Konsep Kepemimpinan dalam Mendorong Semangat Bawahan
Dalam suatu perusahaan seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab terhadap
kinerja pegawainya, tujuan suatu perusahaan dikatakan berhasil dicapai apabila kinerja pegawai perusahaan tersebut mempunyai kualitas yang baik maka akan menghasilkan kepuasan kerja terhadap pegawai tersebut. Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif. Penghargaan adalah bentuk pujian yang tidak berbentuk uang, sementara insentif adalah pujian yang berbentuk uang atau benda yang dapat kuantifikasi. Pemberian insentif hendaknya didasarkan pada aturan yang sudah disepakati bersama dan transparan. Insentif akan efektif dalam peningkatan semangat kerja jika diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan tingkat kebutuhan karyawan yang diberi insentif, dan disampaikan oleh pimpinan tertinggi dalam organisasi , serta diberikan dalam suatu ‘event’ khusus. Peran membangkitkan semangat kerja dalam bentuk memberikan dukungan, bisa dilakukan melalui kata-kata , baik langsung maupun tidak langsung, dalam kalimat-kalimat yang sugestif. Dukungan juga dapat diberikan dalam bentuk peningkatan atau penambahan sarana kerja, penambahan staf yang berkualitas, perbaikan lingkungan kerja. Ada enam tindakan yang dapat diambil oleh pemimpin untuk memperoleh semangat kerja dan kepuasan yang tinggi dari para bawahannya, diantaranya adalah 1. Memberitahukan kepada tiap pekerja bagaimana koduite atau keadaanya 2. Membicarakan kepada para tenaga kerja lebih dahulu tentang perubahan-perubahan yang akan terjadi pada dirinya 3. Menggunakan kemampuan setiap orang dengan sebaik-baiknya 4. Menurut cara penempatan tenaga kerja dan melaksanakan aturang dengan adil 5. Memberikan dukungan bisa dalam bentuk pujian atau penghargaan. 6. Tingkat gaji yang diperoleh pegawai
Gaya kepemimpinan menurut Likert ada 4 macam:
1. Gaya exploitive authorytatie, manajer dalam hal ini sangat otokratis mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahannya. Suka mengeksploitasi bawahan dan bersikap paternalistik. 2. Gaya otokratis yang baik, pemimpin atau manajer yang termasuk dalam sistem ini mempunyai kepercayaan terselubung, percaya pada bawahan. 3. Gaya manajer konsultatif, manajer dalam hal ini sedikit kepercayaan kepada bawahan biasanya dalam hal kalau ia membutuhkan informasi, ide atau pendapat bawahan, dan masih menginginkan melakukan pengendalian atas keputusan-keputusan yang dibuatnya. 4. Gaya kelompok partisipastif. Dalam hal ini manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bahawannya. Dalam setiap persoalan selalu mengandalkan untuk mendapatkan ide- ide atau pendapat-pendapat lainnya dari bawahan dan mempunyai niatan untuk menggunakan pendapat bawahan secara konstruktif. Dalam kaitannya dengan semangat kerja yaitu bahwa model kepemimpinan yang berorientasi kepada bawahan akan menghasilkan meningkatnya semangat kerja pegawai. Jadi dapat dikatakan bahwa timbulnya moeril atau semangat kerja merupakan syarat utama untuk tercapainya tujuan organisasi, tumbuhnya semangat kerja yang tinggi tergantung juga apakah pimpinan memenuhi persyaratan sebagai pemimpin yang baik. Konsep kepemimpinan dalam pembagian dan pemberian tugas
Seorang pemimpin harus dapat mengidentifikasikan kemampuan khusus seorang
karyawan dan memanfaatkannya. Pemimpin juga harus dapat mengidentifikasikan kelemahan dan keterbatasan para karyawan, serta bersedia membantu mereka untuk mengawasinya. Para manager yang hanya memprioritaskan pengembangan keterampilan dan kemampuan diri mereka sendiri serta mengabaikan kebutuhan para karyawan, bukanlah pemimpin yang efektif. Harus disadari bahwa kadang-kadang seorang pemimpin bukanlah seorang atasan. Pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinya sebagai atasan dalam hal sikap, tetapi hanya dalam hal kedudukannya di dalam hierarki organisasi. Kekuasaan karena kedudukan tersebut memberikan hak bagi seorang manajer untuk memerintah, namun adanya perhatian dan penghormatan orang lain terhadap dirinya yang menyebabkan perintah tersebut dilaksanakan secara efektif. Tugas seorang pemimpin ialah secara terus-menerus membina orang-orang yang berada dibawah pimpinannya sedemikian rupa sehingga akhirnya mereka dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik dibandingkan bila diselesaikan si pemimpin sendiri. Masalah yang biasa timbul dengan delegasi ialah kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengidentifikasikannya, tetapi kita tidak cukup mempunyai waktu untuk melaksanakannya. Padahal kita tidak cukup mengatakan bahwa delegasi adalah proses penyerahan pekerjaan pada bawahan. Kata kuncinya adalah proses yang dibahas dalam buku ini adalah proses pelaksanaan delegasi. Pekerjaan yang diserahkan adalah pekerjaan yang berada di dalam bidang tanggung jawab seorang manajer. Kalau tidak, ia tidak akan berada di dalam kedudukan untuk melaksanakan delegasi tersebut. Walaupun dengan melaksanakan delegasi tersebut manajer menganggap bahwa si bawahan bertanggung jawab atas hasilnya, namun tanggung jawab terakhir masih terletak pada manajer itu, yang pada gilirannya ia tetap akan di anggap bertanggung gugat oleh atasan yang lebih tinggi. Memberikan atau mendelegasikan tanggung jawab tanpa wewenang yang diperlukan, sama sekali bukan merupakan pelaksanaan delegasi, karena dengan demikian tugas-tugas yang ada tidak akan dapat di laksanakan. Anda tidak dapat meminta seorang supervisor atau manajer bertanggung jawab atas pengoperasian suatu pabrik secara efisien tanpa memberinya wewenang untuk mencari atau memecat karyawan, mengubah metode kerja yang dipakai, dan wewenang dalam hal pemakaian uang. Anda tidak dapat meminta seseorang bertanggung jawab atas perbaikan sebuah penerbitan berkala tanpa memberinya wewenang untuk memilih warna kertas, jenis huruf, dan mengubah tata letak.