Anda di halaman 1dari 10

Sains sering diartikan lebih sempit menjadi ilmu pengetahuan alam (natural science)

(Subiyanto, 1990). Salah satu cabang dari sains dasar adalah fisika. Dinyatakan oleh Muslim
(2006) bahwa Fisika dikenal sebagai sains alamiah yang merupakan sains dasar (basic
sciences).

Problem Solving menurut (Wittrock, 2009)adalah proses kognitif yang berhubungan dengan
usaha pencapaian tujuan di saat tak ada metode penyelesaian yang ditemukan oleh si
pemecah masalah. Definisi ini terdiri atas 4 bagian yakni: (1) Problem solving merupakan aspek
kognitif, ketika proses ini terjadi dan melibatkan sistem kognitif dan hanya dapat dilakukan
melalui perilaku si pemecah masalah, (2) Problem solving merupakan proses, ketika melibatkan
penerapan proses kognitif yang merepresentasikan kognitif dari si pemecah masalah, (3)
Problem solving dilakukan secara langsung, karena problem solving dipandu oleh serangkaian
tujuan yang akan dicapai si pemecah masalah, (4) Problem solving bersifat individual, yang
mana keterampilan ini sangat tergantung pengetahuan dan skill sipemecah masalah.Problem
solving is the process of designing, evaluating and implementing a strategy to answer an open
ended question or achieve a desired goal (AACU, 2012). Pemecahan masalah adalah proses
merancang, mengevaluasi, dan menerapkan strategi untuk menjawab pertanyaan terbuka atau
mencapai tujuan yang diinginkan.Tujuan utama pendidikan adalah untuk membantu siswa
belajar dengan cara yang memungkinkan mereka untuk menggunakan apa yang telah mereka
pelajari untuk memecahkan masalah dalam situasi baru. Singkatnya, pemecahan masalah
adalah dasar untuk pendidikan karena pendidik tertarik dalam meningkatkan kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah (Mayer, 2012).Pemecahan masalah adalah adalah kesenjangan
(gap) yang terjadi antara hasil aktual padasaat sekarang dan target kinerja yang diinginkan di
masa depan. Dengan demikian orangorang sukses akan selalu menetapkan target kerja yang
tinggi di masa depan, kemudian mereka berusaha melakukan solusi masalah melalui
menciptakan upaya-upaya kreatif dan inovatif untuk mencapai target kinerja itu (Gaspersz,
2011).
Dari berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpukan bahwa problem solving atau
pemecahan masalah adalah kesenjangan (gap) yang terjadi antara hasil aktual pada saat
sekarang dan target kinerja yang diinginkan di masa depan singkatnya pemecahan masalah
merupakan dasar untuk pendidikan,proses merancang, mengevaluasi, dan menerapkan strategi
untuk menjawab pertanyaan terbuka atau mencapai tujuan yang diinginkan. Seperti yang
ditegaskan olehSantrock (2011:26) pemecahan masalah adalah menemukan cara yang
tepat untuk mencapai tujuan. Pemecahan masalah menembus setiap bidang kurikulum saat ini.
Idealnya siswa menerapkan strategi heuristik dalam konteks bervariasi dan situasi baru dalam
setiapsubjek diajarkan. Kemampuan untuk memecahkan masalah adalah keterampilan hidup
yang mendasar dan sangat penting untuk memahami mata pelajaran teknis. Pemecahan
masalah adalah bagian dari berpikir kritis dan mempekerjakan
strategi yang sama. Meskipun garis antara keduanya adalah fuzzy (samar-samar atau kabur),
secara umum, tujuan pemecahan masalah adalah mengemukakan solusi yang tepat untuk
masalah terstruktur dengan baik, sedangkan tujuan berpikir kritis adalah untuk membangun dan
mempertahankan solusi yang masuk akal pada struktur masalah dengan baik. Pada dasarnya,
pemecahan masalah adalah proses penalaran untuk solusi menggunakan lebih dari aplikasi
sederhana dari prosedur yang telah dipelajari sebelumnya (Muir, 2004).

Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology Active Learning Edition. Alih bahasa oleh
Helly Prajitno Soetjipto, dan Sri Mulyantini Soetjipto. ISBN 978-602-8479-78-3.
Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar
Menurut Karli (2013:58) pembelajaran merupakan kegiatan gabungan unsur-unsur yang
berkaitan dengan media pembelajaran, psikologi pembelajaran dan pendekatan atau model
pembelajaran yang digunakan, sehingga keberhasiln pembelajaran tergantung dari 3 aspek
diatas, sehingga guru tidak hanya mentransfer ilmu saja kepada siswa tetapi
guru juga mengajak siswa pada proses berpikir sehingga siswa akan lebih kreatif dan kritis
dalm menghadapi berbagai msalah di masyarakat.
Model pembelajaran adalah sebuah kerangak berpikir untuk mengarahkan seorang guru untuk
merancang, melaksanakan dan membimbing siswa sehingga terjadi interaksi belajar
mengajar yang lebih terarah (Karli; 2013:58).
Karli, Hidra, 2012. Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan Ketrampilan Berpikir, Jurnal
Pendidikan Penabur No. 18/Tahun ke-11/Juni 2012

Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi pembangunan karakter setiap


peserta didik sebagai hasil dari sinergiantara pendidikan yang berlangsung disekolah, keluarga
dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat
dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk
hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat
manusia (Permendikbud No.103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah). Pembelajaran juga harus berkenaan dengan kesempatan yang
diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya

Konsep adalah kategori yang me-ngelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan
ciri atau bentuk umum (Arend, 2012). Konsep sangat penting untuk memenuhi kemampuan
kognitif siswa, karena dengan menguasai konsep berarti mereka tidak hanya menghafal materi
saja tetapi juga memahami materi yang dipelajari.Konsep pembelajaran berfokus pada proses
kognitif dalam pembelajaran. Proses kognitif Bloom telah mengalami revisi yang dilakukan oleh
Anderson dan Krathwohl (2001). Proses kognitif tersebut dikenal dengan istilah dimensi proses
kognitif yang meliputi mengingat, mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
mengkreasi.
Arends, R. I. 2012. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill

Keterampilan adalah kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif
dan efisien guna mencapai hasil tertentu, termasuk kreativitas. Proses diartikan sebagai
perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah.
Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang
harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian. Menurut Dahar (1996), keterampilan
proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami,
mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains dapat berupa
kegiatan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel,
menginferensi, dan menyimpulkan

Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang pada dasarnya
bertujuan mempelajari dan memberi pemahaman kuantitatif terhadap gejala atau proses alam
dan sifat zat serta penerapannya ( Hans. J, Wospakrik, 2005 : 1)
Hans,J. Wosparkik. 2005. Dasar-Dasar Matematika untuk Fisika. Bandung : Penerbit ITB

Belajar fisika bukan hanya sekedar menguasai hitungan matematika tetapi lebih jauh siswa
diharapkan mampu memahami konsep yang terkandung di dalamnya (Rofiuddin, 2012).
Kemampuan masing-masing siswa dalam menyerap materi pada pelajaran fisika berbeda
antara satu siswa dengan siswa lain. Faktor yang menyebabkan individu tersebut mengalami
kesulitan bisa berasal dari dalam siswa sendiri maupun dari lingkungan sekolah. Kenyataan
yang sering dijumpai pada siswa dalam pembelajaran fisika di sekolah diantaranya sebagian
siswa lancar dan cepat dalam memahami materi dan sebagian siswa sulit dan membutuhkan
waktu yang relatif lama untuk memahami materi. Siswa yang tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya disebut dengan siswa yang mengalami kesulitan. Kesulitan belajar mengindikasikan
terdapat suatu kesenjanganantara prestasi yang diharapkan dengan prestasi yang
diperoleh
Pembelajaran merupakan suatu proses yang disengaja dirancang dan diselenggarakan oleh
guru untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri siswa dalam rangka untuk
memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap(Dimyati dan Mudjiono,
2006: 157dan Pribadi, 2009:11).Dalam kegiatan pembelajaran terjadi interaksi dua arah dari
seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang
intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya(Trianto,
2010:17)
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Trianto. 2010. Pembelajaran Mendesain Model Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang banyak memerlukan
pemahaman daripada penghafalan sebagai dasar ilmu dalam mengembangkan teknologi.
Untuk membuat pemahaman tentang fisika secara keseluruhan pada diri siswa dalam proses
pembelajaran, diperlukan suatu bahan ajar inovatif yang dapat memudahkan penguasaan
konsep, prinsip, teori dan hukum dalam fisika. Bahan ajar adalah bahan atau materi yang
disusun oleh guru secara sistematis yang digunakan peserta didik (siswa) di dalam
pembelajaran (Arlitasari, dkk.,2013).

Arlitasari, O., dkk. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu Bebasis Salingtemas Dengan
Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan. Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1
No.1, April 2013.

Arkundato (2007:10) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan untuk
membantu siswa dalam belajar, pembelajaran mempunyai tiga variabel utama, yaitu (1) kondisi
pembelajaran, (2) metode pembelajaran, (3) hasil pembelajaran. Menurut Riyanto (2008:89),
dalam aplikasinya proses dari kegiatan belajar merupakan sebuah pembelajaran. Dalam arti
lain pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar.

Model pembelajaran sendiri adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Sutarto dan
Indrawati; 2013).Model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar
yang berbeda. Model pembelajaran terbentuk melalui berbagai kombinasi dari bagian-
bagian/komponen yang meliputi: 1. Fokus,merupakan aspek sectral sebuah model; 2. Syntax,
tahapan dari model mengandung uraian tentang model tindakan; 3. Sistem sosial,
pembelajaran pada dasarnya adalah menggambarkan hubungan antara guru dan siswa dalam
satu sistem; 4. Sistem pendukung, bertujuan menyiapkan kemudahan kepada guru dan siswa
demi keberhasilan penerapan strategi pembelajaran. Sebagai contoh, melalui model
pembelajaran kerja kelompok, siswa bisa saling memberikan bantuan satu sama lainnya, siswa
pintar bisa membantu temannya Suyanto (2013: 135-137). Sedangkan Joyce, et al. (2004),
menyebutkan masih terdapat dua unsur lainnya, yakni 5. Dampak Instruksional dan 6. Dampak
Pengiring.Keenam unsur inilah yang akan dijadikan dasar untuk mengembangkan suatu model
pembelajaran di kelas.Menurut Suyanto (2013) menyebutkan bahwa model harus bersifat
rasional teoritis; berorientasi pada tujuan pembelajaran; berpijak pada cara khusus agar sukses
dilaksankan; berpijak pada lingkungan yang kondusif agar tujuan belajar dapat tercapai. Untuk
itu harus diketahui terlebih dahulu bagaimana kondisi pembelajaran baik dari sisi guru maupun
menurut siswa sendiri agar dapat dikembangkan suatu model pembelajaran baru yang lebih
flesibel dan dapat menfasilitasi peran guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara aktif bersama-sama.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa perlu adanya pengembangan model pembelajaran
baru yang dapat menfasilitasi guru dan lebih fleksibel
untuk disesuaikan dengan materi yang ingin dicapai. Alternatif solusi yang ditawarkan adalah
model pembelajaran
Arkundato, A. 2007. Pembaharuan dalam Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka
Sutarto & Indrawati. (2013). Strategi Belajar Mengajar Sains.Jember: Jember University Press.
Suyanto, 2013. Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas
Pendidik.Jakarta: Erlangga
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2004). Model of Teaching, Sixth Edition. Boston: Allyn and
Bacon.

Sebagai langkah untuk memenuhi tuntutan abad 21, Indonesia menerapkan Kurikulum 2013
sebagai penyempurnaan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 memiliki tuntutan
dalam pelaksanaannya, yaitu: 1) penyediaan bahan ajar yang dapa membantu peserta didik
menganalisis pengetahuan terkait dengan penyebab fenomena dan kejadian (Permendikbud
No. 64) dan 2) penyusunan ruang lingkup materi pembelajaran harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan
program pendidikan (PP No. 32 tahun 2013).
Permendikbud. 2013. Salinan Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi. Jakarta:
Kemendikbud.Permendikbud. 2013. Salinan Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang
Kurikulum SMA/MA. Jakarta: KemendikbuD

Dalam pembelajarannya, diperlukan lembar kerja siswa agar kegiatan yang dilakukan oleh siswa dapat terarah.
Lembar kerja siswa merupakan bagian Integral dari desain instruksional yang disiapkan untuk memfasilitasi proses
belajar. LKS dapat dikembangkan menurut kerangka materi dan keterampilan yang akan diajarkan pada siswa.
Sebagai bagian dari komponen kurikulum, LKS dapat digunakan siswa untuk belajar memahami materi pelajaran.
Selain itu, untuk memfasilitasi siswa belajar keterampilan proses sains, LKS digunakan untuk mengarahkan siswa
dalam melakukan refleksi saat eksperimen dan pengamatan. LKS dapat memfasilitasi siswa dalam belajar sains
melalui aktivitas yang otentik (Wendell and Lee, 2010). LKS juga dapat digunakan oleh siswa dan guru saat
dilakukan kegiatan diskusi di kelas (Demoin and Jurisson, 2013). Untuk itu perlu dikembangkan LKS yang dapat
memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran fisika yang mengintegrasikan keterampilan proses sains dan
berargumentasi ilmiah

Demoin, D. W. dan Jurisson, S. S. (2013). Chemical kinetics laboratory discussion worksheet.

Journal of Chemical Education, 90, pp. 1200-1202.


Wendell, K B. and Lee, H S. (2010). Elementary students’ learning of materials science practices through instruction
based on engineering design tasks. J Sci Educ Technol, 19, pp. 580–601.
Pada hakekatnya Fisika merupakan cabang Sains/IPA merupakan sebuah kumpulan
pengetahuan (“a body of knowledge”), cara atau jalan berpikir (“a way of thinking”), dan cara
untuk penyelidikan (“a way of investigating”)” (Collette dan Chiappetta, 1994). Istilah
lain yang juga digunakan untuk menyatakan hakekat Fisika sebagai cabang IPA adalah IPA
sebagai produk untuk pengganti pernyataan IPA sebagai sebuah kumpulan pengetahuan (“
a body of knowledge”), IPA sebagai sikap untuk pengganti pernyataan IPA sebagai cara atau
jalan berpikir (“a way of thinking”), untuk penyelidikan (“a way of investigating”) (Sutrisno, 2006).
Hal ini menunjukan bahwa fisika ditumbuh-kembangkan melalui pengamatan dan percobaan.
Oleh karena itu untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah siswa dalam
pembelajaran fisika yang paling cocok adalah menerapkan pembelajaran berpusat pada
siswa(student centered)menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan metode ilmiah yang
didukung oleh media yang tepat guna

Problem Solving menurut (Wittrock, 2009)adalah proses kognitif yang berhubungan dengan
usaha pencapaian tujuan di saat tak ada metode penyelesaian yang ditemukan oleh si
pemecah masalah. Definisi ini terdiri atas 4 bagian yakni: (1) Problem solving merupakan aspek
kognitif, ketika proses ini terjadi dan melibatkan sistem kognitif dan hanya dapat dilakukan
melalui perilaku si pemecah masalah, (2) Problem solving merupakan proses, ketika melibatkan
penerapan proses kognitif yang merepre-sentasikan kognitif dari si pemecah masalah,
(3) Problem solving dilakukan secara langsung, karena problem solving dipandu oleh
serangkaian tujuan yang akan dicapai si pemecah masalah, (4) Problem solving bersifat
individual, yang mana keterampilan ini sangat tergantung pengetahuan dan skill si pemecah
masalah

Wittrock, R. M. (2009). Problem Solving.


http://www.education.com/reference/article/problem-solving1/ Updated on Dec 23,
2009, 1-2.

Keterampilan proses sains merupakan teknik atau prosedur yang


digunakan untuk mencari, memperoleh, dan mengolah ilmu pengetahuan
sesuai dengan metode ilmiah. Hal ini juga diungkapkan oleh Wetzel (2010)
bahwa keterampilan proses sains merupakan dasar pemecahan masalah
dalam sains dan metode ilmiah. Siswa yang terbiasa dengan metode
ilmiah, dapat menggunakannya untuk memecahkan masalah. Masalah
dalam soal fisika yang abstrak, atau disertai dengan gambar, grafik, tabel
dan sebagainya dapat dipahami oleh siswa yang memiliki keterampilan
proses sains, jika siswa memahami suatu inti masalah dalam soal, maka
dapat menggunakan metode ilmiah yang dimiliki untuk memecahkan
masalah. Santosa (2000: 67) keterampilan proses sains perlu ditanamkan,
dan dilatih, agar mampu mencari, menemukan ilmu pengetahuan, dan
memecahkan masalah. Dalam pembelajaran di kelas, guru berperan dalam
melatih, dan mengembangkan keterampilan proses sains, serta
memberikan latihan soal yang membutuhkan kemampuan pemecahan
masalah. Sehingga, dikatakan bahwa pengaruh keterampilan proses sains
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Meskipun demikian, terdapat faktor lain, misalnya kreativitas juga
mempengaruhi keterampilan proses sains

Wetzel, David R.2008. Problem Solving and Science Process Skills.


http://teachertipstraining.suite101.com/article.cfm/problem solving and
science process skills. 7 April 2010

Menurut Yeap T. K (2008), eksperimen dalam sains termasuk fisika merupakan penyelidikan
ilmiah. Metode ilmiah adalah metode penyelidikanyang dilakukan berdasarkan aturan ilmiah
dan prinsip-prinsip yang akurat, disiplin dan sistematis. Langkah-langkahnya dalam
penyelidikan ilmiahmeliputi:Merumuskan masalah: Tentukan 'Apa yang saya ingin cari
tahu'Merumuskan hipotesis: Membuat tebakan yang cerdasPerencanaan percobaan:
Perencanaan bagaimana untuk menguji hipotesisPengendalian variabel: Mengubah kondisi
untuk percobaan
Melaksanakan investigasiSebuah penyelidikan dilakukan seperti yang direncanakan untuk
menguji hipotesis. Ketika melakukan penyelidikan, langkah-langkah berikut diperlukan:
Pengumpulan data: menuliskan apa yang telah diamati
Step in Problem Solving Proccess and Key
Questions
Classification of the taskor problem
What are we trying to do?

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang banyak memerlukan
pemahaman daripada penghafalan sebagai dasar ilmu dalam mengembangkan teknologi.
Untuk membuat pemahaman tentang fisika secara keseluruhan pada diri siswa dalam
proses pembelajaran, diperlukan suatu bahan ajar inovatif yang dapat memudahkan
penguasaan konsep, prinsip, teori dan hukum dalam fisika. Bahan ajar adalah bahan atau
materi yang disusun oleh guru secara sistematis yang digunakan peserta didik (siswa) di dalam
pembelajaran (Arlitasari, dkk.,2013). Menurut National Center of Competency Based Training
(dalam Prastowo, 2014:16), bahan ajar adalah segala macam bahan baik tertulis maupun tak
tertulis yang disiapkan dan digunakan guru untuk membantu melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas
Prastowo, A. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: DIVA Press

Pemecahan masalah fisika adalah alat yang digunakan tidak hanya untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, tetapi juga membantu mereka untuk mengembangkan
keterampilan dasar dalam memecahkan masalah, terutama dalam kehidupan sehari-hari (Pimta,
2009).
Tujuan dari program matematika nomor 5 menurut Depdiknas (2006) untuk semua tingkat
pendidikan dasar dan menengah adalah bahwa siswa dapat menghormati kegunaan matematika
dalam kehidupan, yaitu
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, ulet dan percaya dalam
memecahkan masalah. Tujuan yang menunjukkan bahwa belajar matematika tidak hanya
bertujuan untuk mengembangkan siswa dalam domain kognitif, tetapi juga bertujuan untuk
meningkatkan domain afektif yang dapat mendukung kemampuan pemecahan masalah.
Sebagaimana Danoebroto (2011) yangmengatakan bahwa ada pengaruh sikap
terhadap kemampuan pemecahan masalah,sikap yang dimaksud tersebut
mencakupindikator karakter kerja keras yang harus dimiliki siswa. Danoebroto
mengatakan salahsatu faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan
masalah adalah sikap siswa yang mencakup, kepercayaan diri, tekad,kesungguh
-sungguhan dan ketekunan siswadalam mencari pemecahan masalah, serta latihan-
latihan yang dilakukan oleh siswa. Hasil penelitian Siswanto dkk (2013)
menunjukkanbahwa adanya pengaruh keaktifan dan sikap terhadap kemampuan
pemecahan masalah.

Danoebroto, S. W. 2011. “ Faktor-Faktor YangBerpengaruh Terhadap Kemampuan Siswa


Memecahkan Masalah Matematika”http://p4tkmatematika.org/file/Karya%20WI
14%20s.d%2016%20Okt%202011/Faktor%20dalam%20Problem%20Solving.pdf. (diunduh
19 Oktober 2014)

Siswanto, B., Waluya, B., & Wardono. 2013.”Peningkatan Kemampuan Pemecahan


Masalah Melalui Pembelajaran Ideal ProblemSolving-Konstruktivisme berorientasi
Pendidikan Karakter”.UMJR,2(2).http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer.(diunduh 16
Februari 2015).

Selanjutn
y
a, Y
Yuliati (2008) menjelaskan mengenai karakteristik pembelajaran fisika yaitu:
a) fisika merupakan sekumpulan pengetahuan sebagai hasil dari pemikiran dan
penyelidikandengan menggunakan metode ilmiah; b)pembelajaran fisika harus dikondisikan agar
siswa dapat memaknai alam dengan cara menggunakan pengetahuan yang telah dipahaminya
dalam memecahkan masalah; c) pembelajaran fisika mencakup adanya aplikasi, yaitu penerapan
metode dan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari; d) pembelajaran fisika menekankan pada
keaktifan siswa baik keaktifan berpikir maupun bertindak; dan e) pembelajaran fisika harus
membuat siswa dapat menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan masalah, perencanaan,
membuat keputusan, dan diskusi kelompok. Kelima karakteristik pembelajaran fisika di atas
dapat dipenuhi oleh pembelajar-an model PBL.Oleh karena itu, PBLdapat
digunakan dalam pembelajaran fisika
Yuliati, L. 2008. Model-model Pembelajaran Fisika “Teori dan Praktek”.Malang:
LembagaPengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) Universitas Negeri Malang.

Perpaduan PBLdenganMind Map merupakan optimalisasi pelaksanaan PBL dalam


meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika secara kreatif. Hal ini akan
berimbas pada berkurangnya kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah sehingga
penyelesaian masalah dalam PBL dapat berlangsung dengan efektif baik dari segi
proses maupun waktu. Dengan membiasakan siswa untuk menyelesaikan permasalahan secara terstruktur,
siswa akan terlatih saat harus menyelesaikan suatupermasalahan sehingga kemampuan penyelesaian masalahnya
akan meningkat.han masalah fisika siswa (Hoellwarth dkk, 2005).
Siswa mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan permasalahan yang
kompleks.Siswa mampu menyelesaikan permasalahan kuantitatif sederhana namun
kurang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang lebih kompleks
(Redish, 2005). Siswa mengalami kesulitan karena strategi yang diajarkan dalam
pembelajaran hanya untuk menyelesaikan masalah yang membutuhkan perhitungan
matematis semata (Ogilvie, 2009). Padahal, salah satu tujuan pembelajaran fisika adalah
menciptakan manusia yang dapat memecahkan masalah kompleks dengan cara
menerapkan pengetahuan dan pemahaman mereka pada situasi sehari-hari (Walsh dkk,
2007).

Anda mungkin juga menyukai