PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
a. Mengetahui pemanfaatan limbah cair industri perikanan di bidang agrokompleks
(pertanian, perikanan, dan peternakan) di Indonesia dan mancanegara.
b. Mengetahui teknologi pemanfaatan limbah cair industri perikanan di bidang
agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan) di Indonesia dan
mancanegara.
I.3 Output
a. Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan limbah cair industri perikanan pada
bidang agrokomplek di Indonesia dan mancanegara
b. Mahasiswa dapat mengetahui teknologi pemanfaatan limbah cair indutri perikanan
di Indonesia dan mancanegara
I.4 Outcome
Mahasiswa dapat menerapkan teknologi dan pemanfaatan limbah cair industri
perikanan di bidang agrokompleks
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi domestik
(rumah tangga) maupun industri, yang lebih dikenal sebagai sampah, dan kehadirannya
tidak dikehendaki lingkungan karena dapat merugikan bagi kehidupan sekitar. Limbah
perikanan merupakan hasil buangan yang diperoleh dari kegiatan perikanan. Ada berbagai
macam limbah perikanan, salah satunya adalah limbah cair. Menurut Fitria (2008), Limbah
cair (liquid waste) dapat didefinisikan sebagai suatu limbah hasil kegiatan yang secara
fisik berbentuk cair, kandungannya didominasi oleh air beserta bahan-bahan kontaminan
lainnya atau didominasi oleh bahan cair lain (bukan air), seperti: minyak, oli bekas, residu
senyawa-senyawa kimia dan sebagainya. Menurut Ginting (2007), limbah cair dijumpai
pada industri yang menggunakan air dalam proses produksinya, mulai dari pra pengelolaan
bahan baku, seperti pencucian, sebagai bahan penolong, sampai pada produksi akhir
menghasilkan limbah cair. Limbah cair perikanan diperoleh dari air sisa proses produksi
seperti sisa pencucian ikan, sisa perebusan, darah, lendir, maupun air sisa budidaya.
Menurut River et al., (1998) jumlah debit air limbah pada efluen umumnya berasal dari
proses pengolahan dan pencucian. Setiap operasi pengolahan ikan akan menghasilkan
cairan dari pemotongan, pencucian, dan pengolahan produk. Cairan ini mengandung darah
dan potongan-potongan kecil ikan dan kulit, isi perut, kondensat dari operasi pemasakan,
dan air pendinginan dari kondensor.
a. Pengolahan Fisik
Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak larut (bersifat
tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair yang mengandung padatan, sehingga
menggunakan metode ini untuk pimisahan. Pada umumnya sebelum dilakukan
pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi
berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang mengapung mudah
disisihkan terlebih dahulu. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-
bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses
berikutnya (Tjokrokusumo, 1995)
b. Pengolahan Kimia
Pengolahan secara kimia adalah proses pengolahan yang menggunakan bahan
kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air limbah. Proses ini
menggunakan reaksi kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya menjadi
kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam pengolahan secara kimia adalah
netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi dan flokulasi. Pengolahan air buangan
secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak
mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor dan zat organik
beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengolahan
secara kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi mahal
karena memerlukan bahan kimia (Tjokrokusumo, 1995).
c. Pengolahan Biologi
Pengolahan air limbah secara biologis, antara lain bertujuan untuk
menghilangkan bahan organik, anorganik, amoniak, dan posfat dengan bantuan
mikroorganisme. Penggunaan saringan atau filter telah dikenal luas guna menangani air
untuk keperluan industri dan rumah tangga, cara ini juga dapat diterapkan untuk
pengolahan air limbah yaitu dengan memakai berbagai jenis media filter seperti pasir
dan antrasit. Pada penggunaan sistem saringan anaerobik, media filter ditempatkan
dalam suatu bak atau tangki dan air limbah yang akan disaring dilalukan dari arah
bawah ke atas (Laksmi dan Rahayu, 1993).
Ada 5 tahap yang di perlukan dalam pengolahan air limbah. yaitu:
a. Pengolahan Awal (Pretreatment) : Tahap ini melibatkan proses fisik yang bertujuan
untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam limbah. Beberapa proses
pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah 3.
b. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment): pengolahan tahap pertama memiliki
tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang
berlangsung. Proses yang terjadi ialah neutralization, chemical addition and
coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
c. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment): tahap kedua dirancang untuk
menghilangkan zat terlarut dari limbah yg tak dapat dihilangkan dgn proses fisik.
Peralatan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge,
anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating
biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
d. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment): Proses-proses yang terlibat dalam
pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration,
carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or
flotation. pada proses ini dilakukan pemisahan secara kimia untuk lebih memurnikan
air yang belum sepenuhnya bersih.
e. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment): Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat
tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or
wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or
drying bed, incineration, atau landfill.
III. PEMBAHASAN
Limbah cair yang berasal industri perikanan dapat dimanfaatkan menjadi pupuk
organik. Menurut Dwicaksono et al. (2014) limbah cair industri perikanan tidak dapat
dimanfaatkan langsung sebagai pupuk cair karena kandungan bahan organiknya berupa lemak
dan protein tidak dapat diserap langsung oleh tanaman. Perlu adanya penguraian kandungan
organik dalam limbah cair tersebut dengan tujuan memecah senyawa komplek menjadi
senyawa-senyawa organik yang lebih sederhana sehingga tanaman lebih mudah menyerap
nutrisi yang terkandung dalam pupuk cair organik tersebut. Lebih jauh Dwicakksono et al
(2014) mnyatakan bahwa pembuatan pupuk organik dapat ditambahkan aktivator berupa EM4
(effective microorganisms).
Produk EM4 Pertanian merupakan produk bakteri fermentasi bahan organik tanah yang
dapat menyuburkan tanah dan menyehatkan tanah. EM4 terbuat dari hasil seleksi alami
mikroorganisme fermentasi dan sintetik di dalam tanah yang di kemas dalam medium cair (EM4
Indonesia, 2013). EM terdiri dari kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Menurut (Higa et al,. 1995 dalam
Dwicaksono,2014 Effective microorganisms (EM) mengandung spesies terpilih dari
mikroorganisme utamanya yang bersifat fermentasi, yaitu bakteri asam laktat (Lactobacillus
sp.), Jamur fermentasi (Saccharomyces sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), dan
Actinomycetes. Effective microorganisms (EM4) digunakan sebagai bioaktivator enzim untuk
perombakan material organik pada proses fermentasi dalam pembuatan pupuk organik cair.