Nyamuk Culex SP
Nyamuk Culex SP
Nyamuk Culex SP
PENDAHULUAN
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana taksonomi nyamuk Culex sp?
2. Bagaimana morfologi nyamuk Culex sp?
3. Bagaimana siklus hidup nyamuk Culex sp?
4. Bagaimana Bionomik Nyamuk Culex sp?
5. Habitat nyamuk Culex sp?
6. Bagaimana faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik nyamuk Culex sp?
7. Bagaimana patologi dan gejala klinisnya?
8. Bagaimana pengobatannya ?
1
9. Bagaimana cara pencegahannya ?
1. 3 Tujuan
1. Dapat mengetahui taksonomi nyamuk culex sp.
2. Dapat mengetahui morfologi nyamuk culex sp.
3. Dapat mengetahui siklus hidup nyamuk Culex sp.
4. Dapat mengetahui Bionomik Nyamuk Culex sp.
5. Dapat mengetahui Habitat nyamuk Culex sp.
6. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik nyamuk
Culex sp.
7. Dapat mengetahui patologi dan gejala klinisnya.
8. Dapat mengetahui pengobatannya.
9. Dapat mengetahui cara pencegahaanya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
18. Infraordo : Culicomorpha
19. Superfamily : Culicoidea
20. Family : Culicidae
21. Subfamily : Culicinae
22. Tribus : Culicini
23. Genus : Culex
4
bagian dorsal abdomen. Sedangkan kaki danproboscis berwarna hitam polos
tanpa bintik-bintik putih. Spesies ini sulit dibedakan dengan nyamuk genus Culex
lainnya.
5
Nyamuk Culex sp betina lebih menyukai tempat penampungan air yang tertutup
longgar untuk meletakkan telurnya dibandingkan dengan tempat penampunga air
yang terbuka, karena tempat penampungan air yang tertutup longgar tutupnya jarang
dipasang dengan baik sehingga mengakibatkan ruang didalamnya lebih gelap
(Sumarmo,1988). Telur akan menetas dalam waktu 1-3 hari pada suhu 30o C,
sementara pada suhu 16o C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur dapat
bertahan tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab.
Telur dapat bertahan sampai berbulan – bulan pada suhu -2o C sampai 42o C.
Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi menjadi 4 tingkatan
perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari telur menetas, Instar II
terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari telur menetas
dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari telur menetas. Stadium pupa terjadi seteah 6 -7
hari telur menetas. Stadium pupa berlangsung selama 2 -3 hari.
Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang dengan menurunkan suhu pada
tempat perkembangbiakan, tetapi pada suhu yang sangat rendah dibawah 10o C pupa
tidak mengalami perkembangan.(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana ,2000).
Stadium dewasa terjadi setelah 9 – 10 hari telur menetas. Meskipun umur nyamuk
Culex sp betina di alam pendek yaitu kira – kira2 minggu, tetapi waktu tersebut
cukup bagi nyamuk Culex sp. Betina untuk menyebarkan virus dengue dari manusia
yang terinfeksi ke manusia yang lain. (Soedarto, 1992)
Pupa-Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air,
pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga
dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua
hari.Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama
fase ini pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk
yang dapat terbang dan keluar dari air. Setelah dewasa muncul dari pupa nyamuk
jantan dan betina akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan
menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial
untuk mematangkan telur. Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan waktu
sekitar 10 sampai 12 hari.
6
2. 4 Bionomik Nyamuk Culex sp
Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan telur, berbeda
dengan nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi hanya
menghisap sari bunga. Setiap nyamuk mempunyai waktu menggigit, kesukaan
menggigit, tempat beristirahat dan berkembang biak yang berbeda-beda satu dengan
yang lain.
1. Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex Sp suka berkembang biak di sembarang tempat misalnya di
air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan.
2. Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam
hari. Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang peliharaan, unggas, kambing, kerbau
dan sapi. Menurut penelitian yang lalu kepadatan menggigit manusia di dalam dan di
luar rumah nyamuk Culex sp hampir sama yaitu di luar rumah (52,8%) dan
kepadatan menggigit di dalam rumah (47,14%), namun ternyata angka dominasi
menggigit umpan nyamuk manusia di dalam rumah lebih tinggi (0,64643) dari
nyamuk menggigit umpan orang di luar rumah (0,60135).
3. Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan
beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan
beristirahat yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah.
Nyamuk ini sering berada dalam rumah sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan.
4. Aktifitas menghisap darah
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam
hari (nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit beberapa jam setelah matahari
terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah
pada pukul 01.00-02.00.
2.5 Habitat Nyamuk Culex sp
Nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk memprediksi potensi
penularan arbovirus. Larva dapat di temukan dalam air yang mengandung tinggi
7
pencemaran organik dan dekat dengan tempat tinggal manusia. Nyamuk Culex Sp
suka berkembang biak di sembarang tempat misalnya di air bersih dan air yang kotor
yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan. Betina siap memasuki rumah-
rumah di malam hari dan menggigit manusia dalam preferensi untuk mamalia lain.
2.6 Faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik nyamuk Culex sp
1. Suhu
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp dimana suhu yang tinggi
akan meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya bisa menjadi lebih cepat
tetapi apabila suhu di atas 350C akan membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum
untuk pertumbuhan nyamuk berkisar antara 200C – 300C. Suhu udara mempengaruhi
perkembangan virus dalam tubuh nyamuk.
2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara
yang dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap airyang besar maka daya
penguapannya juga besar. Sistem pernafasan nyamuk menggunakan pipa udara
(trachea) dengan lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk (spiracle). Adanya
spiracle yang terbuka lebar tanpa ada mekanisme pengaturannya. Pada saat
kelembaban rendah menyebabkan penguapan air dalam tubuh sehingga menyebabkan
keringnya cairan tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembaban
mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang biak, kebiasaan
menggigit, istirahat dan lain-lain.
3. Pencahayaan
Pencahayaan ialah jumlah intensitas cahaya menuju ke permukaan per unit
luas. Merupakan pengukuran keamatan cahaya tuju yang diserap. Begitu juga dengan
kepancaran berkilau yaitu intensitas cahaya per unit luas yang dipancarkan dari pada
suatu permukaan. Dalam unit terbitan SI, kedua-duanya diukur dengan menggunakan
unit lux (lx)atau lumen per meter persegi (cd.sr.m-2). Bila dikaitkan antara intensitas
cahaya terhadap suhu dan kelembaban, hal ini sangat berpengaruh. Semakin tinggi
atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke permukaan maka keadaan suhu
lingkungan juga akan semakin tinggi. Begitu juga dengan kelembaban, semakin
8
tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke suatu permukaan maka
kelembaban di suatu lingkungan tersebut akan menjadi lebih rendah.
2.7 Patologi dan Gejala Klinis
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit
yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis
encephalitis. Gejala klisnis filariasis limfatik disebabkan oleh microfilaria dan cacing
dewasa baik yang hidup maupun yang mati. Microfilaria biasanya tidak
menimbulkan kelainan tetapi dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult
filariasis. Gejala yang disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan limfadenitis dan
limfagitis retrograd dalam stadium akut, disusul dengan okstruktif menahun 10
sampai 15 tahun kemudiam. Perjalanan filariasis dapat dibagi beberapa stadium:
stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis, stadium akut dan stadium menahun.
Ketiga stadium tumpang tindih, tanpa ada batasan yang nyata. Gejala klinis filariasis
bankrofti yang terdapat di suatu daerah mungkin berbeda dengan dengan yang
terdapat di daerah lain (Parasitologi Kedokteran, 2008).
Pada penderita mikrofilaremia tanpa gejala klinis, pemeriksaan dengan
limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan limfe. Cacing dewasa hidup dapat
menyumbat saluran limfe dan terjadi dilatasi pada saluran limfe, disebut
lymphangiektasia. Jika jumlah cacing dewasa banyak dan lymphangietaksia terjadi
secara intensif menyebabkan disfungsi system limfatik. Cacing yang mati
menimbulkan reaksi imflamasi. Setelah infiltrasi limfositik yang intensif, lumen
tertutup dan cacing mengalami kalsifikasi. Sumbatan sirkulasi limfatik terus berlanjut
pada individu yang terinfeksi berat sampai semua saluran limfatik tertutup
menyebabkan limfedema di daerah yang terkena. Selain itu, juga terjadi hipertrofi
otot polos di sekitar daerah yang terkena (Pathology Basic of Disease, 2005).
Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe,
berupa limfaadenitis dan limfagitis retrograd yang disertai demam dan malaise.
Gejala peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali setahun dan berlangsung
beberapa hari sampai satu atau dua minggu lamanya. Peradangan pada system
limfatik alat kelamin laki-laki seperti funikulitis, epididimitis dan orkitis sering
9
dijumpai. Saluran sperma meradang, membengkak menyerupai tali dan sangat nyeri
pada perabaan. Kadang-kadang saluran sperma yang meradang tersebut menyerupai
hernia inkarserata. Pada stadium menahun gejala klinis yang paling sering dijumpai
adalah hidrokel. Dapat pula dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis yang
mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan, testis, payudara dan vulva. Kadang-
kadanag terjadi kiluria, yaitu urin yang berwarna putih susu yang terjadi karena
dilatasi pembuluh limfe pada system ekskretori dan urinary. Umumnya penduduk
yang tinggal di daerah endemis tidak menunjukan peradangan yang berat walaupun
mereka mengandung mikrofilaria (Parasitologi Kedokteran, 2008).
2.8 Pengobatan
Biasanya kalau banyak ditemukan penderita yang didalam darahnya
ditemukan microfilaria akan dilakukan pengobatan missal dengan DEC ( Di Ethyl
Carbamazine ). Pengobatan massal sering menimbulkan masalah, bila beberapa orang
tidak tahan dengan pengobatan Single Dose yang diberikan hingga terjadi efek
samping yang tidak kita inginkan.
2.9. Pencegahan
Pencegahan nyamuk Culex sp dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Pencegahan secara mekanik
Cara ini dapat di lakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau tempat-tempat
sejenis yang dapat menampung air hujan danmembersihkan lingkungan yang
berpotensial di jadikan sebagai sarang nyamuk Culex sp misalnya got dan potongan
bambu. Pengendalian mekanis lain yang dapat dilakukan adalah pemasangan
kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk baik menggunakan cahaya lampu dan
raket pemukul.
2. Pencegahan secara biologi
Intervensi yang di dasarkan pada pengenalan organisme pemangsa, parasit,
pesaing untuk menurunkan jumlah Culex sp. Ikan pemangsa larva misalnya ikan
kepala timah, gambusia ikan mujaer dan nila di bak dan tempat yang tidak bisa
ditembus sinar matahari misalnya tumbuhan bakau sehingga larva itu dapat di makan
oleh ikan tersebut dan merupakan dua organisme yang paling sering di gunakan.
10
Keuntungan dari tindakan pengendalian secara biologis mencakup tidak adanya
kontaminasi kimiawi terhadap lingkungan.
Selain dengan penggunaan organisme pemangsa dan pemakan larva nyamuk
pengendalian dapat di lakukan dengan pembersihan tanaman air dan rawa-rawa yang
merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan
genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk dan membersihkan semak-semak di
sekitar rumah dan dengan adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat
mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang ternak di letakkan
jauh dari rumah.
3. Pencegahan secara kimia.
Penggunaan insektisida secara tidak tepat untuk pencegahan dan pengendalian
infeksi dengue harus dihindarkan. Selama periode sedikit atau tidak ada aktifitas virus
dengue, tindakan reduksi sumber larva secara rutin, pada lingkungan dapat dipadukan
dengan penggunaan larvasida dalam wadah yang tidak dapat dibuang, ditutup, diisi
atau ditangani dengan cara lain.
11
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Nyamuk Culex sp merupakan golongan serangga penular (vektor). Nyamuk
dari genus Culex sp dapat menyebarkan penyakit Japanese Encephalitis (radang
otak), dan Filariasis. Japanese Encephalitis (JE) adalah suatu penyakit yang
menyerang susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus. Ada beberapa macam
encephalitis diantaranya Japanese Encephalitis dan St Louis Encephalitis. Dan
memiliki 23 taksonomi. Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya
dibedakan atas kaput, toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang
antena. Satu pasang sayap dan halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera.
Sisik pada sayap dan adanya alat mulut yang panjang seperti jarum menempatkan
nyamuk ke dalam familia Culicidae . Genus Culex dicirikan dengan bentuk
abdomen nyamuk betina yang tumpul pada bagian ujungnya. Biasanya kalau banyak
ditemukan penderita yang didalam darahnya ditemukan microfilaria akan dilakukan
pengobatan missal dengan DEC ( Di Ethyl Carbamazine ). Pencegahan nyamuk
Culex sp dapat dibagi menjadi tiga yaitu : Pencegahan secara mekanik,Pencegahan
secara biologi, dan Pencegahan secara kimia.
3.2 Saran
Diharapkan agar masyarakat lebih serius menangani keberadaan nyamuk culex
dan penyakit yang ditimbulkannya karena penyakit yang disebabkan dapat membuat
penderita mengalami cacat fisik yang dapat ditularkan melalui serangga ini sehingga
akan lebih banyak orang yang terkena dengan memperhatikan kebersihan lingkungan
sekitarnya.
12