.
13. Hukum nya haram. Ada yang mengatakan bahwa sanksi pembunuhan secara umum
menurut islam yaitu diberlakukan untuk dibunuh juga.
14. Mula pengaduan pemerkosaan yaitu korban ke polisi kemudian meminta surat dari polisi
untuk di visum dan surat tersebut diberikan ke dokter melalui polisi, setelah itu di visum
oleh dokter, kemudian di tindak lanjuti di pengadilan.
Hipotesis
Ditemukan mayat berbau busuk di kamar kos karena didalam tubuh manusia
terdapat flora normal (bakteri) yang akan memakan sisa darah kemudian terjadi
pembusukan dimulai dari perut pada kuadran kanan bawah sampai atas seetelah itu
mengeluarkan gas (bau busuk) dimulai dari 24 jam post mortem. Pembusukan terjadi
karena suhu lembab. Mumifikasi lebih cepat terjadi jika suhu lingkungan tinggi dan
kering. Terdapat belatung pada hidung korban disebabkan mayat busuk dan berbau
mengundang lalat untuk hinggap di lubang-lubang tertentu dan kulit atau organ yang
mengalami luka, kemudian lalat tersebut meletakan larva disana. Kulit korban juga
mengelupas disebabkan karena ikatan epitel mengendur menyebabkan kulit tidak elastis
karena suplai darah berhenti. Pembuluh darah melebar karena cekik kan dileher korban.
Hal-hal tersebut terjadi karena perubahan post mortem yang meliputi suhu, udara
disekitar korban, serangga, penyakit yang diderita korban, cara meninggalnya korban.
Polisi menduga kasus ini pemerkosaan dari olah TKP yang menunjukan adanya
perlawanan. Lalu diduga waktu kematiannya dilihat dari lebam yang terjadi pada 3 jam
dan kaku mayat terjadi sekitar 3-8 jam setelah kematian. Kemudian dilihat dari kondisi
suhu udara disekitar mayat, kekakuan dan identifikasi dari lamanya serangga (lalat)
menaruh larva menjadi belatung yang terdapat pada sekitar korban. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan vagina swab atau memeriksa kain disekitar korban untuk menemukan
sperma dan dapat di identifikasi pada 48 jam pada mayat, anal swab diperlukan apabila
diduga adanya perlakuan sodomi. Sebab kematian korban karena obstruksi saluran napas
diduga tersumpalnya mulut korban. Menurut pandangan islam hukum pemerkosaan dan
pembunuhan adalah haram dan sanksi untuk pemerkosaan ialah dicambuk 100 kali pada
orang yang belum menikah, dan dirajam untuk yang sudah menikah. Dan sanski untuk
pembunuhan ialah di hukum mati (dibunuh).
SASARAN BELAJAR :
LI.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PERUBAHAN-PERUBAHAN SETELAH
KEMATIAN
LI.2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN INVESTIGASI PADA KASUS
PEMERKOSAAN
LI.3. MEMAHAMI DAN MENGETAHUI SANKI HUKUM PELAKU PEMERKOSAAN
PEMBUNUHAN MENURUT PANDANGN ISLAM
LI.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PERUBAHAN-PERUBAHAN SETELAH
KEMATIAN
Tanatologi atau perubahan setelah kematian adalah ilmu yang mempelajari tanda –
tanda kematian dan perubahan yang terjadi setelah seseorang mati serta faktor yang
mempengaruhinya. Tanatologi merupakan ilmu paling dasar dan paling penting dalam ilmu
kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan jenazah (visum et repertum).
Jenis-jenis kematian:
Kematian individu: terhentinya kehidupan secara permanen (permanent cessation of life)
atau dapat diperjelas lagi menjadi berhentinya secara permanen fungsi berbagai organ vital
yaitu paru-paru, jantung dan otak sebagai kesatuan yang utuh yang ditandai oleh
berhentinya konsumsi oksigen. Sebagai akibat berhentinya konsumsi oksigen ke seluruh
jaringan tubuh maka sel-sel sebagai elemen terkecil pembentuk manusia akan mengalami
kematian, dimulai dari sel- sel paling rendah daya tahannya terhadap ketiadaan oksigen.
Mati seluler: Terhentinya aktivitas telah mencapai tingkat sel/ jaringan, bukan hanya
system saja.
Mati suri: penurunan fungsi organ vital sampai taraf minimal untuk mempertahankan
kehidupan sehingga tanda-tanda kliniknya seperti sudah mati yang sifatnya reversibel.
Mati somatik: keadaan dimana ketika fungsi ketiga organ vital sistem saraf pusat, sistem
kardiovaskuler, dan sistem pernafasan berhenti secara menetap.
Mati serebral: kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak dan
serebelum, kedua sistem lain masih berfungsi dengan bantuan alat.
Mati batang otak: kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk
batang otak dan serebelum.
Ada 2 fase perubahan post mortem yaitu fase cepat (early) dan fase lambat (late).
Perubahan cepat (early) :
Tidak adanya gerakan.
Jantung tidak berdenyut (henti jantung).
Paru-paru tidak bergerak (henti nafas).
Kulit dingin dan turgornya menurun.
Mata tidak ada reflek pupil dan tidak bergerak.
Suhu tubuh sama dengan suhu lingkungan lebam mayat (post mortal lividity).
Lebam mayat.
1. Lebam Mayat
Lebam mayat atau livor mortis adalah salah satu tanda postmortem yang cukup jelas.
Biasanya disebut juga post mortem hypostasis, post mortem lividity, post mortem staining,
sugillations, vibices, dan lain – lain. Kata hypostasis itu sendiri mengandung arti kongesti
pasif dari sebuah organ atau bagian tubuh.
Lebam terjadi sebagai akibat pengumpulan darah dalam pembuluh – pembuluh darah
kecil, kapiler, dan venula, pada bagian tubuh yang terendah. Dengan adanya penghentian
dari sirkulasi darah saat kematian, darah mengikuti hukum gravitasi. Kumpulan darah ini
bertahan sesuai pada area terendah pada tubuh, memberi perubahan warna keunguan atau
merah keunguan terhadap area tersebut. Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin
yang berasal endotel pembuluh darah.
Timbulnya livor mortis mulai terlihat dalam 30 menit setelah kematian somatis atau
segera setelah kematian yang timbul sebagai bercak keunguan. Bercak kecil ini akan
semakin bertambah intens dan secara berangsur – angsur akan bergabung selama beberapa
jam kedepan untuk membentuk area yang lebih besar dengan perubahan warna merah
keunguan. Kejadian ini akan lengkap dalam 6 -12 jam. Sehingga setelah melewati waktu
tersebut, tidak akan memberikan hilangnya lebam mayat pada penekanan. Sebaliknya,
pembentukan livor mortis ini akan menjadi lambat jika terdapat anemia, kehilangan darah
akut, dan lain – lain.
Besarnya lebam mayat bergantung pada jumlah dan keenceran dari darah. Darah
akan mengalami koagulasi spontan pada semua kasus sudden death dimana otopsi dilakukan
antara 1 jam. Koagulasi spontan ini mungkin akan hilang paling cepat 1,5 jam setelah mati.
Tidak adanya fibrinogen pada darah post mortem akan menyebabkan tidak terjadinya
koagulasi spontan.
Fibrinolisin didapatkan dari darah post mortem hanya bertindak pada fibrin, bukan
pada fibrinogen. Fibrinolisin bertindak dengan mengikatkan dirinya pada bekuan yang baru
dibentuk dan kemudian akan lepas menjadi cairan bersama bekuan yang hancur. Fibrinolisin
dibentuk oleh sel endotel dalam pembuluh darah.
Distribusi lebam mayat bergantung pada posisi mayat setelah kematian. Dengan
posisi berbaring terlentang, maka lebam akan jelas pada bagian posterior bergantung pada
areanya seperti daerah lumbal, posterior abdomen, bagian belakang leher, permukaan
ekstensor dari anggota tubuh atas, dan permukaan fleksor dari anggota tubuh bawah. Area –
area ini disebut juga areas of contact flattening. Dalam kasus gantung diri, lebam akan
terjadi pada daerah tungkai bawah, genitalia, bagian distal tangan dan lengan. Jika
penggantungan ini lama, akumulasi dari darah akan membentuk tekanan yang cukup untuk
menyebabkan ruptur kapiler subkutan dan membentuk perdarahan petekiae pada kulit.
Dalam kasus tenggelam, lebam biasa ditemukan pada wajah, bagian atas dada, tangan,
lengan bawah, kaki dan tungkai bawah karena pada saat tubuh mengambang, bagian perut
lebih ringan karena akumulasi gas yang cukup banyak kuat dibanding melawan kepala atau
bahu yang lebih berat. Ekstremitas badan akan menggantung secara pasif. Jika tubuh
mengalami perubahan posisi karena adanya perubahan aliran air, maka lebam tidak akan
terbentuk.
Lebam mayat lama kelamaan akan terfiksasi oleh karena adanya kaku mayat.
Pertama – tama karena ketidakmampuan darah untuk mengalir pada pembuluh darah
menyebabkan darah berada dalam posisi tubuh terendah dalam beberapa jam setelah
kematian. Kemudian saat darah sudah mulai terkumpul pada bagian – bagian tubuh, seiring
terjadi kaku mayat. Sehingga hal ini menghambat darah kembali atau melalui pembuluh
darahnya karena terfiksasi akibat adanya kontraksi otot yang menekan pembuluh darah.
Selain itu dikarenakan bertimbunnya sel – sel darah dalam jumlah cukup banyak sehingga
sulit berpindah lagi.
Biasanya lebam mayat berwarna merah keunguan. Warna ini bergantung pada
tingkat oksigenisasi sekitar beberapa saat setelah kematian. Perubahan warna lainnya dapat
mencakup:
Cherry pink atau merah bata (cherry red) terdapat pada keracunan oleh
carbonmonoksida atau hydrocyanic acid.
Coklat kebiruan atau coklat kehitaman terdapat pada keracunan kalium chlorate,
potassium bichromate atau nitrobenzen, aniline, dan lain – lain.
Coklat tua terdapat pada keracunan fosfor.
Tubuh mayat yang sudah didinginkan atau tenggelam maka lebam akan berada
didekat tempat yang bersuhu rendah, akan menunjukkan bercak pink muda
kemungkinan terjadi karena adanya retensi dari oxyhemoglobin pada jaringan.
Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang, karena kadar oksi
hemoglobin (HbO2) yang tinggi.
Persediaan glikogen, cepat lambat kaku mayat tergantung persediaan glikogen otot. Pada
kondisi tubuh sehat sebelum meninggal, kaku mayat akan lambat dan lama, juga pada
orang yang sebelum mati banyak makan karbohidrat, maka kaku mayat akan lambat.
Gizi, pada mayat dengan kondisi gizi jelek saat mati, kaku mayat akan cepat terjadi.
Kegiatan Otot, pada orang yang melakukan kegiatan otot sebelum meninggal maka kaku
mayat akan terjadi lebih cepat.
b) Usia
Pada orang tua dan anak-anak lebih cepat dan tidak berlangsung lama.
Pada bayi premature tidak terjadi kaku mayat, kaku mayat terjadi pada bayi cukup bulan.
c) Keadaan Lingkungan
Keadaan kering lebih lambat dari pada panas dan lembab
Pada mayat dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lama.
Pada udara suhu tinggi, kaku mayat terjadi lebih cepat dan singkat, tetapi pada suhu
rendah kaku mayat lebih lambat dan lama.
Kaku mayat tidak terjadi pada suhu dibawah 10oC, kekakuan yang terjadi pembekuan
atau cold stiffening.
d) Cara Kematian
Pada mayat dengan penyakit kronis dan kurus, kuku mayat lebih cepat terjadi dan
berlangsung tidak lama.
Pada mati mendadak, kaku mayat terjadi lebih lambat dan berlangsung lebih lama.
Waktu terjadinya rigor mortis (kaku mayat)
Kurang dari 3 – 4 jam post mortem : belum terjadi rigor mortis
Lebih dari 3 – 4 jam post mortem : mulai terjadi rigor mortis
Rigor mortis maksimal terjadi 12 jam setelah kematian
Rigor mortis dipertahankan selama 12 jam
Rigor mortis menghilang 24 – 36 jam post mortem
Terdapat kekakuan pada pada mayat yang menyerupai kaku mayat :
Cadaveric spasme (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi
pada saat kematian dan menetap. Cadaveric spasme sesungguhnya merupakan kaku
mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi
primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang
bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat
sesaat sebelum meninggal.Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkan sikap
terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda yang
diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam pada kasus bunuh diri.
Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot-
otot berwarna merah muda, kaku, tepi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat
dijumpai pada korban mati terbakar. Pada saat stiffening serabut-serabut ototnya
memendek sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha, dan lutut, membentuk
sikap petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti
tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian.
Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin (dibawah 3,5oC atau
40oF), sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan
jaringan lemak subkutan dan otot, bila cairan sendi yang membeku menyebabkan
sendi tidak dapat digerakan. Bila sendi di bengkokkan secara paksa maka akan
terdengar suara es pecah. Dan mayat yang kaku ini akan menjadi lemas kembali bila
diletakkan ditempat yang hangat, kemudian rigor mortis akan terjadi dalam waktu
yang sangat singkat.
Tulang
Gambaran Fisik
Tulang-tulang yang baru mempunyai sisa jaringan lunak yang melekat pada
tendon dan ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi. Periosteum kelihatan berserat,
melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan mungkin masih ada dijumpai
pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak pada tulang adalah berbeda-beda
tergantung kondisi lingkungan, dimana tulang terletak. Mikroba mungkin dengan cepat
merubah seluruh jaringan lunak dan tulang rawan, kadang dalam beberapa hari atau pun
beberapa minggu. Jika mayat dikubur pada tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan
yang kering dapat bertahan sampai beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak
pada tempat yang terbuka biasanya menjadi tinggal rangka pada tahun-tahun pertama,
walaupun tendon dan periosteumnya mungkin masih bertahan sampai lima tahun atau
lebih.
Secara kasar perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang seperti :
- Dari Bau Tulang
Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5
bulan.Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan.
- Warna Tulang
Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan kematian kurang
dari 7 bulan.Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan diperkirakan kematian
lebih dari 7 bulan.
- Kekompakan Kepadatan Tulang
Setelah semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin masih dapat
dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan dan keadaan
permukaan tulang.Bila tulang telah tampak mulai berpori-pori, diperkirakan
kematian kurang dari 1 tahun.Bila tulang telah mempunyai pori-pori yang merata
dan rapuh diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun.
Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi
penyimpanan akan mempengaruhi keadaan tulang dalam jangka waktu tertentu misalnya
tulang pada jari-jari akan menipis dalam beberapa tahun bahkan sampai puluhan tahun
jika disimpan dalam ruangan.
Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua.
Tulang-tulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang panjang
seperti femur. Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan memudahkan tulang
tersebut untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada daerah sekitar rongga sumsum
tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma, maka gambaran efek sandwich akan
kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan
terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika tulang
terpapar cahaya matahari dan elemen lain.
Merapuhnya tulang-tulang yang tua, biasanya kelihatan pertama sekali pada ujung
tulang-tulang panjang, tulang yang berdekatan dengan sendi, seperti tibia atau trochanter
mayor dari tulang paha. Hal ini sering karena lapisan luar dari tulang pipih lebih tipis
pada bagian ujung tulang dibandingkan dengan di bagian batang, sehingga lebih mudah
mendapat paparan dari luar.
Kejadian ini terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung, tetapi
jika tulang tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad. Korteks
tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar sudah tua
mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari.
CATATAN
Robekan hymen akibat olahraga (bukan persetubuhan) biasanya tidak sampai dasar dan
lokasinya disembarang tempat, sedangkan akibat persetubuhan biasanya sampai ke dasar dan
pada arah jam 5 – 7.
Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci dengan air
mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin Yellowish 1% selama 1
menit, terakir cuci lagi dengan air
Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor (hijau)
2. Penentuan cairan mani (kimiawi)
a) Reaksi fosfatase asam
Mendeteksi adanya enzim Fosfatase asam dalam bercak/ cairan
Merupakan reaksi penyaring ada/ tidaknya mani, sehingga kharus dikonfirmasi
ulang lagi dengan menggunakan tes penentu
Cara pemeriksaan : Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saringang telah
terlebih dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa menit. Kemudian kertas
saring diangkat dan disemprotkan dengan reagens.
(+) timbul warna ungu dalam waktu ± 30 detik
(+) palsu dapat ditemukan pada feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan tumbuh-
tumbuhan.
b) Reaksi Berberio
Dasar reaksi: menentukan adanya spermin dalam semen
Merupakan reaksi penentu ada/ tidaknya mani
Reagen yang digunakan larutan asam pikrat jenuh
(+) kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan berbentuk jarum dengan ujung
tumpul, kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal
c) Reaksi florence
Dasar reaksi adalah untuk menentukan ada/ tidaknya kholin.
Cara pemeriksaan: Ekstrak diletakan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup
dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup.
(+) kristal kholin-periodida berwarna cokelat, berbentuk jarum dengan ujung sering
terbelah.
(+) palsu ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga) akan
memberikan warna serupa.
Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin
karena tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman
serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika
mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang
memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba
sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian
(damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah. Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.(Qs. An-Nisa`: 92)
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannnya
ialah Jahannam.Ia kekal di dalamnya. Allah pun murka kepadanya, mengutuknya, serta
menyediakan azab yang besar baginya.” (Qs. An-Nisa`: 93)
2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai menghilangkan
nyawa:
1. Luka-luka ش َجا ُج َو ْال َج َرا ُح
ُ ال
2. .Lenyapnya fungsi anggota tubuh ِف ْال َمنَافِع
ُ َإِتْال
3. .Hilangnya anggota tubuh اء
ِ ضَ ف األ َ ْع
ُ َِإتْال
CARA MELAKSANAKAN QISAS
Kejahatan terhadap jiwa atau anggota badan yg diancam hukuman serupa
(qishash) atau diyat (ganti rugi dari si pelaku kepada si korban atau
walinya).Pembunuhan dengan sengaja, semi sengaja, menyebabkan kematian karena
kealpaan, penganiayaan dengan sengaja, atau menyebabkan kelukaan tanpa
sengaja.Memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan persis seperti apa yg dilakukan
terhadap korban
Dengan pedang atau senjata
Dengan alat dan cara yg digunakan oleh pembunuh.
Hukuman-hukuman JARIMAH QISHASH dan DIYAT
1. Pembunuhan sengaja,
2. Pembunuhan menyerupai sengaja,
3. Pembunuhan karena kesalahan, (tidak sengaja).
4. Penganiayaan sengaja,
5. Penganiayaan karena kesalahan (tidak sengaja).
Pemerkosaan dalam islam
Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan seksual
dengan paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha
sepakat perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk
100 kali maupun hukuman rajam. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami,
Juz 2 hlm. 364; Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Juz 24 hlm. 31; Wahbah
Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Imam Nawawi, Al Majmu’
Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.18).
Dalil untuk itu adalah Alquran dan sunnah. Dalil Alquran antara lain firman Allah
SWT (artinya), ”Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak
menginginkan dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al An’aam [6] : 145). Ibnu Qayyim
mengisahkan ayat ini dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib ra di hadapan Khalifah
Umar bin Khaththab ra untuk membebaskan seorang perempuan yang dipaksa berzina
oleh seorang penggembala, demi mendapat air minum karena perempuan itu sangat
kehausan. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 365; Wahbah
Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294).
Adapun dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, ”Telah diangkat dari umatku
(dosa/sanksi) karena ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang dipaksakan
atas mereka.” (HR Thabrani dari Tsauban RA. Imam Nawawi berkata, ”Ini hadits
hasan”). (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Abdul Qadir
Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364).
Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah satu
dari tiga bukti (al bayyinah) terjadinya perzinaan berikut; Pertama, pengakuan (iqrar)
orang yang berbuat zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak menarik
pengakuannya itu hingga selesainya eksekusi hukuman zina. Kedua, kesaksian
(syahadah) empat laki-laki Muslim yang adil (bukan fasik) dan merdeka (bukan budak),
yang mempersaksikan satu perzinaan (bukan perzinaan yang berbeda-beda) dalam satu
majelis (pada waktu dan tempat yang sama), dengan kesaksian yang menyifati perzinaan
dengan jelas. Ketiga, kehamilan (al habl), yaitu kehamilan pada perempuan yang tidak
bersuami. (Abdurrahman Al Maliki, Nizhamul Uqubat, hlm. 34-38).
Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa dirinya telah
diperkosa oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah melakukan qadzaf (tuduhan zina)
kepada laki-laki itu. Kemungkinan hukum syara’ yang diberlakukan oleh hakim dapat
berbeda-beda sesuai fakta (manath) yang ada, antara lain adalah sbb:
1. Jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, yaitu kesaksian empat
laki-laki Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-laki itu dijatuhi
hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali jika dia bukan muhshan, dan dirajam hingga mati
jika dia muhshan. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 358).
2. Jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka hukumnya
dilihat lebih dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baik-baik yang
menjaga diri dari zina (al ‘iffah an zina), maka perempuan itu dijatuhi hukuman menuduh
zina (hadd al qadzaf), yakni 80 kali cambukan sesuai QS An Nuur : 4. Adapun jika laki-
laki yang dituduh memperkosa itu orang fasik, yakni bukan orang baik-baik yang
menjaga diri dari zina, maka perempuan itu tak dapat dijatuhi hukuman menuduh zina.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, Juz II, Beirut: Dar al-Kitab alArabi, t.t
2. Atmadja. DS., Thanatologi;Ilmu Kedokteran Forensik;Edisi Pertama;BagianKedokteran
Forensik FKUI;1997:5:37-55.
3. Coe, John I M.D and Curran William J.LL.M,SMHyg; Definition and Time of
Death;Modern Legal Medicine, Psychiatry, and Forensic Science;F.A. Davis Company;
;1980:7:141-164.
4. Bernard Knight.2004.Forensic Phatology: 3rd edition.
5. Budiyanto.1997. Ilmu Kedokteran Forensik.
6. Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan Penegak
Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. 47-65.
7. Di Maio Dominick J. and Di Maio Vincent J.M; Time of Death; Forensic Pathology;CRC
Press,Inc;1993:2:21-41
8. Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas KedokteranUniversitas
Indonesia.1997. Thanatologi. Halaman 25-35.
9. Pembunuhan dalam pandangan islam
http://aceh.tribunnews.com/2013/05/03/pembunuhan-dalam-perspektif-islam Diunduh
tanggal 27 Oktober 2016 jam 19.00 WIB
10. Syekh Muhammad Najib Al-Muthi’I, Al-Mujmu’ Syarah Al-Muhadzdzab Lis-Syoirozi
juz 20 ; 18,Maktabah Al-Irsyad, Jedda – Arab Saudi.
11. Wahbah Zuhaili,.Fiqih Islam Wa adillatuhu juz 7;358. Gema insane. Indonesia, 2011