Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil yang
dilaporkan dapat hidup di luar kandungan mempunyai berat badan 297 gram
waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat
badan di bawah 500 gram dapat bertahan hidup, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari
20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan mekanis atau medis disebut
sebagai abortus spontan. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum
20 minggu akibat dilakukan suatu tindakan mekanis tertentu. Abortus terapeutik
ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Berdasarkan aspek
klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu abortus
imminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus
inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan abortus habitualis (recurrent
abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus, dan abortus septik.1,2
Prevalensi abortus meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada wanita
berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita yang berusia di atas 45 tahun ialah
50%.4 Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan. 2
Penelitian-penelitian terdahulu menyebutkan bahwa angka kejadian abortus sangat
tinggi. Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total kejadian abortus
di Indonesia berkisar antara 750.000 dan dapat mencapai 1 juta per tahun dengan
rasio 18 abortus per 100 konsepsi. Angka tersebut mencakup abortus spontan
maupun buatan.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I.1.IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. IS
Usia : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Alamat : Candisari, Banyubiru
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 3 Desember 2017
Ruang Rawat : Asoka
No RM : 1381xx-xxx

I.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien tanggal 3
Desember 2017 pukul 13.30
Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir
Keluhan Tambahan
Perut nyeri di bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelumnya sekitar 7 hari yang lalu pasien mengalami keluhan keluarnya
flek-flek merah kehitaman dari jalan lahir tanpa disertai rasa nyeri atau mules
perut. Pasien merasa hal ini tidak mengganggu sehingga tidak memeriksakannya
kedokter. Kemudian sekitar 2 hari sebelum masuk RS pasien mengeluh keluar
darah dari jalan lahir yang cukup banyak seperti sedang menstruasi. Darah
berwarna merah agak gelap disertai prongkolan-prongkolan berwarna merah
kehitaman. Keluarnya darah ini disertai rasa mules pada perut bagian bawah. Saat
ini pasien sedang hamil dengan usia kehamilan sekitar 5 bulan. Pasien rutin
memeriksakan kehamilannya di dokter spesialis kandungan dan bidan.

2
Sebelumnya pasien dibawa ke puskesmas terdekat karena keluahan ini dan
dilakukan pemeriksaan terhadap bayinya dan dikatakan keadaan bayi baik-baik
saja dan pasien dirawat inapkan di sana. Namun pasien masih merasa kesakitan
dan darah masih aktif keluar. Kemudian pasien di rujuk ke RSUD Ambarawa
Sekitar pukul 13.50 saat di IGD keluar secara spontan janin dalam keadaan mati
dan rusak dengan berat sekitar 500 gr dengan maserasi berat, kemudian diikuti
lahirnya plasenta yang dalam keadaan layu dan kesan sisa.
Saat usia kehamilan pasien 2 bulan pasien memeriksakan kehamilannya ke
dokter kandungan karena pasien mengeluh adanya keluhan flek-flek. Oleh dokter
kandungan diberikan obat penguat kandungan. Namun setelah itu pasien tidak
kembali kontrol sampai saat ini

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien sebelumnya pernah mengalami keguguran tahun 2011 saat usia
kehamilannya 6 bulan. Riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, jantung dan
alergi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami riwayat keluhan
serupa pasien. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat diabetes
mellitus, hipertensi, jantung dan alergi.

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan


Pasien tinggal bersama suami dan satu orang anak. Pendidikan terakhir
pasien dan suami adalah SMA. Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
suami bekerja sebagai buruh.

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah 1 kali dan usia pernikahan saat ini 7 tahun.

3
Riwayat Obstetri
Saat ini pasien sedang hamil ke 3. Pasien pernah melahirkan sebanyak 1
kali dan keguguran 1 kali sehingga status obstetric pasien adalh G3P1A1
 Anak 1: Tahun 2011, keguguran usia kehamilan 6 bulan
 Anak 2: Tahun 2013, jenis kelamin perempuan, lahir di RS, penolong
dokter, lahir cukup bulan, BL 3300 gr
 Anak 3: hamil ini

Riwayat Ginekologi
Menarche : 14 tahun Siklus : 28 hari HPL : Lupa
Lama haid : 7 hari HPHT : 17 Juli 2017

Riwayat Keluarga Berencana (KB)


Pasien belum pernah menggunakan kontrasepsi.

I.3. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 14.00
Status Generalis
Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : TD: 110/83 mmHg HR: 79 x/menit
Suhu: 36,2 ºC RR: 18 x/menit
Kepala : Normocephal,
Rambut : Hitam kecoklatan, lurus, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : Edem palpebra (-/-), alis mata hitam dan tersebar merata,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor Ø
3mm / 3mm, refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak
langsung (+/+), mata cekung (+/+), injeksi konjungtiva (-/-), air
mata (-/-)
Telinga : Bentuk telinga normal, simetris, lubang telinga lapang, serumen
(-/-), sekret (-/-), membran timpani sulit dinilai, nyeri tekan
dan tarik (-/-)
Hidung : Bentuk hidung normal, tidak ditemukan deviasi septum, nafas
cuping hidung (-/-) ,cavum nasi lapang, sekret (-/-)
Bibir : Mukosa bibir kering, berwarna merah muda, sianosis(-)

4
Mulut : kebersihan mulut baik, mukosa gusi dan pipi merah muda, ulkus (-),
perdarahan gusi (-), coated tongue (-), faring hiperemis (-), uvula
letak di tengah, Tonsil T1-T1
Leher : Simetris, JVP normal, pembesaran KGB cervical (-), retraksi
suprastrernal (-)
Thorak:
Pulmo
 Inspeksi : Normochest, hiperpigmentasi areola (+), payudara
membesar (+)
 Palpasi : Taktil fremitus kanan dan kiri sama
 Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.
 Auskultasi: vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor
 Inspeksi :Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi :Ictus cordis tidak teraba, thrilling (-)
 Perkusi :Batas jantung sulit ditentukan
 Auskultasi : Bunyi Jantung I Tunggal, Bunyi jatung II Split tidak
konstan, Ictus cordis terdengar di ICS 4, Murmur (-), gallop (-).
Abdomen
 Inspeksi : cembung, hiperpigmentasi linea alba (+)
 Auskultasi: Bising usus normal ( 6x/menit)
 Palpasi :Dinding perut supel, turgor kulit normal,
hepatosplenomegali (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok CVA (-/-)
 Perkusi : Timpani disemua kuadran abdomen
Ekstremitas
 Atas : Simetris, sianosis -/-, akral hangat +/+, gerak : Aktif
 Bawah : Simetris, sianosis -/-, akral hangat +/+,gerak : Aktif
Kulit : Kuning langsat, sianosis (-), ikterik (-), turgor sedikit lambat
Genitalia : Perdarahan pervaginam (+)

Status Obstetri :
Inspeksi : Cembung
Palpasi :
TFU : 2 jari dibawah pusar
Leopold I : Tidak teraba
Leopold II : Tidak teraba
Leopold III : Tidak teraba

5
Leopold IV : Tidak teraba
DJJ : (-)
Status Ginekologi :
Inspeksi : Perut tampak cembung
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Pemeriksaan dalam : OUE terbuka, portio konsistensi lunak sedang,
ketebalan 75%, tidak teraba bagian janin atau KK.
Perdarahan pervaginam (+)
Inspekulo : Tidak dilakukan

I.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hematologi
Tanggal 3 Desember 2017

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hematologi
Darah perifer lengkap
Hb 11,2 13,2 – 17,3 gr/dl
Ht 39,9 40 - 52%
Eritrosit 4,1 4,4– 5,9 juta/µL
MCV 81,1 82 – 96 fL
MCH 27,8 27 – 32 pg
MCHC 32,2 32 – 37 gr/dL
Trombosit 330.000 150.000 – 400.0000/µL
Leukosit 18.500 3.800 –10.600/µL
Basofil 0,2 1-3 %
Eosinofil 0,0 0-1%
Neutrofil 67,3 50-70 %
Limfosit 31,4 25-40 %
Monosit 5,2 2-8 %
PTT 10,5 9,3 – 11,4
APTT 29,0 24,5 – 32, 8
Golongan Darah O
Kimia Klinik
Kreatinin 0,75 0,62 – 1,1 mg/dL
GDS 122 74-106
SGOT 15 0-35
SGPT 14 0-35
UREUM 14,0 10-60
Serologi
HbsAg Non reaktif Non reaktif

Pencitraan USG

6
Tanggal 3 Desember 2017

Foto 1. Hasil USG pasca lahirnya janin dan plasenta

Elektrokardiogram
Ritme sinus normal

I.5. DIAGNOSIS KERJA


G3P1A1 Usia Kehamilan 20 minggu Abortus inkompletus

I.6. TATALAKSANA
Non medikamentosa:
 Edukasi ke keluarga pasien mengenai penyakit pasien dan anjuran
rawat inap untuk dilakukan tindakan tatalaksana selanjutnya
 Edukasi mengenai tatalaksana yang akan diberikan

Medikamentosa:
 Infus Ringer Laktat 20 tpm makro
 Injeksi Fursultiamin 3 x 1 amp
 Metilergometrin peroral 3 x 1 tab
 Hyoscine peroral 3 x 1 tab

Tindakan invasif
 Dilatasi dan Kuretasi (D&C)

I.7. FOLLOW UP

Tanggal Follow Up Terapi

7
4/12/17 S : Pasien merasa agak mulas dan masih keluar
darah dari jalan lahir (+) P:
O:  Infus Ringer Laktat 20
KU : Compos mentis, tampak sakit ringan tpm makro
TD :90/60  Injeksi Fursultiamin 3 x
Nadi :78x/mnt
1 amp
RR : 20x/mnt
 Metilergometrin peroral
Suhu : 36,4 0C
3 x 1 tab
Genitalia : perdarahan pervaginam (+)
 Hyoscine peroral 3 x 1
A:
tab
G3P1A1 Usia Kehamilan 20 minggu Abortus
 Pro curetase
inkompletus
5/11/17 S : Tidak ada keluhan, masih keluar darah dari P:
jalan lahir  Infus Ringer Laktat 20
O: tpm makro
KU : Compos mentis, tampak sakit ringan  Injeksi Fursultiamin 3 x
TD :100/70
1 amp
Nadi :80x/mnt
 Metilergometrin peroral
RR : 18x/mnt
3 x 1 tab
Suhu : 36,1 0C
 Hyoscine peroral 3 x 1
Genitalia : perdarahan pervaginam (+)
tab

A:  Pro curetase besok

G3P1A1 Usia Kehamilan 20 minggu Abortus


inkompletus

Laporan Tindakan
Pelaksana Tindakan dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG
Diagnosis Pre-Operasi G3P1A1 Usia Kehamilan 20 minggu Abortus inkompletus
Diagnosis Post-Operasi P1A2 post curetase a/i Abortus inkompletus
Tanggal Jam operasi dimulai Jam operasi selesai
3/11/2017 09.45 10.00
Tindakan Dilatasi dan Kuretase

8
Laporan Tindakan
 Mengatur posisi pasien dengan posisi litotomi dengan general anesthesia
 Dilakukan desinfeksi daerah tindakan pada pubis, labia mayor, labia minor dan
introitus vagina
 Vagina dibuka dengan spekulum sehingga portio ditampilkan
 Dilakukan antiseptik dinding vagina
 Jepit portio dengan tenakulum arah jam 12
 Lindungi uterus dan klitoris dengan kassa
 Ukur panjang uterus dengan sonde uteri
 Dilakukan dilatasi dengan dilatator
 Dilakukan kuretase dengan sendok kuret bertahap dari ukuran terkecil ke besar
sampai endometrium bersih
 Tenakulum dilepas
 Kontrol perdarahan
 Semua alat dilepas
 Didapatkan darah dan jaringan sebanyak ± 50 cc
 Kuretasi selesai

I.8. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1. Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang
sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1,3,4,
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan
menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan
yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa
menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus
yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.6
Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau
abortus therapeutica dan abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus
yang terjadi adalah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Abortus
kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara
sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.6
III.2. Etiologi
Berikut adalah penyebab terjadinya abortus
1. Faktor Genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian
besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. 3 Data ini
berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan
kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian
nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari
abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi
autosom.3 Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi
ovum normal oleh 2 sperma (dispermi).3 Insiden trisomi meningkat dengan

10
bertambahnya usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab terbanyak
abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan Sindroma Down
atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir. 3 Selain kelainan
sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam bentuk tetraploidi
dan triploid dapat dihubungkan dengan abortus absolut. Kelainan dari struktur
kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan sitogenetik yang berakibat
aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu memandangkan kelainan
struktur kromoson pada pria berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma,
infertelitas dan faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang kehamilan.3

2. Faktor Anatomi
Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi obstetrik
terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali
uterus pada 27% pasien.3 Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan anatomik
uterus adalah septum uterus akibat daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%),
dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-30%).3 Mioma uteri juga bisa
mengakibatkan abortus berulang dan infertilitas akibat dari gangguan passage dan
kontraktilitas uterus.3 Sindroma Asherman bisa mengakibatkan abortus dengan
mengganggu tempat impalntasi serta pasokan darah pada permukaan
endometrium.3 Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah
endometrium dapat juga berpengaruh.3 Selain itu, kelainan yang didapat misalnya
adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis mengakibatkan
komplikasi anomali pada uterus dan dapat mengakibatkan abortus.6
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti
dapat meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan. 1 Pada kelainan
ini, dilatasi serviks yang “silent” dapat terjadi antara minggu gestasi 16-28
minggu.1 Wanita dengan serviks inkompeten selalu memiliki dilatasi serviks yang
signifikan yaitu 2cm atau lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal. 1
Apabila dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan
pecahnya membran amnion akan terjadi dan mengakibatkan ekspulsi konsepsi
dalam rahim.1 faktor-faktor yang mengakibatkan serviks inkompeten adalah

11
kehamilan berulang, operasi serviks sebelumnya, riwayat cedera serviks, pajanan
pada dietilstilbestrol, dan abnormalitas anatomi pada serviks.1

3. Faktor Endokrin
Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada koordinasi
sistem pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem
humoral secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi
terutamanya kadar progesteron sangat penting dalam mengantisipasi abortus.3
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada
trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi
janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk
abortus.3 Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas
endometrium terhadap implantasi embrio. Kadar progenteron yang rendah
diketahui dapat mengakibatkan abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu di
mana trofoblast harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang kehamilan.
Pengangkatan korpus luteum pada usia 7 minggu akan berakibat abortus dan jika
diberikan progesteron pada pada pasien ini, maka kehamilan dapat diselamatkan.3
Penelitian pada perempuan yang mengalami abortus berulang, didapatkan 17%
kejadian defek luteal iaitu kurangnya progesteron pada fase luteal. Namum pada
saat ini, masih blum ada metode yang bisa terpercaya untuk mendiagnosa kelainan
ini.3 Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga berperan pada kelangsungan
kehamilan. Perubahan endometrium menjadi desidua mengubah semua sel pada
mukosa uterus.3 Perubahan morfologi dan fungsional ini mendukung proses
implantasi, proses migrasi trofoblas, dan mencegah invasi yang berlebihan pada
jaringan ibu.3 Di sini interaksi antara trofoblas ekstravillus dan infiltrasi leukosit
pada mukosa uterus berperan penting di mana sebahagian besar leukosit adalah
large granular cell, dan makrofag dengan sedikit sel T dan sel B. 3 Sel NK dijumpai
dalam jumlah yang banyak terutama pada endometrium yang terpapar
progesteron.3 Perannya adalah pada trimester 1 adalah akan terjadi peningkatan sel
NK untuk membunuh sel target dengan sedikit atau tiada ekspresi HLA. 3
Trofoblast ekstravillous tidak bisa dihancurkan oleh sel NK kerana sifatnya yang
cepat menghasilkan HLA1 sehingga terjadinya invasi optimal untuk plasentasi

12
yang optimal oleh trofoblas extravillous.3 Maka, gangguan pada sistem ini akan
berpengaruh pada kelangsungan kehamilan

4. Faktor Infeksi
Ada pelbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan kejadian
abortus. Antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, dan
sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta.3 Infeksi janin
yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit untuk
bertahan hidup.3 Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa
berlanjut kematian janin.3 Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman
genetalia bawah yang bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman
gram positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus. 3 Infeki virus pada
kehamilan awal dapat mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio
misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan
varisella zoster.3
Berikut adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian
abortus
-
Bakteria: listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma
urealitikum, mikoplasma hominis, bakterial vaginosis.3
-
Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.3
-
Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.3
-
Spirokaeta: treponema pallidum.3

4. Faktor Imunologi
Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya
adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). 3 ApA adalah antibodi spesifik
yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE.3 Peluang terjadinya pengakhiran
kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%.3 Menurut penelitian,
sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA yang merupakan antibodi
yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid. 3 Selain SLE,
antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan

13
prematuritas.3 Dari international consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi
APS adalah:3
-
trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau
kapiler yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan histopatologi)3
-
komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas,
tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian
janin di mana gambaran sonografi normal/ satu atau lebih persalinan
prematur dengan gambaran janin normal dan berhubungan dengan
preeklamsia berat,atau insufisiensi plasenta yang berat)3
-
kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau
tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau
sama dengan 6 minggu)3
-
antobodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan
CT, kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan dengan plasma
platlet normal dan adanya perbaikan nilai tes dengan pertambahan
fosfolipid)3

III.3. Klasifikasi
Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:
a) Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion)
dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.5
b) Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang
mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.5
c) Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.5
d) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah
keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.5
e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil

14
konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu
atau lebih.5
f) Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus
tiga kali berturut-turut atau lebih.5
g) Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi
genital.5
h) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat
dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah
atau peritonium.5
III.4. Patofisiologi
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan
nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka ovum akan
tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi
karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka,
biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali
dan hal ini disebut blighted ovum.1
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal.1 Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal.1 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus. 1 Kadang-kadang,
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
yang disebut fetus papyraceous.1
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal.6 Perdarahan yang banyak terjadi karena
hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium.6

III.5. Diagnosis

15
1. Anamnesis
Gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian
bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong
dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. 7 Gejala ini
terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di
dalam rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi
kurang 20 minggu dari HPHT.6 Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai
jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa
jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau
keram bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.6
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat
infeksi traktus genitalis harus diperhatikan.6 Riwayat kepergian ke tempat endemik
malaria dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat
menambah curiga abortus akibat infeksi.7
2. Pemeriksaan Fisik
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.4 Palpasi abdomen
dapat memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan
pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi,
dan konsistensinya.4 Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum
keadaan serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak
sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di
liang vagina.4
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:4
Perdarahan Serviks Uterus Gejala dan Diagnosis
tanda
Bercak sedikit Tertutup Sesuai Kram perut Abortus
hingga sedang dengan usia bawah, uterus immines
gestasi lunak

16
Tertutup/terbuka Lebih kecil Sedikit/tanpa Abortus
dari usia nyeri perut komplit
gestasi bawah,riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus
sehingga dengan usia nyeri perut insipien
masif kehamilan bawah, belum
terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
Kram atau Abortus
nyeri perut incomplit
bawah,
ekspulsi
sebahagian
hasil konsepsi
Terbuka Lunak dan Mual/muntah, Abortus
lebih besar kram perut mola
dari usia bawah,
gestasi sindroma mirip
PEB, tidak ada
janin, keluar
jaringan seperti
anggur

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu
bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan USG
ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam uterus.6

III.6 Penatalaksanaan
6.1 Abortus Imminens.4

17
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring
total dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun
hubungan seksual. Jika terjadi perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan
seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi lagi. Pada
kasus yang perdarahan terus berlansung, kondisi janin dinilai dan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain dilakukan dengan segera. Pada perdarahan
berlanjut khususnya pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, harus
dicurigai kehamilan ganda atau mola.

6.2 Abortus insipiens.4


Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan
dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka,
Ergometrin 0,2 mg IM atau Misopristol 400mcg per oral dapat diberikan.
Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus dilakukan
dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit
oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi. Setelah penanganan, kondisi ibu tetap dipantau.

6.3. Abortus inkomplit.4


Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg per oral diberikan.
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual.
Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual
(AVM). Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg
IM atau Misoprostol 400mcg per oral dapat diberikan.
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan
dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per

18
menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg
pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil
konsepsi yang tertinggal dalam uterus segera dievakuasi.

6.4.Abortus komplit.4
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk
melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah
penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus
600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika anemia berat diberikan transfusi
darah. Seterusnya lanjutkan dengan konseling asuhan pascakeguguran dan
pemantauan lanjut jika perlu.

6.5. Abortus septik/infeksius.3


Pengelolaan pasien pada abortus septik harus mempertimbangkan
keseimbangan cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang mencukupi
sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan
cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama dapat diberikan
Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin 4x 1gram ditambah gentamisin 2x80mg
dan metronidazol 2x1gram. Selanjutnya, antibiotik dilanjutkan dengan hasil
kultur. Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan,
uterus harus dilindungi dengan uterotonik untuk mengelakkan komplikasi.
Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2
hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik yang
lebih sesuai dah kuat. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS harus
diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan peroksida H2O2.
Histerektomi harus dibuat secepatnya jika indikasi.

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang pasien perempuan berusia 26 tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa


tanggal 3 Desember 2017 dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir yang banyak
berwarna merah kehitaman disertai prongkolan-prongkolan disertai nyeri perut
bagian bawah sejak 2 hari sejak masuk rumah sakit. Pasien sedang hamil dengan usia
kehamilan 20 minggu. Kemudian saat di IGD, lahir bayi dalam keadaan mati, rusak
dan maserasi yang diikuti dengan lahir plasenta dengan kotiledon lengkap keadaan
layu. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
makan ditegakkan diagnosis G3P1A1 usia kehamilan 20 minggu dengan abortus
incompletus
Diagnosis abortus inkompletus didasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan laboratorium. Pada kasus, berdasarkan anamnesis didapatkan HPHT
pasien 17 Juli 2017 dan dari hasil USG terkonfirmasi bahwa pasien hamil. Kemudian
didapatkan adanya keluhan keluar darah dari jalan lahir yang banyak seperti
menstruasi disertai prongkolan-pronkolan. Keluarnya darah dan prongkolan juga
bersamaan dengan rasa nyeri perut bagian bawah. Menurut teori, adanya perdarahan
pada usia kehamilan muda bisa disebabkan oleh beberapa sebab yaitu abortus, mola
hidatidosa, blighted ovum dan kehamilan ektopik. Saat di observasi lebih lanjut,
terjadi ekspulsi spontan janin dalam keadaan mati diikuti lahirnya plasenta 10 menit
kemudian dengan kotiledon yang lengkap namun dalam keadaan sangat layu.
Sebelumnya dari 7 hari yang lalu, pasien sudah mengeluhkan adanya flek-flek tanpa
disertai keluhan lain. Hal ini mungkin pertanda awalnya terjadinya ancama abortus
atau abortus iminens yang dapat berlanjut menjadi kematian janin. Pada pasien ini
saat sudah terjadinya ancaman namun pasien tidak langsung memeriksakan dirinya
ke dokter karena merasa tidak menganggu sehingga ancaman ini berlanjut menjadi
kematian janin.
Dari pemeriksaan fisik, secara umum keadaan umum ibu dalam batas normal.
Tanda-tanda kehamilan masih terlihat pada ibu seperti payudara membesar dan areola
20
hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen yang cembung
dengan TFU kurang lebih 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus teraba baik.
Kenudian pada pemeriksaan ginekologi didapatkan perdarahan pervaginam disertai
stosel. Pemeriksaan dalam juga dilakukan, didapatkan adanya pembukaan serviks dan
perlunakan serviks, tidak teraba bagian janin atau kulit ketuban. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan adanya tanda-tanda kehamilan pada pasien yang mendukung adanya
kehamilan pada pasien. Kemudian pemeriksaan dalam dilakukan setelah ekspulsi
janin secara spontan terjadi. Ostium eksternum serviks masih terbuka karena proses
persalinan baru saja terjadi, dan sudah tidak teraba bagian janin karena janinnsudah
keluar dan tidak ada janin lainnya. Perdarahan pervaginam masih cukup aktif keluar,
hal ini menunjukkan kemungkinan masih adanya sisa jaringan konsepsi yang belum
seluruhnya terekspulsi sehingga masih adanya perdarahan pasca partus
Dari pemeriksaan penunjang dilakukan imaging USG untuk lebih memastikan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Hasil USG menunjukkan adanya
sisa plasenta yang merupakan penyebab perdarahan pervaginam post partum yang
terjadi pada pasien. Tindakan yang selanjutnya dilakukan adalah untukmembersihkan
sisa konsepsi yang masih tertinggal agar mengoptimalkan kontraksi uterus dan
menghentikkan perdaarahan post partum. Medikamentosa yang diberikan untuk
mengoptimalkan kontraksi uterus dan mengurai nyeri karena spasme.

21
BAB V
KESIMPULAN

Telah dilaporkan seorang pasien Ny. M usia 24 tahun datang ke IGD RSUD
Ambarawa tanggal 3 Desember 2017 2017 dengan keluhan keluar darah dari jalan
lahir yang banyak berwarna merah kehitaman disertai prongkolan-prongkolan disertai
nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari sejak masuk rumah sakit. Pasien sedang hamil
dengan usia kehamilan 20 minggu. Kemudian saat di IGD, lahir bayi dalam keadaan
mati, rusak dan maserasi yang diikuti dengan lahir plasenta dengan kotiledon
lengkap keadaan layu. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang makan ditegakkan diagnosis G3P1A1 usia kehamilan 20
minggu dengan abortus incompletus. Diagnosis abortus inkompletus didasarkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang
dilakukan imaging USG untuk lebih memastikan diagnosis dan menyingkirkan
diagnosis banding. Tatalaksana yang diberikan berupa medikamentosa dan tidakan
invasif yaitu kuretase untuk membersihkan sisa konsepsi yang tertinggal yang
menimbulkan gejala.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B, Wiknjosastro H: Kelainan dalam lamanya kehamilan. Dalam:


Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kebidanan. Edisi ketiga.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1994; 302-312
2. Hill JA: Recurrent spontaneous early pregnancy loss. In: Berekj JS, Adashi EY,
Hillard PA: Novak’s gynecology 12th edition. Pennsylvania: Williams & Wilkins
Co, 1996;963-979
3. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham
FG. First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22 nd ed. New York:
McGrawHill; 2008:298-325
4. Porter FT, Branch DW, Scott JR. Early pregnancy loss. In: Danforth’s Obstetric
and Gynecology 10th ed. New York. Lippincott Williams & Wilkins; 2009:61 -70
5. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H: Gangguan bersangkutan dengan konsepsi.
Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kandungan. Edisi
kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1997; 246-250
6. Wiknjosastro WB. Kelainan dalam lamanya kehamilan. In Wiknjosastro WB,
Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009

23

Anda mungkin juga menyukai