Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT

UMUM YARSI PONTIANAK

Zulkifli, Sunarsieh dan Susilawati


Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak
E-mail: osp_zulkifli@yahoo.com

Abstrak: Gambaran Pengelolaan Linen di Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak.


Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan observasi yaitu menggambarkan
suatu keadaan dalam waktu yang bersamaan dan tanpa mengadakan pengaturan atau
manipulasi terhadap variabel yang di teliti, variabel dilihat sebagai mana adanya. Analisis
data dengan cara membandingkan hasil yang diamati dengan persyaratan Kepmenkes
1204/Menkes/SK/X/2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat diketahui bahwa
keadaan pengelolaan linen di Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak pada tahun 2016 yaitu
memenuhi syarat 63%. Sedangkan menurut KepMenKes 1204 tahun 2004 presentasi
pengelolaan linen yang memenuhi syarat adalah ≥ 55%. Disarankan kepada pihak rumah
sakit untuk meningkatkan kualitas dalam pengelolaan linen agar seluruh proses
pengelolaan linen sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan Kepmenkes
1204/Menkes/SK/X/2004.

Kata Kunci: Pengelolaan Linen, Rumah Sakit

Abstract: The Describe Management of Linen in General Hospital Yarsi Pontianak.


Type this research is descriptive observation that describes a state at the same time and
without convening a setting or manipulation of variables in meticulous , variable seen as
they are. Analysis of the data by comparing the results observed with the requirements
Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 . The results showed that it can be seen that the
state management of linen at the General Hospital Yarsi Pontianak in 2016 which
qualified 63 % . Meanwhile, according to the 2004 presentation Kepmenkes 1204 eligible
linen management is ≥ 55 % . It suggested for hospitals to improve quality in linen
management so that the whole process of linen management in accordance with the
criteria established Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 .

Keywords: Management of Linen, Hospital

Rumah sakit merupakan satu institusi kesehatan diperhatikan adalah rumah sakit (UU RI,
dimana sekelompok orang dengan berbagai 2009C).
disiplin ilmu dan keahlian melakukan aktivitas Pelayanan medik tidak dapat berhasil,
secara bersama dengan kegiatan utamanya jika tidak didukung oleh pelayanan penunjang
berupa pelayanan kesehatan yang bersifat medik dan pelayanan penunjang non medik.
preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif, Unit laundry merupakan unit penunjang non
sehingga rumah sakit merupakan salah satu medik yang memberikan pelayanan linen
penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik terutama kepada pasien inap. Unit laundry
(UU RI, 2009B). merupakan unit yang melakukan pengelolaan
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan linen rumah sakit, khususnya linen yang
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang merupakan kelengkapan tempat tidur pasien
sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial rawat inap (Nugraheni, 2013).
yang memungkinkan setiap orang mencapai Linen di rumah sakit di butuhkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. disetiap ruangan. Kebutuhan akan linen di
Salah satu kondisi lingkungan yang perlu setiap ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis,

310
Zulkifli, dkk, Gambaran Pengelolaan Linen di... 311

jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
cukup panjang, membutuhkan pengelolaan Rumah Sakit. Setelah melakukan penilaian
khusus dan banyak melibatkan tenaga terhadap enam rumah sakit yang ada di
kesehatan dengan bermacam-macam klasifikasi. Pontianak didapatkan hasil penilaian linen
Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli rumah sakit antara lain: RS Universitas
manajemen, teknisi, perawat, tukang cuci, Tanjungpura 100%, RS Soedarso 100%, RS
penjahit, tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli Mitra Medika 80%, RS Bhayangkara 65%, RS
kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk Sultan Syarif Abdurrahman 55%, RS Islam
mendapatkan kualitas linen yang baik, Yarsi 45%. Jadi dari penilaian yang kami
nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian lakukan untuk nilai yang terendah yaitu adalah
khusus, seperti kemungkinan terjadinya rumah sakit Islam Yarsi. Komponen yang tidak
pencemaran infeksi dan efek penggunaan memenuhi syarat dalam pengelolaan linen di
bahan-bahan (Depkes RI, 2004). Rumah Sakit Islam Yarsi yaitu Pada pencucian
Sering dijumpai kendala-kendala dalam linen, tidak terdapat kran air bersih dengan
pengelolaan linen di rumah sakit seperti, kapasitas, kualitas dan kuantitas baik serta
kualitas linen yang tidak baik, dalam arti tidak disediakan air panas untuk desinfeksi awal
linen sudah kadaluarsa dan kerapatan benang sehingga mendapatkan nilai yang kurang baik,
sudah tidak memenuhi persyaratan, kualitas tidak dilakukan pemilahan antara linen
hasil pencucian sulit menghilangkan noda berat infeksius dan non infeksius juga mendapatkan
seperti darah, bahan kimia dan lain-lain, unit- nilai yang buruk karena memakai 1 mesin cuci
unit pengguna linen tidak melakukan untuk semua jenis linen. Pada pencucian linen
pembasahan terhadap noda sehingga noda yang infeksius tidak di lakukan dengan baik karna
kering akan sulit dibersihkan saat pencucian, masih menggunakan manual. Oleh sebab itu
ruangan tidak memisahkan linen kotor peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
terinfeksi dan kotor tidak terinfeksi, kurang Rumah Sakit Islam Yarsi Pontianak.
optimalnya pengelolaan untuk jenis linen Rumah Sakit Umum YARSI merupakan
tertentu seperti kasur, bantal, linen berenda dan salah satu rumah sakit yang dimiliki pihak
lain-lain, kurangnya koordinasi yang dengan swasta yang berlokasi di Pontianak Timur Jalan
bagian lain khususnya dalam perbaikan Tanjung raya II. Sebagai salah satu Rumah
sarana dan peralatan, aspek hukum apabila sakit, YARSI juga berpotensi untuk
pengelola linen dilakukan oleh pihak ketiga, menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.
kurangnya pemahaman tentang kewaspadaan Linen-linen kotor baik yang infeksius maupun
universal, kurangnya pemahaman dalam yang non infeksius bekas pemakain pasien
pemilihan, penggunaan dan efek samping bahan maupun bekas kegiatan pelayanan kesehatan
kimia berbahaya, kurangnya kemampuan dalam senantiasa dihasilkan setiap hari.
pemilihan jenis linen (Depkes RI, 2004). Hasil survei awal yang saya lakukan saat
Berdasarkan hasil riset fasilitas kegiatan observasi di Rumah Sakit Islam Yarsi
kesehatan, terdapat 594 RSU pemerintah yang Pontianak. Pada pencucian linen, tidak terdapat
memiliki binatu sendiri (86,7%). Sebanyak kran air bersih dengan kapasitas, kualitas dan
93,8% RSU Pemerintah kelas A, 93,1% RSU kuantitas baik serta tidak disediakan air panas
Pemerintah kelas B, 90,7% RSU Pemerintah untuk desinfeksi awal sehingga mendapatkan
kelas C, dan 75,1% RSU Pemerintah kelas D nilai yang kurang baik, tidak dilakukan
memiliki binatu sendiri. Selebihnya pemilahan antara linen infeksius dan non
menggunakan jasa outsourcing atau tidak infeksius juga mendapatkan nilai yang buruk
memiliki pelayanan binatu sama sekali.Sekitar karena memakai 1 mesin cuci untuk semua
56,8% Pelayanan binatu RSU pemerintah jenis linen. Pada pencucian linen infeksius tidak
memiliki ruang linen kotor, 62,6% memiliki di lakukan dengan baik karna masih
ruang linen bersih, 45,4% memiliki ruang menggunakan manual. Disamping itu
kereta linen 53,3% memiliki ruang kelengkapan pemerintah juga telah mengeluarkan
cuci, dan 64,9% memiliki ruang setrika KepMenKes RI No. 1204/MenKes/SK/X/2004
(Rifakes, 2011). tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan standar minimal untuk Rumah Sakit.
penilaian linen di rumah sakit untuk semua tipe Berdasarkan uraian tersebut maka
kelas A, B, C dan D adalah 55% sesuai peneliti tertarik untuk meneliti tentang
KepMenKes RI No. 1204/MenKes/SK/X/2004 “Gambaran Pengelolaan Linen Ditinjau dari
312 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.310 - 319

Pengumpulan, penerimaan, pencucian, Tabel 1. Pengelolaan Linen Laundri di


pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan, Rumah Sakit Umum Yarsi
pendistribusian, pengangkutan Linen di Rumah Pontianak Tahap Pengumpulan.
Sakit Islam YARSI Pontianak”. Hasil Data
No Tahap Pengumpulan
Ya Tidak
METODE PENELITIAN
Pemilihan antara linen
1 √
infeksius dan linen non infeksius
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif
Linen infeksius dan non
dengan pendekatan observasi yaitu
infeksius dipisahkan dimasukkan
menggambarkan suatu keadaan dalam waktu 2 √
ke kantong sesuai dengan
yang bersamaan dan tanpa mengadakan jenisnya dan diberi label
pengaturan atau manipulasi terhadap variabel Linen kotor tidak
yang di teliti. 3 √
diletakkan dilantai
Data yang telah terkumpul diolah dan Linen kotor yang
disajikan dalam bentuk tabel dan dijabarkan 4 dikumpulkan, dicatat petugas √
dalam narasi. Pada penelitian ini analisis data ruangan
yang dilakukan adalah analisis data secara Linen infeksius
deskriptif yaitu data disajikan dalam bentuk 5 diperlakukan khusus dan √
tabel dan persentase dan penjabaran dalam dimasukan terlebih dahulu
Pengambilan linen tidak
narasi. Kemudian menggolongkan setiap 6 √
kategori beberapa responden mempunyai dikibas- Kibas
kategori memenuhi syarat dan tidak memenuhi Jumlah 5 1
syarat, dengan berpedoman pada KepMenKes Presentase (%) 83% 17%
1204 tahun 2004, tersebut adalah: (a)
Memenuhi syarat: ≥55%, (b) Tidak memenuhi Berdasarkan tabel 1 pada tahap
syarat: <55% pengumpulan sudah memenuhi syarat karena
persentase ≥55%. Dan nilai hasil persentase
HASIL pada tahap pengumpulan 83%.

Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap
telah memiliki instalasi laundri sendiri dengan Penerimaan
menggunakan 1 buah mesin cuci, 1 mesin
pengering, 1 buah mesin pemeras, 2 alat Tabel 2. Pengelolaan Linen Laundri di
menyetrika dan 2 buah troli dengan jumlah Rumah Sakit Umum Yarsi
petugas sebanyak 4 orang yang di bawahi oleh Pontianak Tahap Penerimaan
penanggung jawab rumah sakit untuk Hasil Data
No Tahap Penerimaan
mengawasi. Ya diproleh
yang Tidak
Mencatat linen yang
1 √
Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap diterima
Pengumpulan Linen yang diterima telah
2 dipisahkan antara √
infeksius dan non infeksius
Line dipisahkan
3 berdasarkan dan warna √
tingkat kekotorannya
Jumlah 2 1
Presentase (%) 66% 34%

Berdasarkan tabel 2 pada tahap


penerimaan sudah memenuhi syarat karena
persentase ≥55%. Dan nilai hasil persentase
pada tahap penerimaan 66%.

Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap


Pencucian
Zulkifli, dkk, Gambaran Pengelolaan Linen di... 313

Tabel 3. Pengelolaan Linen Loundri di Tabel 4. Pengelolaan Linen Loundri di


Rumah Sakit Umum Yarsi Rumah Sakit Umum Yarsi
Pontianak Tahap Pencucian Pontianak Tahap Pengeringan
Hasil Data Hasil Data
No Tahap Pencucian No Tahap Pengeringan
Ya Tidak
1 Menimbang berat linen terlebih √ Ya Tidak
dahulu Setelah linen melalui proses
2 Pada saat penerimaan linen tidak √ 1 pencucian, linen langsung √
diletakkan dilantai dikeringkan
3 Linen infeksius langsung √ Seluruh linen dikeringkan
didesinfeksi 2 dengan mesin pengering (maks. √
4 Linen yang bernoda darah √ 700C)
dibersihkan terlebih dahulu Tidak kontak dengan linen
5 Pencucian linen infeksius dan √ 3 √
kotor
non infeksius dipisahkan
Linen tidak kontak langsung
6 Suhu air panas yang digunakan √ 4 √
65°C - 77°C selama 30 menit dengan petugas

Proses pencucian menggunakan √ Linen dikeringkan habis


7 5 √
deterjen dalam waktu 1 x 24 jam
8 Proses pencucian menggunakan √ Linen yang telah
desinfektan dikeringkan itempatkan pada
9 Proses pencucian menggunakan √ 6 trolly yang telah dibersihkan √
pemutih terlebih dahulu menuju ruang
10 Proses pencucian menggunakan √ setrika
pelembut
11 Proses pencucian menggunakan √ Jumlah 4 2
mesin cuci Presentase (%) 66% 34%
No Tahap Pencucian Ya Tidak
12 Proses desinfeksi menggunakan √
suhu air panas 70 0C selama 25 Berdasarkan tabel 4 pada tahap
atau 950C selam 10 menit pengeringan sudah memenuhi syarat karena
13 Petugas linen kotor kontak √ persentase ≥55%. Dan nilai hasil persentase
dengan linen bersih pada tahap pengeringan 66%.
14 Semua linen yang dicuci √
langsung dikeringkan Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap
15 Linen kotor yang ada di √ Penyetrikaan
cuci habis dalam waktu satu hari
Jumlah 10 5
Presentase (%) 65% 35%
Tabel 5. Pengelolaan Linen Loundri di
Rumah Sakit Umum Yarsi
Pontianak Tahap Penyetrikaan
Berdasarkan tabel 3 pada tahap
pencucian sudah memenuhi syarat karena Hasil Data
No Tahap Penyetrikaan
persentase ≥55%. Dan nilai hasil persentase Ya Tidak
pada tahap pencucian 65%. Linen yang sudah kering
1 √
langsung disetrika
Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap 2 Linen di setrika satu per satu √
Pengeringan Linen langsung dipisahkan sesuai
3 √
dengan jenisnya
Menggunakan mesin plat press
maupun roll pess untuk
4 √
menyetrika dengan suhu min
120°C
Linen tidak ada yang berjatuhan
5 √
dan menyentuh lantai
Jumlah 3 2
Presentase (%) 60% 40%
314 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.310 - 319

Berdasarkan tabel 5 pada tahap Tabel 7. Pengelolaan Linen Loundri di


penyetrikaan sudah memenuhi syarat karena Rumah Sakit Umum Yarsi
persentase ≥55%. Dan nilai hasil persentase Pontianak Tahap Pendistribusian
pada tahap penyetrikaan 60%. Hasil Data
Tahap Pendistribusian
No Ya Tidak
Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap Penyerahan linen bersih
Penyimpanan 1 kepada petugas ruangan √
sesuai kartu tanda terima
Tabel 6. Pengelolaan Linen Loundri di Pendistribusian linen terbungkus
Rumah Sakit Umum Yarsi 2 rapi dengan menggunakan √
Pontianak Tahap Penyimpanan. plastik transparan di buat paket
Hasil Data Petugas pendistribusian
No Tahap Penyimpanan 3 berbeda dengan petugas √
Ya Tidak
pengumpul linen kotor
Linen disimpan ditempat yang Menggunakan trolley
1 √
tertutup (lemari) 4 yang berbeda dengan trolley √
2 Linen dipisahkan sesuai jenisnya √ linen kotor
Trolley untuk pengambilan
3 Linen dibungkus dengan plastik √ 5 √
linen bersih tertutup
No Tahap Penyetrikaan Ya Tidak
Pendistribusian dilakukan
Lipatan linen harus menghadap 6 √
oleh petugas laundry
keluar agar memudahkan
4 √ No Tahap Pendistribusian Ya Tidak
penghitungan maupun
pengambilan Pendistribusian linen
7 √
Ruang penyimpanan bersih, berdasarkan blanko pengiriman
5 √
bebas debu dan tidak lembab Petugas menyerahkan linen
bersih kepada petugas ruangan
Pintu lemari penyimpanan 8 √
6 √ sesuai dengan linen yang
selalu tertutup
diterima
Jumlah 3 3 Pengambilan linen harus
Presentase (%) 50% 50% 9 dengan sistem FIFO (first in first √
out)
Berdasarkan tabel 6 pada tahap Jumlah 6 3
penyimpanan tidak memenuhi syarat karena Presentase (%) 67% 33%
persentase <55%. Dan nilai hasil persentase
pada tahap penyimpanan 50%.
Berdasarkan tabel 7 pada tahap
Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap pendistribusian sudah memenuhi syarat karena
Pendistribusian persentase ≥55%. Dan nilai hasil persentase
pada tahap pendistribusian 67%.

Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap


Pengangkutan
Zulkifli, dkk, Gambaran Pengelolaan Linen di... 315

Tabel 8. Pengelolaan Linen Loundri Di PEMBAHASAN


Rumah Sakit Umum Yarsi
Pontianak Tahap Pengangkutan Pengelolaan Linen di Rumah Sakit Umum
Hasil Data Yarsi Pontianak
No Tahap Pengangkutan
Ya Tidak
Hasil yang diproleh saat melakukan
Menggunakan trolley yang
1 berbeda dan tertutup antara √ penelitian dilapangan maka penulis mencoba
linen bersih dan kotor membahas hasil-hasil yang didapat yaitu pada
tahap-tahap pengelolaan linen di Rumah Sakit
Trolley dalam keadaan bersih
2 √ Umum Yarsi Pontianak, adalah sebagai berikut:
(secara fisik)
Trolley tidak dibawa masuk Pengumpulan
3 √
keruangan/kamar
Bagian dalam trolley dilapisi Tahap pengumpulan linen di Rumah
4 √
dengan plastik Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi
Waktu pengangkutan linen kotor syarat kesehatan adalah 83%, sedangkan yang
5 √ tidak memenuhi syarat kesehatan adalah 17%,
berbeda dengan linen bersih
Trolley langsung di bersihkan/
yang mana linen infeksius dan non infeksius
6 √ tidak dipisahkan dan tidak di masukkan ke
dicuci setelah digunakan
kantong sesuai dengan jenisnya dan tidak diberi
Jumlah 4 2 label. Hal ini di karenakan pihak managemen
Presentase (%) 67% 33% rumah sakit belum menyediakan sarana dan
prasarana seperti kantong dan lebel untuk
Berdasarkan tabel 8 pada tahap memisahkan yang mana linen infeksius dan
pengangkutan sudah memenuhi syarat karena yang mana linen non infeksius Keadaan seperti
persentase ≥55%. Dan nilai hasil persentase ini besar kemungkinan akan terjadi penularan
pada tahap pengangkutan 67%. penyakit karena menurut kepmenkes 1204
tahun 2004 linen infeksius dan non infeksius
Rekapitulasi Hasil harus di pisahkan dan dimasukkan sesuai
kantong dan jenis dan diberi label. Oleh sebab
Tabel 9. Rekapitulasi Data itu pihak managemen rumah sakit harus
Memenuhi Syarat menyediakan sarana dan prasaran seperti
No Variabel kantong pemisah dan label agar tidak terjadi
Ya % Tidak % ∑ %
penularan penyakit.
1. Pengumpulan 5 83 1 17 6 100
Proses pengumpulan linen kotor di
2. Penerimaan 2 66 1 34 3 100
Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak ini
3. Pencucian 10 65 5 35 15 100
ternyata tidak sesuai dengan Kepmenkes 1204
4. Pengeringan 4 66 2 34 6 100
tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
5. Penyetrikaan 3 60 2 40 5 100
6. Penyimpanan 3 50 3 50 6 100
lingkungan. Perawat yang melakukan
7. Pendistribusian 6 67 3 33 9 100 pengumpulan pertama seharusnya sudah
8. pengangkutan 4 67 2 33 6 100 memisahkan linen kotor infeksius dengan non
𝟓𝟐𝟒 𝟐𝟕𝟔 infeksius sebelum dimasukan ke dalam kantong
Pengelolaan 𝟖𝟎𝟎 𝟖𝟎𝟎 plastik linen kotor. Hal ini mungkin terjadi
36 × 𝟏𝟎𝟎 20 × 𝟏𝟎𝟎 56 800 karena perawat tidak peduli atau paham
Linen
= =
akan bahaya yang akan terjadi, mungkin
𝟔𝟓, 𝟓% 𝟑𝟒, 𝟓%
juga karena perawat merasa bahwa itu
bukanlah tugas pokok yang mereka lakukan.
Data diatas dapat diketahui bahwa
Dalam hal ini petugas memang tidak sarankan
keadaan pengelolaan linen di Rumah Sakit
melakukan pensortiran di ruang perawatan
Umum Yarsi Pontianak pada tahun 2016 yaitu
karena dapat menyebabkan tersebarnya mikro-
memenuhi syarat 65%. Sedangkan menurut
organisme.
KepMenKes 1204 tahun 2004 presentasi
pengelolaan linen yang memenuhi syarat adalah
Penerimaan
≥55%
316 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.310 - 319

Tahap penerimaan linen di Rumah Sakit terhadap petugas loundri sangat beresiko karena
Umum Yarsi pontianak yang memenuhi syarat kontak langsung dengan linen infeksius.
kesehatan adalah 66%, sedangkan yang tidak Proses pencucian linen di Rumah Sakit
memenuhi syarat kesehatan adalah 34%, yang Umum Yarsi Pontianak tidak sesuai dengan
mana linen yang diterima tidak dipisahkan Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang
antara infeksius dan non infeksius, Dan tidak persyaratan kesehatan lingkungan dimana
dilakukan penimbangan saat penerimaan linen, petugas masih ada yang menggabung proses
dan yang seharusnya ditahap penerimaan pencucian linen yang terkontaminasi dan tidak
dilakukan penimbangan dan dilakukan melakukan penanganan khusus. Hal ini terjadi
pemisahan antara linen infeksius dan linen non bisa saja dikarenakan kurangnya fasilitas
infeksius sesuai dengan Kepmenkes 1204 tahun rumah sakit, seharusnya pihak rumah sakit
2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan harus melengkapi sarana dan prasarana di
rumah sakit. Hal ini di karenakan pihak bagian linen tidak tersedianya air panas atau
mangemen rumah sakit belum menyediakan desinfektan untuk proses awal pencucian dan
sarana dan prasarana seperti timbangan untuk mungkin saja dikarenakan membutuhkan waktu
menimbang linen, akan tetapi langsung di yang lama dalam penanganan linen infeksius
masukkan ke dalam trolli tanpa ada pemisahan sedangkan petugas memiliki batas waktu dalam
antara linen infeksius dan linen non infeksius. menyelesaikan proses pencucian, yang juga
Tahap penerimaan linen kotor di Rumah berarti linen yang ada di rumah sakit kurang
Sakit Umum Yarsi Pontianak ini ternyata tidak mencukupi. Seharusnya ada pengawasan
sesuai dengan Kepmenkes 1204 tahun 2004 terhadap petugas.
tentang persyaratan kesehatan lingkungan oleh
sebab itu pihak managemen rumah sakit harus Pengeringan
menyediakan sarana dan prasarana seperti
timbangan agar dalam tahap penerimaan di Tahap pengeringan linen di Rumah Sakit
pengelolaan linen di rumah sakit umum yarsi Umum Yarsi pontianak yang memenuhi syarat
pontianak menjadi lebih baik dan sesuai standar kesehatan adalah 66%, sedangkan yang tidak
Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang memenuhi syarat kesehatan adalah 34%, yang
persyaratan kesehatan lingkungan. mana linen yang telah dikeringkan ditempatkan
pada trolly yang tidak dibersihkan terlebih
Pencucian dahulu menuju ruangan setrika dan linen kontak
langsung dengan petugas.
Tahap pencucian linen di Rumah Sakit Proses pengeringan linen yang dilakukan
Umum Yarsi pontianak yang memenuhi syarat di Unit laundry Rumah Sakit Umum Yarsi
kesehatan adalah 65%, sedangkan yang tidak Pontianak sudah sesuai dengan Kepmenkes
memenuhi syarat kesehatan adalah 35%, untuk 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
tahap pencucian linen masih menggunakan lingkungan rumah sakit dikarenakan petugas
tenaga manual saat pencucian linen infeksius. sudah sesuai dalam pemasangan suhu
Oleh sebab itu pencucian menggunakan tenaga pengeringan mesin yaitu 70oC. Jika proses
manual sangat berbahaya karna dapat pengeringan tidak dilakukan dengan baik atau
menularkan penyakit kepada petugas loundri, tidak sesuai dengan suhu yang ditentukan maka
adapun petugas loundri jarang menggunakan linen akan menjadi lembab dan mikroorganisme
APD yang lengkap seharusnya petugas loundri
yang masih ada tidak mati dan memungkinkan
menggunakan APD yang lengkap seperti akan terjadi kontaminasi. Serta dapat
masker, sarung tangan, celemek, dan sepatu menyebabkan tumbuhnya jamur yang dapat
booth untuk menghindari penularan penyakit. membuat linen cepat rusak.
Tahap pencucian linen tidak
menggunakan desinfektan khusus dan tidak
Penyetrikaan
tersedianya air panas, hal ini di karenakan pihak
managemen rumah sakit belum menyediakan Tahap penyetrikaan linen di Rumah
sarana dan prasarana seperti air panas dan Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi
mesin cuci khusus untuk pencucian linen syarat kesehatan adalah 60%, sedangkan yang
infeksius dan desinfektan khusus, oleh sebab itu tidak memenuhi syarat kesehatan adalah 40%,
besar kemungkinan penularan penyakit yang mana setelah pengeringan linen tidak
Zulkifli, dkk, Gambaran Pengelolaan Linen di... 317

disimpan ditempat yang khusus akan tetapi yaitu kapur barus. Sebelum disimpan sebaiknya
diletakkan di lantai. Hal ini di karenakan pihak linen dibungkus dengan plastik transparan,
managemen rumah sakit belum menyediakan sebelum di distribusi-kan. Hal ini sejalan
tempat khusus untuk tempat penyetrikaan agar dengan Depkes (2004) yang menyatakan bahwa
linen tidak di letakkan di lantai supaya tidak penyimpanan linen harus dipisah sesuai
terkontaminasi oleh udara patogen yang jenisnya, linen baru yang diterima
berbahaya. ditempatkan dilemari bagian bawah, pintu
Tahap penyetrikaan tidak semua linen lemari selalu di tutup. Dengan demikian perlu
disetrika akan tetapi hanya untuk bagian perhatian khusus untuk mengubah penyimpanan
ruangan anak saja yang disetrika karena petugas linen bersih kedalam lemari khusus untuk
tidak pernah sebagaian hanya pada linen menghindari kontaminasi dari udara luar yang
diruangan anak saja yang disetrika dan yang dapat menurunkan kualitas linen tersebut.
lain dilipat manual. Seharusnya terdapat tempat Penyimpanan di Rumah Sakit Umum
khusus untuk penyimpanan linen yang telah Yarsi ini ternyata tidak sesuai dengan
kering sebelum dilakukan penyetrikaan agar Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang
tidak terkontaminasi. Penyetrikaan dapat persyaratan kesehatan lingkungan rumah
dilakukan dengan mesin setrika besar dapat di sakit dikarenakan petugas kurang memahami
setel sampai dengan suhu sampai dengan tentang tata cara penyimpanan linen yang
o benar, petugas juga ternyata tidak pernah
120 C, namun harus diingat bahwa linen
mempunyai keterbatasan terhadap suhu mendapatkan pelatihan tentang pengelolaan
linen. Padahal jika penyimpanan linen tidak
sehingga suhu disetel antara 70-80 oC. dilakukan secara baik maka akan meningkatkan
Penyetrikaan di Unit laundry RSU Yarsi terjadinya infeksi nosokomial pada pasien di
Pontianak sudah baik petugas menyesuaikan rumah sakit.
panas mesin setrika sesuai dengan ketentuan
Kepmenkes 1204 yaitu 70oC, hanya saja Pendistribusian
seharusnya dalam proses penyetrikaan linen
dilipat setelah proses penyetrikaan selesai Tahap pendistribusian linen di Rumah
sehingga seluruh bagian pada linen dapat Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi
tersetrika. Hal ini terjadi mungkin saja karena syarat kesehatan adalah 67%, sedangkan yang
petugas menyesuaikan waktu kerja dengan tidak memenuhi syarat kesehatan adalah 33%,
beban kerja yang ada. yang mana pendistribusian linen tidak
terbungkus rapi dan tidak menggunakan plastik
Penyimpanan transparant, dan petugas pendistribusian sama
dengan petugas pengumpul linen kotor, dan
Tahap penyimpanan linen di Rumah trolly untuk pengambilan linen tidak tertutup
Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi hal ini di karenakan pihak managemen rumah
syarat kesehatan adalah 50%, sedangkan yang sakit belum melengkapi sarana dan prasarana
tidak memenuhi syarat kesehatan adalah 50%, seperti pembungkus linen plastik transparan
yang mana linen disimpan ditempat yang tidak agar linen terbungkus rapi dengan plastik
tertutup (lemari terbuka), dan linen tidak tansparan, dan petugas pengumpul linen kotor
dibungkus menggunakan plastik, dan pintu berbeda dengan petugas pengantar linen bersih,
lemari selalu terbuka karena pintu lemari dan troli seharusnya keadaan tertutup agar tidak
penyimpanan linen tidak mempunyai pintu tercemar mikroorganisme. Dengan demikian
(lemari terbuka) sehingga linen tersebut bisa perlu perhatian khusus untuk menghindari
terkontaminasi dengan linen kotor yang belum kontaminasi dari udara luar yang dapat
diproses yang ada diruangan tersebut. menurunkan kualitas linen tersebut.
Penyimpanan mempunyai tujuan selain
melindungi linen dari kontaminasi ulang baik Pengangkutan
bahaya seperti mikroorganisme dan pest juga
untuk mengontrol posisi linen tetap stabil. Tahap pengangkutan linen di Rumah
Sebaiknya posisi linen yang terdapat Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi
diruangan penyimpanan. Ada baiknya lemari syarat kesehatan adalah 67%, sedangkan yang
penyimpanan dipisahkan menurut masing- tidak memenuhi syarat kesehatan adalah 33%,
masing ruangan dan diberi obat anti ngengat yang mana bagian dalam trolly tidak dilapisi
318 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.310 - 319

dengan plastik, dan trolly tidak langsung Tahap pengumpulan linen memenuhi
dibersihkan/dicuci setelah digunakan, dan trolly syarat kesehatan (83%).
saat pengangkutan keruangan terbuka tidak Tahap penerimaan linen memenuhi syarat
tertutup oleh sebab itu apabila terbuka akan kesehatan (66%).
terjadi pencemaran udara di sekitar. Selain itu Tahap pencucian linen memenuhi syarat
troli yang digunakan oleh petugas untuk kesehatan (65%).
mengangkut linen bersih dan kotor Tahap pengeringan linen memenuhi
menggunakan troli yang sama dan tanpa syarat kesehatan (66%).
membersihkannya terlebih dahulu dengan Tahap penyetrikaan linen memenuhi
desinfektan para petugas sebetulnya syarat kesehatan (60%).
mengetahui akan bahaya ketika troli bekas linen Tahap penyimpanan linen tidak
kotor tidak dibersihkan dan langsung memenuhi syarat kesehatan (50%).
mengangkut linen bersih hanya saja pihak Tahap pendistribusian memenuhi syarat
rumah sakit belum menyediakan desinfektan kesehatan (67%).
untuk membersihkan troli bekas pengangkutan Tahap pengangkutan linen memenuhi
dan pada saat penyimpanan linen ke tempat syarat kesehatan (67%).
penyimpanan petugas laundry tidak Pengelolaan linen loundri di instalasi
menggunakan sarung tangan pelindung Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak yaitu
memungkinkan mikro-organisme juga memenuhi syarat kesehatan lingkungan rumah
menempel. sakit dengan ketentuan Kepmenkes RI Nomor
Saat pengangkutan linen bersih dan kotor 1204/Menkes/SK/X/2004.
harus dibawa terpisah, kontainer atau kereta Dari penelitian yang dilakukan ada
yang dipakai membawa linen kotor harus beberapa hal yang dapat disarankan :
dibersihkan dengan seksama sebelum Tahap penyimpanan seharusnya pihak
digunakan untuk membawa linen bersih. managemen rumah sakit harus melengkapi
Kalau kontainer dan kereta yang berbeda sarana dan prasarana seperti lemari yang
digunakan untuk mengantar linen bersih dan mempunyai pintu untuk menghindari
juga linen kotor harus dipasang label. Linen kontaminasi dari udara luar yang dapat
bersih harus dibungkus atau ditutupi selama menurunkan kualitas linen tersebut.
dibawa untuk mencegah kontaminasi. Akibat Tahap pengangkutan Seharusnya pihak
dari penggunaan troli yang sama bisa managemen rumah sakit harus melengkapi
memungkinkan adanya infeksi karena salah sarana dan prasarana seperti troli yang tertutup,
satu factor yang menimbulkan terjadinya dan bagian trolly harus dilapisi dengan plastik,
infeksi menurut Depkes RI (2004) adalah dan setelah menggunakan trolly harus di
penggunaan alat yang terkontaminasi. bersihkan atau dicuci.
Seharusnya pada tahap pengangkutan dalam Tahap penyetrikaan Seharusnya
bagian trolly harus dilapisi dengan plastik, dan Seharusnya pihak managemen rumah sakit
setelah menggunakan trolly harus di bersihkan harus melengkapi sarana dan prasarana seperti
atau dicuci terlebih dahulu, dan trolly harus tempat khusus untuk penyimpanan linen yang
tertutup. telah kering sebelum dilakukan penyetrikaan
Proses pengangkutan linen bersih di agar tidak terkontaminasi.
Rumah Sakit Umum Yarsi pontianak tidak Tahap pencucian seharusnya pihak
sesuai dengan Kepmenkes 1204 tahun 2004 rumah sakit harus melengkapi sarana dan
tentang persyaratan kesehatan lingkungan prasarana di bagian linen tidak tersedianya air
rumah sakit dikarenakan linen bersih yang panas atau desinfektan untuk proses awal
diangkut tidak dibungkus dengan plastik troli pencucian dan mungkin saja dikarenakan
pun tidak menggunakan tutup. Hal ini terjadi membutuhkan waktu yang lama dalam
dikarenakan tidak tersedia desinfektan di unit penanganan linen infeksius sedangkan petugas
laundry, dan troli yang dimiliki unit laundry memiliki batas waktu dalam menyelesaikan
tidak sesuai dengan syarat troli yang proses pencucian, yang juga berarti linen yang
dibutuhkan oleh laundry. ada di rumah sakit kurang mencukupi.
Tahap pengeringan seharusnya linen
SIMPULAN tidak kontak langsung dengan petugas dan
trolly seharusnya dibersihkan terlebih dahulu.
Zulkifli, dkk, Gambaran Pengelolaan Linen di... 319

Tahap penerimaan seharusnya pihak Pihak rumah sakit khususnya unit


managemen rumah sakit harus melengkapi instalasi laundry harus menyesuaikan SOP
sarana dan prasarana seperti di lakukan dengan Kepmenkes RI Nomor:
penimbangan dan dilakukan pemisahan antara 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan
linen infeksius dan linen non infeksius Kesehatan Lingkungan.
Tahap pendistribusian sebaiknya linen Unit laundry harus memiliki sarana
terbungkus rapi dengan plastik tansparan, dan air panas dan desinfektan untuk penunjang
petugas pengumpul linen kotor berbeda dengan proses pencucian, dan juga menyesuaikan
petugas pengantar linen bersih, dan troli jumlah dan fungsi sarana prasarana yang
seharusnya keadaan tertutup agar tidak tercemar dimilki unit laundry Rumah Sakit Umum Yarsi
mikroorganisme. Dengan demikian perlu Pontianak.
perhatian khusus khusus untuk menghindari Perlu dilakukan pemeriksaan angka
kontaminasi dari udara luar yang dapat kuman pada linen bersih guna menghindari
menurunkan kualitas linen tersebut. penyebaran mikroorganisme pathogen dan
Tahap pengumpulan seharusnya pihak mikroorganisme non pathogen.
mangemen rumah sakit harus menyediakan Untuk petugas pada unit laundry
sarana dan prasarana seperti kantong dan lebel perlu dilakukan pelatihan dan pengawasan
untuk memisahkan yang mana linen infeksius agar kinerja petugas sesuai dengan prosedur dan
dan yang mana linen non infeksius linen untuk menghindari terjadi infeksi dikarenakan
infeksius dan non infeksius harus di pisahkan penanganan linen yang tidak baik atau sesuai.
dan dimasukkan sesuai kantong dan jenis dan
diberi label.

DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, N., 2012. Penanganan Bahaya
Adisasmito, Wiku, 2007. Sistem Manajemen Infeksius di Instalasi Loundry RSUD
Lingkungan Rumah Sakit. PT Raja Dr.Moewardi Surakarta. Fakultas
Grafindo Persada: Jakarta. Kedokteran Universitas Sebelas Maret:
Alamsyah, Dedi, 2013. Managemen Pelayanan Surakarta.
Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta Nugraheni, E., 2013. Laundri Terhadap SOP
Depkes RI, 2004. Departemen Kesehatan Pencucian Linen Laundry di Rumah
Republik Indonesia, 2004. tentang Sakit X di Yogyakarta. Program Studi
pedoman manajemen linen di rumah Kesehatan Masyarakat. FKMUAD:
sakit. direktorat jendral pelayanan Yogyakarta.
medik: Jakarta Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri
Eskariani, N., dkk, 2013. Analisis Tingkat Kesehatan Republik Indonesia No.
Kepatuhan Petugas Linen Loundry 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Terhadap SOP Pencucian Linen persyaratan kesehatan lingkungan
Loundry di Rumah Sakit x Yogyakarta rumah sakit. Ditjen PPM dan PLP:
Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Jakarta
Masyarakat Universitas Ahmad Profil Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak
Dahlan: Yogyakarta 2015
Kemenkes RI, 2012. Badan Penelitian dan Rifakes, 2011. Hasil Riset Fasilitas Kesehatan.
Pengembangan Kesehatan, 2012. Tentang binatu rumah sakit: Jakarta
Laporan Akhir Riset Fasilitas UU RI, 2009A. Undang-Undang Republik
Kesehatan 2011. Kementrian Kesehatan Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
Republik Indonesia: Jakarta Tentang Pelayanan Publik: Jakarta
Nauli, Mutiara, 2015. Analisis Pengelolaan UU RI, 2009B. Undang-Undang Republik
Linen Loundry di Rumah Sakit Umum Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
X Kota Medan 2015. Program Studi Tentang Rumah Sakit: Jakarta
Kesehatan Masyarakat. USU: Medan. UU RI, 2009C. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
tesehatan:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai