Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang diturunkan sebagai pedoman agar manusia

dapat menentukan yang baik dan yang buruk serta yang hak dan batil. Islam

memiliki akidah dan syariat yang bersumber dari wahyu yang tertuang di

dalam Alquran Alkarim dan keterangan Rasulullah saw.berupa sunnahnya.

Ajaran Islam tertuang dalam dua sumber, yakni Alquran dan Hadis.

Para ulama dari berbagai bidang ilmu keislaman sepakat bahwa hadis

merupakan sumber ajaran Islam setelah Alquran. Karena itu, selain Alquran

kita juga wajib mengikuti hadis. Fungsi hadis terhadap Alquran yaitu:

sebagai bayān taqrīr (memperkuat dan menetapkan hukum-hukum yang

telahditentukan oleh Alquran), bayān tafsīr (memberikan penafsiran

terhadap ayat-ayat yang bersifatmujmal dan muthlaq), dan menetapkan

hukum/aturan-aturan yang tidak didapati dalam

Alquran.

Hadis sebagai sumber ajaran Islam setelah Alquran mewartakan

prinsip dan doktrin ajaran Islam, banyak umat Islam menyandarkan

pekerjaan atau amal ibadah mereka kepada hadis-hadis Nabi saw.sebagai

dalil atau hujjah dalam peribadatannya. Di antara amal atau pekerjaan

tersebut adalah talqīn. Dalam istilah fikih, talqīn berarti bimbingan dengan

mengucap kalimat lā ilāha illā Allāh kepada seseorang yang akan

meninggal atau sakratul maut.

Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ia meninggal dunia.

Namun, ketika seseorang sedang sakit parah dan sakitnya tersebut tampak
tidak dapat disembuhkan, maka dianjurkan bagi anggota keluarga atau yang

hadir di tempat itu untuk menciptakan suasana tenang dan tidak berisik serta

disunahkan menuntun atau mengajarkan orang yang sakit tersebut untuk

mengucapkan kalimat tauhid. Rasulullah saw.bersabda:

‫) ري‬. 6 _ _ ‫ س "!_ ا‬$% ‫َ ا __ََْ __ ْ آ ُ _َ__ََْ _ َ_ ِإََ _ َ_ِ __ا ___ ُ_ روا( _ ___ _"' أ‬

__َُ ___ََ

Tuntunan tersebut bertujuan untuk mengingatkan orang yang akan

meninggal dunia pada tauhid, sehingga akhir ucapan yang keluar dari

mulutnya adalah kalimat tauhid, yaitu lā ilāha illā Allāh. Hukum men-talqīn

mayit ini adalah sunah. Mayoritas ulama sepakat men-talqīn seseorang

menjelang ajalnya adalah sesuatu yang dianjurkan. Hal ini didasarkan pada

hadis Rasulullah saw.riwayat Abū Sa’īd al-Khudrī yang mengatakan,

“laqqinū mawtākum qawla lā ilāha illā Allāh”.

Dari hadis riwayat Abū Sa’īd al-Khudrī di atas, kata mawtā

merupakan jamak dari mayit, yang berarti orang-orang yang sudah

meninggal dunia. Ini merupakan makna hakiki, sedangkan mawtākum

diartikan sebagai orang yang akan meninggal dunia (sekarat), yang

merupakan arti majasi (kiasan). Dalam kaidah disebutkan al-Asl fī al-Kalām

al-Haqīqah (yang pokok dalam perkataan itu adalah makna hakikat).

Karena itu, menurut pendapat ini, membaca talqīn di atas kuburan adalah

sunah.

Pendapat tersebut ditentang ulama lain. Hadis di atas harus diartikan

dengan makna majasi, yaitu bagi orang yang sudah kelihatan tanda akan

meninggal dunia. Pendapat ini ditunjang hadis riwayat Mu’ādz bin Jabal
yang menyebutkan: “orang yang akhir katanya lā ilāha illā Allāh, akan

masuk ke dalam surga.” Ini berarti orang itu masih hidup, bukan mayit,

sebab orang mati tidak bisa bicara.

Hal inilah yang menjadi masalah, karena sulit diketahuikualitas

hadis tersebut apakah hadis itu berstatus shahīh, hasan, dha’īf, ataumawdhū’

(palsu). Kepraktisan dan kesederhanaan buku tersebut memungkinkan

terjadinya pengamalan hadis-hadis dha’īf (lemah), bahkan mungkin

mawdhū’ (palsu). Meskipun ada sebagian ulama yang membolehkan

beramal dengan hadis dha’īf, tetapi pembolehan inipun disertai dengan

catatan atau persyaratan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan tujuan talqin ?

2. Apa dalil sunnah tentang talqin ?

3. Talqin ditujukan kepada orang sudah meninggal atau sebelum

meninggal ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dan tujuan talqin

2. Untuk mengetahui dalil sunnah tentang talqin

3. Untuk mengetahui Talqin ditujukan kepada orang sudah meninggal

atau sebelum meninggal


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Talqin

Talqin berasal dari kata ‫ لقن‬yang secara bahasa berarti pengajaran,

sedangkan menurut istilah bermakna ajaran atau mengajarkan seseorang

yang sedang dalam perjalanan menuju maut atau kematian, dalam

kitab Mu’jam Lughatil Fuqaha’ juz 1 halaman 145 yakni memahamkan

dengan ucapan sedangkan di dalam kamus Al-Marbawi halaman 225 adalah

mengajar dan memberi ingat.

Talqin juga dapat diartikan menuntun mayit yang telah dikubur

dengan dua kalimat syahadat, hal ini senada dengan apa yang termaktub

dalam kitab I’anah Ath-Thalibin dari perkataan Sayyed Al-Bakrie Al-

Damyati bahwa “Aku telah melihat dalam Hasyiah Barmawi ala Sinmim:

disunatkan talqin mayat sesudah dikebumikan dan meratakan tanah”.[1]

Adapun tujuan dari sunnahnya talqin dalam islam adalah :

ِ ‫صود ُ ِم ْن التَّ ْل ِق‬


ُ ‫ين تَذْ ِك‬
.‫ير ُه ْم ِب َما ي ُِجيبُونَ ِب ِه السَّائِ َل لَ ُه ْم‬ ُ ‫َو ْال َم ْق‬

Tujuan dari pada talqin adalah mengingatkan mereka akan jawaban

pertanyaan yang diajukan penanya terhadap mereka.[2]

Dari kedua definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa talqin di

dalam islam terdapat dua macam talqin yakni talqin kepada seseorang yang

sedang sakaratul maut dan talqin kepada mayit yang telah dikuburkan, yang

masih menjadi problematika ummat islam Indonesia adalah talqin yang ke


dua yakni talqin terhadap mayit yang telah dikuburkan, karena dasar yang di

pakai adalah hujjah para ulama meski tidak dengan hadits shahih.

B. Dalil Sunnah Tentang Talqin

Hukum talqin di atas kuburan kita sebagai seorang muslim

disunnahkan untuk mentalqin orang yang akan meninggalkan dunia atau

sedang sekarat. Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW: Talqinlah

“mautakum” orang-orang yang akan mati dengan kalimah La ilaha illah.”

Talqin ini untuk orang yang masih hidup dan menjelang mati. Sedangkan

mengenai talqin untuk orang yang sudah mati atau di atas kuburan yang

biasanya dilakukan setelah dikubur, dalam hal ini ada tiga pendapat.

1. Sunnah menurut sebagian ulama’ hambali dan madzhab syafii

Dalilnya adalah: Diriwayatkan dari Abu Umamah al-Bahili, bahwa

Rasulullah SAW. Bersabda: “Jika ada di antara kalian yang

meninggal dunia, kemudian kuburannya di ratakan dengan tanah,

maka hendaknya ada di antara kalian yang berdiri di dekat

kepalanya dan berkata: Ya fulan bin fulanah, sesungguhnya dia

mendengar tetapi tidak bisa menjawab. Kemudian hendaknya dia

mengatakan: Ya fulan bin fulanah untuk yang kedua kalinya.

Kemudian dia akan duduk. Kemudian hendaknya dia mengatakan: Ya

fulan bin fulanah, maka dia akan berkata: Tunjukilah kami semoga

kamu mendapat rahmat Allah. Tetapi kamu tidak mendengarnya.

Sebutlah pedoman kamu keluar dari dunia yaitu

‫ورسوله عبده محمدا وأن هللا إال إله ال أن شهادة‬، ‫وبمحمد دينا وباإلسالم ربا باهلل رضيت وأنك‬

‫إماما وبالقرآن نبيا‬


Maka Malaikat Munkar dan Nakir akan terlambat dan salah seorang

dari mereka berkata kepada yang lain: pergilah tidak ada yang

menyebabkan kita duduk di sisi orang ini karena hujjahnya sudah

ditalqin, maka Allah menjadi hujjahnya bagi mereka berdua.

Kemudian ada seorang sahabat yang bertanya: Bagaimana kalau

seandainya nama ibunya tidak dikenal. Rasul menjawab: Nasabkan

dia kepada Hawwa. ” Hadits ini diriwayatkan Ibnu Syahin dalam

kitab Dzikrul Maut dengan sanadnya. Sedangkan Ibnu Hajar al-

Asqalani mengalamatkan hadits ini kepada Thabrani. Syaikh islam

Ibnu Taimiyyah berkata: Talqin yang disebutkan tersebut telah di

nukil dari beberapa sahabat, bahkan mereka memerintahkannya

seperti Abu Umamah al-Bahili dan lainnya. Ada juga riwayat hadits

lain dari Rasulullah namun hadits ini tidak shahih, dan tidak banyak

sahabat yang melakukannya.

2. Makruh, bid’ah karena tidak ada sahabat yang melakukannya, ini

pendapat madzhab Maliki.

3. Boleh, Pendapat ini didukung oleh Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah,

kata beliau; Menurut pendapat yang paling benar menurut saya

adalah boleh bukan sunnah. Pendapat ini juga didukung oleh

penduduk Syam bahkan mereka senantiasa melakukan talqin ini sejak

abad pertama dan zaman setelahnya.


C. Talqin ditujukan kepada orang yang sudah meninggal atau sebelum

meninggal

Dalil-Dalil Tentang Disunatkannya Talqin yaitu :

a. Dalil tentang disunatkannya mentalqin kepada seseorang yang sedang

naza’ adalah hadits Nabi SAW. seperti yang ditulis oleh sayyid Bakri

dalam kitab I’anatut Thalibin juz II hal. 138 :

‫ لقنوا‬: ‫ويندب أن يلقن محتضر ولو مميزا على األوجه الشهادة أي ال إله إال هللا فقط لخبر مسلم‬

‫ من كان أخر كالمه ال إله إال هللا‬: ‫ مع الخبر الصحيح‬،‫موتاكم أي من حضرة الموت ال إله إال هللا‬

‫ اهـ‬.‫دخل الجنة أي مع الفائزين‬

Artinya :

“Disunatkan mentalqin orang yang akan meninggal walaupun masih

mumayyiz menurut pendapat yang kuat dengan kalimat syahadat, karena

ada hadits Nabi riwayat Imam Muslim “talqinlah orang Islam di antara

kamu yang akan meninggal dunia dengan kalimah La Ilaha Illallah” dan

hadits shahih “Barang siapa yang paling akhir pembicaraannya itu La

Ilaha Illallah, maka dia masuk surga”, yakni bersama orang-orang yang

beruntung”.

b. Sedangkan dalil disunatkannya talqin mayit yang baru dikubur adalah :

§ Firman Allah, seperti keterangan dalam kitab I’anatut Thalibin juz II hal.

140

‫وتلقين بالغ ولو شهيدا بعد تمام دفن (قوله وتلقين بالغ) وذلك لقوله تعالى وذكر فإن الذكرى‬

‫ اهـ‬.‫] وأحوج ما يكون العبد إلى التذكير في هذه الحالة‬55 : ‫تنفنع المؤمنين [الذاريات‬

Artinya:
“Disunatkan mentalqin mayit yang sudah dewasa walaupun mati syahid

setelah sempurna penguburannya. Hal yang demikian ini karena firman

Allah : “dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya

peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Ad-

Dzariyat : 55). Dan seorang hamba sangat membutuhkan peringatan

adalah saat-saat seperti ini”.

§ Hadits riwayat Thabarani :

‫إذا مات أحد من إخوانكم فسويتم التراب على قبره فليقم أحد على رأس قبره ثم ليقل يا فالن‬

‫ابن فالنة فإنه يسمعه ثم يقول يا فالن ابن فالنة فإنه يستوي قاعدا ثم يقول يا فالن ابن فالنة‬

‫ فليقل اذكر ما خرجت عليه من الدنيا شهادة‬.‫فإنه يقول أرشدنا يرحمك هللا ولكن ال تشعرون‬

‫أن ال إله إال هللا وأن محمدا عبده ورسوله وإنك رضيت باهلل وباإلسالم دينا وبمحمد نبيا‬

‫ اهـ‬.‫ فإن منكرا ونكيرا ياخذ كل واحد منهما بيد صاحبه‬.‫وبالقرآن إماما‬

Artinya :

“Apabila salah seorang di antara saudaramu telah meninggal dan

penguburannya telah kamu sempurnakan (ditutup dengan tanah), maka

berdirilah salah seorang di penghujung kuburnya, dan berkatalah : “hai

fulan bin fulanah” maka dia bisa mendengarnya. Kemudian berkatalah

“hai fulan bin fulanah” maka dia duduk dengan tegak. Berkatalah lagi “hai

fulan bin fulanah” maka dia berkata “berilah saya petunjuk, semoga Allah

memberi rahmat kepadamu”. Akan tetapi kamu sekalian tidak mengerti.

Seterusnya katakanlah kepadanya “ingatlah apa yang kamu pegangi

sewaktu keluar dari alam dunia, yakni bersaksi bahwa tidak ada Tuhan

selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, dan

bahwa kamu rela Allah sebagai Tuhan kamu, Islam sebagai agamamu,
Muhammad sebagai Nabi mu dan Al-Qur’an sebagai imam mu. Maka

sesungguhnya malaikat Munkar dan Nakir saling berpegangan tangan

mereka berdua”.

§ Hadits Nabi sebagaimana yang diterangkan dalam kitab I’anatut Thalibin

‫ العبد إذا وضع في قبره وتولى وذهب أصحابه حتى أنه‬: ‫يندب التلقين بعد تمام دفنه لخبر‬

]140/2 ‫ الحديث اهـ [إعانة الطالبين‬.‫يسمع قرع نعالهم أتاه ملكان‬

Artinya :

“Disunatkan mentalqin mayit setelah sempurna penguburannya, karena

ada hadits : “Ketika mayit telah ditempatkan di kuburnya dan teman-

temannya sudah pergi meninggalkannya sehingga dia mendengar suara

sepatu mereka, maka datanglah dua malaikat kepadanya”.

Dari paparan ini, maka pelaksaaan talqin itu tidak bertentangan

dengan ajaran Agama bahakn sangat dianjurkan bahkan Sunnah. Baik

dilakukan pada saat seseorang menjempu ajalnya, atau pada saat mayyit

dimakamkan.

Bacaan talqin sbb:

ِ ‫يم كُل نَفس ذَا ِئقَةُ ال َمو‬


‫ت َوإِنَّ َما ت َُوفَّونَ أ ُ ُجو َركُم يَو َم ال ِق َيا َم ِة فَ َمن‬ ِ ‫الرح‬
ِ ‫الرح َم ِن‬
َّ ِ‫بِس ِم للا‬

َ ‫أ َ َمةَ ُزح ِز َح ع َِن النَّ ِار َوأُد ِخ َل ال َجنَّةَ فَقَد َف‬


ُ ‫از َو َما ال َحيَاةُ الدنيَا اِلَّ َمتَا‬
‫ع الغُ ُرو ِر يَا عب َدللاِ بِن‬

‫شهَا َدةَ اَن لَ اِلَهَ اِلَّ للا َوح َدهُ لَ ش َِريكَ لَه‬
َ ‫علَي ِه ِمنَ الدُنيَا‬
َ َ‫للاِ اُذ ِك ِر العَه َد الذِي َخ َرجت‬

َ ‫البعث حق وانَّ الساعةَ آتِيَة لَ َري‬


‫ب‬ َ َّ‫النار حق وان‬
َ َّ‫َو ا َنَّ محمدًا عب ُدهُ ورسولُهُ وأنَّ الجنةَ حق و أن‬

‫ث َمن ِفي القُبُو ِر واَنَّكَ َر ِضيتُ ِباللِ َر ًّبا و ِبالس ََل ِم دِينًا و ِبمحمد صلى‬
ُ ‫ِفي َها و انَّ للاَ َيب َع‬

ُ‫ ثَـبّـَتَكَ للا‬، ‫القرآن ِإ َما ًما و ِبالكَعبَ ِة قِبلَةً و ِبال ُمؤ ِمنِينَ اِخ َوانًا‬
ِ ‫للا عليه وسلم نَ ِب ًّيا َو ِب‬

ِ ‫ت (ثَلث مرات) يُث َّ ِبتُ للاُ الذِينَ آ َمنُوا ِبالقَو ِل الثَا ِب‬
‫ت فِي ال َحيَا ِة الدُن َيا َو فِي‬ ِ ‫ِبال َقو ِل الثَا ِب‬
‫اضيَةً َمر ِضيَّةً فَاد ُخ ِلي فِي ِعبَادِي‬
ِ ‫س ال ُمط َمئِنَّ ِة ار ِج ِعي اِلَى َربِّ ِك َر‬
ُ ‫الَ ِخ َر ِة يَا اَيَّتُهَا النَف‬

‫َجنَّ ِتي‬ ‫َواد ُخ ِلي‬ (dibaca dari kiri ke kanan)

Artinya:

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang.Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya

pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan

dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah

beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang

memperdayakan. Wahai hamba Allah putera hamba Allah ingatlah wasiat

disaat kamu keluar dari dunia yaitu penyaksian bahwa tidak ada Tuhan

selain AllahYang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya dan sesungguhnya

Muhammad itu hambaNya dan rasulNya. Sesungguhnya surga itu benar,

neraka itu benar, hari kebangkitan itu benar, dan hari kiamat itu pasti datang

tidak diragukan lagi baginya dan sesungguhnya Allah membangkitkan

manusia dari dalam kubur. Sesungguhnya kamu telah ridho menjadikan

Allah sebagai Tuhanmu, Islam sebagai agamamu, Muhammad sebagai

nabimu, al-Qur’an sebagai imammu, ka’bah sebagai kiblatmu dan orang-

orang mukminin sebagai saudara-saudaramu. Allah telah meneguhkan kamu

dengan ucapan yang teguh (kalimat tauhid). Allah meneguhkan (iman)

orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan

di dunia dan di akhirt. Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu

dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah

hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.


Bacaan Talqin 2

َّ‫ َواَن‬،ُ‫شهَا َدةَ اَن َل ا ِٰلهَ ا َِّل للا‬


َ :‫ع َلي ِه ِمن الدنيَا‬
َ )ِ‫ اُذكُر َما َخ َرجتَ (ت‬،ِ‫يَا عَب َد للاِ ابنَ اَ َم ِة للا‬

ِ‫سو ُل للا‬
ُ ‫ ُم َح َّمدًا َر‬، ‫ساعَةَ ٰاتِيَة َل‬ َ ‫ َوا َنَّ البَع‬، ٌّ‫ار حَق‬
َّ ‫ َوا َنَّ ال‬، ٌّ‫ث حَق‬ ٌّ ‫َوا َنَّ ال َجنَّةَ َح‬
َ َّ‫ق َوا َنَّ الن‬

‫ص َّلى‬
َ - ‫ َو ِب ُم َح َّمد‬،‫الس ََل ِم دِينًا‬ ِ ُ‫ث َمن ِفي القُب‬
ِ ‫ َواَنَّكَ َر ِضيتَ ِبالل َر ًّبا َو ِب‬،‫ور‬ ُ َ‫ َوا َنَّ للا يَبع‬،‫ب فِيهَا‬
َ ‫َري‬

‫اِخ َوانًا‬ َ‫َو ِبال ُمؤ ِمنِين‬ ،ً‫قِبلَة‬ ‫َو ِبالكَع َب ِة‬ ،‫اِ َما ًما‬ ‫َو ِبالقُر ٰا ِن‬ ،‫نَ ِبيًّا‬ - ‫س َّل َم‬
َ ‫َو‬ ‫علَي ِه‬
َ ُ‫َللا‬.
َّ

[*] Untuk jenazah perempuan, lafazh "ِ‫ "يَا َع ْبدَ هللاِ ابْنَ اَ َم ِة هللا‬diganti dengan" َ‫يا ا َ َمة‬

ِ‫ "هللاِ بِ ْنتَ ا َ َم ِة هللا‬, Dhomir mudzakar diganti dengan dhomir mu'annats

Juga hadits yang diriwayatkan Imam Muslim r.a :

‫ فَأقِي ُموا َح ْو َل قَب ِْري قَد َْر َما ت ُ ْن َح ُر‬، ‫ إِذَا دَفَ ْنت ُ ُمونِي‬: ‫ قَا َل‬، – ‫وعن عمرو بن العاص – رضي هللا عنه‬

‫ِب ُك ْم‬ َ ‫أ َ ْست َأ ِن‬


‫س‬ ‫َحتَّى‬ ‫لَح ُم َها‬ َّ َ‫َويُق‬
‫س ُم‬ ، ٌ ‫َج ُز‬
‫ور‬ ،

‫مسلم‬ ‫رواه‬ . ‫َر ِبِّي‬ ‫س َل‬


ُ ‫ُر‬ ‫ِب ِه‬ ِ ‫أ ُ َر‬
‫اج ُع‬ ‫َماذَا‬ ‫َوأ ْعلَ َم‬

diriwayatkan dari `Amr bin Al `Ash, beliau berkata : Apabila kalian

menguburkanku, maka hendaklah kalian menetap di sekeliling kuburanku

seukuran disembelihnya unta dan dibagi dagingnya sampai aku merasa

terhibur dengan kalian dan saya mengetahui apa yang akan saya jawab

apabila ditanya Mungkar dan Nakir(6).

Semua hadits ini menunjukkan bahwa talqin mayit memiliki dasar

yang kuat. Juga menunjukkan bahwa mayit bisa mendengar apa yang

dikatakan pentalqin dan merasa terhibur dengannya. Salah satu ayat yang

mendukung hadits di atas adalah firman Allah SWT :

[55/‫]الذاريات‬ َ‫ْال ُمؤْ ِمنِين‬ ‫ت َ ْنفَ ُع‬ ‫ال ِذِّ ْك َرى‬ ‫فَإ ِ َّن‬ ‫َوذَ ِ ِّك ْر‬
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu

bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. “

Ayat ini memerintah kita untuk memberi peringatan secara mutlak

tanpa mengkhususkan orang yang masih hidup. Karena mayit bisa

mendengar perkataan pentalqin, maka talqin bisa juga dikatakan peringatan

bagi mayit, sebab salah satu tujuannya adalah mengingatkan mayit kepada

Allah agar bisa menjawab pertanyaan malaikat kubur dan memang mayit di

dalam kuburnya sangat membutuhkan peringatan tersebut(7). Jadi ucapan

pentalqin bukanlah ucapan sia-sia karena semua bentuk peringatan pasti

bermanfaat bagi orang-orang mukmin.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.facebook.com/PISS.KTB/posts/646612295392187 maret

2014

mahmud fadil http://fadilmahmud.blogspot.co.id/2014/12/makalah-

talqin-mayyit.html 2014

https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/610/hukum-mentalqin-

mayit-setelah-dikubur/

http://ahlussunah-wal-jamaah.blogspot.co.id/2011/08/talqin-mayit.html

https://salafytobat.wordpress.com/category/talqin-menurut-hadith-dan-

4-madzab/

Anda mungkin juga menyukai