Analisis Kekonvergenan Barisan Fungsi

Solusi Persamaan Diferensial Fraksional Non-Linear

Menggunakan Metode Transformasi Diferensial
Yulian Zifar Ayustira1, E Rusyaman2, Muhamad Deni Johansyah3
1,2,3) Program Studi
S-1 Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21 Jatinangor Sumedang 45363
Email: yulian14002@mail.unpad.ac.id, rusyaman@unpad.ac.id, muhamad.deni@unpad.ac.id

ABSTRAK
Persamaan diferensial secara umum dibedakan menjadi dua bagian, yaitu persamaan diferensial
biasa dan persamaan diferensial parsial. Persamaan diferensial biasa adalah persamaan yang
memuat turunan fungsi yang terdiri dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu variabel
bebas. Pada umumnya persamaan diferensial berorde bilangan asli, namun persamaan diferensial
tersebut dapat berkembang menjadi bentuk orde pecahan yang kemudian disebut dengan persamaan
diferensial fraksional. Banyak metode untuk menyelesaikan persamaan diferensial fraksional, salah
satunya adalah Metode Transformasi Diferensial yang pertama kali dikenalkan oleh J.K. Zhou pada
tahun 1986. Penulis akan menggunakan metode ini untuk menyelesaikan persamaan diferensial
fraksional non-linear yang telah ditentukan. Selanjutnya dapat diamati barisan orde dari sebuah
persamaan diferensial fraksional yang konvergen ke suatu bilangan akan mengakibatkan barisan
fungsi solusi dari persamaan diferensial fraksional konvergen ke fungsi solusi persamaan diferensial
fraksional dengan ordenya adalah bilangan tersebut.

Kata kunci: Persamaan Diferensial Fraksional, Persamaan Diferensial Fraksional Non-Linear,

Metode Transformasi Diferensial, Konvergen.

ABSTRACT
Differential equation are generally divided into two parts, namely ordinary differential equation
and partial differential equation. The ordinary differential equation is an equation that includes the
derivative function of one or more variables tied to one independent variable. In general, this equation
using order derivative of natural numbers, but the differential equation can develop into fractional
order which is then called fractional differential equation. Many methods to solve fractional
differential equations, one of which is Differential Transform Method, first introduced by a J.K. Zhou
in 1986. I would use this method to solve nonlinear fractional differential equations predetermined.
Furthermore, it can be observed sequence order of a fractional differential equation which converges to
a row of numbers will lead to the solution function of fractional differential equations converge to the
function of the solution of differential equations with the order are fractional numbers.

Keywords: Fractional Differential Equations, Non-Linear Fractional Differential Equations

Fractional, Differential Transform Method, Convergent.

1. Pendahuluan

Persamaan diferensial merupakan salah satu topik matematika yang berkembang dan cukup
menarik untuk dikaji lebih lanjut. Persamaan diferensial secara umum dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial. Persamaan diferensial
biasa adalah persamaan yang hanya memuat turunan yang terdiri dari satu atau lebih variabel tak
bebas dengan satu variabel bebas, sedangkan persamaan diferensial parsial adalah persamaan yang
memuat turunan parsial satu atau lebih variabel tak bebas terhadap dua atau lebih variabel bebas
[4]. Pada umumnya persamaan diferensial berorde bilangan asli, namun persamaan diferensial
tersebut dapat berkembang menjadi bentuk orde pecahan yang kemudian disebut dengan persamaan
diferensial fraksional. Pada tahun 1695, munculah kalkulus fraksional yang didasari atas
keingintahuan dari L’Hopital yang bertanya melalui surat kepada Leibniz yang berisi bagaimana jika
turunan tersebut berode setengah, sehingga ide tersebutlah yang menarik banyak perhatian dari
para ilmuwan seperti Euler, Laplace, Fourier, Lacroix, Abel, Riemann, Liouville, dan Laurent
mengenai permasalahan diferensial fraksional. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mencari solusi dari persamaan diferensial fraksional yaitu Transformasi Diferensial, Transformasi
Laplace, Dekomposisi Adomian, Variational Iteration Method (VIM), Homotopy Analysis Method
(HAM), Homotopy Perturbation Method (HPM), dan sebagainya. Pada makalah ini penulis akan
mencari solusi persamaan diferensial fraksional dengan menggunakan metode Transformasi
Diferensial dan menganalisis kekonvergenan barisan fungsi solusi dari persamaan diferensial
fraksional yang telah ditentukan.

2. Metode Penelitian

Bentuk umum persamaan diferensial fraksional yang digunakan dalam penelitian ini adalah

𝐷𝑥𝛼0 𝑦(𝑥) + 𝐴𝑦 2 (𝑥) + 𝐵𝑦(𝑥) = 𝑢 (𝑥)

dengan 𝑢(𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛
2

dimana 0 < 𝛼 ≤ 2 dan 𝐴, 𝐵 konstanta real.

2.1 Metode Transformasi Diferensial

Metode Transformasi Diferensial pertama kali dikenalkan oleh J.K. Zhou pada tahun 1986 yang
membahas mengenai permasalahan analisis rangkaian listrik. Metode ini berbeda dengan metode
deret Taylor orde tinggi, yang membutuhkan perhitungan turunan dari sebuah fungsi. Metode deret
Taylor secara komputasi memerlukan waktu yang lama untuk orde yang tinggi. Dalam
perhitungannya, metode transformasi diferensial menggunakan proses iterasi untuk mendapatkan
solusi dalam bentuk deret Taylor dari persamaan diferensial biasa atau persamaan diferensial
parsial [5]. Pada bagian ini, akan diturunkan metode transformasi diferensial untuk mencari solusi
numerik dari persamaan diferensial biasa orde fraksional. Metode yang digunakan didasari oleh
formula Taylor yang diperumum. Selanjutnya, didefinisikan transformasi diferensial dari turunan
fungsi 𝑓(𝑥) berode 𝛼 sebanyak 𝑘 dalam satu variabel sebagai berikut.

1 𝑘
𝐹𝛼 (𝑘) = [(𝐷𝑥𝛼0 ) 𝑓(𝑥)]𝑥=𝑥0 , (1)
𝛤(𝛼𝑘 + 1)

𝑘
dengan 0 < 𝛼 ≤ 2, (𝐷𝑥𝛼0 ) = 𝐷𝑥𝛼0 . 𝐷𝑥𝛼0 . 𝐷𝑥𝛼0 … 𝐷𝑥𝛼0 sebanyak 𝑘,
dan invers transformasi diferensial dari 𝐹𝛼 (𝑘) didefinisikan sebagai berikut
∞

𝑓(𝑥) = ∑ 𝐹𝛼 (𝑘)(𝑥 − 𝑥0 )𝛼𝑘 . (2)

𝑘=0

Selanjutnya, jika persamaan (1) disubstituikan ke persamaan (2) dengan menggunakan formula
Taylor [3] maka didapat
∞ ∞
(𝑥 − 𝑥0 )𝛼𝑘 𝑘
∑ 𝐹𝛼 (𝑘)(𝑥 − 𝑥0 )𝛼𝑘 =∑ ((𝐷𝑥𝛼0 ) 𝑓) (𝑥0 ) = 𝑓(𝑥). (3)
𝛤(𝛼𝑘 + 1)
𝑘=0 𝑘=0

Sehingga persamaan (2) merupakan invers transformasi diferensial dari persamaan (1). Dengan
demikian diperoleh
∞

𝑓(𝑥) = ∑ 𝐹𝛼 (𝑘)(𝑥 − 𝑥0 )𝛼𝑘 . (4)

𝑘=0

Berdasarkan persamaan (1) dan (2), diperoleh beberapa teorema [4] dari transformasi diferensial.

Teorema 1.
Jika 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥) ± ℎ(𝑥) maka 𝐹𝛼 (𝑘) = 𝐺𝛼 (𝑘) ± 𝐻𝛼 (𝑘).
Bukti.
Berdasarkan persamaan (1) transformasi diferensial dari fungsi 𝑔(𝑥) dan ℎ(𝑥) sebagai berikut.
1 𝑘
𝐺𝛼 (𝑘) = [(𝐷𝑥𝛼0 ) 𝑔(𝑥)]𝑥=𝑥0
𝛤(𝛼𝑘 + 1)
1 𝑘
𝐻𝛼 (𝑘) = [(𝐷𝑥𝛼0 ) ℎ(𝑥)]𝑥=𝑥0
𝛤(𝛼𝑘 + 1)
dan 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥) ± ℎ(𝑥) menjadi
1 𝑘
𝐹𝛼 (𝑘) = [(𝐷𝑥𝛼0 ) (𝑔(𝑥) ± ℎ(𝑥))]
𝛤(𝛼𝑘 + 1) 𝑥=𝑥0
1 𝑘 1 𝑘
= [(𝐷𝑥𝛼0 ) 𝑔(𝑥)] ± [(𝐷𝑥𝛼0 ) ℎ(𝑥)]
𝛤(𝛼𝑘 + 1) 𝑥=𝑥0 𝛤(𝛼𝑘 + 1) 𝑥=𝑥0
= 𝐺𝛼 (𝑘) ± 𝐻𝛼 (𝑘). ∎

Teorema 2.
Jika 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑔(𝑥) maka 𝐹𝛼 (𝑘) = 𝑎 𝐺𝛼 (𝑘).

Teorema 3.
𝑘

𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥)ℎ(𝑥) 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐹 𝛼 (𝑘) = ∑ 𝐺𝛼 (𝑙)𝐻𝛼 (𝑘 − 𝑙).

𝑙=0
Teorema 4.
𝛤(𝛼(𝑘 + 1) + 1)
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑓(𝑥) = 𝐷𝑥𝛼0 𝑔(𝑥) 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐹𝛼 (𝑘) = 𝐺𝛼 (𝑘 + 1).
𝛤(𝛼𝑘 + 1)
Bukti.
Berdasarkan persamaan (1) maka diperoleh
1 𝑘
𝐹 𝛼 (𝑘) = [(𝐷𝑥𝛼0 ) 𝐷𝑥𝛼0 𝑔(𝑥)]
𝛤(𝛼𝑘 + 1) 𝑥=𝑥0
1 𝑘+1
= [(𝐷𝑥𝛼0 ) 𝑔(𝑥)]
𝛤(𝛼𝑘 + 1) 𝑥=𝑥0
𝛤(𝛼𝑘 + 𝛼 + 1) 𝑘+1
= [(𝐷𝑥𝛼0 ) 𝑔(𝑥)]
𝛤(𝛼𝑘 + 1)𝛤(𝛼𝑘 + 𝛼 + 1) 𝑥=𝑥0
𝛤(𝛼(𝑘 + 1) + 1)
= 𝐺𝛼 (𝑘 + 1).
𝛤(𝛼𝑘 + 1)
𝛤(𝛼(𝑘 + 1) + 1)
Jadi 𝐹𝛼 (𝑘) = 𝐺𝛼 (𝑘 + 1). ∎
𝛤(𝛼𝑘 + 1)

Teorema 5 :
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑓(𝑥) = (𝑥 − 𝑥0 )𝑛𝛼 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐹𝛼 (𝑘) = 𝛿(𝑘 − 𝑛)
1, 𝑘 = 0
dengan 𝛿(𝑘) = { .
0, 𝑘 ≠ 0

Selanjutnya akan dicari nilai dari transformasi diferensial dengan proses iterasi dan relasi rekurensi
untuk nilai 𝑘 = 0,1,2, … .
Setelah dilakukan proses iterasi dan relasi rekurensi, maka didapat solusi untuk persamaan
diferensial fraksional 𝐷𝑥𝛼0 𝑦(𝑥) + 𝐴𝑦 2 (𝑥) + 𝐵𝑦(𝑥) = 𝑢(𝑥)
dengan 𝑢(𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛
dimana 0 < 𝛼 ≤ 2 dan 𝐴, 𝐵 konstanta real yaitu
∞

𝒚(𝒙) = ∑ 𝒀𝜶 (𝒌) 𝒙𝒌𝜶 .

𝒌=𝟎
 3. Hasil dan Pembahasan

Terdapat 2 bentuk persamaan diferensial fraksional non-linear yang akan dibahas dalam makalah
ini.

4.1 Persamaan Diferensial Fraksional Orde 𝜶

Diberikan bentuk persamaan diferensial fraksional orde 𝛼 yaitu

𝐷𝑥𝛼0 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) − 2𝑦(𝑥) = 1 (5)

dimana 0 < 𝛼 ≤ 2 dan dengan kondisi awal

𝑦(0) = 0. (6)

Untuk mencari solusi persamaan (5) tersebut masing – masing ruas dari persamaan tersebut
ditransformasikan dengan menggunakan teorema – teorema dalam transformasi diferensial
sehingga didapat dalam bentuk tabel berikut.

Tabel 1. Transformasi diferensial dari bentuk persamaan diferensial fraksional.

𝑓(𝑥) 𝐹𝛼 (𝑘)

𝐷𝑥𝛼0 𝑦(𝑥) 𝛤(𝛼(𝑘 + 1) + 1)

𝑌𝛼 (𝑘 + 1)
𝛤(𝛼𝑘 + 1)

𝑦 2 (𝑥) 𝑘

∑ 𝑌𝛼 (𝑙)𝑌𝛼 (𝑘 − 𝑙)
𝑙=0

−2𝑦(𝑥) −2𝑌𝛼 (𝑘)

1 𝛿(𝑘)

Dengan demikian, persamaan (5) menjadi

𝑘
𝛤(𝛼𝑘 + 1)
𝑌𝛼 (𝑘 + 1) = [2𝑌𝛼 (𝑘) − ∑ 𝑌𝛼 (𝑙)𝑌𝛼 (𝑘 − 𝑙) + 𝛿(𝑘)] (7)
𝛤(𝛼(𝑘 + 1) + 1)
𝑙=0

dan persamaan (6) menjadi

𝑌𝛼 (0) = 0 . (8)
Selanjutnya, persamaan (7) dengan proses iterasi dan relasi rekurensi diperoleh sebagai berikut.

1
𝑌𝛼 (1) =
𝛤(𝛼 + 1)
2
𝑌𝛼 (2) =
𝛤(2𝛼 + 1)
1 𝛤(2𝛼 + 1)
𝑌𝛼 (3) = [4 − ]
𝛤(3𝛼 + 1) 𝛤 (𝛼 + 1)2
1 2𝛤 (2𝛼 + 1) 4𝛤 (3𝛼 + 1)
𝑌𝛼 (4) = [8 − 2
− ].
𝛤(4𝛼 + 1) 𝛤(𝛼 + 1) 𝛤(𝛼 + 1)𝛤(2𝛼 + 1)
Proses iterasi masih dapat dilanjutkan untuk nilai 𝑘 = 4,5, … dst dengan proses yang sama, namun
penulis hanya mengambil sampai dengan nilai 𝑘 = 3 atau 𝑌𝛼 (4). Sehingga solusi dari persamaan (5)
diperoleh dengan menggunakan deret Taylor yang diperumum sebagai berikut.

𝑦(𝑥) = 𝑌𝛼 (1) 𝑥 𝛼 + 𝑌𝛼 (2) 𝑥 2𝛼 + 𝑌𝛼 (3) 𝑥 3𝛼 + 𝑌𝛼 (4)

1 2 1 𝛤(2𝛼 + 1) 3𝛼
𝑦(𝑥) = 𝑥𝛼 + 𝑥 2𝛼 + [4 − ]𝑥
𝛤(𝛼 + 1) 𝛤(2𝛼 + 1) 𝛤(3𝛼 + 1) 𝛤(𝛼 + 1)2
1 2𝛤(2𝛼 + 1) 4𝛤(3𝛼 + 1)
+ [8 − − ] 𝑥 4𝛼 .
𝛤(4𝛼 + 1) 𝛤(𝛼 + 1)2 𝛤(𝛼 + 1)𝛤(2𝛼 + 1)

Selanjutnya akan ditinjau solusi dari Persamaan Diferensial Fraksional dengan orde yang berbeda.

1
a. Persamaan Diferensial Fraksional Orde
3
1
𝐷𝑥30 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) − 2𝑦(𝑥) = 1.
Diperoleh solusinya yaitu

1 2 3 4
𝑦(𝑥) = 𝑌1 (1) 𝑥 3 + 𝑌1 (2) 𝑥 3 + 𝑌1 (3) 𝑥 3 + 𝑌1 (4)𝑥 3
3 3 3 3
2 2 3 2 2 3
3√3 𝛤 (3) 1 3 2 9𝛤 (3) 9√3𝛤 (3) 9𝛤 (3) 9√3 4
= 𝑥3 + 𝑥 3 + [4 − ]𝑥 + [8 − − ] 𝑥3.
2𝜋 2 2𝜋 2 8𝜋 𝜋 2 𝜋
𝛤( )
3

4
b. Persamaan Diferensial Fraksional Orde
9
4
𝐷𝑥90 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) − 2𝑦(𝑥) = 1.

Diperoleh solusinya yaitu

4 8 4 16
𝑦(𝑥) = 𝑌4 (1) 𝑥 9 + 𝑌4 (2) 𝑥 9 + 𝑌4 (3) 𝑥 3 + 𝑌4 (4)𝑥 9
9 9 9 9

2 8
9 4 9 8 9√3𝛤 ( ) 9𝛤 ( ) 4
= 𝑥9 + 𝑥9 + 3 [4 − 9 ] 𝑥3
4 8 8𝜋 4 2
4𝛤 (9) 4𝛤 (9) 2𝛤 (9)

8
81 9𝛤 (9) 3𝜋√3 16
+ [8 − − ]𝑥 9 .
7 4 2 2 4 8
112𝛤 (9) 𝛤( ) 𝛤 ( )𝛤( )𝛤 ( )
9 3 9 9

1
c. Persamaan Diferensial Fraksional Orde
2
1
𝐷𝑥20 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) − 2𝑦(𝑥) = 1.
Diperoleh solusinya yaitu

1 3
𝑦(𝑥) = 𝑌1 (1) 𝑥 2 + 𝑌1 (2) 𝑥 + 𝑌1 (3) 𝑥 2 + 𝑌1 (4)𝑥 2
2 2 2 2

2 1 4 4 3 1 8
= 𝑥 2 + 2𝑥 + [4 − ] 𝑥 2 + [2 − ] 𝑥 2 .
√𝜋 3√𝜋 𝜋 2 𝜋
Adapun jika solusi tersebut disajikan dalam bentuk grafik barisan fungsi solusi persamaan
𝑛2
diferensial fraksional orde 𝛼𝑛 = 2𝑛2+1 sebagai berikut.

𝑛2
Gambar 1 Solusi Persamaan Diferensial Fraksional Orde 𝛼𝑛 = 2𝑛2+1.

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa persamaan diferensial fraksional dengan bentuk
𝛼
𝐷𝑥0𝑛 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) − 2𝑦(𝑥) = 1
mempunyai pola grafik yang bergerak turun jika nilai dari orde 𝛼𝑛 semakin besar. Sehingga barisan
fungsi solusi persamaan diferensial fraksional dengan bentuk
𝑛2
2𝑛 2 +1
𝐷𝑥0 + 𝑦 2 (𝑥) − 2𝑦(𝑥) = 1
𝑦(𝑥)
konvergen ke fungsi solusi persamaan diferensial
1
𝐷𝑥20 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) − 2𝑦(𝑥) = 1.

4.2 Persamaan Diferensial Fraksional Orde 𝜶

Diberikan bentuk persamaan diferensial fraksional orde 𝛼 yaitu

𝐷𝑥𝛼0 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) + 𝑦(𝑥) = 𝑥 2 + 1 (9)

dimana 0 < 𝛼 ≤ 2 dan dengan kondisi awal

𝑦(0) = 0. (10)

Untuk mencari solusi persamaan (9) tersebut masing – masing ruas dari persamaan tersebut
ditransformasikan dengan menggunakan teorema – teorema dalam transformasi diferensial
sehingga didapat dalam bentuk tabel berikut.

Tabel 2. Transformasi diferensial dari bentuk persamaan diferensial fraksional.

𝑓(𝑥) 𝐹𝛼 (𝑘)

𝐷𝑥𝛼0 𝑦(𝑥) 𝛤(𝛼 (𝑘 + 1) + 1)

𝑌𝛼 (𝑘 + 1)
𝛤(𝛼𝑘 + 1)
 𝑦 2 (𝑥) 𝑘

∑ 𝑌𝛼 (𝑙 )𝑌𝛼 (𝑘 − 𝑙 )
𝑙=0

𝑦(𝑥) 𝑌𝛼 (𝑘)

𝑥2 2
𝛿 (𝑘 − )
𝛼

1 𝛿(𝑘)

Dengan demikian, persamaan (9) menjadi

𝑘
𝛤(𝛼𝑘 + 1) 2
𝑌𝛼 (𝑘 + 1) = − [∑ 𝑌𝛼 (𝑙)𝑌𝛼 (𝑘 − 𝑙) + 𝑌𝛼 (𝑘) − 𝛿 (𝑘 − ) − 𝛿(𝑘)] (11)
𝛤(𝛼(𝑘 + 1) + 1) 𝛼
𝑙=0

dan persamaan (10) menjadi

𝑌𝛼 (0) = 0 . (12)

Selanjutnya, persamaan (11) dengan proses iterasi dan relasi rekurensi diperoleh sebagai berikut.

1
𝑌𝛼 (1) =
𝛤(𝛼 + 1)
1 𝛤(𝛼 + 1) 2
𝑌𝛼 (2) = − + 𝛿 (1 − )
𝛤 (2𝛼 + 1) 𝛤(2𝛼 + 1) 𝛼
𝛤(2𝛼 + 1) 1 𝛤 (𝛼 + 1) 2
𝑌𝛼 (3) = − 2
+ − 𝛿 (1 − )
𝛤 (3𝛼 + 1)𝛤(𝛼 + 1) 𝛤(3𝛼 + 1) 𝛤(3𝛼 + 1) 𝛼
𝛤(2𝛼 + 1) 2
+ 𝛿 (2 − ).
𝛤(3𝛼 + 1) 𝛼

Proses iterasi masih dapat dilanjutkan untuk nilai 𝑘 = 3,4,5, … dst dengan proses yang sama, namun
penulis hanya mengambil sampai dengan nilai 𝑘 = 2 atau 𝑌𝛼 (3). Sehingga solusi dari persamaan (9)
diperoleh dengan menggunakan deret Taylor yang diperumum sebagai berikut.

𝑦(𝑥) = 𝑌𝛼 (1) 𝑥 𝛼 + 𝑌𝛼 (2) 𝑥 2𝛼 + 𝑌𝛼 (3) 𝑥 3𝛼

1 1 𝛤(𝛼 + 1) 2
𝑦(𝑥) = 𝑥𝛼 + [− + 𝛿 (1 − )] 𝑥2𝛼
𝛤(𝛼 + 1) 𝛤(2𝛼 + 1) 𝛤(2𝛼 + 1) 𝛼
𝛤(2𝛼 + 1) 1 𝛤(𝛼 + 1) 2 𝛤(2𝛼 + 1) 2
+ [− 2
+ − 𝛿 (1 − ) + 𝛿 (2 − )] 𝑥3𝛼 .
𝛤(3𝛼 + 1)𝛤(𝛼 + 1) 𝛤(3𝛼 + 1) 𝛤(3𝛼 + 1) 𝛼 𝛤(3𝛼 + 1) 𝛼

Selanjutnya akan ditinjau solusi dari Persamaan Diferensial Fraksional dengan orde yang berbeda.

1
a. Persamaan Diferensial Fraksional Orde
2
1
𝐷𝑥20 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) + 𝑦(𝑥) = 𝑥 2 + 1.

Diperoleh solusinya yaitu

 1 3
𝑦(𝑥) = 𝑌1 (1) 𝑥 2 + 𝑌1 (2) 𝑥 + 𝑌1 (3) 𝑥 2
2 2 2

2 1 4𝜋 − 16 3
= 𝑥2 − 𝑥 + 𝑥2.
√𝜋 3𝜋√𝜋
4
b. Persamaan Diferensial Fraksional Orde
7
4
𝐷𝑥70 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) + 𝑦(𝑥) = 𝑥 2 + 1.
Diperoleh solusinya yaitu
4 8 12
𝑦(𝑥) = 𝑌4 (1) 𝑥 7 + 𝑌4 (2) 𝑥 7 + 𝑌4 (3) 𝑥 7
5 5 5

1
7 4 49 8 49𝛤 ( ) 12 49 12
= 𝑥7 − 𝑥7 − 7
2𝑥
7 + 𝑥7.
4 1 5 4 5
4𝛤 ( ) 8𝛤 (7) 120𝛤 (7) 𝛤 (7) 60𝛤 (7)
7

2
c. Persamaan Diferensial Fraksional Orde
3
2
𝐷𝑥30 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) + 𝑦(𝑥) = 𝑥 2 + 1.
Diperoleh solusinya yaitu
2 4
𝑦(𝑥) = 𝑌2 (1) 𝑥 3 + 𝑌1 (2) 𝑥 3 + 𝑌1 (3) 𝑥 2
3

2
3 2 9√3𝛤 (3) 4 𝜋√3 2 1 2
= 𝑥3 − 𝑥3 − 𝑥 + 𝑥 .
2 8𝜋 2 2 2
2𝛤 (3) 3𝛤 (3)

Adapun jika solusi tersebut disajikan dalam bentuk grafik barisan fungsi solusi persamaan
2n
diferensial fraksional orde αn = 3n+1 sebagai berikut.

2𝑛
Gambar 2 Solusi Persamaan Diferensial Fraksional Orde 𝛼𝑛 = .
3𝑛+1
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa persamaan diferensial fraksional dengan bentuk
𝛼
𝐷𝑥0𝑛 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) + 𝑦(𝑥) = 𝑥 2 + 1
mempunyai pola grafik yang bergerak naik jika nilai dari orde 𝛼𝑛 semakin besar.
Sehingga barisan fungsi solusi persamaan diferensial fraksional dengan bentuk
2𝑛
𝐷𝑥3𝑛+1
0
𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) + 𝑦(𝑥) = 𝑥 2 + 1
konvergen ke fungsi solusi persamaan diferensial
2
𝐷𝑥30 𝑦(𝑥) + 𝑦 2 (𝑥) + 𝑦(𝑥) = 𝑥 2 + 1.

5. Simpulan

Jika (𝛼𝑛 ) konvergen ke 𝛼 maka barisan fungsi solusi dari persamaan diferensial fraksional orde (𝛼𝑛 )
akan konvergen ke fungsi solusi persamaan diferensial fraksional orde 𝛼.

Daftar Pustaka

1. A. A Kilbas, H.M. Srivastara, J.J. Trujillo. 2006. Theory and Application of Fractional Differential
Equations. Elsevier B.V, Radarweg 29 P.O. Box 211, 1000 AE Amsterdam The Netherlands.

2. Johansyah, D. Nahar, J. Supriatna, A. 2017. Kajian Dasar Integral dan Turunan Fraksional
Riemann-Liouville. Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Politeknik
Negeri Bandung, Bandung.

3. Kisela, T. 2008. Fractional Differential Equations and Their Applications. Thesis Faculty Of
Mechanical Engineering, Institute Of Mathematics, BRNO University Of Technology.

4. M. R Spiegel. 2010. Theory and Problems of Advanced Calculus, Schaum’s Outline Series,
McGraw-Hill Book Company, Newyork.

5. S. Momani and Z. Odibat. 2008. Generalized Differential Transform Method : Application to

Differential Equations of Fractional Order. Applied Mathematics and Computation 197, 467-477.

6. Unal, Emrah and Ahmet Gokdogan. 2008. Solution of Conformable Fractional Ordinary
Differential Equations via Differential Transform Method. Journal of Computational and
Applied Mathematics.