Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI WISMA DRUPADA RUMAH SAKIT JIWA Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG


PERIODE PRAKTIK 30 OKETOBER - 25 NOVEMBER 2017

FOKUS FUNGSI MANAJEMEN


FUNGSI PENGARAHAN DAN PENGAWASAN : PENDELEGASIAN

DISUSUN OLEH :
I KADEK SUPARIANTO, S.Kep
NIM. 070116B028

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan
keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan.
Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan
masyarakat dan menjadi tenaga perawat yang professional, tidak hanya dalam
ketrampilan teknis namun juga kemampuan manajerial.
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan,
saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu
inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan , ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia. Saat ini, dunia
keperawatan Indonesia masih berusaha mewujudkan keperawatan sebagai profesi. Proses
ini tentunya membawa berbagai perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu : penataan
pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan
kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin
meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin
sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan
tuntutan masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Oleh
karena alasan-alasan di atas maka pelayanan keperawatan di rumah sakit mana pun harus
dikelola secara profesional, tentunya dengan mengembangkan ilmu Manajemen
Keperawatan. Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep
dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Pengarahan adalah langkah keempat dari fungsi manajemen, yaitu penerapan
perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengkoordinasian, pengaktivan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan
bermuara pada “melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Keliat
Anna, 2009).

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 2


Pengarahan di ruang MPKP diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan, antara lain
menciptakan budaya motivasi, manajemen waktu, komunikasi efektif, supervise,
manajemen konflik, kolaborasi, dan pendelegasian.
Pendelegasian merupakan proses terorganisasi dalam kerangka hidup
organisasi/keorganisasian untuk secara langsung melibatkan sebanyak mungkin orang atau
pribadi dalam pembuatan keputusan, pengarahan, dan pengerjaan kerja yang berkaitan
dengan pemastian tugas (Simamora, 2012).
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi
pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas
oleh Kepala ruang kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada perawat pelaksana.
Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang.
Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang. Penerapannya dibagi menjadi dua
jenis yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai
konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP.
Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP
berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang
mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi Perawatan, Kepala ruang, Ketua Tim, atau
Penanggung Jawab Shift, tergantung pada personil yang berhalangan.
Prinsip – prinsip pendelegasian tugas di MPKP ialah pendelegasian tugas yang
terencana harus menggunakan format pendelegasian tugas, personil yang menerima
pendelegasian tugas adalah personil yang berkompeten dan setara dengan kemampuan
yang digantikan tugasnya, uraian tugas yang didelegasikan harus secara verbal dan
terperinci, disertai tertulis, pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor
pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi, dan setelah
selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Berdasarkan Observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 31 Oktober
Sampai dengan 4 November 2017 dengan Kepala Ruang dan Katim serta Perawat PA
(Perawat Assosiate) di ruang/ wisma Drupada Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo
Magelang, didapatkan data bahwa, di ruangan tersebut sudah sering melaksanakan
Pendelegasian dan alur pendelegasian tugas sudah sesuai dengan struktur organisasi
ruangan yaitu dari Kepala Ruang ke Katim, Katim ke PA serta dari PA ke PA. Jenis-jenis
tugas yang di delegasikan dan dilaksanakan tersebut yaitu tugas jaga bangsal, pembagian
pasien kelolaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 3


Dari hasil Observasi dan wawancara sudah tersedia SOP serta format dokumentasi
pendelegasian namun dalam pelaksanaan pendelgasian dan proses pendokumentasiannya
belum berjalan sesuai MPKP dan SOP yang sudah tersedia. Katim mengatakan Wisma
Drupada sudah memiliki berkas pendelegasian lengkap dengan pendokumentasian, dan
sudah pernah dilaksanakan, namun setelah ruangnya di pindahkan karena masih di
renovasi, berkas berkasnya sulit di temukan dan proses delegasi yang sebelumnya sudah
dilaksanan menjadi terputus dan hanya di laksanakan secara verbal tanpa adanya
pendokumentasian dan sampai saat ini karena tidak ada evaluasi berlanjut dari atasan
tentang hal tersebut sehingga pendokumentasian pendelegasian tidak dilaksakan.
Hasil wawancara dengan perawat PA (perawat Assosiate) didapatkan data bahwa
semua pernah melakukan pendelegasian tugas namun tidak semuannya di laksanakan
pendokumentasikan apalagi setelah ruangnya di pindahkan. Delegasi hanya dilaksanakkan
secara verbal saja tanpa pendokumentasian. Hal tersebut diakui langsung oleh kepala
Ruang, Katim Serta perawat PA pada saat proses wawancara. Hal tersebut terjadi karena
ada beberapa alasan yaitu lupa membuat dokumentasi, format dokumentasi tidak ketemu,
tidak sempat karena mendadak, kurang motivasi serta tidak ada supervisi terkait hal
tersebut oleh atasan sehingga tidak di laksanakan. Setelah tugas yang di delegasikan oleh
delegator dilaksanakan, Evaluasi terhadap tugas yang di delegasikan tersebut dilakukan
oleh delegator sendiri secara verbal kepada penerima delegasi untuk memastikan sudah di
laksanakan atau belum. Kepala ruang mengatakan tidak ada supervisi di lakukan terkait
evaluasi pelaksanaan pendelegasian. Kepala ruang hanya memberikan himbauan terkait
pendelgasian yang secara umum di laksanakan pada saat rapat rutin ruangan.
Berdasarkan hasil pengkajian melalui Observasi selama di Wisma Drupada RSJ.
Prof. Dr. Soerojo, Magelang, serta hasil wawancara dengan kepala ruang dan ketua tim
serta perawat PA ruangan didapatkan bahwa pelaksanaan kegiatan Pendelegasian di
Wisma Drupada belum berjalan secara optimal. Sehingga, dibutuhkan alternatif
pemecahan masalah serta pengelolaan bersama-sama terhadap proses pendelegasian yang
sesuai dengan MPKP untuk tercapainya kelancaran proses asuhan keperawatan sesuai
dengan program yang sudah di tetappkan dan peningkatan mutu pelayanan.
Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial keperawatan selain
mendapatkan materi manajemen keperawatan juga melakukan praktek secara langsung di
lapangan. Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Universitas Ngudi Waluyo melakukan
praktik stase manajemen keperawatan di Wisma Drupada RSJ Prof. DR Soerojo Magelang
untuk mengaplikasikan manajemen keperawatan dengan arahan pembimbing lapangan dan
pembimbing akademik.
Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama satu bulan di
Wisma Drupada Rsj Prof. Dr. Soerojo Magelang, mahasiswa mampu menerapkan
pengelolaan ruangan dengan pendekatan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) berdasarkan langkah-langkah penyelesaian masalah (problem solving cycle)
menggunakan keterampilan manajemen dan kepemimpinan untuk menghasilkan
kualitas pelayanan profesional yang berkualitas.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Wisma Drupada mahasiswa
mampu :
a. Melakukan pengkajian manajemen keperawatan sesuai pendekatan Model Praktik
Keperawatan Professional (MPKP) tentang pengelolaan di Wisma Drupada RSJ
Prof. Dr. Soerojo Magelang.
b. Mengidentifikasi masalah yang ada di ruangan dengan pendekatan penyelesaian
masalah (problem solving cycle) di Wisma Drupada RSJ Prof. Dr Soerojo
Magelang.
c. Bersama perawat menentukan prioritas masalah yang terkait dengan masalah-
masalah yang dijumpai dalam pengelolaan ruangan di Wisma Drupada RSJ Prof.
Dr. Soerojo Magelang.
d. Bersama perawat mengidentifikasi jenis pendelegasian, mekanisme pendelegasian,
prinsip Pendelegasian, menguraikan dan menetapkan tugas yang akan
didelegasikan serta melakukan dokumentasi pendelegasian tugas dalam format
delegasi yang sudah tersedia dalam proses pendelegasian tugas dengan pendekatan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dan sesuai fungsi manajemen di
Wisma Drupada RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
e. Bersama perawat melakukan implementasi sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat di Wisma Drupada RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang.
f. Bersama Kepala ruang melakukan Supervisi untuk mngevaluasi proses
pendelegasian yang sudah dilaksanakan dengan pendekatan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) di Wisma Drupada RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang.
g. Melakukan evaluasi proses dan hasil terhadap implementasi yang sudah dilakukan
menggunakan format yang telah dibuat di Wisma Drupada RSJ Prof. Dr Soerojo
Magelang.

C. Manfaat
1. Institusi Rumah Sakit
Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 5
Memberi masukan dalam proses peningkatan mutu pelayanan keperawatan yang
terbaik bagi pasien melalui manajemen keperawatan operasional dan manajemen
asuhan keperawatan profesional khususnya di Wisma Drupada RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang
2. Mahasiswa
Mengaplikasikan dan meningkatkan ketrampilan dalam manajemen keperawatan
professional.
3. Perawat
a. Tercapainya pengoptimalan pembuatan rencana harian untuk semua perawat baik
itu kepala ruang, KATIM dan perawat pelaksana
b. Tercapainya pengoptimalan proses Pre & Post Comfrence
c. Tercapainya sistem Pendelegasian tugas yang sesuai dengan MPKP

D. Metode
Problem solving sickle :
1. Pengkajian–pengkajian aspek–aspek manajemen keperawatan di wisma Drupada.
2. Perumusan masalah manajemen keperawatan di di Wisma Drupada bersama perawat
ruangan.
3. Memprioritaskan masalah manajemen keperawatan yang ditemukan.
4. Mengembangkan alternatif penyelsaian masalah berdasarkan penyebabnya untuk
masalah yang menjadi prioritas masalah utama
5. Memilih alternative penyelsaian masalah yang mungkin dapat dilakukan.
6. Melaksanakan alternative penyelsaian masalah yang dipilih dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada.
7. Mengevaluasi hasil penyelsaian masalah yang dilakukan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Proses Manajemen


Follet yang dikutip oleh Wijayanti (2008) mengartikan manajemen sebagai
seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Stoner yang dikutip
oleh Wijayanti, (2008) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Gulick dalam Wijayanti (2008) mendefinisikan manajemen sebagai suatu
bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami
Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 6
mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan
membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Sedangkan menurut G.R Terry (2010) menjelaskan bahwa manajemen
merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain.
Schein (2008) memberi definisi manajemen sebagai profesi. Menurutnya
manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untuk bekerja secara profesional,
karakteristiknya adalah para professional membuat keputusan berdsarkan prinsip-
prinsip umum, para professional mendapatkan status mereka karena mereka mencapai
standar prestasi kerja tertentu, dan para profesional harus ditentukan suatu kode etik
yang kuat.
Terry (2005) memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau kerangka
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pebgarahan suatu kelompok orang-orang
kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksudmaksud yang nyata. Hal tersebut
meliputi pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana
melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur
efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan.
Dari beberapa definisi yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan
dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan dan pengawasan
(actuacting&directing), pengendalian (controlling). Manajemen merupakan sebuah
kegiatan pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut
manajer. Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga
keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai
efisiensi dan efektivitas. Manajemen terdiri dari berbagai unsur, yakni man, money,
method, machine, market, material.
1. Man : Sumber daya manusia
2. Money : Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan
3. Method : Cara atau sistem untuk mencapai tujuan
4. Machine : Mesin atau alat untuk berproduksi
5. Material : Bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan

B. Fungsi Pengarahan Dan Pengawasan


Fungsi pengarahan (Directing) adalah kegiatan mengarahkan semua
karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahan, karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2005).
Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 7
Tujuan pokok dari pengawasan dan pengarahan menurut Notoatmodjo (2006)
adalah agar kegiatan-kegiatan dan orang-orang yang melakukan kegiatan yang telah
direncanakan tersebut dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan yang memungkinkan tidak tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Pengarahan adalah upaya pengambilan keputusan secara berkesinambungan
dan terus menerus yang terwujud dalam bentuk ataupun petunjuk guna dipakai
sebagaipedoman dalam organisasi. Pengarahan dapat diartikan memberikan
bimbingan serta mengendalikan para pekerja dalam melakukan tugas guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Azwar.A, 2010). Pengarahan adalah fase kerja
manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani
konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Implementasi dari
fungsi pengarahan atau koordinasi dalam MPKP jiwa meliputi kegiatan operan, pre
conference, postconference, iklim motivasi, supervisi dan delegasi (Keliat, 2006).

C. Komponen Pengarahan dan Pengawasan (Directing&Actuating)


1. Motivasi
Motivasi adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang untuk
memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi, motivasi
memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan individu merupakan
salah satu cara memotivasi (Marquis & Houston, 2010). Motivasi ialah upaya
untuk menimbulkan rangsangan, dorongan pada seseorang ataupun kelompok
masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan
sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Azwar.A, 2010). Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut
(Keliat, 2009) :
a. Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan harapan
tersebut secara efektif.
b. Bersikap adil dan konsisten terhadap semua staf.
c. Membuat keputusan yang bijaksana
d. Mengembangkan konsep kerja kelompok.
e. Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan.
f. Memberikan reinforcement sesering mungkin
Diruang MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai
berikut :
a. Budaya pemberian reinforcement positip. Reinforcement positip adalah upaya
menguatkan perilaku positip dengan memberikan reward. Masing-masing staf
dibudayakan untuk saling memberikan pujian yang tulus terhadap kinerja staf.

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 8


b. Doa bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan setiap pergantian dinas.
Dengan berdoa, diharapkan timbul self awareness (kesadaran diri) dan dorongan
spiritual.
c. Memanggil staf secara berkala untuk mengidentifikasi masalah setiap
personilsecara mendalam dan membantu penyelesaiannya.
d. Manajemen sumber daya manusia melalui penerapan pengembangan
jenjangkarir dan kompetensi
e. Sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja.
Motivasi seseorang berkaitan erat dengan produktivitas dan kinerja yang
ditampilkan. Pengaruh motivasi, prestasi, pengakuan pada perawat pelaksana
sangat signifikan dalam peningkatan kinerja perawat pelaksana (Amelia.R, 2008).

2. Komunikasi
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat,
dan saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih yang bekerja sama. Pada
profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Kemampuan
keterampilan dalam berkomunikasi yang baik dan efektif tidak diperoleh begitu
saja tetapi harus dipelajari dan dipraktekkan dalam kegitan pelayanan keperawatan.
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang
baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien, staf, dan atasan
setiap hari (Nursalam, 2012).
a. Bentuk komunikasi
Bentuk komunikasi terbagi dua yaitu komunikasi vebal/non verbal dan
kommunikasi formal dan non formal.Jenis komunikasi yang paling lazim
digunakan di rumah sakit dalam pelayanan keperawatan adalah pertukaran
informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi
verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu sedankan keuntungannya
memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi
verbal yang efektif harus jelas dan ringkas, perbendaharaan kata harus bias
dipahami, selaan dan kesempatan berbicara dan waktu yang tepat sangat
menentukan untuk mengungkapkan perasaan. Komunikasi non verbal
merupakan cara paling menyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain.
b. Tujuan komunikasi

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 9


Tujuan dari komunikasi menurut Marquis (2010) adalah untuk
mengetahui perilaku orang lain, memahami kebijakan dan pedoman organisasi
untuk disampaikan kepada staf, menciptakan suasana yang konduksif, member
pujian, membimbing untuk mencapai tujuan organisasi, dan member umban
balik/koreksi.
c. Hambatan dalam komunikasi
Dalam berkomunikasi ada beberapa faktor yang menghambat
komunikasi sehingga tujuan organisasi tidak tercapai. Faktor penghambat dalam
komunikasi yaitu pemimpin semata-mata sebagai pemberi informasi, kurang
merangsang kreatifitas, pengaruh kolegalitas, sikap otoriter, pengetahuan yang
tidak adekuat, perencanaan yang lemah, kurang mampu mendengar dengan
penuh perhatian, emosi yang tidak stabil dan kepribadian yang kurang matang.
d. Cara komunikasi untuk mencapai sasaran
Komunikasi yang efektif dapat mencapai sasaran yang kita harapkan
maka hal-hal yanh harus dilakukan menurut (Marquis, 2010) adalah:
1) Ciptakan saluran komunikasi melalui dialog, ronde keperawatan, iklim
keterbukaan untuk menghindari kesalah pahaman dan meningkatkan
kerjasama.
2) Bersikap terbuka dan supel.
3) Bersikap asertif, kemampuan pemimpin khususnya untukmenyampaikan
umpan balik negative secara konstruktif.
4) Mendengarkan secara aktif, rela mendengarkan, member waktu, memberi
contoh dan menghindari kesalahpahaman.
5) Umban balik yaitu pemimpin memberikan umpan balik untuk meningkatkan
kesadaran diri stafnya dan member petunjuk/bimbingan.
6) Mengkomunikasikan visi organisasi secara jelas. Komunikasi visi akan
meningkatkan motivasi dan semangat tim untuk mencapai tujuan.
7) Membuat hubungan dan jaringan yaitu menciptakan hubungan diantara
masing-masing anggota sehingga informasi dapat dipahami dan
dilaksanakan. Jaringan untuk mendapatkan informasiaktual, ide-ide baru dari
luar organisasi.
Adapun bentuk komunikasi di ruang MPKP Jiwa (Keliat, 2009) yaitu :
a) Pre conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin
oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Komunikasi

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 10


Katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan mengenai rencana
kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh Katim.
b) Post conference
adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Komunikasi
Katim dan perawat pelaksana tentang hasilkegiatan sepanjang shift dan
dilakukan sebelum operan kepada shift berikutnya. Konferensi merupakan
pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum
atau setelah melakukan operan dinaas, sore atau malam sesuai dengan
jadwal dinas perawatan pelaksanaan konference sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
c) Operan
Komunikasi dan serah terima antara sift pagi, sore dan malam. Operan dari
dinas malam ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan
operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab
sift sore.

3. Supervisi
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti diatas) dan
videre (bahasa Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya,
supervisi berarti “melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum adalah
melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap
pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan
masalah,segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.
Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk
memastikan bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang
seharusnnya. Dalam aktivitas supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut
supervisior. Seorang supervisior dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua
hal penting agar proses supervisi menjadi bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis
sesuai proses pekerjaan yang ditangani dan kemampuan managemen. Supervisi
adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk memastikan bahwa
suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang seharusnnya. Dalam aktivitas
supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut supervisior. Seorang
supervisior dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua hal penting agar proses
supervisi menjadi bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai proses
pekerjaan yang ditangani dan kemampuan managemen (Simamora, 2012).
Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 11
Supervisi merupakan bagian yang penting dalam menejemen serta
keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam
manajemen keperawatan. Sehingga untuk mengelola asuhan keperawatan
dibutuhkan kemampuan supervisi dari seorang manajer keperawatan. Supervisi
adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaiam tugas-tugas keperawatan.
Dimana supervisor merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar seta
mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat (Swansburg 1999 dalam
Suyanto 2009).
Supervisi atau pengawasan adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan
organisasi dan standar yang telah ditetapkan. Supervisi dilaksanakan oleh orang
yang memiliki kemampuan yang cakap dalam bidang yang disupervisi. Dalam
struktur organisasi,supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau
konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi, kegiatan yang dilakukan
diharapkan sesuai dengan tujuan organisasi,tidak menyimpang,dan menciptakan
hasil seperti yang diinginkan. Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau
mencari kesalahan, tapi lebih diartikan sebagai pengawasan partisipatif, yaitu
mendahulukan penghargaan terhadap pencapaian atau hal positif yang dilakukan
dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih belum dapat dilakukan. Dengan
demikian,bawahan tidak merasakan bahwa ia sedang dinilai. Namun,ia juga
dibimbing untuk melakukan pekerjaaannya dengan benar (Keliat Anna, 2006).
MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin
kegiatan pelayanan di MPKP sesuai standar mutu professional yang telah
ditetapkan.Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam
manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar
profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Materi supervisi atau pengawasan
disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat yang
disupervisi.Materi supervisi untuk kepala ruangan berkaitan dengan kemampuan
managerial dan kemampuan asuhan keperawatan. Ketua tim disupervisi terkait
dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan kperawatan.
Dilain pihak, perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok
bagi staf, perlu disusun jadwal supervisi dan standar kinerja masing-masing staf.
Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 12
1. Kepala ruang rawat (Karu)
Karu bertanggung jawab dalam supervisi keperawatan kepada pasien. Karu
merupakan ujung tombak tercapai tidaknya tujuan pelayanan keperawatan di
rumah sakit. Ia bertanggungjawab mengawasi perawat pelaksana dalam
melakukan praktik keperawatan.
2. Pengawas perawatan
Pengawas bertanggung jawab terhadap supervisi pelayanan keperawatan pada
areanya yaitu beberapa Karu yang ada pada Unit Pelaksana Fungsional (UPF).
3. Tujuan Pelaksanaan Supervisi
a. Tujuan Umum
Memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada perawat dan staf agar
personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya,dalam
melaksanakan tugas dan melaksanakan proses pelayanan asuhan
keperawatan.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan kinerja perawat dalam perannya sebagai pelayanan asuhan
keperawatan sehingga berhasil membantu pasien untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
2) Meningkatkan efektifitas sistem pelayanan keperawatan sehingga berdaya
guna,berhasil guna dan keefektifan sarana dan efisiensi prasarana untuk
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik
3) Meningkatkan kualitas pengelolaan pelayanan situasi secara umum.
4. Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat.
Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Supervisi dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja
b. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bawahan,serta makin terbinanya hubungan
dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
c. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja
Peningkatan efisiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya
kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya
(tenaga,harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah. Apabila kedua
peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya
tujuan suatu organisasi. Sesungguhnya tujuan pokok dari supervisi ialah

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 13


menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara
benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efisien, sehingga tujuan yang
telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli &
Bahtiar, 2009).
5. Fungsi Supervisi
a. Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan
mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut
pelaksanaan kebijakan pelayanan keperawatan tentang standar asuhan yang
telah disepakati.
b. Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-
factor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
c. Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan,
menstimuli, dan mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan
keperawatan.
d. Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting)
dan mangajak untuk diikutsertakan (sharing).
6. Penerapan Supervisi di Ruang MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk
menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai standar mutu professional yang
telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi
baik dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar
profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang
dilakukan sebagai berikut :
a. Kepala Seksi Keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap
Kepala ruang
b. Kepala ruang melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat
Pelaksana
c. Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari
masing-masing staf perawat yang disupervisi. Materi supervisi untuk kepala
ruangan berkaitan dengan kemampuan managerial dan kemampuan asuhan
keperawatan. Ketua tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di
timnya dan kemampuan asuhan kperawatan. Di lain pihak, perawat pelaksana di
supervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi
staf,perlu disusun jadwal supervisi dan standar kinerja masing-masing staf.
Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 14
4. Manajemen konflik
Manajemen konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang
dengan orang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang
memiliki latar belakang yang berbeda, konflik mudah terjadi. Demikian juga di
ruangan MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik
maka perlu dibididayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi
konflik sedini mungkin di raung MPKP.
Cara-cara penanganan konflik ada beberapa macam, meliputi bersaing,
berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi, berkompromi dan bermusyawarah.
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang win-win
solution. Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu pembudayaan kolaborasi antar staf
menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP.

5. Koordinasi dan kolaborasi


a. Koordinasi
Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen yang tidak bisa terpisah
dari fungsi manajemen lainnya, karena fungsi koordinasi adalah fungsi yang
menghubungkan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Banyak literature
mengatakan bahwa fungsi koordinasi merupakan fungsi manajemen yang paling
penting. Dengan mengoptimalkan fungsi koordinasi, organisasi akan menjadi
semakin baik dan menghindari resiko yang mengancam organisasi.
Koordinasi berarti mengikat, mempersatukan dan menyelaraskan semua
aktivitas dan usaha. Dari pengertian itu dapat disimpulkan bahwa fungsi
manajemen lainnya membutuhkan koordinasi. Secara singkat fungsi koordinasi
terkandung dalam fungsi-fungsi lainnya. Contohnya, fungsi perencanaan
membutuhkan koordinasi yaitu dalam menyusun rencana, seorang pemimpin
harus melakukan koordinasi dengan bawahan untuk mengumpulkan data yang
valid dalam merumuskan rencana kedepan. Begitu pula dengan fungsi
manajemen lainnya.
Sifat mengikat dari fungsi koordinasi membuat fungsi lainnya tidak dapat
berjalan tanpa ada koordinasi, apalagi menghubungkan dengan fungsi
manajemen yang lainnya. Inti dari fungsi koordinasi adalah komunikasi, karena
dengan komunikasi semua orang mampu melakukan hubungan dengan orang

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 15


lain, bidang pemasaran bisa berkoordinasi dengan bidang keuangan, dan bidang
sumber daya manusia bisa berkoordinasi dengan pemimpin organisasi.
b. Kolaborasi
Istilah kolaborasi biasanya digunakan untuk menjelaskan praktik dua
pihak atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dan melibatkan proses kerja
masing -masing maupun kerja bersama dalam mencapai tujuan bersama
tersebut. Motivasi utamanya biasanya adalah memperoleh hasil-hasil kolektif
yang tidak mungkin dicapai jika masing-masing pihak bekerja sendiri-sendiri.
Selain seperti dalam kerjasama, para pihak berkolaborasi biasanya dengan
harapan mendapatkan hasil-hasil yang inovatif, terobosan, dan/atau istimewa
atau luar biasa, serta prestasi kolektif yang memuaskan. Kolaborasi biasanya
dilakukan agar memungkinkan muncul/berkembangnya saling pengertian dan
realisasi visi bersama dalam lingkungan dan system yang kompleks.

6. Pendelegasian
Pendelegasian merupakan proses terorganisasi dalam kerangka hidup
organisasi/keorganisasian untuk secara langsung melibatkan sebanyak mungkin
orang atau pribadi dalam pembuatan keputusan, pengarahan, dan pengerjaan kerja
yang berkaitan dengan pemastian tugas (Simamora, 2012).
Pendelegasian ialah tindakan mempercayakan tugas (yang pasti dan jelas),
kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada
bawahan secara individu dalam setiap posisi tugas. Pendelegasian dilakukan
dengan cara membagi tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta
pertanggungjawaban, yang ditetapkan dalam suatu penjabaran/deskripsi tugas
formil dalam organisasi.
Delegasi dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui
orang lain. Atau pemberian tugas kepada seseorang atau kelompok dalam
menyelesaikan tujuan organisasi.
Delegasi kepada orang lain di tempat kerja melibatkan empat komponen
utama: delegator, delegatee, tugas,dan klien/situasi.
1) Delegator
Delegator memiliki wewenang untuk mendelegasikan, karena posisinya di
suatu organisasi dan memiliki ijin pemerintah untuk melakukan tugas-tugas
tertentu. kebijakan lembaga menjelaskan bahwa delegator dapat mendelegasikan
tugas dan tanggung jawab (responsibility), tapi tanggung gugat (accountability)
tetap pada delegator.
a. Delegatee

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 16


Sebuah delegatee menerima arah untuk apa yang harus dilakukan dari
delegator. Hubungan antara dua individu yang ada dalam lingkungan kerja atau
melalui badan kebijakan. Delegatee memiliki kewajiban untuk menolak utau
menerima tugas-tugas yang diberikan oleh delegator, kemampuan atau deskripsi
pekerjaan.
b. Tugas
Tugas adalah aktivitas yang didelegasikan. Aktivitas yang didelegasikan
umumnya harus sebuah tugas rutin. Tugas-tugas rutin memiliki hasil yang
diprediksi, dan ada metode langkah demi langkah untuk menyelesaikan tugas.
Pengambilan keputusan pada bagian dari delegatee untuk didelegasikan tugas
itu terbatas bagaimana untuk mengatur waktu dan menyelesaikan tugas dengan
berbagai pasien atau variasi dalam peralatan.
c. Klien/ Situas
Identifikasi klien tertentu atau situasi untuk didelegasikan perawatan
diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan untuk perawatan pasien dapat
dipenuhi oleh delegatee. Situasi baru memerlukan orientasi, bahkan jika klien
dan tugas lazim.

1. Dasar Pendelegasian
Pokok pembahasan tentang dasar pendelegasian ini berupaya untuk menjawab
pertanyaan "mengapa pendelegasian itu penting?" atau "mengapa pendelegasian itu
dibutuhkan dalam hidup dan kerja suatu organisasi?" Pendelegasian itu sangat penting
bagi hidup dan kerja setiap organisasi dengan alasan-alasan mendasar berikut di
bawah ini.
a. Pemimpin hanya dapat bekerja bersama dan bekerja melalui orang lain, sesuatu
yang hanya dapat diwujudkannya melalui pendelegasian.
b. Melalui pendelegasian, pemimpin memberi tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan demi pemastian
tanggung jawab tugas (agar setiap individu peserta suatu organisasi berfungsi
secara normal).
c. Dengan pendelegasian, pekerjaan keorganisasian dapat berjalan dengan baik tanpa
kehadiran pemimpin puncak atau atasan secara langsung.
d. Dalam pendelegasian, pemimpin memercayakan tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang sekaligus "menuntut" adanya
hasil kerja yang pasti dari bawahan.
e. Dalam pendelegasian, pemimpin memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang sepadan bagi pelaksanaan kerja

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 17


sehingga bawahan dengan sendirinya dituntut untuk bertanggung jawab penuh
dalam pelaksanaan kerja.

2. Prinsip – prinsip pendelegasian tugas di MPKP :


a. Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format pendelegasian
tugas.
b. Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang berkompeten
dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya.
c. Uraian tugas yang didelegasikan harus secara verbal dan terperinci, disertai tertulis.
d. Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor pelaksanaan tugas
dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yan dihadapi.
e. Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah
dilaksanakan sebelumnya.
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam
organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam
bentuk pendelegasian tugas oleh Kepala ruang kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada
perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas
dan wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang. Penerapannya
dibagi menjadi dua jenis yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai
konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP. Bentuknya dapat
berupa :
a. Pendelegasian tugas kepala ruang kepada Ketua Tim untuk menggantikan tugas
sementara karena alasan tertentu
b. Pendelegasian tugas Kepala ruang kepada Penanggung Jawab Shift
c. Pendelegasian Ketua Tim kepada perawat pelaksanaan tindakan keperawatan yang
telah direncanakan.
Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP
berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang
mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi Perawatan, Kepala ruang, Ketua Tim,
atau Penanggung Jawab Shift, tergantung pada personil yang berhalangan.
Mekanismenya sebagai berikut :
a. Bila Kepala ruang berhalangan, Kepala Seksi menunjuk salah satu Ketua Tim
untuk menggantikan tugas Kepala ruang.
b. Bila Ketua Tim berhalangan hadir maka Kepala ruang menunjuk salah satu
anggota Tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua Tim.
c. Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir sehingga satu tim kekurangan
personil maka Kepala ruang atau penanggung jawab Shift berwenang
Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 18
memindahkan perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang kekurangan
personil tersebut atau Ketua tim melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana
yang hadir.

3. Sifat Delegasi
Perlu diingat bahwa pendelegasian tidak sama pada setiap tingkat hierarki
organisasi. Besar kecilnya pendelegasian adalah sesuai dengan tugas, hak,
wewenang, kewajiban, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban setiap individu
dalam hierarki organisasi. Pendelegasian tidak dapat ditransfer dari satu tugas ke
tugas yang lain dalam suatu organisasi karena satu pendelegasian berlaku untuk satu
tugas saja.
Pemimpin Sering Tidak Mendelegasikan Tugas Karena berbagai alasan, yaitu
pemimpin tidak tahu atau takut, dan mempertahankan status quo, serta tidak
memercayai orang lain/mencurigai orang lain.
a. Pemimpin sering mendelegasikan semua tugas karena pemimpin tidak tahu
ataupun ingin membebaskan diri/meringankan diri dari kewajibannya.
b. Pemimpin sering mendelegasikan sedikit tugas karena pemimpin takut atau sangat
hati-hati, atau kurang/tidak percaya.
c. Pemimpin dapat dan patut mendelegasikan tugas dengan bertanggung jawab.

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 19


4. Pelaksanaan Pendelegasian
Lima benar untuk pelaksanaan delegasi :
a. Tugas yang benar (Right Task)
Salah satu alasan untuk mendelegasikan adalah bahwa masing-masing
perawat memiliki waktu terbatas dan energi untuk merawat klien, Jangan
mendelegasikan hanya untuk tugas-tugas yang remeh, karena pelaksanaan
delegasi adalah membagi pekerjaan kepada anak buah termasuk tugas penting
yang sangat menonjol dan juga tugas rutin.
b. Orang yang benar (Right Person)
Delegasi melibatkan perawat sebagai salah satu delegator atau delegatee.
Tetapkan tujuan perawatan klien tertentu dan kegiatan dengan orang untuk
mempercayakan dengan tanggung-jawab sesuai otoritas sebuah tantangan.
c. Keadaan yang benar (Right Circumstance)
Situasi untuk didelegasikan perawatan diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan
untuk perawatan pasien dapat dipenuhi oleh perawat. Ketika satu
perawat merawat satu klien, ada sedikit kebutuhan untuk mendelegasikan
perawatan.
d. Arah/komunikasi yang benar (Right direction/communication)
Komunikasi harus Jelas, akurat, petunjuk yang disampaikan juga harus jelas
dan dimengerti oleh delegatee. Berkomunikasi dengan baik, bila akan
mendelegasikan tugas, sebaiknya dijelaskan secara gamblang, sehingga yang
bersnagkutan tidak perlu bertanya-tanya, atau mengerjakan dengan salah, karena,
kurang jelas hal tersebut merupakan pemberatan waktu.
e. Pengawasan yang benar (Right Supervision)
Pengawasan personil penting untuk memastikan keselamatan dan
kelengkapan perawatan klien. Bila terjadi kesalahan sebaiknya diberikan umpan
balik dalam bentuk saran terbaik dan beri kritik & keluhan.

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 20


5. Manfaat Delegasi
Melaksanakan delegasi tidaklah mudah. Pelaksanaan delegasi memerlukan
waktu, upaya dan motivasi. Jika kita tidak yakin akan adanya manfaat dalam
pelaksanaan delegasi, anda tidak akan termotivasi untuk melaksanakannya. Berikut
ini adalah beberapa keuntungan besar yang dapat dipertimbangkan :
a. Memiliki lebih banyak waktu untuk melaksanakan fungsi manajerial oleh para
manajer seharusnya menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penempatan staf, pengarahan, pengendalian dan inofasi. Namun sebaliknya, tanpa
adanya delegasi mereka akan terperangkap kedalam berbagai pekerjaan yang
remeh, mengatasi kesulitan-kesulitan, menanggapi gangguan, dan memperbaiki
kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.
b. Meringankan tekanan Kebanyakan manajer berorientasi kepada tindakan-
tindakan (action oriented). Mereka lebih senang berada ditengah kegiatan,
lebihsenang bertindak ketimbang mengawasi. Tidak adanya pelaksanaan delegasi
menyebabkan kecendrungan tersebut tidak dapat di kndalikan.
c. Mengembangkan manusia Pelaksanaan delegasi juga memungkinkan mereka
untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar secara perlahan-lahan dalam
lingkungan yang penuh pengertian, untuk mempersiapkan mereka bagi
perkembangan lebih lanjut. Pelaksanaan delegasi mendorong mereka untuk lebih
kreatif dan menggunakan bakat yang mereka miliki untuk mmpraktekkan
keterampilan dalam menyelesaikan persoalan.
d. Menciptakan suasana penuh motivasi Motivasi hanyalah membantu orang lain
untuk meraih apa yang dapat mereka capai. Kaena pelaksanaan delegasi
memerlukan pengetahuan tentang tujuan, kemampuan, dan keinginan pribadi
karyawan, maka akan lebih baik jika manajer dapat memberikan peluang kepada
para individu untuk menonjol dalam bidang yang sesuai dengan kemampuan
mereka khususnya.

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 21


6. Proses Pendelegasian
a. Memutuskan Apa yang harus Didelegasikan
Salah satu langkah utama yang harus diambil bila memutuskan apa yang
harus didelegasikan adalah mengadakan suatu analisis lengkap tentang kegiatan
pekerjaan. Buatlah formulir, pada kolom sebelah kiri, tuliskan semua kegiatan yang
Anda lakukan dan keputusan yang bisa diambil. Jangan sampai ada yang terlewat.
Jika anda yang harus membuka pintu kantor pada pagi hari, tuliskanlah itu. Jika
Anda kadang-kadang menerima telepon untuk atasan Anda, catatlah itu.
b. Analisis Kegiatan
Kemudian, untuk setiap kegiatan, perkirakanlah waktu yang diperlukan tiap
bulan untuk mengerjakannya, dan catatlah angka itu pada kolom sebelah kanan.
Barangkali baru untuk pertama kali inilah Anda mengetahui jumlah waktu yang
Anda gunakan untuk berbagai kegiatan itu. Hal tersebut akan membuat Anda
mengerti berapa biaya atau nilai kegiatan tersebut bagi Anda dan perusahaan Anda.
Anda juga harus berhati-hati untuk tidak merasionalisasikan alasan mengapa Anda
mempertahankan suatu pekerjaan. Jujurlah terhadap diri sendiri. Tak akan ada
orang lain yang perlu melihat catatan itu.
Pelaksanaan delegasi mencakup proses pelatihan dan pengembangan, dan
semua karyawan Anda harus diikutsertakan dalam proses ini. Anda harus membuat
seimbang semua beban kerja pada waktu delegasi dilaksanakan. Tidaklah praktis
untuk menugaskan semuanya kepada satu orang saja. Namun, jika memang hanya
terdapat satu orang yang menurut pendapat Anda mempunyai pendidikan latar
belakang, dan kemampuan yang diperlukan untuk diberi pelatihan bagi tugas
khusus tersebut, maka masukkanlah hanya satu itu saja. Pada awalnya pembinaan
dan pelatihan memang memerlukan waktu. Tetapi jika Anda melihat hasilnya,
maka investasi tersebut akan sepadan nilainya. Setelah Anda tahu perkiraan
jumlah waktunya, Anda harus menentukan bagaimana caranya sehingga mereka
akan terbebas dari pekerjaan rutin sebanyak waktu tersebut. Ada kemungkinan
bahwa waktu mereka sudah cukup tersedia, tetapi lebih besar kemungkinanya
bahwa Anda harus menghilangkan, menggabungkan, atau memberikan kepada
orang lain beberapa pekerjaan yang sekarang sedang mereka tangani.
c. Mengklarifikasi Penugasan Anda
Pada saat memberikan tugas kepada seorang karyawan, pastikan bahwa
Anda telah memberikan semua informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas itu. Jangan sekali-kali beranggapan bahwa para karyawan mengerti seluruh
penjelasan Anda tentang tugas itu. Walaupun sangat penting bagi Anda bahwa

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 22


mereka sungguh-sungguh mengerti apa yang Anda katakan, jangan menghina
dengan meminta mereka untuk mengulangi apa yang telah Anda katakan. Cara itu
sudah kuno.
Pendelegasian dapat dilakukan dengan memerhatikan beberapa faktor
penting berikut ini:
1) Tugas yang tepat harus diberikan kepada orang yang tepat pula, sesuai dengan
kapasitas/kompetensi yang ada padanya.
2) Tugas yang tepat yang akan didelegasikan harus sepadan dengan wewenang,
hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang tepat pula.
3) Memercayakan suatu tugas harus disertai perhitungan waktu yang tepat, kondisi
yang tepat dalam suatu sistem manajemen terpadu yang baik.
4) Pendelegasian harus dilaksanakan dengan ekspektasi pragmatis yang didukung
oleh sistem pengawasan yang baik guna menciptakan efektivitas dan efisiensi
kerja serta produksi yang tinggi.
5) Pemimpin sebagai pemberi tugas harus secara konsisten memberikan dukungan
penuh ("backing") kepada setiap bawahan yang menerima pendelegasian tugas
darinya.
6) Pendelegasian yang dilaksanakan dengan cara yang tepat.

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 23


BAB III
PELAKSANAAN PROSES PEMECAHAN MASALAH
A. Pengkajian
1. Kisi – Kisi Pengkajian
Fungsi Aspek Sub Aspek Metode Kaji Sumber Data
Manajemen
Pengarahan & Sistem Pendelegasian Wawancara dan Kepala Ruang,
Pengawasan Pendelegasian diruang Drupada Observasi Perawat,
Ketua Tim, &
Sesuai dengan
Perawat PA
SOP

2. Masalah
Kurang optimalnya pelaksanaan Pendelegasian tugas di wisma Drupada Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr.Soerojo Magelang
.
3. Hasil Kajian
A. Fungsi Pengarahan
1. Motivasi
a. Strategi Memotivasi Individu dan Kelompok.
Hasil pengkajian dengan metode wawancara kepada kepala ruang dan
KATIM dijelaskan bahwa didalam Wisma Drupada sering menggunakan
strategi iklim motivasi, yaitu kegiatan pengarahan yang dilakukkan oleh
Kepala Ruang dan ketua tim dengan cara mengatur dan menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif sehingga meningkatkan motivasi perawat
dalam memberikan pelayanan pasien yang berkelanjutan dan terintegritas.
Tujuan dari meberikan iklim motivasi sendiri adalah untuk mencegah stress
perawat selama bekerja, dapat membantu menghilangkan stress yang dialami
oleh perawat, serta mampu meningkatkan motivasi kerja perawat. Selain
motivasi juga di berikan dalam bentuk informasi tentang kesempatan pelatihan
pada saat melakukan rapat ruanga, kenaikan pangkat ataupun jenjang karir
kepada seluruh staff di wisma Drupada.
Berdasarkan dari hasil observasi di Wisma Drupada didapatkan hasil
bahwa semua perawat yang berada di Wisma Drupada menggunakan iklim

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 24


motivasi sebagai strategi komunikasi. Contoh dari iklim motivasi yang
dilakukan di Wisma drupada adalah mengucapkan salam setiap kali bertemu
diawal dan akhir pemberian pelayanan, menyampaikan informasi yang didapat
dari rapat koordinasi kepada semua staf perawat, mengkomunikasikan harapan
dan target yang jelas, bersikap fair dan konsisten terhadap semua perawat
dalam menjalankan kebijakan rumah sakit dan pemberian reinforcement
terhadap semua staff, melibatkan semua staff perawat dalam mengambil
keputusan dalam perbaikan pelayanan keperawatan, menciptakan hubungan
saling percaya dan tolong menolong antar staff, menjadi role model bagi
semua staff (misalnya patuh SPO, patuh berseragam, dan menjalankan uraian
tugas), memimpin doa bersama sebelum dan setelah mengakhiri kegiatan,
memberikan hak libur dan cuti sesuai aturan Rumah Sakit.
b. Sistem reward / punishmen.
Hasil pengkajian dengan metode wawancara kepada kepala ruang
didapatkan hasil bahwa sistem reward di Wisma Drupada berlaku bagi perawat
dan pasien, bentuk reward yang diberikan berupa ungkapan verbal, pujian
kepada perawat dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
diikut sertakan dalam pelatihan-pelatihan, seminar, dan promosi jabatan.
Untuk punishment di Wisma Drupada didapatkan hasil bahwa tidak ada
punishment untuk perawat dan pasien karena selama ini belum ada yang
pernah melakukan kesalah fatal, hanya saja jika ada perawat yang melakukan
kesalahan diingatkan dan ditegur secara lisan.
Berdasarkan hasil observasi di Wisma Drupada, kepala ruang
memberikan reward pada KATIM dan perawat pelaksana PA serta pasien
berupa kata-kata pujian. Selama tanggal 31 Oktober sampai dengan 4
November 2017 belum pernah ada pemberian punishment di Wisma Drupada
yang di temukan.
c. Komunikasi
1. Strategi Komunikasi
Hasil wawancara dan observasi di wisma Drupada yang sudah
dilakukan pada seluruh staff dari Kepala Ruang, Katim dan Perawat PA
didapatkan data bahwa strategi komunikasi yang digunakan antara karu dan
staff menggunakan komunikasi terbuka dua arah sehingga staff yang lain
berhak memberikan saran kepada kepala ruang, dan kepala ruang menerima

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 25


saran dari staff yaitu katim maupun perawat PA sehinngga komunikasi yang
baik dan efektif terbina hubungan yang harmonis satu dengan yang lainnya.
2. Model Komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, KATIM dan
perawat pelaksana PA didapatkan hasil bahwa komunikasi yang digunakan
adalah langsung (verbal) dan tidak langsung (non verbal), media yang
digunakan dapat berupa group Wathshapp, telfon, sms, maupun pesan
tertulis lainnya. Selama ini tidak ada permasalahan yang terkait dengan
strategi komunikasi yang digunakan. Kepala ruang mengatakan bahwa
komunikasi yang digunakan sudah berjalan dengan baik dan efektif.

d. Pendelegasian
1. Jenis Pendelegasian
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang terkait jenis
pendelegasian di wisma Drupada yaitu tugas jaga bangsal,pembagian pasien
kelolaan dan asuhan keperawatan. menggunakan jenis pendelegasian
structural atau sesui dengan struktur organisasi yang terlaksana secara
secara langsung dengan alur struktur pendelegasian :

Kepala Ruang

Katim I ,Katim II

Perawat PA I Perawat PA II

Keterangan : Kepala ruang memberikan delegasi tugaskepada Katim,


(katim 1 & 2). Sedangkan Katim 1 & 2 memberikan delegasi pada tugas
pada Perawat PA masing masing dan Perawat PA mendelegasikan tugas ke
Sesama Perawat PA. Katim dan memantau setiap perawat PA dalam
melakukan rencana harian Asuhan keperawatan. Jenis delegasi yang di
laksanakan yaitgu delegasi Jadwal jaga, Tugas harian, dan pelaksanaan
asuhan keperawatan.
Wawanvara dengan Katim dan Perawat PA mengatakan sering melakukan
delegasi yaitu jadwal tugas jaga bangsal dan tugas ke asuhan keperawatan.
Beberapa bulan ini delegasi dilakukan hanya dengan verbal tanpa adanya
dokumentasi karena ruangan sedang di renovasi sehingga dokumen
dokumen terbatas dan dokumen format dokumentasi delegasi tidak
ditemukan sehingga tidak di lakukan dokumentasi pendelegasian.
2. Mekanisme Pendelegasian

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 26


Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang di wisma Drupada,
beliau mengatakan bahwa mekanisme pendelegasian di wisma Drupada rata
rata semua perawat di wisma drupada pernah menerima atau melakukan
delegasi tugas. Lamanya waktu pendelegasian tugas ditetapkan berdasarkan
kebutuhan sesuai dengan format pendelegasian yan sudah ada. Namun tidak
ada supervise khusus terkait evaluasi pelaksanaan dokumentasi terhadap
delegasi tugas yang di laksanakan, Berdasarkan hasil wawancara dengan
Katim dan perawat pelaksana, untuk pendelegasian tugas antar perawat
pelaksana saat ini tidak dilakukan dokumentasikan secara tertulis dalam
format pendelegasian, pendelegasian dilakukan secara lisan atau verbal, dan
jarang ada evaluasi dari yang memberi delegasi ke perawat yang di beri
delegasi. Pemberi delegasi menyebutkan tugas yang akan di delegasikan,
waktu serta alasan melakukan pendelegasian.Hal tersebut terjadi karena
seringkali lupa dan sibuk dengan rencana harian yang lain sehingga tidak
sempat, ada juga yang mengatakan karena malas atau format dokumentasi
degasinya tidak di temukan atau habis sehingga tidak dilaksanakan
pendokumentasiannya. Dari hasil wawancara juga di dapatkan hasil bahwa
seluruh perawat berharap bisa melakukan pendelegasian sesuai dengan SOP
yang sudah tersedia.
3. Prinsip Pendelegasian
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, Katim Serta
Perawat pelaksana (PA) di wisma Drupada prinsip pendelegasian
menggunakan prinsip Kepala Ruang memberikan pendelegasian tugasnya
pada Katim, kemudian Katim memberikan pendelegasian tugasnya pada
perawat pelaksana dan perawat pelaksana memberikan pendelegasian
tugasnya pada sesama perawat pelaksana. Pendelegasian diberikan pada
perawat yang memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas tersebut, atau
berdasarkan pengalaman, skill, dan lama bekerja. Selama ini di ruangan
yang baru proses pendelegasian tugas dari dilakukan hanya secara verbal
saja, tidak ada pendokumentasian secara tertulis dari proses delegasi
tersebut. Perawat pelaksana mengatakan sebelu ruangannya di renovasi dan
di pindahkan sementara, semua proses delegasi selalu di dokumentasikan,
namun beberapa bulan ini hal tersebut tidak di laksanakan lagi karena

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 27


format dokumentasi habis dan tidak ada di ruangan. Pernyataan yang sama
juga di sampaikan oleh beberapa perawat pelaksana dan Katim.
4. Penetapan tugas yang akan didelegasikan
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang dan KATIM di wisma
Drupada tentang penetapan tugas sudah sangat jelas alur dari pendelegasian
dan lamanya waktu pendelegasian berdasarkan kebutuhan yang ada. Serta
tugas tersebut akan di berikan sesuai dengan kompetensi anggotanya. Pada
saat melakukan pendelegasian kepala ruang hanya memberikan tahukan
tugas tugas secara verbal dan selebihnya akan di sampaikan melalui pesan
Whats Up dan tidak ada dokumentasi secara tertulis dalam format
dokumentasi. Hal tersebut di sebabkan karena situasi yang mendadak yang
tidak memungkinkan untuk berangkat ke ruangan sehingga pendelegasian
tugas hanya dilakuakan melalui pesan pesan singkat WA.
5. Tugas terurai dengan jelas
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, KATIM, dan
perawat pelaksana dan observasi yang dilakukan di wisma Drupada
didapatkan hasil bahwa tugas pendelegasian dilakukan secara situasional,
misalkan ada keperluan mendadak sehingga tidak bisa melaksanakan tugas
jaga maka pendelegasian akan dilakukan secara strukutur misalkan dari
perawat PA ke perawat PA, disampaikan melalui telephone atau pesan
singkat. Tidak ada orientasi terhadap tugas yang di terima oleh penerima
delegasi. Tugas yang akan di delegasikan tidak di tulis dalam dokumentasi
pendelegasian sehingga tidak di temukan uraian gugas yang akan
dilaksanakan.

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 28


e. Manajemen Konflik
1. Konflik yang sering terjadi
Hasil pengkajian dengan metode wawancara kepada kepala ruang,
KATIM serta perawat pelaksana didapatkan hasil bahwa di Wisma
Drupada belum pernah terjadi konflik yang besar baik itu konflik internal
maupun eksternal. Konflik yang terjadi di Wisma Drupada hanya konflik
intra personal dan bukan suatu konflik yang besar. Konflik yang sering
terjadi adalah permasalahan perubahan jadwal dinas yang dibuat jika ada
anggota yang sakit atau tidak masuk.
2. Cara penyelesaian konflik
Berdasarkan hasil dari wawancara kepada kepala ruang didapatkan
hasil bahwa dalam menyelesaikan konflik yang terjadi dilakukan
musyawarah antar perwat secara bersama yaitu diskusi antara kepala ruang
dengan KATIM dan perawat pelaksana dalam pengambilan keputusan agar
mendapat hasil diskusi yang adil.

f. Kolaborasi dan Koordinasi


1. Alur koordinasi
Berdasarkan hasil wawancara dari kepala ruang bahwa alur
koordinasi dari ruang Drupada yang diterapkan adalah kerja tim yang sudah
berjalan dengan optimal dan terorganisasi. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan dengan Katim didapatkan hasil bahwa dalam alur koordinasi
mengalami beberapa kesulitan seperti kesulitan koordinasi jika obat pasien
habis, perawat kesulitan mengkoordinasikan dengan dokter penanggung
jawab pasien karena jam kunjung dokter yang tidak terjadwal.
2. Jadwal pertemuan berkala
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan hasil
bahwa, terdapat jadwal untuk pertemuan semua perawat atau anggota tim
Drupada melalui rapat dan pertemuan berkala yang sudah terjadwal dan
dilakukan sebulan sekali secara bersama-sama dan dihadiri oleh seluruh staff
dan perawat di wisma Drupada. Hal tersenut sudah berlangsung lama dan
sudah menjadi agenda rutin ruangan untuk melakuakan evaluasi terkait
menejemen ataupun proses pelaksanan asuhan keperawatan serta dalam
upaya mendukung usaha peningkatan mutu pelayanan.

Praktik Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners 25 UNW 29

Anda mungkin juga menyukai