Anda di halaman 1dari 24

IDENTIFIKASI PERUBAHAN LUAS ERITROSIT DOMBA

AKIBAT LARUTAN HIPOTONIS MENGGUNAKAN


SOFTWARE IMAGE-J

ETRI MARDANINGSIH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi


Perubahan Luas Eritrosit Domba Akibat Larutan Hipotonis Menggunakan
ImageJ adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Etri Mardaningsih
NIM B04100011
ABSTRAK
ETRI MARDANINGSIH. Identifikasi Perubahan Luas Eritrosit Domba Akibat
Larutan Hipotonis Menggunakan ImageJ. Dibimbing oleh KOEKOEH
SANTOSO dan MOKHAMAD FAHRUDIN.

Penggunaan imageJ dalam analisis gambar digital telah digunakan secara


luas dalam bidang kesehatan dan biologi. Penelitian ini bertujuan mengetahui
perubahan luas eritrosit domba secara kuantitatif setelah dipapar pada berbagai
konsentrasi larutan hipotonis dengan menggunakan imageJ. Analisis luas sel
dilakukan pada dua belas sampel, yaitu darah tiga ekor domba dan masing-masing
diberi larutan NaCl dengan konsentrasi 0.6%, 0.7%, 0.8%, dan 0.9%. Darah
domba dibuat preparat natif kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya
dengan perbesaran 920 kali. Gambaran eritrosit di bawah mikroskop diamati
melalui komputer dengan bantuan kamera Dino-Eye. Luas eritrosit pada gambar
dihitung menggunakanan imageJ. Hasil penelitian ini menunjukkan dilihat bahwa
rata-rata luas eritrosit domba yang dipapar dengan konsentrasi NaCl 0.8%
meningkat dari 17.25±2.01µm2 (p<0.05) menjadi 20.13±2.29 µm2 (p<0.05), pada
konsentrasi NaCl 0.7% meningkat menjadi 20.62±2.18 µm2 (p<0.05), dan pada
konsentrasi NaCl 0.6% menjadi 21.24±2.42 µm2 (p<0.05). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah imageJ dapat digunakan untuk mengukur luas eritrosit
domba yang diberi perlakuan hipotonis secara kuantitatif.
Kata kunci: eritrosit domba, imageJ, larutan hipotonis

ABSTRACT

ETRI MARDANINGSIH. Identification of Sheep’s Erythrocytes Size


Change in Hipotonic Solution Using ImageJ Software. Supervised by KOEKOEH
SANTOSO and MOKHAMAD FAHRUDIN.

ImageJ has been widely used in biological and medical field for analyzing
digital image. This research was conducted to examine the quantitative changes of
erythrocytes size after exposure to various concentration of hypotonic solution
using imageJ. Analysis of cell size was experimented for twelve samples, blood
smear from three sheeps and each was given NaCl solution with concentration of
0.6%, 0.7%, 0.8%, and 0.9%. Blood smear was observed using a light microscope
with 920 times magnification. Erythrocytes’s image in microscope was observed
through a computer (computerized) using Dino-Eye camera. Erythrocytes image
then measured using ImageJ. The result of this research showed that eritrocyte’s
size in NaCl solution with 0.9% concentration was 17.25±2.01 µm2 (p<0.05), in
0.8% concentration was 20.13±2.29 µm2 (p<0.05), 0.7% concentration was
20.62±2.18 µm2 (p<0.05), and 0.6% concentration was 21.24±2.42 µm2 (p<0.05).
It was concluded that sheep’s erythrocytes size in hipotonis solution could
measured using software imageJ.
Keywords: hipotonic solution, ImageJ software, sheep’s erythrocytes
IDENTIFIKASI PERUBAHAN LUAS ERITROSIT DOMBA
AKIBAT LARUTAN HIPOTONIS MENGGUNAKAN
SOFTWARE IMAGE-J

ETRI MARDANINGSIH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 hingga April 2014 ini ialah fisiologi
darah, dengan judul Identifikasi Perubahan Luas Eritrosit Domba Akibat Larutan
Hipotonis Menggunakan ImageJ.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda tercinta M. Limis dan
Ibunda tercinta Elmarnis serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr Drh
Koekoeh Santoso dan Bapak Dr Drh Mokhamad Fahrudin selaku pembimbing
serta Ibu Drh Titik Sunartatie, MSi selaku dosen pembimbing akademik. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Laboratorium Fisiologi
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu
selama pengambilan sampel dan pengumpulan data.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman seperjuangan Anisa
Rahma dan Rendi Rifano yang selalu bekerjasama dalam suka dan duka, serta
untuk sahabat-sahabat terbaik, Fitri Susana, Susan Fasella, Riena Carlina, dan
Ninditya Anggie yang telah memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Esdinawan Carakantara Satrija dan Meta Anggistia yang
telah membantu dalam penulisan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Etri Mardaningsih
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Bahan 2
Alat 3
Prosedur Penelitian 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Hasil Error! Bookmark not defined.4
Pembahasan Error! Bookmark not defined.4
SIMPULAN DAN SARAN 8
Simpulan 8
Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
LAMPIRAN 11
RIWAYAT HIDUP 14
DAFTAR TABEL
1 Luas eritrosit domba yang diberi perlakuan hipotonis 5

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan tekanan osmotik dan luas sel 6


2 Citra Greyscale 7
Citra biner hitam putih hasil segmentasi 7
3 Filling holes dan watershed 7
4 Eritrosit yang diberi label 8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Metode perhitungan luas eritrosit menggunakan imageJ 11
2 Hasil uji statistika hasil pengolahan citra 12
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Eritrosit (sel darah merah) merupakan salah satu sel darah yang berfungsi
untuk mentransportasikan berbagai macam zat yang dibutuhkan tubuh, seperti
oksigen, nutrisi, karbondioksida, hormon, dan hasil metabolisme (Soepraptini et
al. 2011). Eritrosit mamalia berbentuk bikonkaf dan tidak memiliki inti sel.
Ukuran eritrosit mamalia berbeda-beda tergantung pada jenis hewan. Diameter
eritrosit yang dimiliki oleh hewan pelihara antara lain, domba 4.8 µm, sapi 6.0 µm,
kambing 3.2 µm, anjing 6.9 µm, kucing 5.4 µm, babi 4.0 µm, dan kuda 5.6 µm
(Gregory 2004).
Ukuran eritrosit dapat mengalami perubahan. Perubahan ukuran eritrosit
diakibatkan oleh faktor genetik, lingkungan (stres osmotik, toksin, dan radioaktif),
infeksi mikroorganisme, dan iatrogenik. Faktor genetik dapat menyebabkan
kelainan pada eritrosit, seperti thalassemia major dan sickle cell anemia (Dewi
2014). Faktor lingkungan, infeksi mikroorganisme, dan iatrogenik pada umumnya
menyebabkan hemolisis dan hemoragi sehingga terjadi kelainan, seperti anemia
makrositik, anemia mikrositik, dan anemia normositik (Ford 2013). Eritrosit yang
terpapar oleh larutan hipotonis ataupun larutan hipertonis akan mengalami
perubahan morfologi. Secara kualitatif, larutan hipotonis mengakibatkan eritrosit
menggembung sampai terjadi hemolisis sedangkan larutan hipertonis
mengakibatkan sel mengerut (Mills et al. 2004). Oleh karena itu, perlu dilakukan
evaluasi dini terhadap perubahan morfologi eritrosit.
Evaluasi perubahan morfologi eritrosit dapat dilakukan melalui pemeriksaan
sampel darah menggunakan preparat natif. Analisis ini memiliki hambatan karena
hasil analisis yang dilakukan berdasarkan preparat darah tidak selalu sama (Fifin
2010). Ketelitian dan konsentrasi pemeriksa sangat menentukan hasil analisis.
Perkembangan teknologi dunia medis sangat diperlukan untuk mengatasi
hambatan ini, terutama untuk mengukur perubahan luas eritrosit secara kuantitatif.
Salah satu perkembangan teknologi dunia medis adalah teknologi pencitraan
melalui pengolahan citra (image processing) (Hartadi 2004). Pengolahan citra
digital adalah cara pemrosesan citraan dengan menggunakan perangkat komputer
agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau mesin. Analisis citra yang dilakukan
dalam hal ini adalah perhitungan luas eritrosit (Habibzadeh 2011). Saat ini, telah
berkembang perangkat lunak untuk mempermudah pengolahan citra dalam bentuk
open source. Perangkat lunak pada open source ini adalah imageJ yang
dikembangkan oleh National Institute of Health (NIH) di Bethesda, Amerika
Serikat (Àbramoff et al. 2004). ImageJ adalah sebuah perangkat lunak untuk
menganalisis gambar biomedical (Reinking 2007). Fungsi utama dari imageJ,
yaitu input, operasi dasar, dan analisis gambar. Input pada imageJ dapat berupa
gambar, gambar dalam bentuk potongan-potongan, dan video. Operasi dasar yang
dimiliki imageJ, seperti mengubah gambar berwarna menjadi keabuan, operasi
histogram, dan menyaring gambar. Analisis gambar, diantaranya pengaturan skala
dan analisis kuantitaf secara manual ataupun otomatis (Mea 2004). Perangkat
lunak ini juga dapat digunakan untuk menghitung jumlah dan ukuran sel secara
otomatis (Sharif 2012).
2

Perumusan Masalah

Evaluasi perubahan luas eritrosit melalui pemeriksaan manual pada preparat


darah natif memiliki hambatan karena hasil analisis tidak selalu sama dan
membutuhkan waktu yang lama untuk menganalisis.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perubahan luas eritrosit secara


kuantitatif pada berbagai konsentrasi larutan hipotonis NaCl dengan
menggunakan imageJ.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dan inovasi di


bidang teknologi kedokteran. Inovasi tersebut berupa teknologi pengolahan citra
untuk melakukan analisis eritrosit terutama pada perhitungan ukuran eritrosit.
Analisis pencitraan ini bisa memberikan hasil pengukuran secara otomatis, tingkat
ketelitian, dan konsentrasi yang tinggi sehingga hasil diagnosa tidak berbeda.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini difokuskan pada penggunaan imageJ


untuk menghitung perubahan luas eritrosit domba akibat pemberian larutan NaCl
dengan konsentrasi 0.6%, 0.7%, 0.8%, dan 0.9% secara kuantitatif.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai April 2014.
Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Unit Reproduksi dan Rehabilitasi
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pengamatan pengaruh
larutan hipotonis terhadap perubahan luas eritrosit dilakukan di Laboratorium
Fisiologi Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eritrosit domba, larutan
natrium klorida (NaCl) (Darmstadt, Germany) dengan konsentrasi 0.6%, 0.7%,
0.8%, dan 0.9%, minyak emersi (VWR International, USA), xylol (Recochem
USA), antikoagulan ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA) (BDH, England),
alkohol 70% (Ciubros Farma, Indonesia), tisu, dan kapas. Hewan uji yang
3

digunakan adalah tiga ekor domba garut yang dipelihara di Unit Reproduksi dan
Rehabilitasi FKH IPB.

Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah mikroskop cahaya (tipe
Nikon YS 100, Nikon Instrument Inc, Japan), kamera Dino-Eye (tipe AM4023X,
AnMo Electronic Co, Taiwan) yang memiliki resolusi 1.3 mega pixel, software
imageJ (versi 1.46r, NIH, USA), laptop (Toshiba tipe Satellite L645, Toshiba,
China), disposable syringe 1 ml dengan jarum suntik ukuran 26 G, tabung reaksi,
kaca objek, kaca penutup, pipet eritrosit, dan mikrometer objektif untuk kalibrasi.

Prosedur Penelitian

Pembuatan preparat natif


Pembuatan preparat ulas darah diawali dengan pengambilan darah secara
aseptis dari tiga ekor domba yang digunakan dalam penelitian. Darah diambil dari
1/3 vena jugularis dengan jarum suntik ukuran 26 G yang dihubungkan dengan
disposable syringe. Darah diambil sebanyak 1 ml dari masing-masing domba.
Darah tersebut dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi EDTA. Sampel
darah dihomogenkan dengan EDTA sebelum dibawa ke laboratorium.
Sampel darah diencerkan menggunakan larutan NaCl 0.6%, 0.7%, 0.8% dan
0.9% dengan langkah sebagai berikut: darah dihisap menggunakan pipet eritrosit
sampai batas angka satu kemudian ujung pipet dibersihkan dari noda-noda darah
yang menempel dengan menggunakan tisu. Ujung pipet dicelupkan ke dalam
cairan pengencer (NaCl 0.6%, 0.7%, 0.8% dan 0.9%) dan cairan tersebut dihisap
sampai batas sebelas. Pipet diangkat, lalu ditutup ujungnya menggunakan jari lain
dan pangkalnya ditutup dengan jari tengah. Campuran larutan hipotonis dengan
darah dihomogenkan dengan cara membuat gerakan angka delapan mendatar.
Darah dicampurkan di dalam larutan hipotonis selama lima menit sebelum
digunakan untuk preparat natif.
Pembuatan preparat natif darah dilakukan dengan meneteskan sampel darah
yang telah diencerkan pada permukaan kaca preparat dan kemudian ditutup
menggunakan kaca penutup objek. Dalam penelitian ini dibuat tiga preparat natif
dari masing-masing sampel darah untuk setiap perlakuan konsentrasi NaCl.

Pengambilan gambar eritrosit


Preparat natif darah diamati di bawah mikroskop dengan lensa objektif 40
kali dan lensa okuler 10 kali. Komputer yang telah dilengkapi dengan software
DinoCapture kemudian dihubungkan dengan mikroskop menggunakan kamera
Dino-Eye. Dino-Eye pada mikroskop untuk menggantikan fungsi lensa okuler.
Gambaran preparat natif darah dapat diamati pada layar komputer dengan
perbesaran 920 kali (perbesaran lensa objektif 40 kali dan perbesaran digital Dino-
Eye 23 kali). Setelah mendapatkan gambaran sel darah yang jelas, maka gambar
difoto menggunakan DinoCapture. Gambar eritrosit disimpan untuk diolah
menggunakan imageJ (Alfitri 2013).
4

Perhitungan luas eritrosit menggunakan software imageJ


Hal pertama yang dilakukan untuk menghitung luas eritrosit dengan
menggunakan imageJ, yaitu mengalibrasi ukuran gambar. Kalibrasi dilakukan
dengan menggunakan gambar yang telah diketahui ukurannya. Dalam penelitian
ini, kalibrasi skala gambar dilakukan dengan gambar skala mikrometer (ukuran
100µm) kemudian angka kalibrasi ini digunakan untuk mengukur luas eritrosit
yang teridentifikasi oleh DinoCapture (Jacqui 2012).
Pengolahan citra dimulai dengan membuka gambar eritrosit yang telah
difoto menggunakan imageJ. Gambar eritrosit tersebut ditampilkan dalam bentuk
citra red, green, blue (RGB). Citra RGB disederhanakan menjadi citra greyscale
yang hanya memiliki warna keabuan. Citra greyscale kemudian disegmentasi
menggunakan threshold untuk memisahkan warna objek dengan warna latar
belakang sehingga diperoleh citra hitam dan putih. Setelah itu, dilakukan evaluasi
terhadap eritrosit yang telah disegmentasi. Jika ada gambar eritrosit yang
berlubang (warna di tengah eritrosit sama dengan warna latar belakang), maka
ditutup menggunakan fill holes dan jika ada eritrosit yang berdempet, maka
dipisahkan menggunakan watershed. Luas eritrosit dapat dihitung melalui ROI
manager atau analyze particle (Reinking 2007).

Analisis Data

Pengaruh larutan hipotonis terhadap luas eritrosit domba secara kuantitatif


dihitung menggunakan imageJ (versi 1.46r, NIH, USA). Rata-rata luas eritrosit
dihitung menggunakan Microsoft Excell 2007 (Microsoft, USA). Data yang
diperoleh diolah menggunakan SPSS (versi 14.0 Softonic Co, Spain) yaitu dengan
uji ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan selang
kepercayaan 95%. Hubungan antara tekanan osmotik dan luas eritrosit dihitung
menggunakan regresi linear sederhana. Data disajikan dalam bentuk rerata dan
standar deviasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume darah terdiri atas 40–50% eritrosit (Bransky et al. 2006). Eritrosit
mempunyai membran yang kuat untuk menampung bahan material di dalamnya.
Membran sel merupakan bagian yang terletak di luar sitoplasma. Membran sel
menjadi komponen yang sangat penting karena berfungsi membungkus organel-
organel sel, menjaga aktivitas sel tetap berlangsung, menyeleksi zat atau benda
yang akan masuk ke dalam sel, tempat terjadinya beberapa reaksi kimia tertentu,
dan penghubung antara bagian luar dan dalam sel (Shahib 2005). Struktur
membran eritrosit terdiri atas lipid bilayer, membran protein, dan karbohidrat
(Soerodikoesoemo dan Hartiko 1989).
Permeabilitas membran eritrosit akan mengalami peningkatan apabila
terpapar pada larutan NaCl hipotonis sehingga cairan pelarut mudah masuk ke
dalam sel. Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan morfologi eritrosit (Sacher
dan Pherson 2002). Jenis perubahan morfologi eritrosit berbeda pada tiap
konsentrasi larutan hipotonis. Perubahan tersebut meliputi perubahan bentuk dan
5

luas eritrosit. Perubahan luas eritrosit pada tiap konsentrasi larutan NaCl yang
diberikan dapat diolah menggunakan pengolahan citra digital. Teknologi
pengolahan citra yang digunakan pada penelitian ini, yaitu imageJ. Hasil
pengolahan citra perubahan luas eritrosit menggunakan imageJ dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1 Luas eritrosit domba yang diberi perlakuan hipotonis (µm2)


Konsentrasi NaCl (%)
Domba 0.9 0.8 0.7 0.6
1 15.57±1.95a 18.96±2.54b 19.20±1.97b 20.19±2.56 b
2 17.38±1.75a 19.66±2.16b 20.66±2.19b 21.31±2.03 b
a b b
3 18.80±2.33 21.78±2.18 22.00±2.41 22.20±2.68 b
Rata-rata 17.25±2.01 20.13±2.29 20.62±2.18 21.24±2.42
Keterangan: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata pada (p<0.05).

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata luas eritrosit domba yang dipapar
dengan konsentrasi NaCl 0.8% meningkat dari 17.25±2.0 µm2 (p<0.05) menjadi
20.13±2.29 µm2 (p<0.05), pada konsentrasi NaCl 0.7% meningkat menjadi
20.62±2.18 µm2 (p<0.05), dan pada konsentrasi NaCl 0.6% menjadi 21.24±2.42
µm2 (p<0.05). Eritrosit pada ketiga domba yang dipapar dengan konsentrasi NaCl
0.8%, 0.7%, dan 0.6% tampak menggembung namun secara statistik tidak
terdapat perbedaan yang nyata luas eritrosit pada ketiga konsentrasi NaCl.
Penyebab menggembungnya eritrosit adalah pada larutan hipotonis, air banyak
masuk ke dalam sel sebagai respon dari gradient osmosis melalui aquaporin.
Aquaporin merupakan bagian dari protein integral yang menyusun protein
membran dan bersifat hidrofilik (Pribush et al. 2002). Air yang banyak
terakumulasi di dalam sel menyebabkan eritrosit menggembung sehingga luas
eritrosit meningkat (Horne 2001). Eritrosit domba satu, dua, dan tiga pada
pemaparan konsentrasi NaCl 0.8%, 0.7% dan 0.6% masih bisa mempertahankan
kestabilan membran sehingga tidak terjadi hemolisis. Hal ini terjadi karena
eritrosit memiliki toleransi osmotik dan dilengkapi dengan sitoskleton khusus
untuk memberikan stabilitas mekanik dan fleksibelitas (Li et al. 2007).
Menurut Setiowati (2007), sitoskeleton merupakan filamen-filamen yang
teranyam membentuk suatu rangka. Sitoskeleton berinteraksi dengan protein
integral untuk menjaga integritas membran. Sitoskeleton berfungsi memberi
bentuk dan mempertahan struktur sel, penempatan berbagai organ dalam sel,
motilitas sel, pergerakan materi-materi dalam sel, dan mengatur aktivitas biokimia
sel. Sitoskeleton berdasarkan struktur dan garis tengahnya dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen
intermediet. Sitoskeleton bisa mengikat compleks junctional (JC) yang terdiri dari
F-aktin, protein 4,1, dan protein aktin-mengikat dematin, adducin, tropomiosin,
dan tropomodulin untuk memelihara keutuhan eritrosit (Smith 1987).
Perubahan luas eritrosit domba dan penurunan konsentrasi NaCl memiliki
hubungan yang linear. Hubungan ini bisa dilihat pada Gambar 1.
6

Grafik pengaruh konsentrasi NaCl terhadap luas eritrosit domba


35 Domba 1
Domba 2
Domba 3

30

Luas Eritrosit (um^2)


25

20

15

10
0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90
Konsentrasi NaCl (% )

Gambar 1 Hubungan antara konsentrasi NaCl dan luas eritrosit domba.

Data tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif antara penurunan


konsentrasi NaCl dan peningkatan luas eritrosit. Hubungan antara penurunan
konsentrasi NaCl dan peningkatan luas eritrosit dihitung menggunakan analisis
regresi linear sederhana yang menggambarkan hubungan antara konsentrasi NaCl
sebagai peubah bebas (x) dan luas eritrosit sebagai peubah tak bebas (y).
Hubungan kedua peubah tersebut digambarkan sebagai suatu garis lurus (Mattjik
dan Sumertajaya 2006). Korelasi yang dihasilkan oleh data penelitian pada domba
satu memiliki koefisien determinasi (R2) adalah 0.268 dengan persamaan garis y=
28.9-13.8x yang berarti besarnya perubahan luas eritrosit (y) jika terjadi
perubahan konsentrasi NaCl (x) satu satuan adalah 13.8 µm2. Domba dua
memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar 0.348. Persamaan garis regresi linear
domba dua adalah y= 29.8-13.5x yang memiliki arti adalah besarnya perubahan
luas eritrosit (y) jika terjadi perubahan konsentrasi NaCl (x) satu satuan adalah
13.5 µm2. Nilai R2 domba tiga adalah 0.183 dengan persamaan garis y= 30.1-
11.7x. Berdasarkan nilai R2, penurunan tekanan osmotik dan peningkatan luas
eritrosit belum terkorelasi sacara linear. Menurut Prasetyowati (2012), jika nilai
regresi mendekati ± 1, maka peubah bebas dan tak bebas semakin terkorelasi
secara linear.
Pengolahan citra menggunakan imageJ dipengaruhi oleh kualitas gambar
yang akan diolah. Gambar diambil eritrosit melalui kamera Dino-Eye yang
memiliki resolusi 1.3 mega pixel. Dino-Eye merupakan mikroskop digital yang
bisa dihubungkan dengan komputer untuk melihat gambar suatu objek. Dino-Eye
adalah bagian penting dari proses pengolahan citra karena alat ini yang menjadi
perantara dari sistem, yaitu bagian input gambar dan imageJ. Kualitas gambar
yang dihasilkan oleh Dino-Eye dipengaruhi oleh resolusi, tipe, dan fokus kamera
(Alfitri et al. 2013).
Citra digital sebelum diolah perlu dikenali oleh sistem perangkat lunak yang
dibuat dengan melakukan pembacaan terhadap citra sehingga citra digital dikenali
sebagai matriks yang siap diolah untuk program selanjutnya. Citra red, green,
and blue (RGB) diubah menjadi citra greyscale dengan kedalaman warna 8 bit.
Citra RGB merupakan gambar yang menunjukkan warna yang sebenarnya dari
suatu objek (true colour) sedangkan citra greyscale adalah derajat keabuan suatu
objek. Tujuannya adalah memudahkan dalam konversi gambar menjadi citra biner
hitam dan putih (Hidayat et al. 2013). Gambar eritrosit yang telah diubah dalam
7

bentuk citra greyscale akan disegmentasi. Segmentasi merupakan proses untuk


memisahkan warna objek (eritrosit) dan latar belakangnya sehingga diperoleh
citra area deteksi (Hartadi 2004). Perbedaan warna antara objek dan latar belakang
sangat mempengaruhi hasil pengolahan citra. Warna yang kurang kontras antara
objek dan latar belakang tidak bisa diolah oleh imageJ sehingga luas eritrosit
tersebut tidak bisa dihitung. Proses segmentasi menghasilkan citra biner hitam
putih. Konversi citra greyscale menjadi citra biner hitam putih dapat dilihat pada
Gambar 2.

A B

Gambar 2 A. Citra greyscale, B. Citra biner hitam dan putih

Pada pengolahan citra sering ditemukan lubang (holes) dan eritrosit yang
bertumpuk. Lubang (holes) pada citra didefinisikan sebagai wilayah berlatar
belakang yang dikelilingi oleh perbatasan pixel yang terhubung dengan objek.
Lubang dan eritrosit yang bertumpuk bisa mengganggu hasil perhitungan. Oleh
karena itu, lubang dapat ditutup dengan menggunakan fill holes dan eritrosit
bertumpuk dapat dipisahkan dengan menggunakan watershed yang dapat dilihat
pada Gambar 3.

A B

Gambar 3 A. Filling holes, B. Watershed

Proses pengolahan citra digital diakhiri dengan tampilan deskripsi hasil


pengolahan dalam bentuk tekstual. Deskripsi tekstual menampilkan luas eritrosit
yang telah dipilih dan dihitung melalui ROI manager. Contoh eritrosit yang
dipilih dan dihitung melalu ROI manager dapat dilihat pada Gambar 4.
8

Gambar 4 Eritrosit yang diberi label

Pengolahan citra menggunakan imageJ pada penelitian ini memiliki


beberapa kesulitan, diantaranya adalah penghitungan luas eritrosit menggunakan
metode ini membutuhkan pixel kamera yang tinggi (Kurniawan et al. 2011).
Kamera Dino-Eye yang digunakan pada penelitian ini memiliki resolusi 1.3
megapixel. Resolusi kamera 1.3 megapixel memiliki perbesaran digital 23 kali
sehingga kerapatan gambar berkurang dan menghasilkan gambar yang kurang
jelas menyebabkan pada saat segmentasi yang menggunakan threshold terjadi
kesulitan dalam memperjelas batas membran sel dan latar belakang gambar.
Akibatnya, luas sel tersebut tidak bisa dihitung menggunakan imageJ. Selain itu,
diafragma mikroskop yang terlalu kecil menyebabkan bagian tepi gambar
berwarna hitam, seperti yang terlihat pada gambar 1, 2, dan 3 sehingga eritrosit
pada bagian tersebut tidak bisa dihitung.
Kemudahan yang diperoleh dari penggunaan imageJ adalah perhitungan
luas sel dapat dilakukan dengan cepat (Jambhekar 2011). Hasil penelitian ini
menunjukkan, analisis perhitungan luas eritrosit menggunakan imageJ dapat
melihat perbedaan ukuran eritrosit tiap konsentrasi NaCl yang diberikan sehingga
dapat diketahui batas toleransi osmotik (batas konsentrasi medium tertentu sel
belum mengalami lisis) suatu sel terhadap larutan hipotonis.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perubahan morfologi (luas) eritrosit akibat perlakuan hipotonis dapat


diidentifikasi secara kuantitatif melalui pengolahan citra menggunakan imageJ.
Terdapat korelasi antara penurunan tekanan osmotik dengan peningkatan luas
eritrosit. Pemberian larutan NaCl dengan konsentrasi 0.8%, 0.7%, dan 0.6%
menyebabkan luas eritrosit meningkat dibandingkan larutan NaCl 0.9%.

Saran

Pengambilan gambar sebaiknya menggunakan kamera yang memiliki


resolusi yang lebih tinggi. Tujuannya supaya gambar yang yang dihasilkan
memiliki kualitas yang lebih bagus sehingga memudahkan pada saat segmentasi
menggunakan threshold. Hal lain yang perlu dilakukan adalah menemukan
9

metode threshold yang baik supaya yang terdeteksi dan yang teranalisis hanya sel
yang menjadi objek penelitian serta bisa menghitung jumlah eritrosit secara
otomatis. Mikroskop yang digunakan untuk penelitian ini sebaiknya adalah
mikroskop yang memiliki energi panas yang sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

Àbramoff DM, Magalhàes PJ, Ram SJ. 2004. Image Processing with ImageJ.
Lousiana (US): Laurin Publishing Co. Inc.
Alfitri N, Hendrick, Yondri S, Anggraini T, Efrizon. 2013. Deteksi pestisida pada
tomat dengan pengolahan citra menggunakan mikroskop digital. Seminar
Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013. Teknik Elektro
Politeknik Negeri Padang; Padang, Indonesia. Padang (ID). [diunduh 2014
Juni 24]. Tersedia pada: www.politekniknegeripadang.ac.id
Bransky A, Korin N, Nemirovsky Y, Dinnau U. 2006. Correlation between
erythrocytes deformability and size: a study using a microchannel based cell
analyzer. Microvascular research. 73: 7-13.
Dewi TS. 2014. Pengaruh Penyakit Thalassemia terhadap Pertumbuhan Rahang
[internet]. [diunduh 2014 Agustus 23]. Tersedia pada: academia.edu.
Fifin. 2010. Pengenalan pola citra leukosit dengan metode ekstraksi fitur citra.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6: 133-137.
Ford J. 2013. Red blood cell morphology. Int J Lab Hematol. 35(3): 351-7.
Gregory TR. 2004. Mammal Erythrocytes Size [internet]. [diunduh 2014 Agustus
23]. Tersedia pada: www. mammals.htm.
Habibzadeh M. 2011. Counting of RBCs and WBCs in noisy normal blood smear
microscopic images. Medical Imaging. 79(63).
Hartadi D, Sumardi I. 2004. Simulasi penghitungan jumlah sel darah merah.
Transmisi. 8(2) : 1 – 6.
Hidayat A, Alfitri N, Hendrick, Ramiati, Bakhtiar B. 2013. Aplikasi Pengolahan
Citra Mikroskopis untuk Pendeteksi Kandungan Formalin pada Tahu
menggunakan Kamera CCD (Charge Couple Device). Seminar Nasional
Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013. Teknik Elektro Politeknik
Negeri Padang; Padang, Indonesia. Padang (ID). [diunduh 2014 Juni 24].
Tersedia pada: www.politekniknegeripadang.ac.id.
Horne M. 2001. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam dan Basa Ed ke- 2.
Jakarta (ID): EGC.
Jacqui R. 2012. ImageJ: Introduction to Image Analysis [internet]. [diunduh 2014
Agustus 22]. Tersedia pada: http://microscopy. Berkeley.
Edu/courses/dib/section.
Jambhekar ND. 2011. Red blood classification using image processing. Science
Research Reporter. 1 (3): 151-154.
Kurniawan C, Waluyo TB, Sebayang P. 2011. Analisis ukuran partikel
menggunakan free software imageJ. Seminar Nasional Fisika 2011. Pusat
penelitian Fisika (LIPI); 2011 Jul 12-13; Serpong, Indonesia. Serpong (ID).
[diunduh 2014 Maret 14]. Tersedia pada: http://www.opi.lipi.go.id.
10

Li J, Lykotrafitis G, Dao M, Suresh S. 2007. Cytoskelatal dynamic of human


erythrocyte. PNAS. 104(12): 4937-4942.
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan: dengan Aplikasi
SAS dan MINITAB. Bogor (ID): IPB Pr.
Mea VD. 2004. Basic Functioning of ImageJ with Pratical Exersice 1[internet].
[diunduh 2014 Juni 28]. Tersedia pada: www.dimi.uniud.it.
Mills JP, Qie L, Dao M, Lim CT, Suresh S. 2004. Nonlinear elastic and
viscoelastic deformation of the human red blood cell with optical tweezers.
MCB. 1(3): 169-180.
Prasetyowati R. 2012. Regresi Linear [internet]. [diunduh 2014 Juni 29]. Tersedia
pada: www.uny.ac.id.
Pribush A, Meyerstein D, Meyerstein N. 2002. Kinetics of swelling and
membrane hole formation in hypotonic media. Elsevier: 1558(2): 119-132.
Reinking L. 2007. ImageJ Basic [internet]. [diunduh 2014 Juni 28]. Tersedia
pada: www.melville.ch.cam.ac.uk.
Sacher R Pherson R. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Brahm, penerjemah. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Widmann’s
Clinical Interpretation of Laboratory test. Ed ke-11.
Setiowati T, Deswanti F. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta (ID): Azka Pr.
Shahib. 2005. Membran sel [internet]. [diunduh 2014 Februari 6]. Tersedia pada:
http://file.upi.edu.
Sharif. 2012. Rekayasa Perangkat Lunak [internet]. [diunduh 2014 Februari 2006].
Tersedia pada: etd.ugm.ac.id.
Smith JE. 1987. Erythrocyte membrane: structure, function, and pathophysiology.
Vet Pathol. 24:471-476.
Soepraptini J, Widyayanti K, Estoepangatie ATS. 2011. Perubahan bentuk
eritrosit pada hapusan darah anjing sebelum dan sesudah penyimpanan
dengan menggunakan citrate phosphate dextrose. JIKH.4(1).
Soerodikoesoemo W Hartiko H. 1989. Biologi molekuler . Yogyakarta (ID):
Universitas Gajah Mada Pr.
11

Lampiran 1 Meode perhitungan luas eritrosit menggunakan imageJ

Kalibrasi gambar dengan skala mikrometer

1. Gambar eritrosit yang telah difoto dibuka dari folder penyimpanan dalam
bentuk citra red, green, and blue (RGB)

2. Citra RGB disederhanakan menjadi citra greyscale

4. Citra greyscale disegmentasi menjadi citra biner hitam dan putih

5. Perhitungan luas eritrosit melalui ROI manager


12

6. Hasil perhitungan luas eritrosit

Lampiran 2 Hasil uji statistika pengolahan citra

Hasil uji ANOVA


NaCl N
.60 3
.70 3
.80 3
.90 3

Dependent Variable: respon


Source Type III Sum of df Mean Sguares F Sig.
Squares
Corrected Model 28.082(a) 3 9.361 4.829 .033
Intercept 4708.564 1 4708.564 2429.20 .000
NaCl 28.082 3 9.361 4.829 .033
Error 15.507 8 1.938
Total 4752.152 12
Corrected Total 43.588 11

Hasil uji Duncan


NaCl N Subset
1 2
.90 3 17.2471
.80 3 20.1334
.70 3 20.6171
.60 3 21.2369
Sig 1.000 .379
13

Analisis Regresi linear

Domba 1
S = 2.40441 R-Sq = 28.6% R-Sq(adj) = 28.3%
Y= 28.9 - 13.8x

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 28.909 1.113 25.97 0.000
NaCl -13.844 1.469 -9.43 0.000

Domba 2
S = 2.05273 R-Sq = 34.8% R-Sq(adj) = 34.5%
Y= 29.8 - 13.5x

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 29.8451 0.9630 30.99 0.000
NaCl 2 -13.459 1.240 -10.85 0.000

Domba 3
S = 2.46838 R-Sq = 18.3% R-Sq(adj) = 17.8%
Y= 30.1 - 11.7

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 30.135 1.524 19.77 0.000
NaCl 3 -11.71 1.969 -5.95 0.000
14

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Etri Mardaningsih. Penulis lahir di Payakumbuh


pada tanggal 13 Maret 1992. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan
Bapak M. Limis dan Ibu Elmarnis.
Penulis telah menamatkan pendidikan formal di SDN 03 Durian Tinggi
pada tahun 2004, SMPN 02 Kecamatan Kapur IX tahun 2007, dan SMAN 01
Kecamatan Kapur IX tahun 2010. Penulis meneruskan pendidikannya di
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Melalui Undangan Seleksi
Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Penulis aktif dalam organisasi
Himpunan Minat Profesi Ruminansia (2011-2013), tergabung dalam Lembaga
Kemahasiswaan Steril (2011-2012), serta menjadi pengurus Ikatan Mahasiswa
Kedokteran Hewan Indonesia cabang IPB (2011-2014) selama perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai