DISUSUN OLEH :
I KADEK SUPARIANTO, S.Kep
NIM. 070116B028
A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan
keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan.
Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan
masyarakat dan menjadi tenaga perawat yang professional, tidak hanya dalam
ketrampilan teknis namun juga kemampuan manajerial.
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan,
saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu
inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan , ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia. Saat ini, dunia
keperawatan Indonesia masih berusaha mewujudkan keperawatan sebagai profesi. Proses
ini tentunya membawa berbagai perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu : penataan
pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan
kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin
meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin
sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan
tuntutan masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Oleh
karena alasan-alasan di atas maka pelayanan keperawatan di rumah sakit mana pun harus
dikelola secara profesional, tentunya dengan mengembangkan ilmu Manajemen
Keperawatan. Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep
dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Pengarahan adalah langkah keempat dari fungsi manajemen, yaitu penerapan
perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengkoordinasian, pengaktivan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan
bermuara pada “melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Keliat
Anna, 2009).
C. Manfaat
1. Institusi Rumah Sakit
Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 5
Memberi masukan dalam proses peningkatan mutu pelayanan keperawatan yang
terbaik bagi pasien melalui manajemen keperawatan operasional dan manajemen
asuhan keperawatan profesional khususnya di Wisma Drupada RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang
2. Mahasiswa
Mengaplikasikan dan meningkatkan ketrampilan dalam manajemen keperawatan
professional.
3. Perawat
a. Tercapainya pengoptimalan pembuatan rencana harian untuk semua perawat baik
itu kepala ruang, KATIM dan perawat pelaksana
b. Tercapainya pengoptimalan proses Pre & Post Comfrence
c. Tercapainya sistem Pendelegasian tugas yang sesuai dengan MPKP
D. Metode
Problem solving sickle :
1. Pengkajian–pengkajian aspek–aspek manajemen keperawatan di wisma Drupada.
2. Perumusan masalah manajemen keperawatan di di Wisma Drupada bersama perawat
ruangan.
3. Memprioritaskan masalah manajemen keperawatan yang ditemukan.
4. Mengembangkan alternatif penyelsaian masalah berdasarkan penyebabnya untuk
masalah yang menjadi prioritas masalah utama
5. Memilih alternative penyelsaian masalah yang mungkin dapat dilakukan.
6. Melaksanakan alternative penyelsaian masalah yang dipilih dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada.
7. Mengevaluasi hasil penyelsaian masalah yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Komunikasi
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat,
dan saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih yang bekerja sama. Pada
profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Kemampuan
keterampilan dalam berkomunikasi yang baik dan efektif tidak diperoleh begitu
saja tetapi harus dipelajari dan dipraktekkan dalam kegitan pelayanan keperawatan.
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang
baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien, staf, dan atasan
setiap hari (Nursalam, 2012).
a. Bentuk komunikasi
Bentuk komunikasi terbagi dua yaitu komunikasi vebal/non verbal dan
kommunikasi formal dan non formal.Jenis komunikasi yang paling lazim
digunakan di rumah sakit dalam pelayanan keperawatan adalah pertukaran
informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi
verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu sedankan keuntungannya
memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi
verbal yang efektif harus jelas dan ringkas, perbendaharaan kata harus bias
dipahami, selaan dan kesempatan berbicara dan waktu yang tepat sangat
menentukan untuk mengungkapkan perasaan. Komunikasi non verbal
merupakan cara paling menyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain.
b. Tujuan komunikasi
3. Supervisi
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti diatas) dan
videre (bahasa Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya,
supervisi berarti “melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum adalah
melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap
pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan
masalah,segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.
Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk
memastikan bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang
seharusnnya. Dalam aktivitas supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut
supervisior. Seorang supervisior dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua
hal penting agar proses supervisi menjadi bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis
sesuai proses pekerjaan yang ditangani dan kemampuan managemen. Supervisi
adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk memastikan bahwa
suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang seharusnnya. Dalam aktivitas
supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut supervisior. Seorang
supervisior dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua hal penting agar proses
supervisi menjadi bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai proses
pekerjaan yang ditangani dan kemampuan managemen (Simamora, 2012).
Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 11
Supervisi merupakan bagian yang penting dalam menejemen serta
keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam
manajemen keperawatan. Sehingga untuk mengelola asuhan keperawatan
dibutuhkan kemampuan supervisi dari seorang manajer keperawatan. Supervisi
adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaiam tugas-tugas keperawatan.
Dimana supervisor merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar seta
mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat (Swansburg 1999 dalam
Suyanto 2009).
Supervisi atau pengawasan adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan
organisasi dan standar yang telah ditetapkan. Supervisi dilaksanakan oleh orang
yang memiliki kemampuan yang cakap dalam bidang yang disupervisi. Dalam
struktur organisasi,supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau
konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi, kegiatan yang dilakukan
diharapkan sesuai dengan tujuan organisasi,tidak menyimpang,dan menciptakan
hasil seperti yang diinginkan. Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau
mencari kesalahan, tapi lebih diartikan sebagai pengawasan partisipatif, yaitu
mendahulukan penghargaan terhadap pencapaian atau hal positif yang dilakukan
dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih belum dapat dilakukan. Dengan
demikian,bawahan tidak merasakan bahwa ia sedang dinilai. Namun,ia juga
dibimbing untuk melakukan pekerjaaannya dengan benar (Keliat Anna, 2006).
MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin
kegiatan pelayanan di MPKP sesuai standar mutu professional yang telah
ditetapkan.Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam
manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar
profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Materi supervisi atau pengawasan
disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat yang
disupervisi.Materi supervisi untuk kepala ruangan berkaitan dengan kemampuan
managerial dan kemampuan asuhan keperawatan. Ketua tim disupervisi terkait
dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan kperawatan.
Dilain pihak, perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok
bagi staf, perlu disusun jadwal supervisi dan standar kinerja masing-masing staf.
Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 12
1. Kepala ruang rawat (Karu)
Karu bertanggung jawab dalam supervisi keperawatan kepada pasien. Karu
merupakan ujung tombak tercapai tidaknya tujuan pelayanan keperawatan di
rumah sakit. Ia bertanggungjawab mengawasi perawat pelaksana dalam
melakukan praktik keperawatan.
2. Pengawas perawatan
Pengawas bertanggung jawab terhadap supervisi pelayanan keperawatan pada
areanya yaitu beberapa Karu yang ada pada Unit Pelaksana Fungsional (UPF).
3. Tujuan Pelaksanaan Supervisi
a. Tujuan Umum
Memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada perawat dan staf agar
personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya,dalam
melaksanakan tugas dan melaksanakan proses pelayanan asuhan
keperawatan.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan kinerja perawat dalam perannya sebagai pelayanan asuhan
keperawatan sehingga berhasil membantu pasien untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
2) Meningkatkan efektifitas sistem pelayanan keperawatan sehingga berdaya
guna,berhasil guna dan keefektifan sarana dan efisiensi prasarana untuk
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik
3) Meningkatkan kualitas pengelolaan pelayanan situasi secara umum.
4. Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat.
Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Supervisi dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja
b. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bawahan,serta makin terbinanya hubungan
dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
c. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja
Peningkatan efisiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya
kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya
(tenaga,harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah. Apabila kedua
peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya
tujuan suatu organisasi. Sesungguhnya tujuan pokok dari supervisi ialah
6. Pendelegasian
Pendelegasian merupakan proses terorganisasi dalam kerangka hidup
organisasi/keorganisasian untuk secara langsung melibatkan sebanyak mungkin
orang atau pribadi dalam pembuatan keputusan, pengarahan, dan pengerjaan kerja
yang berkaitan dengan pemastian tugas (Simamora, 2012).
Pendelegasian ialah tindakan mempercayakan tugas (yang pasti dan jelas),
kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada
bawahan secara individu dalam setiap posisi tugas. Pendelegasian dilakukan
dengan cara membagi tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta
pertanggungjawaban, yang ditetapkan dalam suatu penjabaran/deskripsi tugas
formil dalam organisasi.
Delegasi dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui
orang lain. Atau pemberian tugas kepada seseorang atau kelompok dalam
menyelesaikan tujuan organisasi.
Delegasi kepada orang lain di tempat kerja melibatkan empat komponen
utama: delegator, delegatee, tugas,dan klien/situasi.
1) Delegator
Delegator memiliki wewenang untuk mendelegasikan, karena posisinya di
suatu organisasi dan memiliki ijin pemerintah untuk melakukan tugas-tugas
tertentu. kebijakan lembaga menjelaskan bahwa delegator dapat mendelegasikan
tugas dan tanggung jawab (responsibility), tapi tanggung gugat (accountability)
tetap pada delegator.
a. Delegatee
1. Dasar Pendelegasian
Pokok pembahasan tentang dasar pendelegasian ini berupaya untuk menjawab
pertanyaan "mengapa pendelegasian itu penting?" atau "mengapa pendelegasian itu
dibutuhkan dalam hidup dan kerja suatu organisasi?" Pendelegasian itu sangat penting
bagi hidup dan kerja setiap organisasi dengan alasan-alasan mendasar berikut di
bawah ini.
a. Pemimpin hanya dapat bekerja bersama dan bekerja melalui orang lain, sesuatu
yang hanya dapat diwujudkannya melalui pendelegasian.
b. Melalui pendelegasian, pemimpin memberi tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan demi pemastian
tanggung jawab tugas (agar setiap individu peserta suatu organisasi berfungsi
secara normal).
c. Dengan pendelegasian, pekerjaan keorganisasian dapat berjalan dengan baik tanpa
kehadiran pemimpin puncak atau atasan secara langsung.
d. Dalam pendelegasian, pemimpin memercayakan tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang sekaligus "menuntut" adanya
hasil kerja yang pasti dari bawahan.
e. Dalam pendelegasian, pemimpin memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang sepadan bagi pelaksanaan kerja
3. Sifat Delegasi
Perlu diingat bahwa pendelegasian tidak sama pada setiap tingkat hierarki
organisasi. Besar kecilnya pendelegasian adalah sesuai dengan tugas, hak,
wewenang, kewajiban, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban setiap individu
dalam hierarki organisasi. Pendelegasian tidak dapat ditransfer dari satu tugas ke
tugas yang lain dalam suatu organisasi karena satu pendelegasian berlaku untuk satu
tugas saja.
Pemimpin Sering Tidak Mendelegasikan Tugas Karena berbagai alasan, yaitu
pemimpin tidak tahu atau takut, dan mempertahankan status quo, serta tidak
memercayai orang lain/mencurigai orang lain.
a. Pemimpin sering mendelegasikan semua tugas karena pemimpin tidak tahu
ataupun ingin membebaskan diri/meringankan diri dari kewajibannya.
b. Pemimpin sering mendelegasikan sedikit tugas karena pemimpin takut atau sangat
hati-hati, atau kurang/tidak percaya.
c. Pemimpin dapat dan patut mendelegasikan tugas dengan bertanggung jawab.
2. Masalah
Kurang optimalnya pelaksanaan Pendelegasian tugas di wisma Drupada Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr.Soerojo Magelang
.
3. Hasil Kajian
A. Fungsi Pengarahan
1. Motivasi
a. Strategi Memotivasi Individu dan Kelompok.
Hasil pengkajian dengan metode wawancara kepada kepala ruang dan
KATIM dijelaskan bahwa didalam Wisma Drupada sering menggunakan
strategi iklim motivasi, yaitu kegiatan pengarahan yang dilakukkan oleh
Kepala Ruang dan ketua tim dengan cara mengatur dan menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif sehingga meningkatkan motivasi perawat
dalam memberikan pelayanan pasien yang berkelanjutan dan terintegritas.
Tujuan dari meberikan iklim motivasi sendiri adalah untuk mencegah stress
perawat selama bekerja, dapat membantu menghilangkan stress yang dialami
oleh perawat, serta mampu meningkatkan motivasi kerja perawat. Selain
motivasi juga di berikan dalam bentuk informasi tentang kesempatan pelatihan
pada saat melakukan rapat ruanga, kenaikan pangkat ataupun jenjang karir
kepada seluruh staff di wisma Drupada.
Berdasarkan dari hasil observasi di Wisma Drupada didapatkan hasil
bahwa semua perawat yang berada di Wisma Drupada menggunakan iklim
d. Pendelegasian
1. Jenis Pendelegasian
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang terkait jenis
pendelegasian di wisma Drupada yaitu tugas jaga bangsal,pembagian pasien
kelolaan dan asuhan keperawatan. menggunakan jenis pendelegasian
structural atau sesui dengan struktur organisasi yang terlaksana secara
secara langsung dengan alur struktur pendelegasian :
Kepala Ruang
Katim I ,Katim II
Perawat PA I Perawat PA II