ETRI MARDANINGSIH
Etri Mardaningsih
NIM B04100011
ABSTRAK
ETRI MARDANINGSIH. Identifikasi Perubahan Luas Eritrosit Domba Akibat
Larutan Hipotonis Menggunakan ImageJ. Dibimbing oleh KOEKOEH
SANTOSO dan MOKHAMAD FAHRUDIN.
ABSTRACT
ImageJ has been widely used in biological and medical field for analyzing
digital image. This research was conducted to examine the quantitative changes of
erythrocytes size after exposure to various concentration of hypotonic solution
using imageJ. Analysis of cell size was experimented for twelve samples, blood
smear from three sheeps and each was given NaCl solution with concentration of
0.6%, 0.7%, 0.8%, and 0.9%. Blood smear was observed using a light microscope
with 920 times magnification. Erythrocytes’s image in microscope was observed
through a computer (computerized) using Dino-Eye camera. Erythrocytes image
then measured using ImageJ. The result of this research showed that eritrocyte’s
size in NaCl solution with 0.9% concentration was 17.25±2.01 µm2 (p<0.05), in
0.8% concentration was 20.13±2.29 µm2 (p<0.05), 0.7% concentration was
20.62±2.18 µm2 (p<0.05), and 0.6% concentration was 21.24±2.42 µm2 (p<0.05).
It was concluded that sheep’s erythrocytes size in hipotonis solution could
measured using software imageJ.
Keywords: hipotonic solution, ImageJ software, sheep’s erythrocytes
IDENTIFIKASI PERUBAHAN LUAS ERITROSIT DOMBA
AKIBAT LARUTAN HIPOTONIS MENGGUNAKAN
SOFTWARE IMAGE-J
ETRI MARDANINGSIH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 hingga April 2014 ini ialah fisiologi
darah, dengan judul Identifikasi Perubahan Luas Eritrosit Domba Akibat Larutan
Hipotonis Menggunakan ImageJ.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda tercinta M. Limis dan
Ibunda tercinta Elmarnis serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr Drh
Koekoeh Santoso dan Bapak Dr Drh Mokhamad Fahrudin selaku pembimbing
serta Ibu Drh Titik Sunartatie, MSi selaku dosen pembimbing akademik. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Laboratorium Fisiologi
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu
selama pengambilan sampel dan pengumpulan data.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman seperjuangan Anisa
Rahma dan Rendi Rifano yang selalu bekerjasama dalam suka dan duka, serta
untuk sahabat-sahabat terbaik, Fitri Susana, Susan Fasella, Riena Carlina, dan
Ninditya Anggie yang telah memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Esdinawan Carakantara Satrija dan Meta Anggistia yang
telah membantu dalam penulisan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Etri Mardaningsih
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Bahan 2
Alat 3
Prosedur Penelitian 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Hasil Error! Bookmark not defined.4
Pembahasan Error! Bookmark not defined.4
SIMPULAN DAN SARAN 8
Simpulan 8
Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
LAMPIRAN 11
RIWAYAT HIDUP 14
DAFTAR TABEL
1 Luas eritrosit domba yang diberi perlakuan hipotonis 5
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Metode perhitungan luas eritrosit menggunakan imageJ 11
2 Hasil uji statistika hasil pengolahan citra 12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Eritrosit (sel darah merah) merupakan salah satu sel darah yang berfungsi
untuk mentransportasikan berbagai macam zat yang dibutuhkan tubuh, seperti
oksigen, nutrisi, karbondioksida, hormon, dan hasil metabolisme (Soepraptini et
al. 2011). Eritrosit mamalia berbentuk bikonkaf dan tidak memiliki inti sel.
Ukuran eritrosit mamalia berbeda-beda tergantung pada jenis hewan. Diameter
eritrosit yang dimiliki oleh hewan pelihara antara lain, domba 4.8 µm, sapi 6.0 µm,
kambing 3.2 µm, anjing 6.9 µm, kucing 5.4 µm, babi 4.0 µm, dan kuda 5.6 µm
(Gregory 2004).
Ukuran eritrosit dapat mengalami perubahan. Perubahan ukuran eritrosit
diakibatkan oleh faktor genetik, lingkungan (stres osmotik, toksin, dan radioaktif),
infeksi mikroorganisme, dan iatrogenik. Faktor genetik dapat menyebabkan
kelainan pada eritrosit, seperti thalassemia major dan sickle cell anemia (Dewi
2014). Faktor lingkungan, infeksi mikroorganisme, dan iatrogenik pada umumnya
menyebabkan hemolisis dan hemoragi sehingga terjadi kelainan, seperti anemia
makrositik, anemia mikrositik, dan anemia normositik (Ford 2013). Eritrosit yang
terpapar oleh larutan hipotonis ataupun larutan hipertonis akan mengalami
perubahan morfologi. Secara kualitatif, larutan hipotonis mengakibatkan eritrosit
menggembung sampai terjadi hemolisis sedangkan larutan hipertonis
mengakibatkan sel mengerut (Mills et al. 2004). Oleh karena itu, perlu dilakukan
evaluasi dini terhadap perubahan morfologi eritrosit.
Evaluasi perubahan morfologi eritrosit dapat dilakukan melalui pemeriksaan
sampel darah menggunakan preparat natif. Analisis ini memiliki hambatan karena
hasil analisis yang dilakukan berdasarkan preparat darah tidak selalu sama (Fifin
2010). Ketelitian dan konsentrasi pemeriksa sangat menentukan hasil analisis.
Perkembangan teknologi dunia medis sangat diperlukan untuk mengatasi
hambatan ini, terutama untuk mengukur perubahan luas eritrosit secara kuantitatif.
Salah satu perkembangan teknologi dunia medis adalah teknologi pencitraan
melalui pengolahan citra (image processing) (Hartadi 2004). Pengolahan citra
digital adalah cara pemrosesan citraan dengan menggunakan perangkat komputer
agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau mesin. Analisis citra yang dilakukan
dalam hal ini adalah perhitungan luas eritrosit (Habibzadeh 2011). Saat ini, telah
berkembang perangkat lunak untuk mempermudah pengolahan citra dalam bentuk
open source. Perangkat lunak pada open source ini adalah imageJ yang
dikembangkan oleh National Institute of Health (NIH) di Bethesda, Amerika
Serikat (Àbramoff et al. 2004). ImageJ adalah sebuah perangkat lunak untuk
menganalisis gambar biomedical (Reinking 2007). Fungsi utama dari imageJ,
yaitu input, operasi dasar, dan analisis gambar. Input pada imageJ dapat berupa
gambar, gambar dalam bentuk potongan-potongan, dan video. Operasi dasar yang
dimiliki imageJ, seperti mengubah gambar berwarna menjadi keabuan, operasi
histogram, dan menyaring gambar. Analisis gambar, diantaranya pengaturan skala
dan analisis kuantitaf secara manual ataupun otomatis (Mea 2004). Perangkat
lunak ini juga dapat digunakan untuk menghitung jumlah dan ukuran sel secara
otomatis (Sharif 2012).
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai April 2014.
Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Unit Reproduksi dan Rehabilitasi
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pengamatan pengaruh
larutan hipotonis terhadap perubahan luas eritrosit dilakukan di Laboratorium
Fisiologi Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eritrosit domba, larutan
natrium klorida (NaCl) (Darmstadt, Germany) dengan konsentrasi 0.6%, 0.7%,
0.8%, dan 0.9%, minyak emersi (VWR International, USA), xylol (Recochem
USA), antikoagulan ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA) (BDH, England),
alkohol 70% (Ciubros Farma, Indonesia), tisu, dan kapas. Hewan uji yang
3
digunakan adalah tiga ekor domba garut yang dipelihara di Unit Reproduksi dan
Rehabilitasi FKH IPB.
Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah mikroskop cahaya (tipe
Nikon YS 100, Nikon Instrument Inc, Japan), kamera Dino-Eye (tipe AM4023X,
AnMo Electronic Co, Taiwan) yang memiliki resolusi 1.3 mega pixel, software
imageJ (versi 1.46r, NIH, USA), laptop (Toshiba tipe Satellite L645, Toshiba,
China), disposable syringe 1 ml dengan jarum suntik ukuran 26 G, tabung reaksi,
kaca objek, kaca penutup, pipet eritrosit, dan mikrometer objektif untuk kalibrasi.
Prosedur Penelitian
Analisis Data
Volume darah terdiri atas 40–50% eritrosit (Bransky et al. 2006). Eritrosit
mempunyai membran yang kuat untuk menampung bahan material di dalamnya.
Membran sel merupakan bagian yang terletak di luar sitoplasma. Membran sel
menjadi komponen yang sangat penting karena berfungsi membungkus organel-
organel sel, menjaga aktivitas sel tetap berlangsung, menyeleksi zat atau benda
yang akan masuk ke dalam sel, tempat terjadinya beberapa reaksi kimia tertentu,
dan penghubung antara bagian luar dan dalam sel (Shahib 2005). Struktur
membran eritrosit terdiri atas lipid bilayer, membran protein, dan karbohidrat
(Soerodikoesoemo dan Hartiko 1989).
Permeabilitas membran eritrosit akan mengalami peningkatan apabila
terpapar pada larutan NaCl hipotonis sehingga cairan pelarut mudah masuk ke
dalam sel. Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan morfologi eritrosit (Sacher
dan Pherson 2002). Jenis perubahan morfologi eritrosit berbeda pada tiap
konsentrasi larutan hipotonis. Perubahan tersebut meliputi perubahan bentuk dan
5
luas eritrosit. Perubahan luas eritrosit pada tiap konsentrasi larutan NaCl yang
diberikan dapat diolah menggunakan pengolahan citra digital. Teknologi
pengolahan citra yang digunakan pada penelitian ini, yaitu imageJ. Hasil
pengolahan citra perubahan luas eritrosit menggunakan imageJ dapat dilihat pada
Tabel 1.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata luas eritrosit domba yang dipapar
dengan konsentrasi NaCl 0.8% meningkat dari 17.25±2.0 µm2 (p<0.05) menjadi
20.13±2.29 µm2 (p<0.05), pada konsentrasi NaCl 0.7% meningkat menjadi
20.62±2.18 µm2 (p<0.05), dan pada konsentrasi NaCl 0.6% menjadi 21.24±2.42
µm2 (p<0.05). Eritrosit pada ketiga domba yang dipapar dengan konsentrasi NaCl
0.8%, 0.7%, dan 0.6% tampak menggembung namun secara statistik tidak
terdapat perbedaan yang nyata luas eritrosit pada ketiga konsentrasi NaCl.
Penyebab menggembungnya eritrosit adalah pada larutan hipotonis, air banyak
masuk ke dalam sel sebagai respon dari gradient osmosis melalui aquaporin.
Aquaporin merupakan bagian dari protein integral yang menyusun protein
membran dan bersifat hidrofilik (Pribush et al. 2002). Air yang banyak
terakumulasi di dalam sel menyebabkan eritrosit menggembung sehingga luas
eritrosit meningkat (Horne 2001). Eritrosit domba satu, dua, dan tiga pada
pemaparan konsentrasi NaCl 0.8%, 0.7% dan 0.6% masih bisa mempertahankan
kestabilan membran sehingga tidak terjadi hemolisis. Hal ini terjadi karena
eritrosit memiliki toleransi osmotik dan dilengkapi dengan sitoskleton khusus
untuk memberikan stabilitas mekanik dan fleksibelitas (Li et al. 2007).
Menurut Setiowati (2007), sitoskeleton merupakan filamen-filamen yang
teranyam membentuk suatu rangka. Sitoskeleton berinteraksi dengan protein
integral untuk menjaga integritas membran. Sitoskeleton berfungsi memberi
bentuk dan mempertahan struktur sel, penempatan berbagai organ dalam sel,
motilitas sel, pergerakan materi-materi dalam sel, dan mengatur aktivitas biokimia
sel. Sitoskeleton berdasarkan struktur dan garis tengahnya dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen
intermediet. Sitoskeleton bisa mengikat compleks junctional (JC) yang terdiri dari
F-aktin, protein 4,1, dan protein aktin-mengikat dematin, adducin, tropomiosin,
dan tropomodulin untuk memelihara keutuhan eritrosit (Smith 1987).
Perubahan luas eritrosit domba dan penurunan konsentrasi NaCl memiliki
hubungan yang linear. Hubungan ini bisa dilihat pada Gambar 1.
6
30
20
15
10
0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90
Konsentrasi NaCl (% )
A B
Pada pengolahan citra sering ditemukan lubang (holes) dan eritrosit yang
bertumpuk. Lubang (holes) pada citra didefinisikan sebagai wilayah berlatar
belakang yang dikelilingi oleh perbatasan pixel yang terhubung dengan objek.
Lubang dan eritrosit yang bertumpuk bisa mengganggu hasil perhitungan. Oleh
karena itu, lubang dapat ditutup dengan menggunakan fill holes dan eritrosit
bertumpuk dapat dipisahkan dengan menggunakan watershed yang dapat dilihat
pada Gambar 3.
A B
Simpulan
Saran
metode threshold yang baik supaya yang terdeteksi dan yang teranalisis hanya sel
yang menjadi objek penelitian serta bisa menghitung jumlah eritrosit secara
otomatis. Mikroskop yang digunakan untuk penelitian ini sebaiknya adalah
mikroskop yang memiliki energi panas yang sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Àbramoff DM, Magalhàes PJ, Ram SJ. 2004. Image Processing with ImageJ.
Lousiana (US): Laurin Publishing Co. Inc.
Alfitri N, Hendrick, Yondri S, Anggraini T, Efrizon. 2013. Deteksi pestisida pada
tomat dengan pengolahan citra menggunakan mikroskop digital. Seminar
Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013. Teknik Elektro
Politeknik Negeri Padang; Padang, Indonesia. Padang (ID). [diunduh 2014
Juni 24]. Tersedia pada: www.politekniknegeripadang.ac.id
Bransky A, Korin N, Nemirovsky Y, Dinnau U. 2006. Correlation between
erythrocytes deformability and size: a study using a microchannel based cell
analyzer. Microvascular research. 73: 7-13.
Dewi TS. 2014. Pengaruh Penyakit Thalassemia terhadap Pertumbuhan Rahang
[internet]. [diunduh 2014 Agustus 23]. Tersedia pada: academia.edu.
Fifin. 2010. Pengenalan pola citra leukosit dengan metode ekstraksi fitur citra.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6: 133-137.
Ford J. 2013. Red blood cell morphology. Int J Lab Hematol. 35(3): 351-7.
Gregory TR. 2004. Mammal Erythrocytes Size [internet]. [diunduh 2014 Agustus
23]. Tersedia pada: www. mammals.htm.
Habibzadeh M. 2011. Counting of RBCs and WBCs in noisy normal blood smear
microscopic images. Medical Imaging. 79(63).
Hartadi D, Sumardi I. 2004. Simulasi penghitungan jumlah sel darah merah.
Transmisi. 8(2) : 1 – 6.
Hidayat A, Alfitri N, Hendrick, Ramiati, Bakhtiar B. 2013. Aplikasi Pengolahan
Citra Mikroskopis untuk Pendeteksi Kandungan Formalin pada Tahu
menggunakan Kamera CCD (Charge Couple Device). Seminar Nasional
Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013. Teknik Elektro Politeknik
Negeri Padang; Padang, Indonesia. Padang (ID). [diunduh 2014 Juni 24].
Tersedia pada: www.politekniknegeripadang.ac.id.
Horne M. 2001. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam dan Basa Ed ke- 2.
Jakarta (ID): EGC.
Jacqui R. 2012. ImageJ: Introduction to Image Analysis [internet]. [diunduh 2014
Agustus 22]. Tersedia pada: http://microscopy. Berkeley.
Edu/courses/dib/section.
Jambhekar ND. 2011. Red blood classification using image processing. Science
Research Reporter. 1 (3): 151-154.
Kurniawan C, Waluyo TB, Sebayang P. 2011. Analisis ukuran partikel
menggunakan free software imageJ. Seminar Nasional Fisika 2011. Pusat
penelitian Fisika (LIPI); 2011 Jul 12-13; Serpong, Indonesia. Serpong (ID).
[diunduh 2014 Maret 14]. Tersedia pada: http://www.opi.lipi.go.id.
10
1. Gambar eritrosit yang telah difoto dibuka dari folder penyimpanan dalam
bentuk citra red, green, and blue (RGB)
Domba 1
S = 2.40441 R-Sq = 28.6% R-Sq(adj) = 28.3%
Y= 28.9 - 13.8x
Domba 2
S = 2.05273 R-Sq = 34.8% R-Sq(adj) = 34.5%
Y= 29.8 - 13.5x
Domba 3
S = 2.46838 R-Sq = 18.3% R-Sq(adj) = 17.8%
Y= 30.1 - 11.7
RIWAYAT HIDUP