Anda di halaman 1dari 1

masyaAllahbaru saja aku melihat pemandangan yang indah sekali.

Seorang nenek yang sangat


mengasihi cucunya. Menciumnya dengan penuh kasih sayang. Pemandangan ini aku lihat tepat
berada dihadapanku. Aku melihat seorang nenek dengan sayangnya menghamppiri cucunya yang
berambut gondrong dan berbaju hitam. Bercelana lepis. Dandanan khas anak teknik. Dari
tampangnya sepertinya dia sudah semester 5. Aku duduk di kursi balsid kampus unismuh dan
dihadapanku ada sepasang kakek nenek bersama dengan cucunya yang berambut gondrong.

Kulihat nenek itu membawa rantang dan sebuah tas khas nenek-nenek. Kemudian ia berdiri dari
tempat duduknya dan menghampiri cucunya yang ada dihadapannya dan dibatasi oleh meja panjang
kantin. Nenek bergeser ke kanan dan membelai rambut gondrong anak teknik tadi. Menyimpulnya
dengan tangannya dan menciumi uban cucunya. Ah, betapa indah memandang pemandangan ini.
Kakek, terlihat sedang menasehati cucunya, ini dan itu, si cucu terdengan menikmati nasehat dari
sang kakek. Tapi aku salut dengan lelaki gondrong itu, dia cukup tangguh untuk menerima peluh
kasih sayang nenek didepan umum. Yang biasanya jika ada anak maco yang dibegitukan didepan
umum refleks akan menepis tangan yang membelainya tersebut, takut jika kemacoannya bisa
berkurang. Wkwkwk

Damai sekali. Sayang dari empat nenek kandung ku yang tersisa cuman satu, yaitu ibu dari bapak.
Pun beliau sedang terbaring sakit. Ketak sanggupan waktu ku untuk datang menjenguknya
membuatku mampu merinduinya saja lewat pertunjukan yang ku lihat dihadapanku. Merasakannya
bahwa kasih sayang seorang nenek itu bisa melebihi kasih sayang orang tua. Mereka sangat
mengasihi cucunya, bahkan melibihi anak mereka sendiri meskipun kasih sayang tidak bisa
disamakan karena masing-masing memiliki tempat dihati yang berbeda.

Balaisidang Unismuh, Makassar, 8 desember 2017

Anda mungkin juga menyukai