Anda di halaman 1dari 35

Pengertian diabetes dan diit

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar

glukosa darah melebihi normal. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat

penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal

(non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan

dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut

akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik. Gejala bagi penderita

diabetes mellitus adalah dengan keluhan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak

makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan

berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa

≥126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (Badawi, 2009).

2. Etiologi Diabetes Mellitus

Etiologi terjadinya diabetes mellitus sampai saat ini masih belum jelas, akan

tetapi diperkirakan menjurus ke suatu sebab yang multifaktorial. Artinya ada penyakit

diabetes mellitus dapat terjadi karena kekurangan insulin yang disebabkan oleh

banyak keadaan-keadaan, antara lain : jumlah insulin yang dihasilkan pankreas

menurun, jumlah insulin yang dihasilkan cukup tetapi kebutuhan insulin meningkat

atau resistensi insulin (insulin tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya),

akibatnya kadar glukosa didalam darah menjadi tinggi sehingga timbullah diabetes

mellitus (Ranakusuma, 1987).


Penyakit diabetes mellitus biasanya muncul pada usia pertengahan dan usia

lanjut (berkisar 40-60 tahun), disini faktor hereditas (keturunan) memegang peranan

penting. Pada orang-orang yang memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes

mellitus dalam usia yang agak lanjut, kelebihan berat badan dapat merupakan faktor

resiko yang menambah peluang untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus,

(Sidartawan, 1998).

3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Di Indonesia ada dua jenis utama diabetes mellitus yang paling sering ditemui,

yaitu: diabetes mellitus tergantung insulin (tipe I) dan diabetes mellitus tidak

tergantung insulin (tipe II), (Leslie, 1991).

3.1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI/Tipe I)

Kebanyakan penderita diabetes mellitus tipe I mendapatkan penyakit ini pada

usia muda. Biasanya penderita diabetes mellitus yang termasuk dalam kelompok ini:

muda, kurus dan mendapatkan penyakitnya secara tiba-tiba. Produksi insulin oleh

pankreas sangat sedikit dan tidak mencukupi sehingga tergantung pada pemberian

insulin dari luar. Penyakit ini tidak dapat dikendalikan tanpa menggunakan insulin

sehingga setiap penderita harus disuntik insulin (Charles, 2002).

Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh penghancuran

total sel-sel penghasil pada pankreas. Kerusakan pada sel-sel penghasil insulin

disebabkan oleh peradangan. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan,

mungkin berupa virus yang menyerang seseorang yang mudah terkena karena

mempunyai pola gen tertentu disebut dengan gen human leucocyte antygent (HLA).

Kebanyakan orang dengan pola gen HLA ini hanya membuat mereka lebih mudah
terkena dibanding orang lain. Fungsi utama insulin itu sendiri dalam menurunkan

kadar glukosa secara alami yaitu dengan cara:

a. Meningkatkan jumlah gula yang disimpan didalam hati

b. Merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula

c. Mencegah hati mengeluarkan terlalu banyak gula.

Jika insulin berkurang, kadar gula didalam darah akan meningkat. Gula dalam

darah berasal dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati. Sebagian gula

disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk tenaga. Disinilah fungsi hormon insulin

sebagai “stabilizer” alami terhadap kadar glukosa dalam darah. Jika terjadi gangguan

sekresi (produksi) hormon insulin pada sel-sel darah maka potensi terjadinya diabetes

mellitus sangat besar sekali.

3.2 Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI/Tipe II)

Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin paling banyak menyerang orang

dewasa, walaupun diabetes mellitus tipe II juga dapat timbul pada usia berapa saja.

Pada diabetes mellitus tipe II sel-sel penghasil insulin tidak rusak, tetapi tidak

menghasilkan cukup insulin sehingga hati, otot serta lemak tidak bereaksi secara

normal terhadap insulin yang dihasilkan (Charles, 2010).

Pasien-pasien yang termasuk dalam kelompok ini biasanya memiliki berat

badan yang lebih dan memiliki riwayat adanya anggota keluarga lain yang juga

menderita penyakit diabetes mellitus. Pada pasien diabetes mellitus tipe II yang tidak

gemuk, kadar glukosa di dalam darahnya tinggi karena sel beta pankreasnya terlalu
sedikit membentuk insulin sehingga tidak dapat mempertahankan kadar glukosa

darah tetap dalam batas-batas normal.

Pasien diabetes mellitus tipe II yang gemuk masih menghasilkan relatif cukup

banyak insulin, tetapi masih tetap tidak mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan

kadar glukosa darahnya dalam batas-batas normal. Pada orang gemuk, insulin harus

bekerja keras untuk memasukkan glukosa kedalam sel-sel tubuh, karena pada darah

orang gemuk terdapat kadar glukosa yang tinggi, suatu saat akan menyebabkan

insulin tidak sanggup lagi untuk memasukkan glukosa tersebut kedalam sel-sel tubuh,

sehingga terjadilah resistensi insulin yang mengakibatkan timbulnya penyakit

diabetes mellitus.

3.3 Gejala-gejala dan Diagnosa Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus seringkali disebut sebagai The Great Imitato, karena

penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam

keluhan serta gejalanya bervariasi. Diabetes Mellitus dapat timbul dan menimbulkan

berbagai macam keluhan serta gejalanya bervariasi. Diabetes Mellitus dapat timbul

secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan

seperti minum menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan

yang menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan,

sampai kemudian ketika orang tersebut berobat ke dokter dan diperiksa kadar gula

darahnya, diketahui menderita diabetes mellitus. Terkadang pula gambaran klinisnya

tidak jelas dan baru diketahui menderita diabetes mellitus pada saat pemeriksaan

penyaring untuk penyakit lain. Dapat pula gejala diabetes mellitus timbul mendadak
tanpa melalui gejala-gejala umum seperti poliuria, polidipsia dan polifagia

(Syaifoellah, 1996).

Menurut Pusat Diabetes dan Nutrisi Sutomo (1994), gejala klinis khas seperti

poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan),

rasa lemas dan turunnya berat badan merupakan petunjuk yang penting dalam

mendiagnosa diabetes mellitus.

Hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian

mendiagnosa sebagai diabetes mellitus ialah keluhan-keluhan berikut:

- Keluhan kulit: gatal-gatal, bisul

- Kelainan ginekologis : keputihan

- Kesemutan: rasa gatal

- Kelemahan tubuh

- Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

- Infeksi saluran kemih

Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi didaerah genital ataupun

lipatan kulit seperti didaerah ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat

tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama

yang tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti: luka

lecet karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Pada wanita, keputihan

merupakan salah satu keluhan yang menyebabkan pasien datang kedokter ahli

kebidanan dan sesudah diperiksa ternyata diabetes mellitus yang menjadi latar

belakang keluhan tersebut. Juga dalam hal ini, jamur terutama Candida, merupakan

penyebab tersering timbulnya keluhan keputihan ini.


Rasa kebas dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, merupakan juga

keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-

laki terkadang timbul keluhan impotensi yang menyebabkan pasien tersebut dating

berobat kedokter. Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien dating berobat

kedokter ialah keluhan mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan

refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa oleh karena hiperglikemia

(Syaifoellah, 1996).

Untuk menetapkan diagnosis diabetes mellitus pada pasien dengan keluhan

khas (poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan) cukup dilakukan dengan

pemeriksaan kadar glukosa darah. Apabila kadar glukosa darah kapiler pada waktu

puasa > 120 mg/dl atau 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl setelah diberi beban

glukosa oral 75 gram, maka pasien tersebut dinyatakan menderita diabetes mellitus.

Mereka yang tidak mempunyai keluhan khas, tetapi menunjukkan hasil pemeriksaan

kadar gula darah > 200 mg/dl masih memerlukan pemeriksaan paling sedikit sekali

(Pusat Diabetes dan Nutrisi, 1994).

2.5. Faktor Resiko Penyebab Timbulnya Penyakit Diabetes Mellitus

2.5.1. Faktor Genetik

Menurut Wiyoto, dkk tahun 1978, faktor genetik dianggap memegang peranan

penting dalam terjadinya penyakit diabetes mellitus. Walaupun demikian bagaimana

peranan faktor genetik ini dan bagaimana faktor genetik ini diturunkan sampai

sekarang belum diketahui dengan jelas.

Peranan faktor genetik ini juga jelas pada kembar yang menderita diabetes

mellitus. Pada kembar yang monozygote insidensi agar keduanya menderita diabetes
mellitus berkisar anatara 45-90 %, sedangkan pada kembar yang dizygote insidensi

agar keduanya menderita diabetes mellitus berkisar antara 3-37 %.

Penelitian yang dilakukan oleh Nelson (1975) pada kembar monozygote

menunjukkan bahwa:

a. Diabetes Mellitus yang terjadi pada kembar monozygote yang dimulai sesudah

umur 45 tahun selalu concordant (keduanya menderita diabetes mellitus).

b. Diabetes Mellitus yang terjadi pada kembar monozygote yang mulai pada usia

muda, 50 % concordant (keduanya menderita diabetes mellitus) dan 50 %

discordant (salah seorang menderita diabetes mellitus).

Dari penelitian diatas jelaslah bahwa peranan faktor genetik pada diabetes

mellitus usia muda berlainan dengan diabetes mellitus pada usia lanjut. Orang usia

lanjut yang mempunyai saudara kandung penderita diabetes mellitus lebih mudah

untuk menderita diabetes mellitus.

3.5.2. Kurangnya Aktivitas Fisik

Menurut Leslie (1991), aktivitas fisik seperti pergerakan atau olahraga yang

dilakukan secara teratur adalah usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari

kegemukan atau obesitas, sehingga kemungkinan untuk menderita diabetes mellitus

semakin kecil.

Apabila kita berolahraga atau mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berat

kita memerlukan lebih banyak energi. Ini berarti bahwa kita perlu lebih banyak

glukosa yang kemudian diubah menjadi energi.

Dengan demikian untuk menghindari timbulnya diabetes mellitus karena

kadar glukosa darah meningkat akibat mengkonsumsi makanan yang berlebihan dapat
diimbangi dengan aktivitas fisik (pekerjaan) yang seimbang. Sehingga kadar glukosa

darah dapat normal kembali dan cara kerja insulin tidak terganggu.

2.5.3. Kehamilan

Kadang-kadang diabetes ditemukan pertama kali selama kehamilan, dan

kondisi ini dialami hanya sementara (sewaktu hamil) saja, dan kembali normal

sesudah hamil. Keadaan seperti ini disebut dengan istilah Diabetes Mellitus

Gestasional.

Diabetes Mellitus Gestasional adalah suatu intoleransi karbohidrat baik yang

ringan maupun yang berat yang terjadi atau pertama kali diketahui pada saat

kehamilan berlangsung (Sidartawan, 1998).

Hal tersebut bisa dikaitkan dengan keadaan seperti kehamilan, ibu-ibu yang

hamil secara lahiriah akan lebih banyak makan dari biasanya dengan tujuan

memberikan makanan yang cukup kepada janin dan akhirnya mereka menjadi gemuk.

Pada saat tubuh tidak dapat lagi mengolah gula yang beredar didalam darah, maka

timbullah diabetes mellitus (Brudnell, 1996).

2.5.4. Usia Lanjut

Dengan bertambahnya umur maka terjadilah gangguan pada fungsi pankreas

dan kerja dari insulin yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat.

Gangguan fungsi pankreas menyebabkan terjadinya sekresi insulin berkurang. Kerja

insulin yang berkurang akan menyebabkan terjaadinya resistensi insulin, sehingga

kadar glukosa dalam darah meningkat akibat terjadinya diabetes mellitus (Pusat

Diabetes dan Nutrisi, 1994).


2.5.5. Sosial Ekonomi

Perubahan pola penyakit di negara-negara berkembang khususnya di

Indonesia dianggap ada hubungannya dengan cara hidup yang berubah sesuai dengan

bertambahnya kemakmuran yang bercermin dalam pendapatan perkapita Indonesia

(Syaifoellah, 1996).

Beberapa penelitian menunjukkan dengan jelas suatu perubahan pada

prevalensi diabetes mellitus diantara kelompok sosial ekonomi yang berbeda. Pada

umumnya peningkatan prevalensi diabetes mellitus terjadi pada kelompok-kelompok

sosial ekonomi yang lebih tinggi pada negara-negara yang sedang berkembang

dibandingkan dengan kelompok-kelompok sosial yang lebih rendah. Perubahan

dalam gaya hidup, makanan, olahraga dan perpindahan ke kota dianggap mempunyai

kontribusi terhadap prevalensi diabetes mellitus yang lebih tinggi disuatu daerah.

2.6. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus

Perbedaan karakteristik paling mencolok dari seseorang dengan diabetes

mellitus tipe I atau tipe II adalah umur saat terjadinya penyakit ini. Umumnya

diabetes mellitus tipe I terjadi pada seseorang dengan usia dibawah 40 tahun bahkan

separuh dari pengidap penyakit ini didiagnosa pada saat mereka berumur kurang dari

20 tahun. Sebaliknya hampir sepuluh orang yang didiagnosa sebagai pengidap

diabetes mellitus tipe II diketahui setelah berumur diatas 30 tahun. Diabetes Mellitus

tipe II lebih sering terjadi pada individu dengan berat badan lebih dan obes (gemuk).

Obesitas merupakan pemicu terpenting penyebab diabetes mellitus tipe II. Kasus

diabetes mellitus tipe II lebih sering ditemukan pada wanita dengan riwayat

melahirkan bayi dengan berat badan diatas 4000 g, serta wanita yang pernah
didiagnosa sebagai diabetes pada waktu hamil (diabetes mellitus gestasional) dan

biasa terjadi pada usia 24 minggu masa kehamilan (Soewondo, 2006).

2.7. Pola Makan Pada Penderita Diabetes Mellitus

Pola makan adalah makanan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang seimbang adalah makanan yang

tidak mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan dikonsumsi sesuai dengan

kebutuhan (Ramadhan, 2008).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai suatu sistem,

cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian pola makan dapat

diartikan sebagai suatu cara untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis

makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,

mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan

pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya

(Depdiknas, 2001).

Pengaturan makan merupakan pilar utama dalam pengelolaan diabetes

mellitus, namun penderita diabetes mellitus sering memperoleh sumber informasi

yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut, seperti penderita tidak

lagi menikmati makanan kesukaan mereka. Sebenarnya anjuran makan pada penderita

diabetes mellitus sama dengan anjuran makan sehat umumnya yaitu makan menu

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing penderita diabetes

mellitus.
Pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus merupakan pengobatan yang

utama pada penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu mencakup pengaturan dalam:

2.7.1. Jumlah Makanan

Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes mellitus harus sesuai untuk

mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal. Komposisi

energi adalah 60-70 % dari karbohidrat, 10-15 % dari protein, 20–25 % dari lemak.

Makanlah aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat

pembangun serta zat pengatur.

a. Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan

protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya seperti: roti, mie, kentang

dan lain-lain.

b. Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral.

Makanan sumber zat pembangun seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, telur,

ikan, ayam, daging, susu, keju dan lain-lain.

c. Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanan

sumber zat pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan.

Ada beberapa jenis diet dan jumlah kalori untuk penderita diabetes mellitus

menurut kandungan energi, karbohidrat, protein dan lemak.


Table 2.1. Jenis Diet Diabetes Mellitus Menurut Kandungan Energi,
Karbohidrat, Protein dan Lemak
Jenis Diet Energi (kal) Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (g)
I 1100 172 43 30
II 1300 192 45 35
III 1500 235 51,5 36,5
IV 1700 275 55,5 36,5
V 1900 299 60 48
VI 2100 319 62 53
VII 2300 369 73 59
VIII 2500 396 80 62
Sumber: Almatsier, 2006

Keterangan:

- Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.

- Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa komplikasi.

- Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja

(juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.

2.7.2. Jenis Bahan Makanan

Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus harus makan

makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah

menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita

terutama penderita diabetes mellitus untuk mengetahui efek dari makanan pada

glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus

adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Hal

yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan

mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan

terlalu banyak makan makanan yang memperparah penyakit diabetes mellitus.


Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak

dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes mellitus yaitu:

a. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus

adalah:

1). Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong,

ubi dan sagu.

2). Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim,

tempe, tahu dan kacang-kacangan.

3). Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah

dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang,

dikukus, disetup, direbus dan dibakar.

b. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita

diabetes mellitus adalah:

1). Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup,

jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim,

kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis.

2). Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast-food),

goreng-gorengan.

3). Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan

yang diawetkan (Almatsier, 2006).

2.7.3. Interval Makan Penderita Diabetes Mellitus

Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar

gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan
bila berulang-ulang dalam jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan

komplikasi diabetes mellitus. Oleh karena itu makanlah sebelum lapar karena makan

disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil,

perlu pengaturan jadwal makan yang teratur. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar

yaitu makan pagi (20 %), siang (30 %), sore (25 %) serta 2-3 kali porsi kecil untuk

makanan selingan masing-masing (10-15 %).

Tabel 2.2. Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 1900 Kalori
Jenis Makanan Berat (gr) URT
Makan Pagi
Nasi/penukar 100 1 gls
Lauk hewani 50 1 ptg
Lauk nabati 25 ½ ptg
Sayuran A 100 1 gls
Buah 0 0 ptg
Minyak 10 1 sdm
Gula 0 0 sdm
Jam 10.00
Buah 100 1 ptg
Makan Siang
Nasi/penukar 200 1 ½ gls
Lauk hewani 50 1 ptg
Lauk nabati 50 1 ptg
Sayuran B 100 1 gls
Buah 100 1 ptg
Minyak 10 1 sdm
Gula 0 0 sdm
Jam 16.00
Buah 100 1 ptg
Makan Malam
Nasi/penukar 150 1 gls
Lauk hewani 50 1 ptg
Lauk nabati 25 ½ gls
Sayuran B 100 1 gls
Buah 100 1 ptg
Minyak 10 1 sdm
Gula 0 0 sdm
Sumber : Depkes RI, 2009
Keterangan:

- Gls : gelas

- Sdm : sendok makan

- Ptg : potong

- Sdg : sedang

Nilai Gizi :

- Energi : 1912 kkal

- Protein : 60 g (12,5 % energi total)

- Lemak : 48 g (22,5 % energi total

- Karbohidrat : 299 g (62,5 % energi total)

- Kolestrol : 303 mg

- Serat : 37 g

2.8. Daftar Bahan Makanan Penukar

Daftar bahan makanan penukar yang digunakan adalah bahan makanan

penukar II yaitu suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan

dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang yang

diberikan oleh rumah sakit. Setiap kelompok bahan makanan mempunyai nilai gizi

yang kurang lebih sama. Menurut (Arisman, 2002) bahan makanan dikelompokkan

menjadi 7 bagian yaitu:


a. Golongan 1 : Bahan Makanan Sumber Karbohidrat

1 Satuan Penukar = 175 kalori

4 gr protein

40 gr karbohidrat

Tabel 2.3. Makanan Penukar dari Sumber Karbohidrat


Bahan Makanan URT Berat (gr)
Nasi ½ gls 100
Nasi tim 1 gls 200
Bubur beras 2 gls 400
Nasi jagung ½ gls 100
Talas 1 bj bsr 200
Ubi 1 bj sdg 150
Roti putih 4 iris 80

b. Golongan 2 : Bahan Makanan Sumber Protein Hewani

1 Satuan Penukar = 95 kalori

10 gr protein

6 gr lemak

Tabel 2.4. Makanan Penukar dari Sumber Protein Hewani


Bahan Makanan URT Berat (gr)
Daging sapi 1 ptg sdg 50
Daging ayam 1 ptg sdg 50
Telur ayam 2 btr 60
Ikan segar 1 ptg sdg 50
Udang basah 0 gls 50
c. Golongan 3 : Bahan Makanan Sumber Protein Nabati

1 Satuan Penukar = 80 kalori

6 gr protein

3 gr lemak

8 gr karbohidrat

Tabel 2.5. Makanan Penukar dari Sumber Protein Nabati


Bahan Makanan URT Berat (gr)
Kacang hijau 20 sdm 25
Kacang kedele 20 sdm 25
Kacang merah 20 sdm 25
Oncom 2 ptg sdg 50
Tahu 1 bj bsr 100
Tempe 2 ptg sdg 50

d. Golongan 4 : Sayuran

1. Sayuran A

Bebas dimakan, kandungan kalori dapat diabaikan, sumbernya dari gambas

(oyong), jamur kuping sedang, ketimun, jamur segar, lobak, selada dan

tomat.

2. Sayuran B

1 Satuan Penukar ± 1 gls

(100 gr) = 25 kalori

1 gr protein

5 gr karbohidrat
Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam, labu siam, bit, buncis, brokoli,

genjer, jagung muda, kol, wortel, sawi, toge kacang hijau, terong, kangkung,

kacang panjang, pare, rebung, papaya muda.

3. Sayuran C

1 Satuan Penukar ± 1 gls

(100 gr) = 50 kalori

3 gr protein

10 gr karbohidrat

Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam merah, daun katuk, daun

melinjo, daun papaya, daun singkong, toge kacang kedele, daun talas,

melinjo, nangka muda.

e. Golongan 5 : Buah-buahan

1 Satuan Penukar = 40 kalori

10 gr karbohidrat

Tabel 2.6. Makanan Penukar dari Sumber Buah-buahan


Bahan Makanan URT Berat (gr)
Alpukat 1 bh bsr 50
Apel 1 bh bsr 75
Belimbing 1 bh bsr 125
Duku 15 bh 75
Jambu air 2 bh sdg 100
Jambu biji 1 bh sdg 100
Jeruk manis 1 bh bsr 100
Mangga 1 bh sdg 50
Nanas 1/6 bh sdg 75
Papaya 1 ptg sdg 100
Pir 1 bh 100
Pisang ambon 1 bh sdg 75
Pisang raja 2 bh kcl 50
Semangka 1 ptg sdg 150
f. Golongan 6 : Susu

1 Satuan Penukar = 110 kalori

7 gr protein

9 gr karbohidrat

7 gr lemak

Tabel 2.7. Makanan Penukar dari Sumber Susu


Bahan Makanan URT Berat (gr)
Susu sapi 1 gls 200
Susu kambing 1 gls 150
Susu kental manis 1 gls 100
Tepung susu skim 4 sdm 20
Yoghurt 1 gls 200

g. Golongan 7 : Minyak

1 Satuan Penukar = 45 kalori

5 gr lemak

Tabel 2.8. Makanan Penukar dari Sumber Minyak


Bahan Makanan URT Berat (gr)
Minyak goring 1 sdm 5
Minyak ikan 1 sdm 5
Margarin 1 sdm 5
Kelapa 1 ptg kcl 30
Kelapa parut 5 sdm 30
Lemak sapi 1 ptg kcl 5
Keterangan :

Bh = buah Bj
Gr = gram
= biji Btg =
Kcl = kecil
batang Btr =
Ptg = potong
butir Bsr =
Sdg = sedang
besar
Sdm = sendok makan
Gls = gelas (240 ml)
Sdt = sendok teh
2.9. Standar Jenis Diet Untuk Penderita Diabetes Mellitus

Standar jenis diet pada penderita diabetes mellitus yang rawat inap ada dua

jenis yaitu:

- Jenis diet diabetes mellitus IV (1700 kalori)

Kandungan energi dari jenis diet diabetes mellitus IV adalah 1700 kalori dan

jumlah kandungan zat gizi karbohidrat 275 gram, protein 55,5 gram dan

lemak 36,5 gram.

- Jenis diet diabetes mellitus V (1900 kalori)

Kandungan energi dari jenis diet diabetes mellitus V adalah 1900 kalori dan

jumlah kandungan zat gizi karbohidrat 299 gram, protein 60 gram dan lemak

48 gram.
2.10 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam analisis pemberian diet diabetes mellitus pada pasien

rawat inap di Rumah Sakit Umum Rantau Prapat yaitu:

Karakteristik Pemberian Diet


penderita diabetes Diabetes Mellitus di Standar jenis diet
mellitus : RSU Rantau Prapat: diabetes mellitus
rawat inap :
- Umur - Jenis diet
- Jenis Kelamin - Kecukupan zat - Jenis Diet DM IV
gizi
- IMT
(energi, (1700 kalori)
- Pekerjaan

Dalam kerangka konsep di atas dapat diketahui karakteristik penderita diabetes

mellitus (umur, jenis kelamin, IMT, pekerjaan) dan pemberian diet diabetes mellitus

di Rumah Sakit Umum Rantau Prapat (jenis diet dan kecukupan zat gizi berupa

energi, karbohidrat, protein dan lemak) sesuai atau tidak dengan standar jenis diet

yang seharusnya meliputi jenis diet DM IV (1700 kalori) dan jenis diet DM V (1900

kalori) pada penderita diabetes mellitus yang rawat inap di Rumah Sakit Umum

Rantau Prapat.

Anda mungkin juga menyukai