BAB. III
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk
rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia, dan keluarga miskin.
Sehubungan dengan penyusunan Buku Putih Sanitasi adalah Penilaian Profil Sanitasi. Kegiatan ini
diharapkan dapat menghasilkan data dasar (baseline) yang memberikan gambaran lengkap dan menyeluruh
(teknis / nonteknis dan mencakup berbagai aspek) tentang sanitasi di Kabupaten Banggai. Data dasar ini
diambil dari data primer dan sekunder, dan nantinya akan dipakai dalam penyusunan SSK dan proses
monitoring.
Proses penyusunan data dasar ini diawali dengan pemetaan sistem sanitasi yang ada saat ini (existing) dan
dilanjutkan dengan menilai tingkat layanan dan cakupan sanitasi di Kabupaten Banggai. Pemetaan akan
menggambarkan alur lengkap perjalanan limbah mulai dari timbulnya / diproduksinya limbah hingga dibuang
kembali kelingkungan. Ini mencakup tiga komponen: air limbah domestik, persampahan, dan drainase
lingkungan serta prohisan dan limbah terkait.
Selain pemetaan sanitasi, Pokja harus mengidentifikasi isu strategis dan permasalahan mendesak sanitasi
yang ada. Informasi tentang kedua hal ini menjadi salah satu dasar utama dalam penyusunan SSK yang akan
dilakukan kemudian. Biasanya, sudah banyak inisiatif / rencana pembangunan sanitasi yang disusun
Kabupaten Banggai. Penting bagi Pokja mengidentifikasi berbagai rencana tersebut guna memberi gambaran
tentang sejauh mana Kabupaten Banggai telah melakukan usaha pengembangan sanitasi. Ini juga akan
memberi dasar dan pertimbangan yang kuat pada saat Pokja menyusun“ strategi pembangunan sanitasi”
dalam SSK.
Dari table 3.1 diatas dapat informasi sebagai berikut Perhitungan pendanaan sanitasi APBD daerah
Kabupaten Banggai belanja sanitasi perkomponen air limbah domestik, persampahan, drainase serta
promosi higiene dan sanitasi, perkiraan kebutuhan pendanaan yang telah dicantumkan pada tabel diatas
sedangkan untuk komponen persampahan hanya ada pada tahun 2013 pada tahun sebelumnya tidak
adanya anggaran yang diperuntukan dan PHBS tidak adanya anggaran.
Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kab/Kota Tahun 2009 – 20013
Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata
No Uraian
2009 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan
1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 941.580.000 2.612.580.000 5.064.086.840 10.419.242.044 15.715.868.967 70,37%
1.1 Air Limbah Domestik - 49.995.000 1.252.146.840 1.208.851.500 564.223.500 60,59%
1.2 Sampah rumah tangga 234.080.000 882.585.000 2.063.840.000 5.656.625.044 6.211.472.667 81,96%
1.3 Drainase permukiman 707.500.000 1.680.000.000 1.721.100.000 3.553.765.500 8.932.970.000 63,29%
1.4 PHBS - - 27.000.000 - 7.202.800 -
2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 67.500.000 - 919.600.000 2.054.620.000 - -
2.1 DAK Sanitasi 67.500.000 - 919.600.000 2.054.620.000 - -
2.2 DAK Lingkungan Hidup - - - - - -
2.3 DAK Perumahan dan Permukiman - - - - - -
3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi - - - - - -
4 Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi - - - - - -
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) 874.080.000 2.612.580.000 4.144.486.840 8.364.622.044 15.715.868.967 72,23%
Total Belanja Langsung 618.643.033.696,00 632.481.705.648,00 700.932.317.617,00 809.098.653.600,90 977.409.912.069,90 11,43%
% APBD murni terhadap Belanja Langsung 0,14% 0,41% 0,59% 1,03% 1,61% 0,76%
Sumber : APBD tahun 20.. – 20.., diolah
5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) 202.000.000 202.000.000 227.000.000 237.000.000 237.000.000
Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi
6 0,94 0,95 0,90 0,81 0,95
Sanitasi (4/5)
Sumber : Data Sekunder Disciktar 2009-2013, diolah.
Dari table 3.2 diatas dapat informasi sebagai berikut Perhitungan realisasi dan potensi retribusi sanitasi perkapita kabupaten Banggai belum adanya peningkatan dan pada
sampai saat ini yang ada hanya retribusi air limbah dan sampah seperti pada tabel diatas.
Wilayah kajian mencakup 4 Kecamatan dari 23 Kecamatan di Kabupaten Banggai, dengan sasaran utama
adalah kawasan permukiman sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Banggai Tahun 2009 – 2029 yang meliputi: Kecamatan Luwuk Utara, Luwuk, Luwuk Selatan
dan Kecamatan Nambo.
Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS dapat diterjemahkan sebagai
sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran dari hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan mampu berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilaksanakan
melalui keluarga, institusi local / desa, fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah dan melalui media
massa baik cetak maupun elektronik. Untuk mengetahui kondisi PHBS di masyakarat, secara lebih terukur
dapat dilakukan dengan melihat kondisi PHBS pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah. Dalam
hal ini mengetahui secara kuantitas ketersediaan dari prasarana dan sarana sanitasi dan air bersih/air
minum yang digunakan masyarakat baik di rumah tangga maupun di sekolah dalam kondisi tercukupi dan
layak dari segi kesehatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai sebagai SKPD yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai unsur
pelaksana Pemerintah Kabupaten di bidang kesehatan sesuai dengan kewenangan Pemerintah Kabupaten
Banggai dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai
menyusun berbagai kebijakan, program dan kegiatan. Khusus dalam mendukung Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS), ada beberapa kegiatan yang di agendakan di Kabupaten Banggai untuk mendukung
kegiatan tersebut, adapun rencana kegiatan PHBS dan promosi hygiene adalah peningkatan penddikan
tenaga penyuluh kesehatan, kegiatan peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan dan penyuluhan
masyarakat Pola Hidup Bersih dan Sehat.
Yang menjadi tatanan dalam penelitian ini adalah rumah tangga, sebagai responden dipilih ibu
rumah tangga yang berusia 45 tahun (batas maksimal usia responden
adalah 65 tahun) adalah 25,1% dan usia 35-40 tahun adalah 18,2%, dengan harapan usia
tersebut relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta ibu rumah
tangga lebih mudah ditemui dibanding bapak-bapak. Jumlah Ibu rumah tangga yang dijadikan
responden dalam penelitian ini. Karakteristik responden dilihat berdasarkan umur, status
perkawinan, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan kotor perbulan, jumlah anggota
keluarga dan keberadaan balita dalam rumah tangga.
Variabeil- variabel di atas perlu dikaji, karena sangat erat hubungannya dengan kepedulian
masyarakat dalam penerapan sanitasi di dalam rumah tangga, seperti pendidikan responden
sangat erat dengan pengetahuan responden harapannya semakin tinggi pendidikan semakin
tinggi pengetahuan kesehatan; pekerjaan dan penghasilan keluarga perbulan sangat erat
hubungannya dengan dengan pengembangan program sanitasi, sehingga dapat memperkirakan
potensi partisipasi masyarakat dalam pembangunan, pemeliharaan ketersediaan sanitasi/ RAKSA
(Rumah, Air Bersih, Kakus/ Jamban, Sampah dan Air Limbah) yang memenuhi syarat kesehatan;
jumlah anggota keluarga erat sekali hubungannya dengan ukuran rumah yang sesuai setandar.
Di Kabupaten Banggai Rumah merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia disamping
sandang dan pangan, rumah dikatakan sehat apabila rumah tersebut memenuhi empat kriteria
dasar sanitasi yang baik, yaitu memiliki jamban yang sehat, akses air bersih, sampah dan sarana
pembuangan air limbah. Kondisi Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga
di Kabupaten Banggai, dapat dilihat dari ketersediaan jamban yang sehat, akses air bersih yang
lancar dan tersedia setiap saat, ketersediaan sarana persampahan dan pembuangan air limbah.
Disamping itu dapat dilihat dari partisipasi masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit baik yang dilakukan melalui bidan desa, poskesdes, puskesmas
dan dokter.
Lingkungan mempunyai peranan yang sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh
karena itu upaya pemberantasan penyakit harus dimulai dari lingkungan yang sehat.
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk. Salah satu faktor yang menunjukkan tinggi rendahnya angka
kesakitan suatu daerah disebabkan oleh sanitasi dasar terutama air bersih, pengelolaan makanan
yang tidak sehat serta tingkat kesadaran masyarakat yang rendah. Oleh Karena itu Upaya
promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan biaya yang murah
dan terjangkau serta memberikan fungsi yang sangat luas bagi masyarakat, upaya ini dilakukan
melalui kegiatan penyuluhan kesehatan. Kegiatan penyuluhan kesehatan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Banggai.
Dari tabel di atas hasil study EHRA di Kabupaten Banggai dengan responden 608 orang yang
tersebar di 15 desa Pada grafik di atas menunjukkan bahwa perilaku CTPS responden sebesar
(93,6%) tidak melakukan CTPS di lima Waktu Penting seperti : Sebelum makan,setelah makan,
setelah BAB, setelah mencebokin bayi/anak, sebelum menyuapi anak, sebelum menyiapkan
masakan dan setelah memegang hewan serta sebelum sholat. Sedangkan yang melakukan
perilaku CTPS ada responden sebesar (6,4%) saja.
Gambar 3.19 Grafik Waktu Melakukan CTPS Berdasarkan Studi EHRA 2014
Untuk grafik 3.19 Waktu Melakukan CTPS di Kabupaten Banggai ,responden terbanyak yang
melakukan CTPS adalah di waktu sebelum makan dengan 83,8% responden, kemudian sesudah
makan 68,9% responden, setelah buang air besar 65,6% responden. Untuk perilaku CTPS
sebelum sholat ada 23,0%, Setelah menceboki bayi/anak ada 18,7%, Setelah memegang hewan
35,2%, sebelum menyiapkan masakan 16,4%, sebelum menyuapi anak 11,4%, sebelum ke toilet
0,5% dan lainnya 0,3%.
Dari hasil study EHRA persentase penduduk yang melakukan BABS yang terbagi pada cluster 0
sebanyak 74,5%, Cluster 1 sebanyak 76,5%, Cluster 2 sebanyak 72,3%, Cluster 3 sebanyak
90,5% dan cluster 4 sebanyak 75,5%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat padagrafik diatas
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa dari persentase total menunjukkan 75,5% tidak
melakukan praktik BABS ( Buang Air Besar Sembarangan), masih ada 24,5% yang melakukan
BABS. Bila dilihat berdasarkan strata, terlihat bahwa di desa/kelurahan strata 2 yang masih
melakukan praktik BABS 27,7%. Hal tersebut menggambarkan bahwa responden survei studi
Berdasarkan grafik 3.16 Akses terhadap Air Bersih diatas menggambarkan responden
menggunakan air untuk minum sebesar 50,9% dari air isi ulang, dan masih ada yang
menggunakan air sungai sebagai sumber air minum walaupun kecil sekali yaitu sebesar 0,2%.
Grafik diatas juga menunjukkan penggunaan air untuk masak juga banyak menggunakan air
ledeng PDAM 65,5% dari persentase total responden. Untuk cuci piring juga menggunakan air
ledeng PDAM (66,1%), cuci pakaian (0,7%) dari air ledeng PDAM dan gosok gigi (8,4%)
menggunakan air dari kran umum PDAM dan mata air terlindungi.
Berdasarkan grafik 3.17 untuk sumber air minum dan memasak,untuk air minum prosentase
terbesar responden menggunakan Air isi ulang 50,9%, air ledeng dari PDAM 45%. Berdasarkan
grafik terlihat sudah ada peningkatan kesadaran masyarakat tentang air minum yang bagus
dengan banyaknya penggunaan air isi ulang. Di Banggai, untuk depo-depo air isi ulang dilakukan
pemeriksaan secara berkala setiap 3 bulan sekali. Sehingga dapat diketahui tingkat keamanan
kualitas air. Untuk penggunaan air buat memasak banyak memanfaatkan air ledeng dari PDAM
65,5%.
Dari hasil study EHRA persentase penduduk yang mengolah sampah setempat yang terbagi pada
cluster 0 sebanyak 29,6%, cluster 1 sebanyak 21,0%, cluster 2 sebanyak 18,9%, cluster 3
sebanyak 66,7% dan cluster 4 sebanyak 25,7%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat padagrafik
diatas
Pada grafik 3.15 berdasarkan hasil pengamatan terlihat persentase tidak ada pencemaran SPAL
pada seluruh desa/kelurahan 40,3% dan ada pencemaran karena SPAL 59,7%. Persentase
Pencemaran SPAL terbesar terjadi di wilayah strata 2 sebesar 57,4%. Persentase tidak ada
pencemaran SPAL terbesar terjadi wilayah strata 0 sebesar 77%.
Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategis dalam
upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19 tahun
dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Sekolah mendukung pertumbuhan
dan perkembangan alamiah seorang anak, sebab di sekolah seorang anak dapat mempelajari
berbagai pengetahuan termasuk kesehatan. Promosi kesehatan di sekolah membantu
meningkatkan kesehatan siswa, guru, karyawan, keluarga serta masyarakat sekitar, sehingga
proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
tatanan institusi pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan
meningkatkan kemampuan masyarakat institusi pendidikan (pengajar, anak didik dll) dalam
berperilaku hidup bersih dan sehat. Institusi pendidikan dalam hal ini adalah dari
Tabel 3.1: Rekapitulasi Jumlah sarana air bersih dan sanitasi tingkat Sekolah Dasar/MI
Fas
Jumlah Fas. Cuci Saluran
Jumlah Siswa Sumber Air Bersih *) Toilet Guru**) Toilet Siswa***) Pengolahan
Status Guru tangan Drainase
Jumlah sampah
No Sekolah
Sekolah L L
Dasar
L P L P PDAM SPT/PL SGL T L/P dan T L/P dan T Y T Y T Y T
P P
1 Sekolah
Dasar Negeri 42
5.248 5.022 123 391 34 6 - 2 34 7 1 36 6 - 22 20 27 15 12 30
2 Sekolah
Dasar Swasta 9 -
653 598 19 72 9 - - 5 3 1 5 3 1 7 2 6 3 3 6
3 MI
3 -
239 230 17 35 3 - - 2 - - 3 - - 1 2 3 - 1 2
Total 54
6.140 5.850 159 498 46 6 - 2 41 10 2 44 9 1 30 24 36 18 16 38
Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Banggai pada saat ini masih membutuhkan banyak
intervensi penanganan dari pemerintah. Keseluruhan aspek pengelolaan air limbah domestik
ditangani oleh pemerintah Kabupaten Banggai melalui instansi teknis/SKPD terkait, yakni: Dinas
Dinas Kesehatan, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang serta Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Dalam pelaksanaannya, tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan air limbah
domestik memerlukan koordinasi lintas SKPD terkait disamping perbaikan aspek kerangka hukum
Pengelolaan air limbah rumah tangga (grey water) masih disalurkan secara langsung pada saluran
drainase lingkungan dan kota tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Sebagaimana
halnya kota-kota yang sedang berkembang lainnya, belum ada pemisahan saluran yang jelas
antara peruntukan drainase air limpasan hujan dan air limbah. Kondisi ini kemudian menunjukkan
situasi rendahnya kualitas infrastruktur yang ada untuk penanganan air limbah domestik di
Kabupaten Banggai. Menumbuhkan tingkat kesadaran masyarakat yang masih sangat rendah
dalam pengelolaan air limbah domestik merupakan tantangan tersendiri di Kabupaten Banggai
disamping faktor rendahnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur yang disediakan oleh
pemerintah. Hal ini disebabkan karena masih minimnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat
terhadap perilaku hidup dan lingkungan yang sehat terutama pada kawasan-kawasan tertentu
yang padat dan kumuh.
3.3.1. Kelembagaan
Instansi Pemerintah Kabupaten Banggai yang menangani dan terkait dalam pengelolaan
limbah cair antara lain : Dinas Kesehatan yaitu ditangani oleh bidang penyehatan
lingkungan, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang bidang Kebersihan dan Persampahan serta
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup oleh sub bidang pemantauan dan pemulihan
lingkungan hidup (lebih ke industry/pabrik).
Landasan Hukum dalam pengelolaan Air Limbah Domestik antara antara lain:
4. Petunjuk Teknis
a. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan
Perumahan.
b. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi
Pengolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik.
c. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis
Pengelolaan Drainase permukiman.
d. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara
Penoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non
Kakus.
e. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK
Tabel 3.4: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah
Domestik
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah
Swasta Masyarakat
Kabupaten/Kota
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota v
Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka
pencapaian target v
Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka
pencapaian target
v
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik v v
Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) v v
Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) v
Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke
IPAL (pipa kolektor)
v
Membangun sarana IPLT dan atau IPAL v
PENGELOLAAN
Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja v v
Mengelola IPLT dan atau IPAL v
Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja v
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau
penyedotan air limbah domestic
v
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki
septik, dan saluran drainase permukiman) dalam pengurusan IMB
v
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
System air limbah yang ada di Kabupaten Banggai masih dilakukan secara on site (system
sanitasi setempat).System ini di kelola secara individu oleh masyarakat melalui system
pembuangan akhir limbah tanpa system seperti di buang di halaman, kebun, saluran, air/sungai,
tegalan, tanah-tanah kosong dan dengan system seperti cubluk dan tangki septik. Pembuangan
air limbah masih dilakukan perorangan yaitu system setempat karena belum ada pembuangan
limbah terpusat (off-site system)
Pada Grafik 3.4 tempat penyaluran akhir tinja untuk pembuangan ke tangki septik masih banyak
yaitu 70%, Pipa sewer 1%, cubluk/lobang tanah 9%, langsung ke drainase 4%,
Sungai/danau/pantai 1%, dan yang tidak tahu 15%.
Grafik 3.10. Grafik Presentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
(dapat dilihat pada Pedoman Praktis Pelaksanaan EHRA)
Untuk praktek pembuangan kotoran balita di rumah responden yang memiliki balita sebesar 23%
membuang ke WC, ke tempat sampah 5,8%, ke kebun/pekarangan/jalan 1,5%, sungai/selokan/got
4,8%, lain-lain 0,2% dan tidak tahu 64,8%.
Dapur, Kamar
GreyWater Saluran depan Ke Aliran Limbah
Mandi, Tempat --- Sungai
rumah, sungai Saluran AL1
Cuci
Black Tangki Septik, Sungai, Aliran Limbah
WC ----- Sungai, tanah
Water BABS Air Tanah AL2
Sumber : Dinas CKTR Kabupaten Banggai
Tabel 3.6: Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota
Sarana
Nama Sarana Layak
tidak layak
Offsite
Kecamatan/ BABS* Onsite System
System
Kawasan /
Kelurahan Individual Berbasis Komunal
terpusat
Jamban Tangki
Cubluk, keluarga MCK Septik
MCK++ IPAL
Tangki dgn tangki umum Komuna
septik aman l Sambunga
septik
(KK) n Rumah
tidak
/Jamban Komuna (KK)
aman** (KK) (KK) (KK)
(KK) Bersama l
(KK) (KK)
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)
Kecamatan Luwuk
1.796 48 2.143
Utara
1 Kilongan 676 30 145 0 - - - -
2 Bumi Beringin 46 0 170 0 - - - -
3 Boyou 114 0 139 18 - - - -
4 Biak 242 4 270 0 - - - -
5 Bunga 97 0 248 0 - - - -
6 Kamumu 87 0 133 10 - - - -
7 Salodik 99 0 85 0 - - - -
8 Awu 138 0 160 16 - - - -
9 Kilongan Permai 83 0 724 0 - - - -
10 Lenyek 65 4 35 0 - - - -
Perbedaan kondisi fisik dan sosial ekonomi, termasuk kepadatan penduduk, akan mempengaruhi
pilihan masyarakat terhadap system dan layanan sanitasi yang cocok untuk mereka.
Pemberdayaan Masyarakat merupakan sebuah proses dalam memberikan kesempatan dan
memberdayakan masyarakat melalui partisipasi, alih pengetahuan, keahlian dan keterampilan.
Masyarakat yang merupakan komponen dalam suatu komunitas menempati posisi penting dalam
pengelolaan sanitasi. Namun sejauh ini partisipasi mereka belum mendapat perhatian yang
proporsional dari berbagai pihak. Disadari juga bahwa pembangunan sanitasi seringkali
mengabaikan kepentingan kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Demikian juga dengan
aspek kesetaraan jender. Kita kerap kali tidak memasukkan aspek ini dalam proses pengambilan
keputusan. Pengabaian aspek jender dalamperencanaan, implementasi, dan pengawasan /
pemantauan.
Peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Banggai dalam
pengolahan air limbah dapat di kategorikan sebagai berikut :
a. Bagi masyarakat yang sudah sadar dan mampu secara finansial untuk penanganan limbah
cair tidak mengalami kesulitan, artinya secara teknis dan kebutuhan sarana prasarana
dapat secara langsung disediakan oleh si pemrakarsa.
Secara keseluruhan Peran serta serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di
Kabupaten Banggai dalam pengolahan air limbah belum maksimal, masih mengandalkan kegiatan
atau proyek dari Pemerintah, baik penyediaan sarana prasarana maupun perawatannya.
Total
Sumber Data : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan
Komunikasi antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat, antara Pemerintah Daerah dengan
dunia usaha dan antara Pemerintah daerah dengan LSM maupun media massa telah terjalin
dengan baik namun masih minim yang terkait bidang sanitasi khususnya pengolahan limbah
rumah tangga. Isu sanitasi dapat terakses ke desa-desa saat ini melalui penyuluhan - penyuluhan
yang dilakukan oleh bidan desa atau ibu PKK.
Saat ini masyarakat masih membuang limbah rumah tangga secara konvensional belum ada
pengolahan secara teknis, dikarenakan kalangan masyarakat yang berpendidikan menengah ke
bawah belum mampu mengakses media cetak secara mudah dan masyarakat tersebut kurang
tertarik pada isu sanitasi apalagi isu limbah rumah tangga yang menurut mereka tidak akan
menimbulkan suatu masalah meskipun belum ada pengolahannya. Hanya kalangan tertentu yang
tertarik terhadap isu limbah rumah tangga.
Di Kabupaten Banggai, pengolahan limbah rumah tangga masih di lakukan oleh masyarakat
sendiri itupun masih secara konvensional. Pihak Pemerintah Daerah maupun pihak swasta belum
ada partisipasinya yang bergerak dalam pengolahan limbah rumah tangga, dikarenakan anggaran
pemerintah daerah masih terbatas dan pihak swasta masih menganggap untuk menanamkan
investasi pengolahan limbah rumah tangga di Kabupaten Banggai secara finansial belum layak.
Tabel 3.10: Peran Swasta dalam Penyediaan layanan air limbah domestik
2
3
Belum adanya investor atau pihak swasta yang masuk atau berkontribusi dalam pengelolaan
limbah domestik masyarakat. Pengelolaan Limbah Domestik saai ini masih tergantung pada dana
APBD maupun dana-dana dari pemerintah pusat dalam bentuk program-program bantuan dengan
system Multi-Sources of funding yaitu program yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah dan Masyarakat.
1
Air Limbah (1a+1b) 0 0,81
49.995.000 1.252.146.840 1.208.851.500 564.223.500 615.043.368
1.a
Pendanaan Investasi air limbah 0,79
- 49.995.000 1.133.576.800 1.154.446.500 539.000.000 575.403.660
1.b Pendanaan OM yang dialokasikan
-0,77
dalam APBD - - 118.570.040 54.405.000 25.223.500 39.639.708
1.c Perkiraan biaya OM berdasarkan
infrastruktur terbangun - - - - - - -
Permasalahan mendesak terkait dengan pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Banggai
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Sejalan dengan waktu Kabupaten Banggai terus mengalami perkembangan, jumlah penduduk, baik akibat
pertambahan alami berupa angka kelahiran yang lebih tinggi dibanding dengan angka kematian, tetapi juga
karena perpindahan penduduk terutama urbanisasi yang sangat tinggi. Jumlah penduduk yang terus
meningkat secara langsung akan menyebabkan peningkatan timbunan sampah : yang bila tidak diantisipasi
sejak awal akan berpotensi menimbulkan berbagai gangguan akibat tidak tertanganinya sampah sesuai
ketentuan teknis dan lingkungan. Pencemaran sampah selanjutnya dapat mengganggukenyamanan dan
kesehatan masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan umum maka pembangunan prasarana dan
sarana kabupaten Banggai termasuk bidang persampahan harus diupayakan untuk disediakan mencapai
tingkat pelayanan yang direncanakan dan kualitas pelayanan yang menjamin kesinambungan pelayanan
persampahan itu sendiri.
Rencana pengelolaan sampah di Banggai dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu untuk jangka pendek dan
jangka panjang. Rencana jangka pendek–menengah lima tahun pertama pengelolaan sistem persampahan
dengan menerapkan sistem pembuangan. Pengelolaan persampahan di masa datang harus dilakukan oleh
pemerintah ataupun pihak swasta secara terpusat, artinya proses mulai dari pengumpulan sampah sampai
dengan pengelolaan di TPA dikoordinir oleh pemerintah atau swasta. Karena keterbatasan pembiayaan
pembangunan dari pemerintah, maka pelayanan terhadap masyarakat yang dipandang bersifat cost
recovery (pengembalian modal investasi) dapat diserahkan kepadapihak swasta dalam berbagai bentuk
macam kerjasama pihak pemerintah masyarakat dan swasta (KPMS).
Pola operasional pengelolaan persampahan adalah penduduk sebagian mengangkut sampah dari rumah
tangga ke TPS terdekat.Kemudian dari TPS diangkut dengan truk sampah ke TPA. Tetapi untuk penduduk
yang berada di kawasan pusat kota langsung diangkut oleh truk sampah yang melalui jalan-jalan utama.
3.4.1. Kelembagaan
Dalam melaksanakan tugas baik administrasi maupun operasionalnya Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang yaitu Bidang Kebersihan dan Persampahan kabupaten Banggai dilengkapi dan
didukung dengan 1 Sekretariat, 5 bidang, 3 Seksi.
4. Petunjuk Teknis
a. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos
Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada
Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug
Terkendali Di TPA Sampah.
b. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah
Organik Skala Lingkungan.
5. Peraturan Daerah Kabupaten Banggai Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ritribusi Jasa
Umum, BAB IV mengenai Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan, dan objek
retribusi pelayanan persampahan/kebersihan adalah sebagai berikut :
1) Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara ;
2) Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke
lokasi pembuangan / pembuangan akhir sampah;
3) Penyediaan lokasi pembuangan / pemusnahan akhir sampah.
Tabel 3.14: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah
Swasta Masyarakat
Kabupaten/Kota
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, v
Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target v
Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian
v
target
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah v v v
Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke
v
TPS)
Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) v v
Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan
v
Akhir (TPA)
Membangun sarana TPA v
Menyediakan sarana komposting
PENGELOLAAN
Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS v v v
Mengelola sampah di TPS v
Mengangkut sampah dari TPS ke TPA v
Mengelola TPA v
Melakukan pemilahan sampah* v v v
Melakukan penarikan retribusi sampah v
Memberikan izin usaha pengelolaan sampah v
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Berdasarkan hasil studi EHRA kondisi sampah di lingkungan dan pengelolaan sampah rumah
tangga di kabupaten Banggai terlihat bahwa frekuensi pengangkutan sampah dan ketepatan
waktu pengangkutan sampah tidak memadai dan tidak tepat waktu mencapai prosentase 100%.
Sedangkan untuk pengelolaan sampah tidak memadai sebesar 88,9% dan pengolahan sampah
setempat yang tidak di olah sebesar 84,5%.
Pengelolaan sampah seperti terlihat pada grafik 3.1 diatas, menunjukkan bahwa praktek
pengelolaan sampah terbesar adalah dibakar dengan total 33,9% responden, dibuang ke TPS
yang dilakukan oleh responden sendiri total 25,7%, dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan
tanah 1% responden, dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 2,8% responden
dan dibuang ke sungai/kali/laut/danau 23,9% responden, dibiarkan sampai membusuk 0,5%
responden, membuang ke lahan kosong dan dibiarkan saja sampai membusuk 10,5% responden,
dikumpulkan oleh kolektor informal dan lain-lain 0,8% responden. Bila dilihat berdasarkan
desa/kelurahan, hanya di Kelurahan Baru 81,4%, Mangkio Baru 70%, Maahas 69,2% dan Bungin
Timur 55% responden membuang sampah ke TPS dengan dibuang sendiri oleh responden tanpa
adanya petugas pengangkut sampah. Untuk semua desa/Kelurahan dominan melakukan
pengelolaan sampah dengan cara dibakar.
Secara umum rincian cara pembuangan di atas kemudian disederhanakan berdasarkan dua
kategori besar, yakni: 1) penerima layanan sampah dan 2) penerima non layanan sampah. Bagi
masyarakat yang bukan penerima layanan non sampah tidak melakukan pemilahan sampah
sebelum dibuang sendiri ke tempat pembuangan sampah sementara.
Grafik 3.2 Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga
Berdasarkan grafik 3.2 diatas terlihat bahwa prosentase total responden sebesar 83,2% tidak
melakukan pemilahan sampah dan 16,8% yang melakukan pemilahan sampah. Bila dilihat
berdasarkan Desa/ kelurahan maka Kelurahan Bungin, Lumpuknyo, Mangkio Baru, dan Desa
Bunga responden (100%) tidak melakukan pemilahan sampah, Kelurahan Bukit Mambual (96,3%),
Kelurahan Baru (91,7%), Kelurahan Hanga-Hanga (89,5%), Kelurahan Maahas (87,5%),
Kelurahan Keleke (85,7%), Desa Boyou (66,7%) tidak melakukan pemilahan sampah. Hanya
Kelurahan Bungin Timur (77,3%) melakukan pemilahan sampah, dan Desa Awu (100%)
responden melakukan pemilhan sampah. Jadi terlihat bahwa perilaku pemilahan sampah masih
belum terealisasi dengan baik untuk di Kabupaten Banggai berdasarkan hasil sampling Survei
Studi EHRA.
Kelurahan (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3)
Kecamatan Luwuk
Utara
1 Kilongan 3.435 34,35
2 Bumi Beringin 535 5,35
Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana persampahan yang ada di Kabupaten/Kota
1 Pengumpulan Setempat
- Gerobak unit 24 v
- Becak/Becak Motor unit - -
2 Penampungan Sementara
- Bak Biasa unit - -
- Container unit 21 v
- Transfer Depo unit - -
3. Pengangkutan
- Dump Truck unit 11 v
- Arm Roll Truck unit 5 v
- Compaction Truck unit - -
(Semi) Pengolahan Akhir
4
Terpusat
- TPS 3R unit - -
- SPA (stasiun peralihan
unit - -
antara)
5 TPA/TPA Regional
- Sanitary landfill Ha - -
- Controlled landfill Ha - -
- Open dumping Ha 3 v
6 Alat Berat
- Bulldozerl unit 1 v
- Whell/truck loader unit - -
- Excavator / backhoe unit 1 v
7 IPL
- sistem
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berupa penanganan sampah di rumah masing-
masing, tetapi belum dilakukan pemilahan di tingkat rumah tangga belum ada partisipasi secara
khusus. Sebagian besar masyarakat melakukan pemusnahan sendiri dengan cara ditimbun atau
dibakar, terutama pada permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Umumnya
pada pengelolaan sampah sudah melibatkan perempuan misalnya membakar dan menimbum
sampah baik dari tingkat rumah tangga sampai tingkat kelurahan dan kecamatan.
Volume sampah di Banggai melebihi kemampuan armada dan tenaga kerja dari Badan
Pertamanan dan Kebersihan Kota untuk menanganinya. Untuk itu perlu dimasyarakatkannya
Buku Putih Sanitasi (BPS) | 3-78
POKJA SANITASI KABUPATEN BANGGAI
program 3R (Recycle, reduce dan reuse) agar volume sampah yang harus dibawa ke TPA dapat
diminimalisasi. Program 3R ini sudah dilaksanakan di Kabupaten Banggai secara tidak terstruktur.
Recycle dilakukan oleh para pemulung.
Selain para pemulung, kegiatan organisasi masyarakat Kabupaten Banggai turut berpartisipasi
dalam kebersihan lingkungan antara lain :
LPM, PKK, Pramuka, Para Siswa, Organisasi Kepemudaan dan LSM peduli Lingkungan
dan Kebersihan
2
3
Belum ada media komunikasi cetak yang ada di Kabupaten Banggai yang mempunyai program
khusus untuk mempromosikan kebijakan dan kampaye pengolahan sampah
Di Kabupaten Banggai, pengolahan sampah masih di lakukan oleh masyarakat sendiri dengan
cara mengumpulkan sampah tapi belum ada pemilahan sampah basah maupun kering dan
langsung dibuang di TPS terdekat sebagian masyarakat masih membakar sampah di lingkungan
sekitarnya. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA sudah dikelola oleh Pihak Pemerintah Daerah
tetapi belum ada pengolahan sampah di TPA, pembuangan sampah di TPA masih menggunakan
Buku Putih Sanitasi (BPS) | 3-79
POKJA SANITASI KABUPATEN BANGGAI
system Open Dumping. Pihak swasta belum ada partisipasinya yang bergerak dalam pengolahan
sampah, dikarenakan pihak swasta masih menganggap untuk menanamkan investasi pengolahan
sampah di Kabupaten Banggai secara financial belum layak.
Pendanaan untuk pengelolaan persampahan masih dari APBD Kabupaten Banggai hanya
terbatas pada daerah pasar saja, dari hasil wawancara penarikan retribusi nilainya bervariasi tiap
pasar, sampai saat ini ini perda tentang pembentukan institusi formal yang khusus menangani
kebersihan kabupaten Banggai adalah Bidang Kebersihan dan Persampahan Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang dan belum adanya perda tentang retribusi kebersihan hingga untuk pembiayaan
sector persampahan pembiayaannya Cuma mngandalkan dari dana APBD. Dan belum ada pihak
swasta yang mengelola persampahan baik dari pengumpulan, pengangkutan maupun
pengolahannya. Untuk retribusi sampah masih terbatas pada retribusi sampah pasar dan belum
adanya retribusi dari masyarakat, Perda Retribusi sampah sudah ada, namun belum berjalan
secara efektif dalam pemungutan retribusi.
2 Retribusi Sampah
2.a Realisasi retribusi 189.597.000 201.834.000 190.870.000 224.274.000
2.b Potensi retribusi 200.000.000 225.000.000 235.000.000 235.000.000
Permasalahan mendesak terkait dengan pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Banggai
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Perencanaan drainase permukiman bertujuan untuk mencari alternatif kiat pengendalian akumulasi
limpahan air hujan yang berlebihan dan penyaluran limbah agar dalam pembangunannya dapat terpadu
dengan pembangunan sektor lain yang terkait, sehingga sesuai dengan penataan lingkungan permukiman.
Bila dilihat dari kondisi topografi wilayah kota Kabupaten Banggai yakni kota Luwuk, Luwuk Utara, Luwuk
Selatan dan kota Nambo, secara umum adalah gabungan antara daerah berbukit dan landai karena
merupakan wilayah pegunungan dan pesisir pantai. Walaupun demikian alur jaringan drainase di daerah
kajian mwngikuti ketinggian (kontur) dan mengikuti pola jaringan jalan yang ada, di mana sistem
pembuangan air hujan masih menjadi satu dengan sistem pembuangan air kotor. Hampir semua sistem
drainase bermuara ke sungai dan laut sebagai badan air penerima.
Secara umum sistem drainase wilayah kajian relatif banyak telah tertangani secara fisik, baik pada saluran
primer, sekunder maupun tersier. Namun dengan adanya perkembangan wilayah dan terbukanya jalan-
jalan baru serta terbangunnya beberapa kawasan permukiman menyebabkanb kantong-kantong air
sebagai tangkapan hujan telah banyak beralih fungsi sehingga menyebabkan volume air yang mengalir ke
dalam saluran semakin besar, selain itu adanya endapan lumpur (sedimen) akibat bawaan air hujan
mengakibatkan volume saluran semakin terbatas untuk mengalirkan air. Hal ini mengakibatkan rawan
banjir dan genangan pada daerah-daerah tersebut.
Sistem drainase yang ada saat ini seperti umumnya terdiri dari sistem primer, sekunder dan tersie. Sistem
drainase primer yaitu saluran-saluran pembuang, drainase dan sungai-sungai yang ada di sekeliling kota
tersebut sebagai badan penerima air dari sistem drainase sekunder, sedangkan drainase sekunder adalah
saluran penerima air dari saluran-saluran tersier, yang berasal dari saluran-saluran di kawasan
permukiman/perumahan dan lain-lain.
Drainase di Banggai pada kenyataannya belum semua jalan memiliki saluran. Sedangkan jalan yang sudah
dilengkapi dengan saluran masih ada yang belum permanen (saluran tanah), tidak mempunyai
pembuangan akhir, dipenuhi sampah atau tertimbun tanah. Terdapat pula jalan-jalan dengan kondisi
jaringan drainase terputus. Drainase yang bermuara ke sungai/laut masih sebagian besar telah tersumbat
oleh tumpukan pasir yang dibawah oleh arus air, dan kondisi ini diperparah bahwa penampang saluran
tersebut pada bagian hulu sebagian memiliki dimensi yang kecil, tertimbun sampah serta berkelok-kelok
atau pada beberapa bagian terputus.
3.5.1. Kelembagaan
Pengelolaan drainase di Kabupaten Banggai ditangani oleh Dinas Cipta Karya Bidang Penyehatan
lingkungan dengan tupoksi pengelolaan dan penataan lingkungan perumahan dan permukiman.
Selain itu untuk drainase primer pengelolaannya di bawah kewenangan Dinas PU Pengairan
PENGADAAN SARANA
Menyediakan / membangun sarana drainase permukiman v v
PENGELOLAAN
Membersihkan saluran drainase permukiman v v v
Memperbaiki saluran drainase permukiman yang rusak v v v
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan
v
(saluran drainase permukiman) dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan
permukiman, termasuk penataan drainase permukiman di wilayah v
yang akan dibangun
Memastikan integrasi sistem drainase permukiman (sekunder)
v
dengan sistem drainase sekunder dan primer
Secara umum drainase di Banggai masih menggunakan sistem gabungan (mix drain) di mana air
hujan dan pembuangan limbah cair rumah tangga disalurkan dalam satu saluran. Peruntukan
saluran drainase tersebut hanya untuk memindahkan genangan air ke sungai dan laut. Di
Kabupaten Banggai pada saat hujan lebat air meluap terjadi genangan air dimana-mana. Kejadian
ini akan mengganggu aktivitas masyarakat karena sebagian besar genangan terjadi di jalan raya
termasuk di jalan-jalan protokol seperti jalan di daerah sekitar kelurahan Luwuk, Karaton, Jole,
Bungin, dan Kelurahan Siumpong.
Berdasarkan hasil studi EHRA kondisi Drainase lingkungan dan pengelolaannya di kabupaten
Banggai diperoleh data genangan air menunjukkan bahwa 76% (460 KK) dari total responden di
sekeliling rumah tidak ada genangan air. Hanya 24% (145 KK) dari total responden yang
lingkungan sekitar rumah ada genangan air atau banjir. Keadaan ini biasa terjadi untuk daerah
yang berada di pinggiran sungai atau daerah dataran tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada grafik dibawah ini.
Pada grafik 3.8 di atas menggambarkan bahwa pada seluruh desa yang menjadi daerah
survei dari total responden menunjukkan ada 87,4% yang tidak pernah mengalami banjir,
5% yang sekali dalam setahun mengalami banjir, 4,1% beberapa kali dalam setahun, 0,8%
sekali atau beberapa dalam sebulan dan 2,6 % yang tidak tahu.
1 Saluran Primer
- S. Primer A m
- S. Primer B m
2 Saluran Sekunder
- Saluran Sekunder
m
A1
- Saluran Sekunder
m
A2
- Saluran Sekunder B1 m
3. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
Drainase di Kabupaten Banggai rata-rata bermasalah, yang dalam hal ini disebabkan karena
Banggai memiliki keanekaragaman kondisi alam, dimana terdapat pegunungan, sungai-sungai.
Bila datang hujan, maka saluran drainase tak bisa mengalir secara lancar ke sungai dan bahkan
meluap dan banjir di mana-mana. Hal itu diperparah dengan budaya buang sampah yang masih
rendah membuat drainase penuh dengan sampah.
Peran serta masyarakat didalam penanganan Saluran Drainase masih cukup kecil ini dapat kita
lihat dari banyaknya jumlah dari Saluran Drainase yang tidak berfungsi sesuai dengan yang kita
harapkan. Kegiatan peran serta masyarakat didalam mendukung penanganan Drainase hanya
dilakukan pada saat acara –acara tertentu seperti hari ulang tahun kemerdekaan Bangsa
Indonesia yang kegiatannya dilakukan secara gotong royong dengan membersihkan saluran yang
ada.
Peran masyarakat yang lain datang dari kelompok - kelompok Pencinta Lingkungan Hidup yang
kegiatannya masih didukung oleh pemerintah dan dilakukan pada kegiatan acara – acara hari
besar seperti hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Peran serta masyarakat yang bisa diharapkan dan dekat dengan kegiatan kesehatan adalah kader
Posyandu. Kader Posyandu merupakan kader yang mempunyai hubungan yang cukup dekat
dengan masyarakat khususnya para ibu rumah tangga yang kesehariannya selalu melakukan
aktifitas yang berhubungan dengan Saluran Drainase. Para kader Posyandu bisa diharapkan
untuk memberikan bimbingan terhadap para ibu rumah tangga didalam hal memberikan informasi
betapa pentingnya kegiatan menjaga Saluran Drainase yang telah ada. Apabila Kegiatan ini dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka Prosentase Saluran Drainase dalam kondisi buruk
dapat menurun. Sehingga dari segi Kesehatan, Kualitas Kesehatan masyarakat dapat meningkat.
Belum ada media komunikasi cetak yang ada di Kabupaten Banggai yang mempunyai program
khusus untuk mempromosikan kebijakan dan kampaye pengolahan sampah.
Di Kabupaten Banggai, pengelolaan drainase masih di lakukan oleh masyarakat sendiri dan
Pemerintah Daerah. Belum ada pihak swasta yang bergerak dalam pengelolaan drainase,
dikarenakan pihak swasta masih menganggap secara finansial belum layak.
Dalam Pembangunan Drainase primer Kota pembangunannya masih bersumber dari APBD
pemerintah daerah dan pemerintah pusat yang dikelola oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang,
dan Drainase sekunder maupun tersier sumber dana berasal dana bantuan pemerintah pusat
melalui Progam-Program pengembangan masyarakat misalnya PNPM Mandiri yang dikelola oleh
BPMPDI.
3 Retribusi Drainase
Guna meningkatkan pelayanan persampahan sehingga terciptanya lingkungan yang bersih dan
sehat, dilakukan analisis swot untuk mengetahui isu – isu strategis yang terjadi pada komponen
draenase . Untuk mengetahui isu – isu strategis tersebut dilakukan analisis swot dengan cara
mengidentifikasi faktor pendorong yaitu (kekuatan dan peluang) serta faktor Identifikasi faktor
penghambat ( kelemahan dan ancaman).
Cakupan drainase
Teknis dan
lingkungan (dari survey Kurangnya optimalnya kemampuan SDM
Operasional
EHRA)
Kurangnya kerja sama media dalam
penyampaian dampak dari timbulan sampah
Komunikasi
yang membuat mampet Drainase karena ini
tidak dianggap penting
kurangnya peran masyarakat dalam
PMJK & HIGIENE mengelola drainase di lingkungan masing-
masing dan dalam pengurangan sampah (3R)
Partisipasi Swasta Belum kerja sama dengan pihak swasta
Belum memadainya sistem penegakan aturan
Kelembagaan yang dapat mendukung pengelolaan air limbah
domestik yang baik
Pengelolaan program air bersih di Kabupaten Banggai kewenangannya di bawah dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang, dalam hal ini di tugas pokok dan fungsinya yang dibantu oleh Perusahaan daerah air minum
(PDAM).
Berdasarkan Study EHRA mengenai kendisi pengelolaan air bersih ditingkat rumah tangga
dengan area resiko sumber air, dapat dilihat bahwa untuk semua strata Desa/Kelurahan
menggunakan sumber air yang terlindungi dengan persentase tidek tercemar 88,8% (berupa
sumber air dari PDAM air ledeng, kran umum, hidran umum, sumur bor pompa tangan, sumur gali
terlindungi, air hujan serta air isi ulang) dan beresiko tercemar 11,2%. Sedangkan yang
menggunakan sumber air tidak terlindungi yang tidak aman 51,9%, yang aman 48,1%. Pada
semua desa/kelurahan,sebesar 67,9% dari persentase total tidak pernah mengalami kelangkaan
air dan hanya 32,1% yang pernah mengalami kelangkaan.
3.5.1.1 Kelembagaan
3.5.1.2 Landasan Hukum yang mendasari pengelolaan Air Bersih antara lain :
Program ini ditujukan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air minum yang
dilaksanakan oleh badan usaha milik daerah (BUMD) dan yang dilaksanakan oleh
komunitas masyarakat secara optimal, efisien, dan berkelanjutan. Sasaran yang
hendak dicapai dalam program ini adalah: (1) meningkatnya cakupan pelayanan air
minum yang dikelola oleh BUMD, (2) meningkatnya kinerja BUMD pengelola air
minum hingga berpredikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dan (3) meningkatnya
cakupan pelayanan air minum dan air limbah yang dikelola secara langsung oleh
masyarakat.
Tugas dan Pokok fungsi Bidang Air Bersih Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya:
Bidang Air Bersih pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, dengan Kedudukan
Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Air Bersih sebagai berikut:
Berdasarkan grafik 3.17 untuk sumber air minum dan memasak,untuk air minum prosentase
terbesar responden menggunakan Air isi ulang 50,9%, air ledeng dari PDAM 45%. Berdasarkan
grafik terlihat sudah ada peningkatan kesadaran masyarakat tentang air minum yang bagus
dengan banyaknya penggunaan air isi ulang. Di Banggai, untuk depo-depo air isi ulang dilakukan
pemeriksaan secara berkala setiap 3 bulan sekali. Sehingga dapat diketahui tingkat keamanan
kualitas air. Untuk penggunaan air buat memasak banyak memanfaatkan air ledeng dari PDAM
65,5%.
Kabupaten Banggai belum mempunyai IPAL khusus. Pengelolaan Limbah Industri Rumah
Tangga diKabupaten Mbanggai Belum ada jenis pengelolaannya lebih.
Kabupaten Banggai memiliki 1 Rumah Sakit yang berada di Luwuk Rumah Sakit Umum Daerah,
Permasalahan yang dihadapi rumah sakit ini salah satunya adalah volume limbahnya , yang
hanya tercatat Rumah Sakit Umum Daerah memiliki volume limbah padat sebesar 2.5 m3 perhari
dan limbah cair 0.75 m3 perharinya dan volume limbah B3 sebesar 0.25 m3 perharinya untuk