Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Nyeri Pinggang HNP

Posted on 15. Oct, 2009 by Muki Partono in Nyeri Pinggang

Anda mungkin sering menjumpai bahkan mengalami langsung nyeri pada pinggang secara
tiba-tiba. Banyak hal bisa mengakibatkannya. Salah satu di antaranya adalah Hernia Nucleus
Pulposus (HNP).

HNP adalah luruhnya nukleus pulposus sehingga menonjol melalui anulus fibrosus ke dalam
kanalis spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks saraf. Pria dan wanita memiliki risiko
yang sama dalam mengalami HNP, dengan awitan paling sering antara usia 30 dan 50 tahun.
HNP merupakan penyebab paling umum kecacatan akibat kerja pada mereka yang berusia di
bawah 45 tahun.

Unit segmental fungsional adalah kombinasi dari diskus di bagian anterior dan kedua
persendian di posterior. Unit segmental fungsional ini menyediakan perlindungan terhadap
komponen saraf dan pada saat yang bersamaan memungkinkan pergerakan dalam rentang
stabilitas klinis.

Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan HNP, di antaranya adalah berat badan
yang berlebihan, gaya hidup bermalasmalasan, dan postur tubuh yang tidak diposisikan
secara benar. Faktor lainnya adalah perubahan degeneratif yang mengurangi kekuatan dan

stabilitas tulang belakang sehingga menyebab kan tulang belakang


rentan terhadap cedera.

Perubahan degeneratif antara lain pertambahan usia yang berpengaruh pada penurunan
kemampuan menahan air yang dimiliki nukleus pulposus, proteoglikan rusak, komponen
mekanik memburuk yang menyebabkan terlampauinya tekanan maksimal dalam diskus
sehingga mengakibatkan penonjolan anulus. Selain itu, pergerakan tiba-tiba dan bertenaga
atau traumatik yang memindahkan gaya dalam jumlah besar ke tulang belakang juga berisiko
besar terhadap kemungkinan terjadinya HNP.

Manifestasi Klinik
Nyeri yang disebabkan oleh HNP dikenal sebagai iskhialgia diskogenik atau siatika, yaitu
nyeri sepanjang perjalanan nervus ischiadikus. Level segmen tulang belakang yang terkena
akan mempengaruhi daerah nyeri sesuai distribusi dermatom. Nyeri digambarkan sebagai
nyeri yang tajam, berpangkal pada bagian bawah pinggang dan menjalar ke lipatan bokong
tepat di pertengahan garis tersebut.

Dari titik tersebut ke lipatan lutut terasa ngilu, dan dari lipatan lutut ke maleolus eksterna
terasa kurang enak atau parestesia atau hipestesia. Pada kasus yang lebih parah, dapat terjadi
defisit motorik dan melemahnya refleks. Jika radiks yang terkena penonjolan diskus adalah
L5-S1, maka ujung nyeri iskhialgik adalah hipestesia atau parestesia yang melingkari
maleolus eksternus dan menuju ke jari kaki ke-4 dan ke-5.

Diskus yang mengalami herniasi dapat menekan ujung saraf di kauda equina; menyebabkan
sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga menyebabkan nyeri kaki
bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus), paralisis kandung kemih, dan kelemahan sfingter
ani. Sakit pinggang yang diderita pun akan semakin parah jika duduk, membungkuk,
mengangkat beban, batuk, meregangkan badan, dan bergerak. Istirahat dan penggunaan
analgetik akan menghilangkan sakit yang diderita.

Penegakan diagnosis pada pasien HNP dapat berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk
pemeriksaan penunjang, dapat menggunakan X-ray anatomi tulang belakang. Temuan utama
pada x-ray pasien dengan HNP adalah penipisan diskus. Selain itu, juga bisa dilakukan MRI
standar emas jaringan lunak pada tulang belakang, seperti diskus intervertebralis, ligamen,
sumsum tulang belakang, dan saraf spinal.

Terapi
Pernerapan terapi pada pasien HNP dapat berupa konservatif: istirahat mutlak di tempat tidur,
terapi farmakologis, fisioterapi, latihan, traksi, dan korset pinggang. Terapi operatif dilakukan
jika ditemukan indikasi, antara lain, terdapat sindrom kauda equine, mengalami defisit
neurologis progresif, mengalami defisit neurologis yang nyata, dan rasa sakit yang menetap
dan semakin parah empat sampai enam minggu setelah terapi konservatif.

Jenis pembedahan yang bisa dilakukan pada pasien HNP adalah Laminotomi (pemotongan
sebagian lamina di atas atau di bawah saraf yang tertekan), Laminektomi (pemotongan
sebagian besar lamina atau vertebra), dan Disektomi (pemotongan sebagian atau keseluruhan
diskus intervertebralis). Sementara, ada juga yang disebut Minimally Invasive Operation.

Dengan cara ini, insisi yang diperlukan tidak lebar, dimungkinkannya visualisasi lokasi
patologi melalui mikroskop atau endoskop, trauma pembedahan yang dialami pasien jauh
lebih sedikit, dan pasien dapat pulih lebih cepat.

Anda mungkin juga menyukai