Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ergonomi
Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum
alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek manusia dalam
lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah
dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana
manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama
yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 2004).
Apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas, maka
beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan, lingkungan fisik,
posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain atau didesain
disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan kemampuan
tubuh yang meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang dapat diselesaikan juga
akan meningkat. Sebaliknya, apabila lingkungan alam sekitar termasuk peralatan
yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh manusia, maka akan boros
penggunaan energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil tidak optimal bahkan
mencelakakan.
Tujuan Ergonomi
Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling
serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja. Tujuan
utama ergonomi ada empat (Santoso, 2004; Notoatmodjo, 2003), yaitu :

Memaksimalkan efisiensi karyawan.


Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
Menganjurkan agar bekerja dengan aman, nyaman dan bersemangat.
Memaksimalkan bentuk kerja
Menurut Nurmianto (2004), peranan penerapan ergonomi antara lain :
Aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain).
Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku
kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali
(controls), alat peraga (displays), jalan/lorong (access ways), pintu (doors), jendela
(windows) dan lain – lain.
Desain pekerjaan pada suatu organisasi.
Misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja
(shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lain – lain.
Meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja.
Misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada
sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual
(visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan
visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi
kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar
didapat optimasi dalam proses transfer informasi dan lain – lain.
Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropos dan metricos. Antropos berarti manusia dan
metricos berarti ukuran. Antropometri adalah ukuran – ukuran tubuh manusia secara
alamiah baik dalam melakukan aktivitas statis (ukuran sebenarnya) maupun dinamis
(disesuaikan dengan pekerjaan) (Wignjosoebroto, 2003). Antropometri adalah ilmu
yang berhubungan dengan pengukuran dimensi dan karakteristik tubuh manusia
lainnya seperti volume, pusat gravitasi dan massa segmen tubuh manusia. Ukuran –
ukuran tubuh manusia sangat bervariasi, bergantung pada umur, jenis kelamin, ras,
pekerjaan dan periode dari masa ke masa. Pengukuran dimensi – dimensi tubuh
manusia merupakan bagian yang terpenting dari antropometri karena akan menjadi
data dasar untuk mempersiapkan desain berbagai peralatan, mesin, proses dan tempat
kerja (Harrianto, 2008).
Ukuran tubuh yang penting untuk penerapan ergonomi, yaitu :
Pada sikap berdiri : tinggi badan berdiri, tinggi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi
pinggul, tinggi pangkal jari tangan, tinggi ujung – ujung jari.
Pada sikap duduk : tinggi duduk, tinggi posisi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tebal
paha, jarak bokong – lutut, jarak bokong – lekuk lutut, tinggi lutut, lebar bahu, lebar
pinggul (Harrianto, 2008).
Sikap Kerja
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam
melakukan pekerjaan, yaitu :
Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara
bergantian.
Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak
memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani melainkan
dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja
dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan juga untuk mencegah
keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas (Tarwaka, 2004).
Sikap tubuh dalam bekerja
Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari :
Sikap kerja duduk.
Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan berat
tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit energi
daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada
kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan secara ergonomi sehingga dapat
memberikan kenyamanan dalam bekerja.

Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah – masalah punggung.
Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat
pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika
diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka cara duduk yang tegang atau kaku
(erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk
yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut
sampai 190% (Nurmianto, 2004).
Sikap duduk paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan
tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lardosa pada pinggang dan sedikit
mungkin kifosa pada punggung (Suma’mur, 1989). Sikap duduk yang benar yaitu
sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang serta bokong
menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut tetap setinggi atau
sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai
tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari duduk
dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan
lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Wasisto, 2005).
Gambar 2.1 Sikap kerja pada Visual Display Terminal (VDT) yang
direkomendasikan oleh Cakir et al. (1980) (kiri) dan Grandjean et al.
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut :
Kurangnya kelelahan pada kaki.
Terhindarnya sikap – sikap yang tidak alamiah.
Berkurangnya pemakaian energi dalam bekerja.
Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
Namun, kegiatan bekerja sambil duduk juga dapat menimbulkan kerugian/ masalah
bila dilakukan secara tidak ergonomis. Kerugian tersebut antara lain :
Melembeknya otot – otot perut.
Melengkungnya punggung.
Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada system pencernaan
jika posisi dilakukan secara membungkuk.
Sikap kerja berdiri.
Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan.
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan
berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri
terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan
tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu
yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga
kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk
(Rizki, 2007).
Nordic Body Map
Nordic Body Map merupakan salah satu dari metode pengukuran subyektif untuk
mengukur rasa sakit otot para pekerja. Untuk mengetahui letak rasa sakit atau
ketidaknyamanan pada tubuh pekerja digunakan body map. Pembagian bagian-bagian
tubuh serta keterangan dari bagian-bagian tubuh tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 2.2 Nordic Body Map

(Sumber : Santoso, 2004)

Keterangan :

Leher atas

Leher bawah

Bahu kiri

Bahu kanan

Lengan atas kiri

Punggung

Lengan atas kanan

Pinggang

Bawah pinggang

Bokong

Siku kiri

Siku kanan

Lengan bawah kiri


Lengan bawah kanan Lutut kiri

Pergelangan tangan kiri Betis kiri

Pergelangan tangan kanan Betis kanan

Tangan kiri Pergelangan kaki kiri

Tangan kanan Pergelangan kaki kanan

Paha kiri Telapak kaki kiri

Paha kanan Telapak kaki kanan

Lutut kanan
Peralatan Pada Tempat Kerja (Work Station) Personal Computer
Peralatan yang dipergunakan pada stasiun kerja personal computer meliputi: mouse,
keyboard, layar / monitor, meja dan kursi komputer. Masing-masing dari peralatan
tersebut jenisnya bermacam-macam.
Mouse
Mouse ini merupakan alat untuk menggerakkan kursor. Mouse harus pada ketinggian
di mana lengan, pergelangan tangan, dan tangan sejajar. Tempatkan mouse
sedemikian rupa sehingga
tidak perlu menggapai terlalu jauh dari jangkauan tangan (dekat ke keyboard adalah
yang terbaik).
Keyboard
Keyboard adalah peralatan untuk input. Data atau perintah dapat dimasukkan ke
dalam komputer melalui keyboard. Jadi, keyboard merupakan penghubung antara
manusia dan komputer. beberapa bentuk keyboard yang pernah diciptakan, yaitu:
Keyboard jenis Qwerty.

Gambar 2.3 Keyboard Qwerty


(Sumber : Wardhana, 1997 )

Sejak awal keyboard Qwerty diciptakan tidak memperhatikan masalah ergonomi,


sehingga sangat memungkinkan timbulnya gangguan atau keluhan terhadap tubuh
manusia. Keyboard Qwerty ternyata belum memberikan beban yang sama untuk jari-
jari tangan kiri dan tangan kanan.
Keyboard jenis Dvorak yang dibuat pada tahun 1936. Keyboard Dvorak diciptakan
berdasarkan prinsip kerja biomekanis dan efisiensi. Susunan letak tombol huruf lain
dengan jenis Qwerty yaitu dibuat sedemikian rupa, sehingga 56 % ketukan ada pada
tangan kanan dan jari-jari yang bekerja lebih banyak adalah jari telunjuk, jari tengah
dan jari manis.

Gambar 2.4 Keyboard Dvorak


(Sumber : Wardhana, 1997)
Keyboard harus ditempatkan pada ketinggian tertentu sehingga lengan atas,
pergelangan tangan, dan tangan berada dalam posisi sejajar ketika sedang mengetik.
Alangkah lebih baik jika penyangga atau meja tempat keyboard diletakkan dapat
disesuaikan.
Layar/Monitor
Layar komputer atau monitor adalah peralatan untuk menampilkan obyek yang akan
ditampilkan. Obyek tersebut bisa tulisan, angka, ataupun gambar. Bentuk layar
komputer juga terus mengalami perubahan. Monitor harus sejangkauan lengan atau
lebih jauh dari mata. Kebijakan ergonomi konvensional umumnya menyarankan
bahwa pusat layar monitor seharusnya pada titik di mana tatapan mata jatuh secara
alamiah dan monitor harus agak miring untuk menyesuaikan dengan sudut pandang
seseorang. Penyangga monitor yang dapat disesuaikan akan membantu membuat
penyesuaian (Anderson, 2002).
Letak monitor akan sangat banyak mempengaruhi posisi kepala yang berdampak
terutama pada otot – otot leher, dimana ketinggian yang berlebihan pada letak
monitor ini akan menyebabkan keluhan – keluhan pada otot leher. Arah penglihatan
untuk pekerjaan duduk adalah 32º - 44º di bawah garis horizontal mata. Arah
penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed) (Suma’mur, 2009).
Meja dan Kursi Komputer
Meja Komputer
Beberapa persyaratan yang dibutuhkan untuk sebuah meja komputer
ergonomis adalah :
Meja dibuat dekat dengan pengguna agar terhindar dari penjangkauan yang terlalu
jauh.
Permukaannya harus dibuat sedemikian rupa agar tidak memancarkan cahaya silau.
Memiliki tempat pergerakan kaki yang cukup.
Tinggi permukaan kerja untuk keyboard dibedakan dengan tinggi untuk monitor
komputer.
Mempunyai jarak yang cukup antara kursi dan monitor komputer.
Cukup untuk ruang dari peralatan yang digunakan.
Konstruksi dan ukuran dari meja/ kursi harus disesuaikan dengan ukuran dari tubuh
manusia (antropometri) yang akan menggunakannya. Kesesuaian ini akan
menciptakan kenyamanan dan efisiensi dalam bekerja. Ukuran yang sesuai dengan
antropometri orang Indonesia adalah sebagai berikut :
Tinggi meja
Tinggi permukaan atas dari meja kerja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan
sikap tubuh pada waktu bekerja. Untuk sikap duduk, tinggi meja yang diusulkan
adalah 64 – 74 cm yang diukur dari permukaan daun meja sampai ke lantai.
Tebal daun meja
Tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kebebasan
bergerak pada kaki. Jarak antara permukaan bawah daun meja dengan permukaan atas
alas duduk > 15 cm.
Permukaan meja
Permukaan meja harus rata dan tidak menyilaukan.
Lebar meja
Lebar meja tidak melebihi jarak jangkauan tangan pekerja. Ukuran yang diusulkan
adalah kurang dari 80 cm (Laurensia, 2004).
Kursi Komputer
Kursi yang ergonomis dapat membantu mengatur posisi tulang belakang pada postur
yang optimal dengan memberikan pendukung yang tepat. Satu jenis kursi untuk
semua kegiatan dan semua ukuran dan bentuk adalah tidak tepat. Untuk menilai tepat
tidaknya kursi, perlu dipelajari keluhan – keluhan tenaga kerja yang meliputi :
keluhan kepala, keluhan leher dan bahu, keluhan pinggang, keluhan bokong, keluhan
lengan dan tangan, keluhan lutut dan kaki serta keluhan paha (Suma’mur, 1989).
Untuk kenyamanan dan kesesuaian yang lebih tepat, maka kursi komputer harus
mengikuti penyesuaian berdasarkan penggunanya dengan pilihan seperti:
Tempat duduk (dudukan) memiliki persyaratan seperti : dudukannya dapat
disesuaikan dengan tinggi pengguna dan tinggi permukaan kerja, telah memiliki
penyesuaian kemiringan untuk berbagai sudut dalam menciptakan kenyamanan postur
untuk berbagai pekerjaan, kedalaman kursi harus sesuai untuk kedua kaki, dan
berjarak 1 – 2 inchi di antara ujung kursi dan belakang lutut (CCOHS, 2005).
Belakang kursi memiliki persyaratan seperti : dapat disesuaikan tinggi rendahnya
untuk mendukung kenyamanan tulang belakang, bentuk belakang kursi yang
mengikuti garis tulang belakang, sudut dari belakang kursi dapat disesuaikan untuk
pekerjaan yang berbeda, bergerak maju/mundur (CCOHS, 2005).
Lengan kursi memiliki persyaratan seperti : sebagai syarat tambahan untuk
mendukung tulang belakang ketika mengambil minuman atau beristirahat diantara
mengetik dan menulis, tinggi lengan tersebut sesuai dengan tinggi lengan pengguna
yang dapat digunakan untuk berisitirahat dengan bahu dalam posisi santai, lebar yang
dibutuhkan utamanya sesuai dengan pengguna atau rata – rata pengguna (CCOHS,
2005).
Ukuran kursi yang sesuai dengan antropometri orang Indonesia adalah
sebagai berikut :
Tinggi alas duduk
Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas duduk. Tinggi
alas duduk harus sedikit lebih pendek dari jarak antara lutut dan telapak tangan.
Ukuran yang dianjurkan adalah 38 – 54 cm.
Panjang alas duduk
Diukur dari permukaan garis proyeksi permukaan dengan sandaran duduk pada
permukaan atas alas duduk sampai ke bagian depan alas duduk. Panjang alas duduk
harus lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan garis punggung. Ukuran yang
dianjurkan adalah 40 cm.
Lebar alas duduk
Diukur pada garis tengah dengan alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus lebih
besar dari pinggul. Ukuran yang dianjurkan adalah 40 – 44 cm.
Sandaran pinggang
Bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat dan
bagian bawahnya setinggi garis pinggul. Tinggi sandaran pinggang tidak melebihi
tinggi bahu dan lebar sandaran pinggang lebih kecil sama dengan lebar bahu
(Laurensia, 2004).
Interaksi Antara Tempat Kerja dan Individu Pekerja
Lokasi ruang kerja (work place) adalah area fisik tempat seorang pekerja melakukan
aktivitas kerja. Tempat kerja (work station) adalah lokasi ruang kerja serta bagian dari
mesin dan peralatan kerja, tempat seorang pekerja melakukan berbagai aktivitas
kerja; tempat pekerja menghabiskan seluruh atau sebagian hari kerjanya.
Misalnya :
Meja kerja dengan komputer dan kelengkapannya bagi seorang pekerja pemasok data
komputer.
Meja kerja dan mikroskop bagi seorang pekerja laboratorium.
Meja kerja, alat patri dan peralatan lainnya bagi seorang pekerja perakitan elektronik.
Salah satu penyebab terjadinya stres fisik akibat kerja adalah terjadinya
ketidaksesuaian ukuran – ukuran komponen tempat kerja dengan pekerja sehingga
mengharuskan pekerja bekerja dengan posisi sulit seperti membungkuk, mengangkat
lengan dan bahu terlalu tinggi atau aktivitas hanya dapat dilakukan dengan satu
tangan dan lain – lain. Gangguan muskuloskeletal sering kali terjadi karena umumnya
meja kerja, peralatan kerja dan mesin didesain dengan ukuran yang lebih besar (untuk
pekerja yang rata – rata besar), agar dapat dipakai juga pada pekerja yang lebih kecil.
Prinsip ergonomi yang benar mengharuskan meja kerja yang sesuai atau dapat
disesuaikan dengan ukuran individu yang men
ggunakannya (Harrianto, 2008
Gambar 2.6 Stasiun Kerja Komputer
(Sumber : Anderson, 2002)

Gangguan Kesehatan Akibat Penggunaan Komputer


Gangguan Pada Mata.
Penggunaan komputer dalam jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan
gangguan ketajaman, gangguan pada mata itu sendiri, mata lelah, penglihatan kabur,
mata kering, iritasi dan mata berair dan peningkatan sensitivitas terhadap cahaya.
Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal yang ditimbulkan akibat penggunaan komputer mulai dari
kelemahan otot dan tendon atau nyeri leher dan punggung sampai dengan trauma
yang kumulatif. Penyebab gangguan muskuloskeletal ini antara lain postur tubuh
yang tidak sesuai terjadi terus menerus saat menggunakan komputer, penyokongan
punggung yang tidak sesuai, duduk dengan posisi yang sama dengan jangka waktu
yang lama.

Anda mungkin juga menyukai