PRODI D IV KEPERAWATAN
TAHUN 2017
A. PENGERTIAN STERILISASI ALAT KESEHATAN
Sterilisasi, adalah suatu proses mematikan segala bentuk kehidupan mikro
organisme yang ada dalam sample/contoh, peralatan-peralatan atau lingkungan
tertentu. Dalam bidang bakteriologi, kata sterilisasi sering dipakai untuk
menggambarkan langkah yang diambil agar mencapai tujuan meniadakan atau
mematikan semua bentuk kehidupan mikroorganisme.
Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit 31 / 50. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan
semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi.
3. Cara sterilisasi dengan pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan (auto clave)
Benda yang akan disuci hamakan diletakkan di atas lempengan saringan dan
tidak langsung mengenai air di bawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air mendidih
(diperkirakan pada suhu 100°C), pada tekanan 15 lb temperatur mencapai 121°C.
Organisme yang tidak berspora dapat dimatikan dalam tempo 10 menit saja. Banyak
jenis spora hanya dapat mati dengan pemanasan 100°C selama 30 menit tetapi ada
beberapa jenis spora dapat bertahan pada temperatur tersebut selama beberapa jam.
Spora-spora yang dapat bertahan selama 10 jam pada temperatur 100°C dapat
dimatikan hanya dalam waktu 30 menit apabila air yang mendidih tersebut ditambah
dengan natrium carbonat (Na2 CO3).
Hand schoen atau Sarung tangan dapat disterilkan dengan uap formalin atau
dengan otoklaf. Sebelum sarung tangan disterilkan, terlebih dahulu harus dibersihkan
dengan jalan mencuci dengan air dan sabun. Bila hendak memakai uap formalin,
sarung tangan yang telah siap, dimasukkan kedalam tromol atau stoples, lalu
dimasukkan beebrapa tablet formalin. Sarung tangan baru suci hama (steril) setelah
terkena uap formalin paling sedikit 24 jam. Sebaiknya disediakan beberapa buah
stoples atau tromol agar selalu ada sarung tengan yang steril. Sarung tangan dapat
pula dimasukkan ke dalam otoklaf untuk disterilkan.
B. Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Logam
Alat yang terbuat dari logam sebelum disteril dicuci terlebih dahulu.
Perbiasakan segera mencuci alat-alat begitu selesai memakainya, agar kotoran yang
melengket mudah dibersihkan. Alat-alat logam seperti jarum suntik, pinset, gunting,
jarum oprasi, scapel blede maupun tabung reaksi mula-mula dibersihkan terlebih
dahulu kemudian dibungkus dengan kain gaas. Setelah itu menggunakan metode
pemanasan secara kering, agar suhu mencapai 160oC, jarak waktu mencapai 1-2 jam,
kemudian didiamkan agar suhu turun perlahan-lahan.
Sterilisasi bahan baku kaca sama dengan sterilisasi logam yaitu dengan
menggunakan pemanasan kering, selain itu bahan baku kaca juga sering disterilisasi
dengan menggunakan metode radiasi karena bahan baku kaca banyak menyerap
bahan kaca sehingga sterilisasi dengan radiasi sangat efektive, pelaksanaanya yaitu
alat bahan baku kaca dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang melekat kemudian
keringkan dengan udara setelah kering alat bahan baku kaca dimasukan ketempat
elektronik yaitu dengan katoda panas (emisi termis) yang mengeluarkan sinar
ultraviolet kemudian sinari kaca tersebut dengan sinar ultraviolet dengan kekuatan
kurang lebih 2500 s/d 2600 angstrom sehingga spora dan bakteri yang melekat pada
alat tersebut dapat terbakar.
D. Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Kain Atau Media Kultur ( Kain Doek)
Media kultur yang akan disteril, terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran,
kemudian kain resebut dibungkus dengan kertas agar setelah steril dan dikeluarkan
dari alat sterilisator tidak terkontaminasi dengan kuman maupun bakteri lagi.
Demikian pula kain doek tersebut dibersihkan terlebih dahulu, setelah dibersihkan
bungkus dengan plastik terlebih dahulu sebelum sterilisasi, metode sterilisasi yang
akan dilakukan menggunakan metode pemanasan dengan uap air dan juga
dipengaruhi dengan tekanan (autoclave). Metode sterilisasi denga menggunakan
autoclave ini yaitu dengan adanya pertukaran anatara oksigen dan carbon dioxida.
E. Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Plastik
F. PERAWATAN ALAT-ALAT
Alat-alat yang terbuat dari logam misalnya besi, tembaga maupun alumunium
sering terjadi karatan. Untuk menghindari terjadinya hal demikian maka alat-alat
tersebut harus disimpan pada tempat yang mempunyai temperatur tinggi (sekitar
37oC) dan lingkungan yang kering kalau perlu memakai bahan silikon sebagai
penyerap uap air, sebelum alat tersebut disimpan maka alat tersebut harus bebas dari
kotoran debu maupun air yang melekat, kemudian olesi dengan olie atau parafin.
Bahan baku kaca banyak dipakai dalam laboratorium medis. Ada beberapa
keuntungan dan kelemahan dari bahan baku kaca tersebut.
Keuntungan: Bahan baku kaca tahan terhadap reaksi kimia, terutama bahan gelas
pyrex, tahan terhadap perubahan temperatur yang mendadak, koefisien muai yang
kecil dan tembus cahaya yang besar. Kelemahan:Mudah pecah terhadap tekanan
mekanik, dan mudah tumbuh jamur sehingga menggagu daya tembus sinar, kadang-
kadang dengan menggunakan kain katun untuk membersihkan saja timbul goresan.
Dengan memeperhatikan keuntungan dan kelemahan dari bahan gelas, maka dalam
segi perawatan maupun memperlakukan alat-alat gelas harus memperhatikan:
a. Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27oC-37oC dan beri tambahan
lampu 25 watt
e. Gelas yang direbus hendaknya jangan dimasukkan langsung kedalam air yang
sedang mendidih melainkan gelas dimasukkan ke dalam air dingin kemudian
dipanaskan secara perlahan-lahan. Sebaiknya untuk pendinginan mendadak tidak
diperkenankan.
1) Air bersih
3) Larutan
· Aquades : 75 ml.
Sarung tangan dari karet mudah meleleh atau lengket apabila disimpan terlalu
lama. Untuk menghindari kerusakan dari bahan baku karet, sebelum melakukan
penyimpanan mula-mula bersihkan kotoran darah atau cairan obat dengan cara
mencuci dengan sabun kemudian dikeringkan dengan menjemur dibawa sinar
matahariatau hembusan udara hangat. Setelah itu taburi tal pada seluruh permukaan
karet.
DAFTAR PUSTAKA
Scoville’s : The Art of Compounding, Glenn L. Jenkins et.all., 1957, New York : MC-
Company.
Teori dan Praktek Farmasi Industri (terjemahan), Leon Lachmann et.all., 1998, jakarta :
UI-Press.
Parenteral Manual Technology, Michael J. groves, 1988, USA : Interpharm Press Inc.