Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DAN PRINSIP TEKNIK STERIL DI KAMAR BEDAH

Disusun Oleh Kelompok 5

ADE IRA CAHYANTI 14202001

DENI KURNIAWAN 14202006

ENI SETYARINI 14202010

RAHMAT DERI YADI 14202028

RAIHAN HARDIANSYAH 14202030

WIWIN INDRIANI 14202038

POLITEHNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PRODI D IV KEPERAWATAN

TAHUN 2017
A. PENGERTIAN STERILISASI ALAT KESEHATAN
Sterilisasi, adalah suatu proses mematikan segala bentuk kehidupan mikro
organisme yang ada dalam sample/contoh, peralatan-peralatan atau lingkungan
tertentu. Dalam bidang bakteriologi, kata sterilisasi sering dipakai untuk
menggambarkan langkah yang diambil agar mencapai tujuan meniadakan atau
mematikan semua bentuk kehidupan mikroorganisme.
Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit 31 / 50. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan
semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi.

B. PERSYARATAN MENSTERILKAN ALAT KESEHATAN


1. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara fisik dengan
pemanasan pada suhu ± 121° C selama 30 menit atau pada suhu 134° C selam 13
menit dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi yang digunakan.
2. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah lingkungan.
3. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai prosedur
sterilisasi yang aman.
4. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi harus bebas dari
mikroorganisme hidup.

C. TATA LAKSANA DALAM STERILISASI


A. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan disinfeksi dan disterilisasi
sampai aman untuk dipakai pada operasi berikutnya.
B. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi harus melalui persiapan,
meliputi :
a. Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai. Yaitu: Penataan – Pengemasan –
Pelabelan – Sterilisasi
b. Persiapan sterilisasi instrumen baru : Penataan dilengkapi dengan sarana pengikat
(bila diperlukan) - Pelabelan – Sterilisasi
c. Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama : Disinfeksi – Pencucian
(dekontaminasi) – Pengeringan (pelipatan bila perlu) - Penataan – Pelabelan –
Sterilisasi.

C. Indikasi kuat untuk tindakan disinfeksi/sterilisasi :


a. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang dimasukkan ke
dalam jaringan tubuh, sistem vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu
dalam keadaan steril sebelum digunakan.
b. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopi, pipa
endotracheal harus disterilkan/ didisinfeksi dahulu sebelum digunakan.
c. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah atau
sekresi harus selalu dalam keadaan steril
sebelum dipergunakan.
d. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/didisinfeksi harus terlebih dahulu
dibersihkan secara seksama untuk menghilangkan
semua bahan organik (darah dan jaringan tubuh) dan sisa bahan linennya.
e. Sterilisasi (132° C selama 3 menit pada gravity displacement steam sterilizer)
tidak dianjurkan untuk implant.
f. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena dibersihkan, disterilkan atau
didisinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh
karena itu, hindari proses ulang yang dapat mengakibatkan keadan toxin atau
mengganggu keamanan dan efektivitas pekerjaan.
g. Jangan menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya yang tidak tahan terhadap
sterilisasi, karena akan mengakibatkan
kerusakan seperti kemasannya rusak atau berlubang, bahannya mudah sobek,
basah, dan sebagainya.
h. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat
(lemari) khusus setelah dikemas steril pada ruangan : Dengan suhu 18° C – 22° C
dan kelembaban 35% - 75%, ventilasi menggunakan sistem tekanan positif
dengan efisiensi partikular antara 90%-95% (untuk partikular 0,5 mikron),
dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah dibersihkan.
Dan barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm – 24 cm. Serta lantai minimum
43 cm dari langit-langit dan 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk
menghindari terjadinya penempelan
debu kemasan.
i. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan
petunjuk dari pabriknya dan harus dikalibrasi
minimal 1 kali satu tahun.
j. Peralatan operasi yang telah steril jalur masuk ke ruangan harus terpisah dengan
peralatan yang telah terpakai.
k. Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan peralatan medis
dilakukan sesuai permintaan dari kesatuan kerja
pelayanan medis dan penunjang medis.

D. TEHNIK-TEHNIK DALAM STERILISASI


1. Cara sterilisasi dengan pemanasan secara kering.
Pemanasan kering tersebut kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi.
Untuk mencapai efektivitas diperlukan pemanasan mencapai temperatur antara 160°C
s/d 180°C. Pada temperatur tersebut akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup
dan jaringan; hal tersebut disebabkan terjadinya auto oksidasi sehingga bakteri
pathogen dapat terbakar. Pada sistem pemanasan kering terdapat udara; hal mana
telah diketahui bahwa udara merupakan penghantar panas yang buruk sehingga
sterilisasi melalui pemanasan kering memerlukan waktu cukup lama, rata-rata waktu
yang diperlukan 45 menit. Pada temperatur 160°C memerlukan waktu 1 jam,
sedangkan pada temperatur 180°C memerlukan waktu 30 menit. Pada Cara
pemanasan kering tersebut secara rutin dipergunakan untuk mensterilisasikan
peralatan-peralatan pipet, tabung reaksi, stick swab, jarum operasi, jarum suntik,
syringe. Oleh karena temperatur tinggi sangat mempengaruhi ketajaman jarum atau
gunting maka hindarilah tindakan sterilisasi dengan Cara panas kering terhadap jarum
dan gunting.

2. Cara sterilisasi dengan radiasi.


Dalam mikro biologi radiasi gelombang cahaya yang banyak digunakan adalah
pancaran cahaya ultraviolet, gamma atau sinar X dan cahaya matahari. cahaya
matahari banyak mengandung cahaya ultraviolet, sehingga secara langsung dapat
dipakai untuk proses sterilisasi; hal tersebut telah lama diketahui orang. cahaya
ultraviolet bisa diperoleh dengan menggunakan katoda panas (emisi termis) yaitu ke
dalam tabung katoda bertekanan rendah diisi dengan uap air raksa; panjang
gelombang yang dihasilkan dalam proses tersebut biasanya dalam orde 2.500 s/d
2.600 Angstrom. Lampu merkuri yang banyak terpasang di jalan-jalan sesungguhnya
banyak mengandung cahaya ultraviolet. Namun cahaya ultraviolet yang dihasilkan itu
banyak diserap oleh tabung gelas yang dilaluinya, sehingga dalam proses sterilisasi
hendaknya memperhatikan dosis ultraviolet.
Cahaya ultraviolet yang diserap oleh sel organisme yang hidup, khususnya oleh
nukleotida maka elektron-elektron dan molekul sel hidup akan mendapat tambahan
energi. Tambahan energi tersebut kadang-kadang cukup kuat untuk mengganggu
bahkan merusak ikatan intramolekuler, seperti ikatan atom hidrogen dalam DNA.
Perubahan intramolekuler tersebut menyebabkan kematian pada sel-sel tersebut.
Beberapa plasma sangat peka terhadap cahaya ultraviolet sehingga mudah menjadi
rusak. Cahaya gamma mempunyai tenaga yang lebih besar dan pada cahaya
ultraviolet dan merupakan pancaran pengion. Interaksi antara cahaya gamaa dengan
materi biologis sangat tinggi sehingga mampu memukul elektron pada kulit atom
sehingga menghasilkan pasangan ion (pair production). Cairan sel baik intraselluler
maupun ekstraselluler akan terionisasi sehingga menyebabkan kerusakan dan
kematian pada mikro organisme tersebut. Sterilisasi dengan penyinaran cahaya
gamma berdaya tinggi dipergunakan untuk objek-objek yang tertutup plastik (stick
untuk swab, jarum suntik). Untuk makanan maupun obat-obatan tidak boleh
menggunakan cahaya gamma untuk sterilisasi oleh karena akan terjadi perubahan
struktur kimia pada makanan maupun obat-obatan tersebut.

3. Cara sterilisasi dengan pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan (auto clave)
Benda yang akan disuci hamakan diletakkan di atas lempengan saringan dan
tidak langsung mengenai air di bawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air mendidih
(diperkirakan pada suhu 100°C), pada tekanan 15 lb temperatur mencapai 121°C.
Organisme yang tidak berspora dapat dimatikan dalam tempo 10 menit saja. Banyak
jenis spora hanya dapat mati dengan pemanasan 100°C selama 30 menit tetapi ada
beberapa jenis spora dapat bertahan pada temperatur tersebut selama beberapa jam.
Spora-spora yang dapat bertahan selama 10 jam pada temperatur 100°C dapat
dimatikan hanya dalam waktu 30 menit apabila air yang mendidih tersebut ditambah
dengan natrium carbonat (Na2 CO3).

4. Cara sterilisasi dengan pemanasan secara intermittent/terputus-putus.


John Tyndall (1877) memperoleh dari hasil penelitiannya bahwa pada
temperatur didih (100°C) selama 1 jam tidak dapat mematikan semua
mikroorganisme tetapi apabila air dididihkan berulang-ulang sampai lima kali dan
setiap air mendidih istirahat berlangsung 1 menit akan sangat berhasil untuk
mematikan kuman. Hal tersebut dapat dimengerti oleh karena dengan pemanasan
intermittent lingkaran hidup pembentukan spora dapat diputuskan.

5. Cara-cara sterilisasi dengan incineration (pembakaran langsung).


Cara ini dilakukan pada peralatan-peralatan platina, khrome yang akan disteril
dapat dilakukan melalui pembakaran • secara langsung pada nyala lampu bunzen
hingga mencapai inerah padam. Hanya saja dalam proses pembakaran langsung
tersebut peralatan-peralatan tersebut lama kelamaan menjadi rusak. Keurtungannya:
mikroorganisme akan hancur semuanya.

6. Cara-cara sterilisasi dengan filtrasi (filtration).


Cara filtrasi berbeda dengan cara pemanasan. Sterilisasi dengan Cara
pemanasan dapat mematikan mikroorganisme tetapi mikroorganisme yang mati tetap
berada pada material tersebut, sedangkan sterilisasi dengan Cara filtrasi
mikroorganisme tetap hidur hanya dipisahkan dari material. Bahan filter/filtrasi
adalah scjenis porselin yang berpori yang dibuat khusus dari masing-masing pabrik.
Beberapa jenis filter yang biasa digunakan adalah : Filter Berkefeld V., Filter Coarse
N, M dan W, Filter Fine, Filter Chamberland, Filter Seitz, Filter Sintered glass. Cara
filtrasi tersebut hanya dipakai untuk sterilisasi larutan gula, cairan lainnya seperti
serum atau sterilisasi hasil produksi mikroorganisme seperti enzym dan exotoxin dan
untuk memisahkan fitrable virus dan bakteria dan organisme lainnya.

E. PELAKSANAAN STERILISASI ALAT


A. Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Karet ( Hand Schoen)

Hand schoen atau Sarung tangan dapat disterilkan dengan uap formalin atau
dengan otoklaf. Sebelum sarung tangan disterilkan, terlebih dahulu harus dibersihkan
dengan jalan mencuci dengan air dan sabun. Bila hendak memakai uap formalin,
sarung tangan yang telah siap, dimasukkan kedalam tromol atau stoples, lalu
dimasukkan beebrapa tablet formalin. Sarung tangan baru suci hama (steril) setelah
terkena uap formalin paling sedikit 24 jam. Sebaiknya disediakan beberapa buah
stoples atau tromol agar selalu ada sarung tengan yang steril. Sarung tangan dapat
pula dimasukkan ke dalam otoklaf untuk disterilkan.
B. Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Logam

Alat yang terbuat dari logam sebelum disteril dicuci terlebih dahulu.
Perbiasakan segera mencuci alat-alat begitu selesai memakainya, agar kotoran yang
melengket mudah dibersihkan. Alat-alat logam seperti jarum suntik, pinset, gunting,
jarum oprasi, scapel blede maupun tabung reaksi mula-mula dibersihkan terlebih
dahulu kemudian dibungkus dengan kain gaas. Setelah itu menggunakan metode
pemanasan secara kering, agar suhu mencapai 160oC, jarak waktu mencapai 1-2 jam,
kemudian didiamkan agar suhu turun perlahan-lahan.

C. Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Kaca

Sterilisasi bahan baku kaca sama dengan sterilisasi logam yaitu dengan
menggunakan pemanasan kering, selain itu bahan baku kaca juga sering disterilisasi
dengan menggunakan metode radiasi karena bahan baku kaca banyak menyerap
bahan kaca sehingga sterilisasi dengan radiasi sangat efektive, pelaksanaanya yaitu
alat bahan baku kaca dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang melekat kemudian
keringkan dengan udara setelah kering alat bahan baku kaca dimasukan ketempat
elektronik yaitu dengan katoda panas (emisi termis) yang mengeluarkan sinar
ultraviolet kemudian sinari kaca tersebut dengan sinar ultraviolet dengan kekuatan
kurang lebih 2500 s/d 2600 angstrom sehingga spora dan bakteri yang melekat pada
alat tersebut dapat terbakar.

D. Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Kain Atau Media Kultur ( Kain Doek)

Media kultur yang akan disteril, terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran,
kemudian kain resebut dibungkus dengan kertas agar setelah steril dan dikeluarkan
dari alat sterilisator tidak terkontaminasi dengan kuman maupun bakteri lagi.
Demikian pula kain doek tersebut dibersihkan terlebih dahulu, setelah dibersihkan
bungkus dengan plastik terlebih dahulu sebelum sterilisasi, metode sterilisasi yang
akan dilakukan menggunakan metode pemanasan dengan uap air dan juga
dipengaruhi dengan tekanan (autoclave). Metode sterilisasi denga menggunakan
autoclave ini yaitu dengan adanya pertukaran anatara oksigen dan carbon dioxida.
E. Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Plastik

Bahan baku plastik misalnya mayo apabila disterilkan sebaiknya jangan


menggunakan metode pemanasan, oleh karna itu maka akan merubah bentuk dari
plastik tersebut. Untuk mensucikan alat dari bahan baku plastik sebaiknya mula-mula
bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan detergen, kemudian keringkan,
setelah itu rendam dalam larutan alkohol setelah itu cuci denga aquades lalu rendam
dalam larutan antiseptik.

F. PERAWATAN ALAT-ALAT

1. Perawatan Alat Dari Bahan Baku Logam Yang Sudah Disterilkan

Alat-alat yang terbuat dari logam misalnya besi, tembaga maupun alumunium
sering terjadi karatan. Untuk menghindari terjadinya hal demikian maka alat-alat
tersebut harus disimpan pada tempat yang mempunyai temperatur tinggi (sekitar
37oC) dan lingkungan yang kering kalau perlu memakai bahan silikon sebagai
penyerap uap air, sebelum alat tersebut disimpan maka alat tersebut harus bebas dari
kotoran debu maupun air yang melekat, kemudian olesi dengan olie atau parafin.

2. Perawatan Alat Dari Bahan Baku Kaca Setelah Disteril

Bahan baku kaca banyak dipakai dalam laboratorium medis. Ada beberapa
keuntungan dan kelemahan dari bahan baku kaca tersebut.

Keuntungan: Bahan baku kaca tahan terhadap reaksi kimia, terutama bahan gelas
pyrex, tahan terhadap perubahan temperatur yang mendadak, koefisien muai yang
kecil dan tembus cahaya yang besar. Kelemahan:Mudah pecah terhadap tekanan
mekanik, dan mudah tumbuh jamur sehingga menggagu daya tembus sinar, kadang-
kadang dengan menggunakan kain katun untuk membersihkan saja timbul goresan.
Dengan memeperhatikan keuntungan dan kelemahan dari bahan gelas, maka dalam
segi perawatan maupun memperlakukan alat-alat gelas harus memperhatikan:

a. Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27oC-37oC dan beri tambahan
lampu 25 watt

b. Ruangan tempat penyimpana diberi bahan silikon sebagai zat higroskopis.


c. Gunakan alkohol, aceton, kapas, sikat halus dan pompa angin untuk
membersihakan debu dari permukaan kaca. Usahakan pada waktu membersihkan
lensa jangan sampai merusak lapisan lensa.

d. Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknaya ditempatkan diatas kawat


kasa, atau boleh melakukan pemanasan asal bahan baku dari pyrex.

e. Gelas yang direbus hendaknya jangan dimasukkan langsung kedalam air yang
sedang mendidih melainkan gelas dimasukkan ke dalam air dingin kemudian
dipanaskan secara perlahan-lahan. Sebaiknya untuk pendinginan mendadak tidak
diperkenankan.

f. Membersihkan kotoran dari kaca sebaiknya segera setelah dipakai dapat


menggunakan:

1) Air bersih

2) Detergen: menghilangkan efek lemak dan tidak membawa efek lemak

3) Larutan

· kalium dichromat : 10 gram

· Asam belerang : 25 ml.

· Aquades : 75 ml.

3. Perawatan Alat Dari Bahan Baku Karet

Sarung tangan dari karet mudah meleleh atau lengket apabila disimpan terlalu
lama. Untuk menghindari kerusakan dari bahan baku karet, sebelum melakukan
penyimpanan mula-mula bersihkan kotoran darah atau cairan obat dengan cara
mencuci dengan sabun kemudian dikeringkan dengan menjemur dibawa sinar
matahariatau hembusan udara hangat. Setelah itu taburi tal pada seluruh permukaan
karet.
DAFTAR PUSTAKA

Scoville’s : The Art of Compounding, Glenn L. Jenkins et.all., 1957, New York : MC-

Graw Hill Book Companies.

Pharmaceutical Technology, Eugene L. Parrott, 1974, Minneapolis : Burgess Publishing

Company.

Teori dan Praktek Farmasi Industri (terjemahan), Leon Lachmann et.all., 1998, jakarta :

UI-Press.

Remington’s Pharmaceutical Sciences 18 th Edition, A.R. Gennaro, 1990, Pennsylvania :

Mack Publishing Company.

Parenteral Manual Technology, Michael J. groves, 1988, USA : Interpharm Press Inc.

Validation of Pharmaceutical Processes (electronic version), James Agalloco, 2008,

USA : Informa Healthcare Inc.

Anda mungkin juga menyukai