Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan keseimbangan dapat melemahkan dan berujung pada kecelakaan seperti
jatuh. Sistem Vestibulum di telinga dalam merupakan kontributor penting untuk
pengaturan keseimbangan. Gangguan vestibular secara signifikan meningkatkan
kecendrungan untuk jatuh, yang mematikan dan meningkatkan biaya kesehatan yang
mempengaruhi orang tua. Dari tahun 2001 hingga tahun 2004, 35,4% orang tua di Amerika
1
Serikat berumur 40 tahun ke atas memiliki gangguan keseimbangan. Gangguan
keseimbangan dapat disebabkan oleh beberapa kondisi kesehatan tertentu, obat – obatan
atau gangguan pada telinga dalam. Gangguan keseimbangan sangat berpengaruh pada
kegiatan sehari – hari dan menyebabkan masalah psikologis dan emosional. 2
Benign
Paroxysmal Possitio Vertigo (BPPV) adalah kelainan paling umum pada sistem vestibular
telinga bagian dalam, yang merupakan Bagian vital dalam menjaga keseimbangan.3(medscpae)
4
Dalam suatu studi di Amerika, didapatkan prevalensi BPPV sebanyak 64 per 100.000.
BPPV dapat terjadi mulai dari masa kanak-kanak sampai tua. BPPV dapat mempengaruhi
kualitas hidup pasien lansia dan terkait dengan berkurangnya aktivitas kehidupan sehari-
hari, jatuh, dan depresi. Pasien dengan BPPV mengalami keterlambatan dalam diagnosis
dan pengobatan, penundaan rata-rata 92 minggu, dan seringkali tidak ditangani dengan
tepat Obat penekan vestibular.5 Oleh karena itu, penting untuk mengenal patofisiologi,
gejala klinis, cara diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis dari BPPV.
1.2 Rumusan Masalah
Referat ini membahas tentang patofisiologi, gejala klinis, cara diagnosis, tatalaksana,
komplikasi, dan prognosis dari BPPV.
1.3 Metode Penulisan
Disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai literalur.
1.4 Tujuan
Untuk mengenali patofisiologi, gejala klinis, cara diagnosis, tatalaksana, komplikasi,
dan prognosis dari BPPV.
1.5 Manfaat

1
Agrawal at al,2017
2
NIDCD, 2015
Meningkatkan pemahaman mengenai patofisiologi, gejala klinis, cara diagnosis,
tatalaksana, komplikasi, dan prognosis dari BPPV.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi BPPV ( Benign Paroxysmal Positional Vertigo)


BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo) adalah kelainan tersering yang timbul
pada sistem vestibular di telinga dalam, yang merupakan bagian vital dalam
mempertahankan keseimbangan. BPPV disebut benign, yang berarti tidak mengancam jiwa
ataupun berjalan secara progresif. BPPV menghasilkan rasa berputar yang disebut Vertigo
yang paroxysmal dan positional, artinya penyakit ini muncul tiba – tiba dengan adanya
perubahan posisi kepala. 3

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Vestibular

Vestibulum memonitor pergerakan dan posisi kepala dengan mendeteksi akselerasi


linier dan angular. Bagian vestibular dari labirin terdiri dari tiga kanal semisirkular, yakni
kanal anterior, posterior, dan horisontal. Ketiga kanal semisirkularis ini mendeteksi
akselerasi angular. Setiap kanal semisirkular terisi oleh endolimfe dan pada bagian
dasarnya terdapat penggelembungan yang disebut sebagai ampula. Ampula
mengandung kupula, suatu masa gelatin yang memiliki densitas yang sama dengan
endolimfe, serta melekat pada sel rambut.
Labirin juga terdiri dari dua struktur otolit, yakni utrikulus dan sakulus yang
mendeteksi akselerasi linear, termasuk deteksi terhadap gravitasi. Organ reseptornya
adalah makula. Makula utrikulus terletak pada dasar utrikulus kira-kira di bidang kanalis
semisirkularis horisontal. Makula sakulus terletak pada dinding medial sakulus dan
terutama terletak di bidang vertikal. Pada setiap makula terdapat sel rambut yang
mengandung endapan kalsium yang disebut otolith (otokonia). Makula pada utrikulus
diperkirakan sebagai sumber dari partikel kalsium yang menjadi penyebab BPPV.
Kupula adalah sensor gerak untuk kanal semisirkular dan ini teraktivasi oleh defleksi
yang disebabkan oleh aliran endolimfe. Pergerakan kupula oleh karena endolimfe dapat
menyebabkan respon, baik berupa rangsangan atau hambatan, tergantung pada arah dari
gerakan dan kanal semisirkular yang terkena. Kupula membentuk barier yang

3
Hain TC, 2009
impermeabel yang melintasi lumen dari ampula, sehingga partikel dalam kanal
semisirkular hanya dapat masuk atau keluar kanal melalui ujung yang tidak mengandung
ampula.

Gambar 1. Labirin Membran (Lavender) dan Tulang (Putih) dari Telinga Dalam Sisi Kiri.

Ampulofugal berarti pergerakan yang menjauhi ampula, sedangkan ampulapetal berarti


gerakan mendekati ampula. Pada kanal semisirkular posterior dan superior, defleksi
utrikulofugal dari kupula bersifat merangsang (stimulatory) dan defleksi utrikulopetal bersifat
menghambat (inhibitory). Pada kanal semisirkular lateral, terjadi yang sebaliknya.
Nistagmus mengacu pada gerakan osilasi yang ritmik dan berulang dari bola mata.
Stimulasi pada kanal semisirkular paling sering menyebabkan “jerk nystagmus”, yang
memiliki karakteristik fase lambat (gerakan lambat pada satu arah) diikuti oleh fase cepat
(kembali dengan cepat ke posisi semula). Nistagmus dinamakan sesuai arah dari fase cepat.
Nistagmus dapat bersifat horizontal, vertikal, oblik, rotatori, atau kombinasi. 4

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab tersering dari BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo) pada orang usia
dibawah 50 tahun adalah cedera kepala dan diperkirakan sebagai akibat dari tekanan
konkusif yang memindahkan otolith. Pada orang berumur diatas 50 tahun, BPPV biasanya
idiopatik, namun secara umum diasosiasikan dengan degenerasi natural membran otolith
akibat pertambahan usia. BPPV juga dikaitkan dengan migrain dan otoktosisitas.3

2.4 Patofisiologi

4
Purnamasari PP, 2013
BPPV terjadi sebagai hasil dari otokonia, krital kecil kalsium karbonat dimana secara normal
merupakan bagian dari anatomi telinga dalam, terpisah dari membran otolitik di utrikula dan
berkumpul di salah satu bagian kanalis semisirkularis (Gambar 1). Ketika kepala bergerak,
gaya gravitasi menyebabkan otokonia mengelompok dan mengendap sehingga menstimulasi
kupula untuk mengirim sinyal yang salah kepada otak. Atas kesalahan sinyal ini maka terjadi
vertigo dan merangsang nistagmus.4(timothy)

BPPV bisa dibagi berdasarkan bagian kanalis semisirkularis yang menjadi tempat
berkumpulnya otokonia. 5 Pada sebuah studi terhadap 614 pasien BPPV, didapatkan 88,45%
jenis posterior, 6,4% jenis horizontal, dan 52% jenis anterior. BPPV juga bisa dibagi atas dua
yaitu kanalitihiasis dan kupulolitiasis. Kanalitiasis adalah keadaan dimana otokonia bebas
bergerak di dalam kanal. Kupulolithiasis adalah keadaan dimana otokonia menempel pada
kupula.4(timothy) Penyakit ini disebut juga sebagai kupulolitiasis karena secara patologi, kupula
yang mengalami kalsifikasi diduga patah dan menimbulkan gejaladari BPPV.5(boies)

2.5 Kriteria Diagnosis


Diagnosa BPPV berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, hasil dari pemeriksaan
vestibular dan pendengaran dan jika memungkinkan ditambah dengan hasil
pemeriksaan lab untuk menyingkirkan diagnosa lain.6(timothy)
2.5.1 Anamnesa
Pasien menunjukkan gejala rasa pusing berputar, tidak seimbang, sulit berkonsentrasi
yang biasanya diikuti oleh mual. (timothy) Rasa pusing berputar dirasakan secara
episodik dan biasanya berlangsung selama satu menit atau kurang.(battcahrayan) Pada
kasus terbanyak yaitu BPPV pada kanal posterior biasanya pasien mengeluh rasa
pusing berputar yang berhubugan dengan gerakan mengangkat kepala keatas, berguling,
dan saat bangun dari tidur.8(timothy) Saat anamnesa juga harus ditanyakan faktor-
faktor yang berhubungan dengan etiologi atau yang dapat mempengaruhi keberhasilan
dari terapi seperti riwayat penyakit stroke, hipertensi, diabetes, trauma kepala, riwayat
gangguan keseimbangan sebelumnya, riwayat gangguan sistem syaraf
pusat.(batccharayan)
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada masing-masing tipe BPPV pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk
mengkonfirmasi diagnos berbeda-beda. Pada BPPV kanal posterior dilakukan tes Dix-
Hallpike. Tes ini memperlihatkan nistagmus dan vertigo dengan 2 karakteristik penting
untuk mendiagnosa BPPV tipe posterior yaitu periode latensi antara selesainya
manuver dengan onset terjadinya nistagmus dan vertigo yang biasanya berlangsung
sekitar 5 sampai 20 detik , dan vertigo serta nistgamus yang diprovokasi dirasakan
meningkat kemudian menghilang 60 detik setelah onset nistagmus. BPPV anterior
biasanya menunjukkan paroxysmal nystagmus downbeating kadang diikuti dengan
nistagmus torsional terhadap telinga. 9(batcharayan) BPPV horizontal (lateral) dapat
didiagnosa dengan supine head roll test. Pada tes ini ada dua jenis nistagmus provokasi
yang terjadi. Pertama adalah tipe geotrofik, pada tipe ini rotasi ke sisi patologis
menyebabkan nistagmus horisontal yang bergerak (beating) ke arah telinga paling
bawah. Ketika pasien dimiringkan ke sisi lain, sisi yang sehat, timbul nistagmus
horisontal yang tidak begitu kuat, tetapi kembali bergerak ke arah telinga paling bawah.
Kedua adalah tipe apogeotrofik, pada kasus yang lebih jarang, supine roll test
menghasilkan nistagmus yang bergerak ke arah telinga yang paling atas. Ketika kepala
dimiringkan ke sisi yang berlawanan, nistagmus akan kembali bergerak ke sisi telinga
paling atas. 9
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi dan vestibular tidak diperlukan apabila kriteria diagnosa dari
pemeriksaan fisik sudah terpenuhi. Pemeriksaan radiologi dan vestibular diperlukan
apabbila terdapat nistagmus yang tidak biasa, diagnosa tidak kuat, ada tambahan gejala
selain yang berhubungan dengan BPPV saat melakukan Dix-Hallpike, dan ada riwayat
yang berhubungan dengan gangguan sistem syaraf pusat.9
2.6 Tatalaksana
Tatalaksana yang terbaik untuk BPPV adalah dengan CRP (canalith repositioning
procedure). Pada BPPV kanal posterior, manuver yang dilakukan adalah Epley Manuever
(tabel 10) dan Semont Manuever.
Pada BPPV horizontal, CRP yang dilakukan adalah Lempert Manuver (barbecue manuever)
(tabel 13), gufoni manuever(tabel 14,tabel 15), dan forced prolonged positioning.
Forced prolonged position horizontal canal BPPV. Another
treatment reported as effective is referred to as forced prolonged positioning. With this
method, the patient lies
down laterally to the affected side, and the head is then turned 45 degrees toward the
ground and maintained in
that position for 12 hours before the patient is returned to the starting position. Some
authors advocate this
technique for refractory horizontal canal BPPV. Pada BPPV Anterior, There is no definitive
treatment for anterior canal BPPV and no controlled studies of it have yet been completed.
However, there is a logical modified maneuver for the anterior canal that is essentially a deep
(exaggerated) DixHallpike 24. Other proposed treatments employ reverse versions of the maneuvers used
for posterior canal BPPV; for example, the reverse Semont (starting nose down and turned to the
unaffected side), or the reverse Epley (again starting nose down). These treatments are geometrically
reasonable, but require additional study to prove their efficacy. Particle repositioning procedure: It
consists of four steps, with position changes occurring at 30 0 intervals. From the head-straight sitting
position (position1), a head-hanging maneuver is performed so that the head is brought to at least 300
below the horizontal, (position 2). During the maneuver, loose otoconia within the anterior canal should
move away from the anterior canal cupula, triggering a down beating nystagmus. For patients who are
unable to attain a 300 dependent head position, a tilting examination table or „„tilt table‟‟ can be used to
attain the same head position with respect to gravity. After 30 sec, once vertigo and nystagmus provoked
by the maneuver cease and while still supine, the patient‟s head is moved quickly forward „„chin to
chest‟‟ (position 3), with the vertex near the vertical axis. After another 30 sec. have elapsed, head and
body are brought into the sitting position (position 4), remaining there for another 30 s. In cases of failure
or incomplete remission of symptoms, the same maneuver is repeated. (sumber nya dari batcharya, dan
jurnal 4 (punia sonu).
Terapi medikamentosa bisa menggunakan vestibular suppressant syndrome seperti golongan antihistamin
dan benzodiazepin.(bacthraya) Apabila terapi CRP tidak efektif maka bisa dilakukan bedah untuk
mengatasi kesalah sinyal yang disampaikan ke otak yaitu dengan melakukan prosedur posterior-canal
plugging. (timothy)
2.7 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi yang bisa terjadi adalah canal switching dimana otokonia berpindah dari suatu
kanalis semisirkularis ke kanalis semisirkularis lainnya.(parham) Terapi CRP bisa
memberikan hasil yang memuaskan, akan tetapi BPPV dapat terjadi lagi pada sepertiga
pasien setelah satu tahun dan 50% dari seluruh pasien yang sudah ditatalaksana biasanya
mengalami BPPV yang berulang setelah 5 tahun.(Punia Sonu)

Anda mungkin juga menyukai