DEPOK
2017
I. PENDAHULUAN
Orang tua adalah orang pertama yang memiliki tanggung jawab yang besar
untuk memelihara dan memberikan pendidikan serta kasih saying kepada seorang
anak, Anak yang yang dilahirkan dalam suatu keluarga haruslah dilihat sebagai
penerus keturunan dalam keluarga tersebut, sekaligus juga sebagai penerus
haarapan bangsa ini.
Salah satu hal yang dapat membantu anak berkembang dengan baik
adalah dengan adanya kepastian hukum mengenai anak, baik anak sah maupun
anak luar kawin. Status anak yang jelas ini akan membuat anak mendapat
perlindungan status hak-hak yang legal seperti dalam hal kelangsungan
pendidikan anak dan kehidupan anak di masa yang akan datang.
1. Anak Sah
Anak sah adalah anak yang terlahir dari atau sebagai akibat
perkawinan.12 Anak sah terlahir bukan hanya karena adanya hubungan biologis
antara si ayah dan ibu, tetapi juga terdapat hubungan hukum diantara keduanya
(ada perkawinan yang sah). Anak sah memiliki hubungan hukum dengan kedua
orang tuanya. Hal ini dibuktikan dengan tercantumnya nama ayah dan ibunya
dalam akta kelahirannya.
Anak luar kawin dalam arti luas sering disebut juga anak tidak sah.
Sedangkan dalam arti sempit anak luar kawin yaitu anak yang dilahirkan dan
1
hasil hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang kedua-
duanya tidak terikat perkawinan dengan orang lain dan tidak ada larangan untuk
saling menikahi, anak-anak yang demikianlah yang bisa diakui secara sah oleh
ayahnya (Pasal 280 KUHPerdata).
Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
disebutkan bahwa1, “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agama dan kepercayaan itu”. Kemudian dalam ayat (2) nya
disebutkan bahwa: “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut undang-undang dengan
dihadiri oleh pegawai pencatat nikah”. Keadaan yang demikian dapat dijelaskan
sebagai keadaan yang ideal dimana dalam perkawinan tersebut, anak yang
dicatatkan dalam perkawinan merupakan anak yang sah dan dengan sendirinya
berlaku hak dan kewajiban sebagai orang tua kepada anak yang bersangkutan,
tetapi hal ideal tersebut tidak selalu terjadi, acapkali terjadi perkawinan yang tidak
dicacatkan namun terdapat anak dalam perkawinan tersebut, yakni anak diluar
kawin.
1
Indonesia, Undang-Undang Perkawinan, UU No. 1 Tahun 1974, LN No. 1 Tahun 1974, ps 2
.
2
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 39 Tahun 19992 Tentang Hak Asasi
Manusia menjelaskan mengenai “Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.”
1. Anak luar kawin dalam arti luas adalah anak luar pernikahan Karena
perzinahan dan sumbang.
Anak zina adalah anak yang dilahirkan dari hubungan luar nikah antara
laki-laki dan perempuan dimana salah satunya atau keduanya terikat pernikahan
dengan orang lain.
2. Anak Luar Kawin dalam arti sempit adalah anak yang dilahirkan di luar
pernikahan yang sah.
2
Indonesia, Undang-Undang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999, Lembaran Negara RI tahun
1999 No. 165 Tambahan Lembaran Negara No. 3886, pasal 1
3
Status anak sebagai anak yang dilahirkan diluar pernikahan yang sah
merupakan suatu masalah bagi anak luar kawin tersebut, karena mereka tidak
bisa mendapatkan hak-hak dan kedudukan sebagai anak pada umumnya seperti
anak sah karena secara hukumnya mereka hanya memiliki hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Anak luar kawin tidak akan memperoleh hak yang menjadi kewajiban
ayahnya, karena ketidakabsahan pada anak luar kawin tersebut.
Konsekuensinya adalah laki-laki yang sebenarnya menjadi ayah tidak memiliki
kewajiban memberikan hak anak tidak sah. Sebaliknya anak itu pun tidak dapat
menuntut ayahnya untuk memenuhi kewajibannya yang dipandang menjadi hak
anak bila statusnya sebagai anak tidak sah.
4
dalam pewarisan orang tuanya lebih besar daripada anak luar kawin (Pasal 863
KUHPerdata) dan hak anak luar kawin untuk menikmati warisan melalui wasiat
di batasi (Pasal 908 KUHPerdata).
Pengakuan anak luar luar kawin yaitu suatu pengaturan yang dilakukan
seseorang dengan cara yang ditentukan Undang-undang bahwa ia adalah
bapaknya atau ibunya seorang anak yang telah dilahirkan diluar perkawinan.
5
II. PEMBAHASAN
6
b. Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di kecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak
membenarkan pangakuan anak yang lahir diluar hubungan
pernikahan yang sah.
c. Berdasarkan laporan sebagimana dimaksud pada ayat (1),
pejabat pencatatan sipil mencatat pada register Akta
Pengakuan Anak dan menerbitkan kutipan Akta Pengakuan
Anak.
7
Lelaki dan perempuan yang melakukan hubungan di luar
nikah dan menghasilkan anak luar kawin, kemduain
memutuskan untuk meinkah secara sah dan sekaligus
mengakui anak luar kawinnya
c. Di dalam Akta Otentik
Pengakuan yang demikian baru sah diberikan apabila
dilakukan dihadapan seorang notaris atau Pegawai
Pencatatan Sipil ( dalam surat lahir, akta perkawinan,
maupun dalam akta tersendiri), padahal keduanya adalah
sama pejabat Umum, yang memang diberikan kewenangan
Khusus UIntuk membuat akta-akta seperti itu, maka dapat
dikta katakana bahwa pengakuan anak luar kawin harus
diberikan dalam akta otentik.
8
III. KESIMPULAN
Pengakuan anak luar kawin diatur dalam Pasal 281 Kitab Undang-
1. Akta Kelahiran:
dengan mencatatkan nama bapaknya sebagai
bapak dari anak luar kawin tersebut dalam akta
kelahiran.
2. Pada saat perkawinan berlangsung:
si laki-laki mengakui ”bahwa anak luar kawin saya
dari wanita...dengan perkawinan ini resmi menjadi
anak sah” , kemudian dicatatkan ke Catatan Sipil
untuk dirubah akta kelahirannya.
3. Dengan akta otentik sebelum perkawinan
berlangsung:
9
dibuatkan dengan akta Notaris atau Catatan Sipil,
kemudian kita mintakan Penetapan/didaftar di
Pengadilan
Pengakuan anak luar kawin ini hanya dilakukan dengan salah satu cara
saja. Dan pengakuan ini harus dengan (ada) persetujuan dari ibu si anak, karena
berdasarkan Pasal 43 Undang-Undang Perkawinan, anak yang dilahirkan secara
otomatis mempunyai hubungan perdata dengan ibunya. Jadi dalam pembuatan
akta tersebut ibu harus hadir untuk memberi persetujuannya. Tetapi dengan akta
tersebut pengakuan belum terjadi. Jadi pengakuan dalam akta Notaris baru
pengakuan secara perdata saja, tetapi kita harus mengesahkannya secara negara
dengan didaftarkan di Pengadilan.
a. prosedur hukum;
b. persyaratan telah dipenuhi;
c. teknis prosedur akta telah sesuai dengan Undang-
Undang.
Sehingga demikian dapat disimpulkan bahwa peran akta notaris dalam
hal pengangkatan anak diluar kawin tidak terlalu signifikan dalam praktek,
sebab selain notaris sebagai pejabat umum juga terdapat dalam praktek
pengangkatan anak yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil dalam hal ini
adalah Pegawai Dinas Kependudukan setempat.
10