Efek Rumah Kaca
Efek Rumah Kaca
Artikel
STUDI PENYEBAB DAN DAMPAK EFEK RUMAH KACA SERTA
SOLUSI LANGKAH PENCEGAHANNYA
Oleh
ALFIANSYAH
1415011011
2
jangka panjang akan terjadi keseimbangan antara radiasi yang masuk dan keluar sehingga
suhu di bumi mencapai nilai tertentu.
Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian
besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek termasuk cahaya tampak.
Ketika energimengenai permukaan bumi, ia akan berubah dari cahaya menjadi panas.
Kemudian permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memancarkan kembali
sisanya sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian
panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca
yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan radiasi
gelombang yang dipancarkan kembali oleh bumi dan sebagai akibatnya panas tersebut
akan tersimpan di permukaan bumi. Hal ini terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan
suhu rata-rata bumi terus meningkat.
Perubahan iklim juga akan membawa bencana yang berlangsung secara
perlahan-perlahan seperti kenaikan permukaan air laut dan intrusi ke delta-delta sungai
yang merusak ekosistem pesisir serta menghancurkan mata pencaharian masyarakat. Hal
ini menyebabkan lebih banyak korban jiwa, penderitaan, kemiskinan, gangguan pelayanan
sosial, porak-porandanya harta benda dan infrastruktur, kemunduran dalam pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan, serta kerusakan lingkungan hidup.
3
Pengertian Efek Rumah Kaca
Efek Rumah Kaca (ERK) pertama kali dikemukakan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824,
ia mengungkapkan bahwa ERK merupakan
sebuah proses dimana atmosfer
memanaskan sebuah planet. Istilah efek
rumah kaca, diambil dari cara tanam yang
digunakan para petani di daerah iklim
sedang (negara yang memiliki empat
musim). Para petani biasa menanam
sayuran atau bunga di dalam rumah kaca
untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat.
Demikian halnya salah satu fungsi atmosfer
bumi ialah seperti rumah kaca.
Efek rumah kaca adalah suatu proses dimana radiasi termal dari permukaan atmosfer yang
diserap oleh gas rumah kaca, dan dipancarkan kembali ke segala arah. Mekanisme ini pada
dasarnya berbeda dari yang rumah kaca sebenarnya, yang bekerja dengan mengisolasi
udara hangat dalam struktur tersebut sehingga panas yang tidak hilang oleh konveksi. Efek
rumah kaca ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, dan pertama kali dilaporkan
kuantitatif oleh Svante Arrhenius pada tahun 1896, merupakan proses pemanasan
permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh
komposisi dan keadaan atmosfernya.
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian
besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak.
Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra
merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di
atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon
dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-
gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi
dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh
awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi
tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi.
4
Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca
perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya
semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan
menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah
berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2. Karbondioksida (9-26%)
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika
mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan
bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama,
5
jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat
perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.
3. Metana (4-9%)
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca.
Metana merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih
banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan
transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari
pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat
keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari
pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah
metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.
4. Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama
dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat
menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah
meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.
5. Gas lainnya
Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran
berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22)
terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan
(furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara
berkembang masih menggunakanklorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin
yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan
yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Komsumsi CFC tertinggi terdapat pada
Negara-negara maju. Amerika Serikat mengkomsumsi hampir sepertiga komsumsi
CFC dunia.
Negara-negara maju adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Menurut
data dari PBB, urutan beberapa negara penghasil emisi karbondioksida per kepala per
tahun sebagai berikut:
Amerika Serikat 20 ton
Kanada dan Australia 18 ton
Jepang dan Jerman 10 ton
China 3 ton
6
India 1 ton
2. Dampak Lingkungan
Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat perubahan iklim dan
gangguan pada kesinambungan wilayah ekosistem (fragmentasi ekosistem). Terumbu
karang akan kehilangan warna akibat cuaca panas, menjadi rusak atau bahkan mati
7
karena suhu tinggi. Para peneliti memperkirakan bahwa 15%-37% dari seluruh spesies
dapat menjadi punah di enam wilayah bumi pada 2050. Keenam wilayah yang
dipelajari mewakili 20% muka bumi (Jhamtani, 2007).
3. Risiko Kesehatan
Cuaca yang ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit baru dan bisa
memunculkan penyakit lama. Badan Kesehatan PBB memperkirakan bahwa
peningkatan suhu dan curah hujan akibat perubahan iklim sudah menyebabkan
kematian 150.000 jiwa setiap tahun. Penyakit seperti malaria, diare, dan demam
berdarah diperkirakan akan meningkat di negara tropis seperti Indonesia.
4. Air
Ketersediaan air berkurang 10%-30% di beberapa kawasan terutama di daerah tropik
kering. Kelangkaaan air akan menimpa jutaan orang di Asia Pasifik akibat musim
kemarau berkepanjangan dan intrusi air laut ke daratan.
5. Ekonomi
Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan kekeringan, bencana,
dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat
perdana menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10 atau 20 tahun mendatang
perubahan iklim akan berdampak besar terhadap ekonomi.
Belum ada data komprehensif mengenai dampak perubahan iklim di Indonesia. Namun
beberapa data menunjukkan bahwa:
Keterkaitan Antara Efek Rumah Kaca , Global Warming dan Perubahan Iklim
Keterkaitan antara Efek Rumah Kaca, Global Warming, dan Perubahan Iklim
yaitu Secara umum iklim merupakan hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik
dimana parameter-parameternya adalah seperti suhu, kelembaban, angin, dan pola curah
hujan yang terjadi pada suatu tempat di muka bumi. Iklim merupakan suatu kondisi rata-
rata dari cuaca, dan untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat, diperlukan nilai rata-
rata parameter - parameternya selama kurang lebih 10 sampai 30 tahun. Iklim muncul
setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer
bumi.
Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari
perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya.
Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh
bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk
suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga
bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu. Perpaduan antara proses-proses tersebut
9
dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan
bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya.
Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu
akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi –disebut gas rumah kaca,
sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah
kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk
akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat
menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.
Efek rumah kaca, Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan
layak ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33
derajat Celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon
dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs
(Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan
dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan
bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik,
kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari
pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang
dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida,
menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer. Berubahnya komposisi GRK
di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia
menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa,
sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi.
Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya
suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan Global. Sinar
matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan
bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang
berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus
kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu
komposisinya.
Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa (stratosfer) menjadi
terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan
kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari
kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah
10
kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi
maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim
dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.
Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu,
mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim
kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat, namun
semakin tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali iklim seperti El Nino – La Nina dan
Indian Ocean Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya
beberapa pulau dan berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen,
krisis pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya.
13
menitnya ditebang untuk lahan merumput ternak? Bila Anda berubah menjadi seorang
vegetarian, Anda dapat menyelamatkan 1 ha pohon per tahunnya.
3. Bepergian yang Ramah Lingkungan
Cobalah untuk berjalan kaki, menggunakan telekonferensi untuk rapat, atau pergi
bersama-sama dalam satu mobil. Bila memungkinkan, gunakan kendaraan yang
menggunakan bahan bakar alternatif. Setiap 1 liter bahan bakar fosil yang dibakar
dalam mesin mobil menyumbang 2,5 kg CO2. Bila jaraknya dekat dan tidak terburu
waktu, anda bisa memilih kereta api daripada pesawat. Menurut IPCC, bepergian
dengan pesawat menyumbang 3-5% gas rumah kaca.
4. Kurangi Belanja
Industri menyumbang 20% gas emisi rumah kaca dunia dan kebanyakan berasal dari
penggunaan bahan bakar fosil. Jenis industri yang membutuhkan banyak bahan bakar
fosil sebagai contohnya besi, baja, bahan-bahan kimia, pupuk, semen, gelas, keramik,
dan kertas. Oleh karena itu, jangan cepat membuang barang, lalu membeli yang baru.
Setiap proses produksi barang menyumbang CO2.
5. Beli Makanan Organik
Tanah organik menangkap dan menyimpan CO2 lebih besar dari pertanian
konvensional. The Soil Association menambahkan bahwa produksi secara organik
dapat mengurangi 26% CO2 yang disumbang oleh pertanian.
6. Gunakan Lampu Hemat Energi
Bila Anda mengganti 1 lampu di rumah Anda dengan lampu hemat energi, Anda dapat
menghemat 400 kg CO2 dan lampu hemat energi 10 kali lebih tahan lama daripada
lampu pijar biasa.
7. Gunakan Kipas Angin
AC yang menggunakan daya 1.000 Watt menyumbang 650 gr CO2 per jamnya. Karena
itu, mungkin Anda bisa mencoba menggunakan kipas angin.
8. Jemur Pakaian Anda di bawah Sinar Matahari
Bila Anda menggunakan alat pengering, Anda mengeluarkan 3 kg CO2. Menjemur
pakaian secara alami jauh lebih baik: pakaian Anda lebih awet dan energi yang dipakai
tidak menyebabkan polusi udara.
9. Daur Ulang Sampah Organik
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalui
metana yang dilepaskan saat proses pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk
14
kompos dari sampah organik (misal dari sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk
kebun Anda, Anda bisa membantu mengurangi masalah ini!
10. Pisahkan Sampah Kertas, Plastik, dan Kaleng agar Dapat Didaur Ulang
Mendaur ulang aluminium dapat menghemat 90% energi yang dibutuhkan untuk
memproduksi kaleng aluminium yang baru – menghemat 9 kg CO2 per kilogram
aluminium! Untuk 1 kg plastik yang didaur ulang, Anda menghemat 1,5 kg CO2, untuk
1 kg kertas yang didaur ulang, Anda menghemat 900 kg CO2.
Efek Rumah Kaca adalah suatu proses dimana radiasi termal dari permukaan atmosfer
yang diserap oleh gas rumah kaca, dan dipancarkan kembali ke segala arah. Mekanisme ini
pada dasarnya berbeda dari yang rumah kaca sebenarnya, yang bekerja dengan mengisolasi
udara hangat dalam struktur tersebut sehingga panas yang tidak hilang oleh konveksi. Efek
rumah kaca ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, dan pertama kali dilaporkan
kuantitatif oleh Svante Arrhenius pada tahun 1896, merupakan proses pemanasan permukaan
suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan
atmosfernya. Efek Rumah Kaca disebabkan oleh Uap Air, Karbondioksida, Metana, dan Gas
lainnya. Solusi atau penanggulangan Efek Rumah Kaca yakni jadilah vegetarian, menanam
pohon, bepergian yang ramah lingkungan, kurangi berbelanja, beli makanan organik,
gunakan lampu hemat energi, gunakan kipas angin, dan daur ulang sampah plastik.
Dunia yang kita huni ini bukan hanya untuk beberapa tahun saja. Bukan hanya untuk
kita saja. Generasi kita jugalah yang akan menikmati kehidupan di dunia ini. Kalau bukan
kita yang akan menjaga dan merawat bumi ini siapa lagi. Sejak dini mulailah kita
memperbaiki sikap kita, mulailah kita ramah terhadap lingkungan, mulailah kita bersikap arif
terhadap bumi. Bila tidak dari sekarang, kita akan merasakan dampak yang sangat besar
untuk generasi-generasi mendatang. Pemanasan global bukanlah disebabkan oleh alam,
pemanasan global sebenarnya karena ulah manusia yang semakin serakah telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.
15