Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversible yang ditandai dengan

keadaan relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respons terhadap stimulus

eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga. Pemantauan tidur yang ketat merupakan bagian

penting praktik klinis; gangguan tidur sering menjadi gejala awal penyakit jiwa yang akan

terjadi. Beberapa gangguan jiwa menyebabkan perubahan khas fisiologi tidur.1

Gangguan tidur merupakan salah satu masalah klinis yang paling sering dihadapi dalam

pengobatan dan kasuk psikiatri. Tidur yang tidak memadai dapat sangat mengganggu kualitas

hidup pasien. Gangguan tidur dapat diakibatkan oleh penyebab primer atau oleh berbagai kondisi

kejiwaan dan medis. Kelainan tidur primer diakibatkan oleh gangguan endogen dalam

mekanisme bangun tidur atau mekanisme waktu. Gangguan tidur dapat dibagi menjadi 2 kategori

berikut:2

a. Parasomnias : Ini adalah pengalaman atau perilaku yang tidak biasa yang terjadi saat tidur,

seperti sleep terror disorder, sleepwalking dan gangguan mimpi buruk (Nightmares

Disorder) yang terjadi saat fase rapid eye movement (REM) tidur).

b. Dyssomnias : Ini ditandai dengan kelainan/abnormalitas dalam jumlah, kualitas, atau waktu

tidur, seperti insomnia primer dan hypersomnia, narkolepsi, gangguan tidur terkait nafas

(yaitu, sleep apnea), dan kelainan ritme sirkadian (circadian rhythm sleep disorder).

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tidur Fisiologis

Tidur biasanya didefiniskan sebagai serangkaian fase yang ditandai dengan

perubahan variabel-variabel fisiologis, khususnya EEG (elektroensefalogram). Biasanya

terdapat postur tubuh yang khas (terkait dengan termoregulasi yang baik); inaktivitas

fisik; lebih banyak stimulasi yang diperlukan untuk bangun ketimbang pada keadaan

sadar; tempat yang spesifik untuk perilaku ini; dan kejadian harian yang teratur.3

Tidur terdiri atas dua keadaan fisiologis:1

1. Nonrapid eye movement (NREM)

2. Rapid eye movement (REM)

Pada tidur NREM, yang terdiri atas tahap 1 sampai 4, sebagian fungsi fisiologis

sangat berkurang dibandingkan dengan keadaan terjaga. Tidur REM merupakan jenis

tidur yang secara kualitatif berbeda ditandai dengan tingginya tingkat aktivitas otak dan

tingkat aktivitas fisiologis yang menyerupai tingkat aktivitas terjaga. Kira-kira 90 menit

setelah awitan tidur, NREM menghasilkan episode REM pertama malam tersebut.1

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti

oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara

bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16- 20 jam/hari,

anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun

dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.4

2
Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu: Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium

yaitu:4-5

1. Tidur stadium Satu.

Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur yang disebut juga twilight

sensation. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak

gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah

sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa,

betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan

adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K

2. Tidur stadium dua

Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang,

tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta

simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K.

Fase 2 ini berjalan relatif lebih lama dari fase 1 yaitu antara 20 sampai 40 menit dan

bervariasi pada tiap individu.

3. Tidur stadium tiga

Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih

banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle.

Fase ini lebih lama pada dewasa tua, tetapi lebih singkat pada dewasa muda. Pada dewasa

muda setelah 5 – 10 menit fase 3 akan diikuti fase 4.

4. Tidur stadium empat

3
Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi

oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Pada fase 4 ini

berlangsung cukup lama yaitu hampir 30 menit.

Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 90 menit sampai 100 menit,

setelah itu akan masuk ke fase REM. Fase REM umumnya dapat dicapai dalam waktu

90-110 menit kemudian akan mulai kembali ke fase permulaan fase 2 sampai fase 4 yang

lamanya 75-90 menit. Setelah itu muncul kembali fase REM kedua yang biasanya lebih

lama dari eye movement (EM) dan lebih banyak dari REM pertama. Keadaan ini akan

berulang kembali setiap 75 – 90 menit tetapi pada siklus yang ketiga dan keempat, fase 2

menjadi lebih panjang fase 3 dan fase 4 menjadi lebih pendek. Siklus ini terjadi 4 – 5 kali

setiap malam dengan irama yang teratur sehingga orang normal dengan lama tidur 7 – 8

jam setiap hari terdapat 4-5 siklus dengan lama tiap siklus 75 – 90 menit.4-5

Tidur REM juga dinamakan tidur paradoksal. Denut jantung, pernapasan, dan

tekanan darah pada manusia semuanya tinggi saat tidur REM. Hampir semua periode

REM pada laki-laki disertai dengan ereksi penis parsial atau penuh. Perubahan fisiologis

lain yang terjadi selama tidur REM adalah paralisis hampir semua otot rangka (postural),

sehingga gerakan tubuh tidak ada selama tidur REM. Mungkin cirri tidur REM yang

paling khas adalah mimpi. Orang ang tebangun saat tidur REM sering (60-90%)

melaporkan bahwa mereka mengalami mimpi.1

Pada dewasa muda, distribusi tahap tidur sebagai berikut:

NREM (75%): - Tahap 1 5% REM (25%)

- Tahap 2 45%

- Tahap 3 12%

4
Tahap 4 13%

B. Prevalensi Gangguan Tidur

Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya.

Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17%

diantaranya mengalami masalah serius. Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung

meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya.

Kaplan dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut

menderita gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan

psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol. Menurut data internasional of sleep disorder,

prevalensi penyebab-penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma

(61-74%), gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%),

psychophysiological (15%), sindroma kaki gelisah (5-15%), ketergantungan alkohol

(10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi (65). Demensia (5%), gangguan

perubahan jadwal kerja (2- 5%), gangguan obstruksi sesak saluran nafas (1-2%), penyakit

ulkus peptikus <1%), narcolepsy (mendadak tidur) (0,03%-0,16%).4

C. Klasifikasi Gangguan Tidur

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-I-TR),

klasifikasi gangguan tidur adalah gangguan tidur primer gangguan tidur yang berkaitan

dengan gangguan jiwa lainnya dang gangguan tidur lainnya) akibat keadaan medis umum

atau dicetuskan oleh zat).1

5
Gangguan Tidur Primer

Disomnia

1. Insomnia Primer

Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur. Insomnia primer

didiagnosis jika keluhan utama adalah tidur yang tidak bersifat menyegarkan atau

kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, dan keluhan ini terus berlangsung

sedikitnya satu bulan. Istilah primer menunjukkan bahwa insomnia bebas dari adanya

gangguan fisik atau psikologis.1

Meskipun sebagian besar insomnia kronik disertai masalah medis, psikiatri atau

perilaku beberapa orang mengalami tidur buruk yang lama tanpa gangguan apapun

yang nyata di area-area ini. Keadaan ini dapat disebut “insomnia kronik primer”, dan

dapat terjadi pada keadaan tidur di siang hari dan/atau gangguan mood dan

kesehatan.3

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR Insomnia Primer

1. Keluhan yang dominan adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur,

atau tidur yang tidak bersifat menyegarkan, selama sedikitnya 1 bulan

2. Gangguan tidur (atau kelelahan disiang hari ang terkait) menyebabkan

penderita yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan,

atau area fungsi penting lain

3. Gangguan tidur tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan narkolepsi,

gangguan tidur yang terkait dengan pernapasan, gangguan tidur irama

sikardian, atau parasomnia

6
4. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain

5. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau

keadaan medis umum

Dari American Psychiatric Assosiation. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Assosiation;

copyright 2000, dengan izin.

2. Hipersomnia Primer

Hipersomnia adalah suatu keadaan tidur dan serangan tidur di siang hari yang

berlebih, yang terjadi secara teratur atau rekuren untuk waktu singkat, dan

menyebabkan gangguan fungsi sosial atau pekerjaan.3

Hipersomnia primer didiagnosis jika tidak ada penyebab lain yang ditemukan

untuk somnolen berlebihan yang terjadi dalam waktur sedikitnya satu bulan.

Beberapa orang memiliki keluhan subjektif berupa rasa kantuk tetapi tanpa temuan

objektif. Mereka tidak memiliki kecenderungan jatuh tertidur lebih sering daripada

normal dan tidak memiliki tanda objektif.1

Pasien dengan hipersomnia primer tidur selama 10-12 jam pada malam hari dan

mengantuk serta tidur pada siang hari. Hipersomnia sering kali mulai pada usia

remaja akhir.6

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR Hipersomnia Primer

1. Keluhan yang dominan adalah rasa mengantuk berlebihan untuk waktu

sedikitnya 1 bulan (atau kurang jika berulang) ang tampak baik dengan

7
episode tidur lama atau episode tidur siang yang terjadi hampir tiap hari

2. Rasa mengantuk yang berlebihan menyebabkan penderita secara klinis

bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain

3. Rasa mengantuk sebaiknya tidak disebabkan oleh insomnia dan tidak hanya

terjadi selama perjalanan gangguan tidur lain dan tidak dapat disebabkan

karena kurangnya tidur

4. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain

5. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat

Tentukan jika:

Berulang: jika terdapat periode rasa mengantuk berlebihan yang berlangsung

setidaknya selama 3 hari terjadi beberapa kali dalam setahun selama sedikitnya 2

tahun.

Dari American Psychiatric Assosiation. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Assosiation;

copyright 2000, dengan izin.

3. Narkolepsi

Narkolepsi merupakan yang lama/kronis (syarat minimum untuk mendiagnosis

adalah 3 bulan) dari suatu episode tidur di siang hari yang singkat, sering dan

menyegarkan, serta manifestasi abnormal tidur rapid eye movement (REM) yang

terjadi setiap hari. Serangan tidur ini khasnya terjadi dua sampai enam kali sehari dan

berlangsung 10 hingga 20 menit.1, 6

Narkolepsi mempunyai beberapa gejala, berupa:1,6

8
a. Serangan tidur di siang hari, pasien tertidur dalam detik atau menit (aktivitas

REM pada EEG) di siang hari walaupun beusaha untuk tetap sadar. Biasana

pasien tertidur selama 10-30 menit dan bangun dengan perasaan segar, dan

serangan ini dapat terjadi 1-6x dalam sehari.

b. Katapleksi (70% pasien), hilangnya tonus otot secara tiba-tiba, biasanya otot

wajah dan leher, tetapi kadang-kadang dapat terjadi kolaps fisik ang

menyeluruh, terutama dipicu oleh adanya emosi yang kuat (missal:

kemarahan, tertawa). Serangan biasanya bertahan sampai beberapa detik.

Pasien dalam keadaan sadar sepenuhnya.

c. Halusinasi hipnagogik dan hipnopompik (30% pasien), keadaan seperti

mimpi dan sering mengalami halusinasi baik audiotorik maupun visual, terjadi

saat onset tidur ataupun saat bangun. Pasien sering merasa ketakutan sesaat

tetapi dalam satu hingga dua menit mereka kembali ke kerangka pikiran yang

normal dan sadar bahwa sebenarnyya tidak ada apa-apa.

d. Paralisis tidur (25% pasien), paralisis yang flaksid, menyeluruh, dan

mengerikan yang berakhir dalam beberapa detik pada saat pasien dengan

kesadaran penuh, baik sedang dalam keadaan bangun ataupun sedang tidur.

Paling sering terjadi saat bangun di pagi hari.

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR Narkolepsi

1. Serangan tidur yang menyegarkan dan tidak dapat ditahan yang terjadi setiap

hari selama sedikitnya 3 bulan

2. Adanya satu atau kedua hal berikut:

9
a. Katapleksi

b. Gangguan unsure tidur REM berulang ke dalam transisi antara tidur dan

bangun, seperti ditunjukkan dengan halusinasi hipnoganik atau

hipnopompik atau paralisis tidur di aal atau akhir episode tidur

3. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau

keadaan medis umum.

Dari American Psychiatric Assosiation. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Assosiation;

copyright 2000, dengan izin.

4. Gangguan Tidur yang Terkait Dengan Pernapasan

Bagian ini mencakup beberapa kondisi yang ditandai dengan gangguan

pernafasan saat tidur: central sleep apnea, obstruction sleep apnea syndrom, sleep-

related hypoventilation disorders.7

Pada central sleep apnea, biasanya pada orang tua, upaya bernapas yang berhenti

sebentar pada malam hari akibat kemoreseptor yang abnormal dan menimbulkan

kekurangan udara berulang dan insomnia. Pada obstruction sleep apnea syndrome,

aliran udara berhenti tetapi upaya pernapasan meningkat selama periode apnea, pola

ini menunjukkan adanya suatu obstruksi pada jalan napas dan upaya bertambah oleh

otot-otot abdomen dan toraks untuk mendorong udara meleati obstruksi ini. Laki-laki

lebih banyak 10:1, mayoritas obesitas dan berumur lebih dari 50 tahun dengan leher

yang pendek dan gemuk.1, 6

10
Kriteria diagnostic DSM-IV-TR Gangguan Tidur yang Terkait dengan Pernapasan

1. Penghentian tidur, yang menyebabkan rasa mengantuk berlebihan atau

insomnia yang dinilai disebabkan oleh keadaan pernapasan terkait-tidur

2. Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan gangguan jiwa lain dan tidak

disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau keadaan medis umum.

Catatan pemberian kode: beri kode juga gangguan pernapasan yang terkait-

tidur pada Aksis III

Dari American Psychiatric Assosiation. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Assosiation;

copyright 2000, dengan izin.

5. Gangguan Tidur Irama Sirkadian

Gangguan tidur irama sikardian mencakup suatu kisaran luas keadaan yang

melibatkan ketidaksejajaran antara periode tidur yang sebenarnya engan periode tidur

yang diinginkan. DSM-IV-TR membagi empat jenis gangguan tidur irama

sirkardian:1

a. Tipe Fase Tidur Tertunda, ditandai dengan waktu tidur dan waktu bangun

yang lebih lambat dari yang diinginkan, keluhan utama pasien biasanya adalah

kesulitan jatuh tertidur pada waktu yang diinginkan seperti biasa, dan

gangguan pasien mungkin tampak menyerupai onset tidur insomnia.

b. Tipe Jet Lag, bergantung pada lama perjalanan dai Timur-Barat dan

sensitivitas individu, tipe Jet Lag biasanya hilang spontan dalam 2 hingga 7

hari.

11
c. Tipe Kerja Giliran, terjadi pada orang yang berulang kali merubah jadwal

kerja mereka dengan cepat dan kadang-kadang pada orang dengan jadwal

tidur yang kacau yang dibuat sendiri. Gejala paling sering adalah periode

campuran insomnia dan somnolen.

d. Tak Tergolongkan, terbagi atas sindrom memajukan fase tidur dan pola

tidur-bangun kacau.

6. Disomnia yang Tidak Tergolongkan

Menurut DSM-IV-TR, disomnia ytt mencakup insomnia, hipersomnia, dan

gangguan irama sikardian yang tidak memenuhi criteria disomnia apapun. Namun

terdapat juga beberapa disomnia ytt, yaitu:1

a. Mioklonus Nokturnal, terdiri atas kontraksi mendadak yang sangat stereotipik

pada otot-otot tungkai saat tidur yang berlangsung 20-60 detik

b. Restless Legs Syndrome, penderita merasakan sensasi dalam berupa adanya

rasa merayap di dalam betis baik saat duduk atau tidur

c. Sindrom Kleine-Levin, keadaan yang relatif jarang dan terdiri atas episode

berulang tidur yang lama (pasien dapat dibangunkan) dengan menyelingi

periode tidur normal dan bangun

d. Sindrom yang Terkait Menstruasi

e. Gangguan Tidur Saat Hamil

f. Tidur yang Tidak Cukup

g. Sleep Drunkenness, merupakan bentuk abnormal bangun berupa tidak adanya

kesadaran jernih pada transisi dari tidur menjadi benar-benar bangun, yang

berlebihan dan lama.

12
Parasomnia

1. Gangguan Mimpi Buruk

Gangguan tidur yang ditandai dengan terulangnya kejadian mimpi menakutkan

yang memicu terbangunnya dari tidur. Saat terbangun, individu menjadi sangat

waspada dan berorientasi dan memiliki ingatan terperinci tentang mimpi buruk, yang

biasanya melibatkan bahaya yang mengancam atau sangat memalukan bagi individu

(ICD 10). Jika penderita memiliki gangguan mimpi buruk, penderita mungkin takut

akan tidur atau khawatir setiap malam untuk mengalami mimpi buruk lagi yang sama.

Penderita mungkin juga merasa cemas dan takut saat terbangun dari mimpi buruk dan

tidak dapat tidur kembali. Akibatnya, penderita mungkin mengalami kantuk di siang

hari.8, 9

Seperti mimpi lain, mimpi buruk hampir selalu terjadi selama tidur REM dan

biasanya setelah periode REM yang panjang di akhir malam.1

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR Gangguan Mimpi Buruk

1. Bangun berulang dari periode tidur utama atau tidur siang dengan ingatan

yang rinci mengenai mimpi yang lama dan sangat menakutkan, biasanya

melibatkan ancaman terhadap kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri.

Bangun biasanya terjadi selama paruh kedua periode tidur

2. Saat bangun dari mimpi yang menakutkan, orang tersebut dengan cepat

memiliki orientasi dan kesiagaan

3. Pangalaman mimpi atau gangguan tidur terjadi akibat bangun, menyebabkan

penderita secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau

13
area fungsi penting lain

4. Mimpi buruk tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain dan

tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat atau keadaan medis umum

Dari American Psychiatric Assosiation. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Assosiation;

copyright 2000, dengan izin.

2. Gangguan Teror Tidur

Gangguan terror tidur adalah bangun pada sepertiga awal malam selama non-

REM yang dalam (tahap 3 dan 4). Gangguan ini hampir selalu diawali dengan jeritan

atau tangisan pilu dan disertai manifestasi perilaku ansietas hebat ang hampir

mendekati panic. Khasnya, pasien bangun dengan ekspresi ketkutan, berteriak keras,

dan kadang-kadang bangun secepatna dengan perasaan terteror yang intens. Terror

malam dapat mencerminkan kelainan neurologis ringan, mungkin di lobus temporalis

atau struktur yang mendasari.1

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR Gangguan Teror Tidur

1. Episode berulang bangun tidur secara tiba-tiba, biasanya terjadi pada sepertiga

pertama episode tidur utama dan dimulai dengan teriakan panik

2. Rasa takut yang hebat serta tanda adanya bangkitan otonom, seperti

takikardia, pernapasan cepat, dan berkeringat selama episode ini

3. Relative tidak responsive terhadap upaya orang lain untuk menenangkan

pasien selama episode ini

14
4. Tidak ingat mimpi dengan rinci dan terdapat amnesia untuk episode ini

5. Episode ini menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau

hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain

6. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat atau keadaan

medis umum

Dari American Psychiatric Assosiation. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Assosiation;

copyright 2000, dengan izin.

3. Gangguan Berjalan Sambil Tidur

Gangguan ini juga dienal sebagai somnambulisme, terdiri atas rangkaian perilaku

kompleks yang diawali pada sepertiga pertama malam selama tidur NREM yang

dalam (tahap 3 dan 4) dan sering, meskipun tidak selalu, dilanjutkan-tanpa kesadaran

penuh atau ingatan mengenai episode tersebut-untuk meninggalkan tempat tidur dan

berjalan berkeliling. Perilaku ini kadang-kadang berakhir dengan terbangun disertai

beberapa menit kebingungan; lebih sering lagi, mereka kembali tidur tanpa mengingat

peristiwa berjalan sambil tidur ini.1

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR Gangguan Berjalan di dalam Tidur

1. Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat sedang tidur dan berjalan

berkeliling, biasanya terjadi pada sepertiga pertama episode tidur utama

2. Selama berjalan di dalam tidur, orang tersebut memiliki wajah yang kosong

dan menetap, relative tidak responsive terhadap upaya orang lain untuk

15
berbicara dengan mereka dan sangat sulit dibangunkan

3. Saat bangun, orang ini akan amnesia akan episode tersebut

4. Didalam beberapa menit setelah bangun dari episode berjalan di dalam tidur,

tidak ada aktivitas atau perilaku mental yang terganggu

5. Berjalan di dalam tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis

bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain

6. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat atau keadaan

medis umum

Dari American Psychiatric Assosiation. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Assosiation;

copyright 2000, dengan izin.

4. Parasomnia yang Tidak Tergolongkan

Kriteria diagnosis untuk parasomnia yang tidak tergolongkan, yaitu:1

a. Bruksisme Terkait-Tidur (menggertakkan gigi)

b. Gangguan Perilaku Tidur REM

c. Berbicara Sambil Tidur (Somniloquy)

d. Membenturkan Kepala Terkait-Tidur (Jactatio Cavitis Nocturna)

e. Paralisis Tidur

f. Gangguan Tidur Akibat Gangguan Jiwa Lain

D. Penatalaksanaan Gangguan Tidur

Penatalaksanaan Umum4

16
1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya:

• Untuk mencari penyebab dasarnya danpengobatan yang adekuat

• Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik

• Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh penggunaan obat

hipnotik,alkohol, gangguan mental

• Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek

2. Konseling dan Psikotherapi

Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri seperti

(depressi, obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi ini kita

dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh

penderita tanpa penggunaan obat hipnotik.

3. Sleep hygiene terdiri dari:

a. Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan

b. Hindari tidur pada siang hari/sambilan

c. Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari

d. Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan

e. Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur

f. Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut kosong

g. Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)

h. Hindari rasa cemas atau frustasi

i. Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak

Pendekatan Farmakologis1, 3, 10

17
Benzodiazepin paling sering digunakan dan tetap merupakan pilihan utamauntuk

mengatasi insomnia baik primer maupun sekunder. Obat hipnotik hendaklah digunakan

dalam waktu terbatas atau untuk mengatasi insomnia jangka pendek. Dosis harus kecil

dan durasi pemberian harus singkat. Benzodiazepin dapat direkomendasikan untuk dua

atau tiga hari dan dapat diulang tidak lebih dari tiga kali. Penggunaan jangka panjang

dapat menimbulkan masalah tidur atau dapat menutupi penyakit yang mendasari.

Benzodiazepin dapat mengganggu ventilasi pada apnea tidur. Efek samping berupa

penurunan kognitif dan terjatuh akibat gangguan koordinasi motorik sering ditemukan.

Oleh karena itu, penggunaan benzodiazepin pada lansia harus hati-hati dan dosisnya

serendah mungkin. Benzodiazepin dengan waktu paruh pendek (triazolam dan zolpidem)

merupakan obat pilihan untuk membantu orang-orang yang sulit masuk tidur. Sebaliknya,

obat yang waktu paruhnya panjang (estazolam,temazepam, dan lorazepam) berguna

untuk penderita yang mengalami interupsi tidur.

Benzodiazepin paling sering digunakan dan tetap merupakan pilihan utama untuk

mengatasi insomnia, baik primer maupun sekunder. Melatonin merupakan hormon yang

disekresikan oleh glandula pineal. Ia berperan mengatur siklus tidur. Efek hipnotiknya

terlihat pada pasien gangguan tidur primer. Ia juga memperbaiki tidur pada penderita

depresi mayor. Melatonin juga dapat memperbaiki tidur, tanpa efek samping, pada lansia

dengan insomnia. Melatonin dapat ditambahkan ke dalam makanan.

Untuk terapi hipersomnia primer, terdiri atas obat stimulant seperti amfetamin, yang

di berikan pada pagi atau sore hari. Obat antidepresan nonsedasi seperti buproprion dan

stimulant baru seperti modafinil juga mungkin berguna untuk beberapa pasien.

18
Terapi untuk gangguan tidur narkolepsi sebenarnya tidak ada, namun pengelolaan

gejala mungkin dapat dilakukan. Suatu regimen untuk memaksa tidur siang pada aktu

yang teratur kadang-kadang dapat membantu pasien , stimulant adalah obat yang paling

lazim digunakan. Ahli masalah tidur sering meresepkan obat trisiklik atau SSRI untuk

mengurangi katapleksi.

Nasal continous positive airway pressure (nCPAP) adalah terapi pilihan untuk apnea

tidur obstruksi. Prosedur ini mencakup penurunan berat badan, operasi hidung,

trakeostomi, dan ovulopalatoplasti. Antidepresan trisiklik dan SSRI kadang membantu

dalam menerapi apnea tidur. Hipoventilasi pusat dapat diterapi dengan beberapa bentuk

ventilasi mekanisme (cth: ventilasi nasal).

Biasanya tidak ada terapi spesifik untuk ganguan mimpi buruk. Agen ang menekan

tidur REM, seperti obat trisiklik, dapat mengurangi mimpi buruk, dan benzodiazepine

juga telah digunakan. Pada gangguan terror malam, terapi spesifik juga jarang diperlukan.

Pemeriksaan situasi keluarga yang menimbulkan stress mungkin penting, dan terapi

individual kadang-kadang berguna. Pada beberapa kasus, jika memerlukan obat,

diazepam dengan dosis kecil dapat menjadi pilihan.

19
BAB III

KESIMPULAN

Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversible yang ditandai dengan

keadaan relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respons terhadap stimulus

eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga.1

Tidur terdiri atas dua keadaan fisiologis:1

1. Nonrapid eye movement (NREM)

2. Rapid eye movement (REM)

Gangguan tidur dapat dibagi menjadi 2 kategori berikut:2

- Parasomnias : Ini adalah pengalaman atau perilaku yang tidak biasa yang terjadi saat

tidur, seperti sleep terror disorder, sleepwalking dan gangguan mimpi buruk

(Nightmares Disorder) yang terjadi saat fase rapid eye movement (REM) tidur).

- Dyssomnias : Ini ditandai dengan kelainan/abnormalitas dalam jumlah, kualitas, atau

waktu tidur, seperti insomnia primer dan hypersomnia, narkolepsi, gangguan tidur terkait

nafas (yaitu, sleep apnea), dan kelainan ritme sirkadian (circadian rhythm sleep

disorder).

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Benjamin James Sadock, Virginia Alcott. 2010. Tidur Normal dan Gangguan Tidur.

Dalam: Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed Ke- 2. EGC: Jakarta. Hal 337-

351.

2. Roy H Lubit, MD, PhD. Sleep Disorders. 2015 Jan. 18. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/287104-overview

3. Puri, B.K., Laking, P.J., & Treasaden, I.H., 2011. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta :

EGC.

4. Dr. Iskandar Japardi. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran, Bagian Bedah Universitas

Sumatera Utara. 2002.

5. Arief Riadi Arifin, Ratnawati dan Erlina Burhan. Fisiologi Tidur dan Pernapasan.

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI SMF Paru. RSUP

Persahabatan, Jakarta.

6. David A. Tomb. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta,

2004. Hal. 221-231.

7. Marco Succoni, Raffaele Ferre. Classification of Sleep Disorders. Assessment of Sleep

Disorders and Diagnostic Procedures. European Sleep Research Society. Milan; Italy.

2014.

8. Daniel R Neuspiel, MD, MPH, FAAP. Nightmare Disorder. 2015 May 11, Available

from: http://emedicine.medscape.com/article/914428-overview

21
9. American Academy of Sleep Medicine. Nightmares. 2017 . Available from:

http://www.sleepeducation.org/sleep-disorders-by-

category/parasomnias/nightmares/treatment

10. Nafrialdi ; Setawati, A., 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai