Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERPAJAKAN
“PPH PASAL 21”

O
L
E
H

RIKI ANDARIAS
214411277

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Perjakan “PPH
Pasal 21” sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita bagaimana manajemen dalam suatu
Partai Politik sendiri. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Makale , Januari 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk
membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan
pribadi individu seperti kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat,
kemakmuran rakyat dan sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat
untk mencapai tujuan Negara. Perhitungan PPh 21 2016 harus disesuaikan
dengan tarif PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) 2016 yang ditetapkan
Menteri Keuangan dan DJP yaitu Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-
16/PJ/2016, Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.010/2016 dan No.
102/PMK.010/2016 mengenai Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) yang berlaku sejak tahun pajak 2016.
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah merupakan sumber
terpenting dari penerimaan Negara. Lagipula penerimaan merupakan lagi pula
penerimaan Negara dari pajak dapat dijadikan indicator atas peran serta
masyarakat (sebagai subjek pajak) dalam onstribusinya melakukan kewajiban
perpajakan, karena pembayaran pajak yang dilakukan akan dikembalikan lagi
kepada masyarakat dalam bentuk tidak langsung dan berupa pengeluaran rutin
dan pembangunan yang berguna bagi rakyat.
PPh Pasal 21 merupakan paja atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran laindengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilaukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permaslahan pada
makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari pajak penghasilan 21 ?
2. Siapa subjek atau wajib pajak PPh pasal 21 ?
3. Siapa pemotong pajak penghasilan pasal 21 ?
4. Apa saja ha dan ewajiban wajib pajak PPh pasal 21?
5. Apa saja hak dan kewajiban pemotong pajak PPh pasal 21 ?
6. Penghasilan apa saja yang dipotong PPh Pasal 21 (objek pajak)?
7. Penghasilan apa saja yang tidak dipotong PPh pasal 21 ?
8. Bagiamana cara menghitung PPh pasal 21?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini agar kami selaku penyusun mengetahui
segala hal mengenai PPh pasal 21, kemudian agar menambah wawasan para
pembaca serta menjadi referensi bagi penulis-penulis berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian PPh Pasal 21
PPh pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gai,
upah,honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan atas jasa.

2.2 Subjek Pajak PPh Pasal 21 (Wajib Pajak PPh Pasal 21)
Wajib pajak yang dipotong PPh pasal 21 adalah golongan pribadi yang
merupakan:
1. Pegawai, karyawan atau karyawati tetap
Adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi erja dan atas
jasanya itu ia memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala.
2. pegawai, karyawan atau karyawati lepas
adalah orang pribadi yang bekerja untuk pemberi kerja dan hanya
menerima upah jika ia bekerja.
3. Penerima honorarium
Adlah pribadi atau sekelompok orang pribadi yang memberikan
jasanya, dan atas jasanya ia memperoleh imbalan tertentu sesuai
dengan jasa yang dioberikan.
4. penerima upahan dll
adalah orang pribadi yang atas jasanya ia memperoleh upah, seperti
upah harian, upah borongan, upah satu
Yang tidak termasuk PPh pasal 21 yaitu:
1. pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain
dari Negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada
mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama
mereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain
diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam
pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan,
yang telah ditetapkan oleh menteri keuangan, ddengan syarat
bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha
atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.

2.3 Pemotong Pajak Penghasilan pasal 21


Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi ataua badan yang
diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah dengan UU no. 17 tahun 2000 dan terakhir UU
No. 36 tahun 2008 untuk memotong PPh Pasal 21. Termasuk pemotong PPh
Pasal 21 dalm peraturan Menteri keuangan No. 252/KMK.03/2008 adalah:
1) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik
merupakan pusat maupun cabang, perwailan atau unit yang
membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilaukan oleh
pegawai atau bukan pegawai.
2) Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasu bendahara atau
pemegang kas yang membayarkan gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan
kegiatan
3) Dana pension, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja
dan badan lainyang membayar uang pension dan unjangan hari tua
atau jaminan hari tuaa.
4) Perusahaan dan badan yang membayar honorarium atau
pembayaran lain atas jasa yang dilakukan di Indonesia oleh tenaga
ahli sebagai wajib pajak dalam negeri yang melakukan pekerjaan
bebas.
2.4 Hak dan kewaqjiban wajib pajak PPh pasal 21
1) Hak-hak WP PPh 21
a. Waib pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh pasal 21 kepada
pemotong pajak. Jumlah PPh pasal 21 yang telah dipotong dapat
dikreditkan dari pajak penghasilan untuk tahun yang bersangtan.
b. waib pajak berhak mengajukan surat eberatan kepada Direktur
jenderal Pajak, jka PPh pasal 21 yang dipotong oleh pemotong
pajak tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam jangka
waktu 3 bulan sejak tanggal pemotongan.
c. Wajib pajak berhak mngajukan banding kepada badan peradilan
paja dalam jagka waktu 3 bulan sejak diterbitkannya surat
keputusan Direktur jenderal Pajak yang berhubungan dengan
keberatannya.
2) Kewaiban Wajib Pajak PPH Pasal 21
a. Wajib mendaftarkan diri ke KPP
b. Pegawai, penerima pension berala dan bukan pegawai tertentu wajib
membuat surat pernyataan yang berisi jumlah tanggungan keluarga
pada awal tahun kalender atau pada saat menjadi subjek pajak
dalam negeri
c. Wajib menyerahkan surat pernyataan tanggungan keluargakepada
pemotong pajak pada saat mulai bekerja atau mulai pension.
2.5 Hak Dan Kewajiban Pemotong Pajak PPh Pasal 21
1) Hak-hak PPh pasal 21
a. Pemotong pajak berhak untuk mengajukan permohonan
memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT PPh pasal 21
b. Pemotongan pajak berhak untuk memperhitngkan kelebihan setoran
pada SPT tahunan terhadap pajak yang terhutang untuk bulan pada
waktu dilakukan perhitungan kembali.
c. Pemotong paja berhak untuk membetulkan sendiri SPT dengan
menyampaikan pernyataan tertulis kepada kepalainspeksi paja
setempat atau tempat lain yang ditentukan oleh direktur jenderal
pajak sepanjang belum dimulai tindakan pemeriksaan.
d. Pemotong pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada kepala
inspeksi pajak atau suatu ketetapan pajak.
e. Pemotong pajak mengajukan banding kepada badan peradilan paja
terhadap keputusan yang ditetapkan oleh kepala inspeksi pajak
mengenai keberatan.
1. Kewajiban pemotong pajak PPh pasal 21
a. Wajib mendaftarkan diri ke KPP
b. Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan
melaporkan PPh pasal 21 dan pasal 26 yang terutang untu
setiap bulan kalender
c. PPh pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke kantor
pos atau bank paling lama 10 hari setelah masa pajak
berakhir.
d. Pemotong pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama
20 hari setelah masa pajak berakhir.
e. Wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh
Ps. 21/26 untuk setiap masa pajak
f. Wajib membuat bukti potong dan memberikannya kepada
penerima penghasilan

2.6 Objek Pajak Pph Pasal 21


Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :
a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik
berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur
b) Penghasilan yang diterima aatau diperoleh penerima pension secara
teratur berupa uang pension atau penghasilan sejenisnya.
c) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan pension yang diterima scara
sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pension, tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua dan pembayaran sejenis
d) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa
upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau
upah yang dibayarka secara bulanan.
e) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorariu,
omisi, fee, dan imbalansehubungan dengan pekerjaan jasa, dan
kegiatan yang dilakukan
f) Imbalan kepada peserta kegitan, antara lain erupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, hononarium, hadiah atau penghargaan
dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis
dengan nama apapun.

2.7 Penghasilan Yag Tidak Dikenakan Pph Pasal 21


1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan, kecelakaan,
jiwa, dwiguna dan bea siswa
2. Natura/kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah
3. Iuran pension kepada dan pension yang telah disahkan Menkeu,
iuran THT/JHT yang doibayar pemberi kerja.
4. Zakat/sumbangan wajib eagamaan dari badan/lembaga yang
dibentuk/dipisahkan pemerintah
5. Bea wiswa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf 1
UU PPH

2.8 Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21


Rumus pengitungan PPH pasal 21 atas pegawai tetap:
Tariff Pajak pasal 17x (PKP)
PKP=Penghasilan brito –(biaya jabatan+iuran pension+iuran jamsostek)-
PTKP
1. PTP (Penghasilan Tida Kena Pajak)
Adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi
waib pajak orang pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan
neto wajib pajak orang pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak
akan terkena pajak penghasilan (PPh) pasal 25/29 dan pabila
berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek
PPh pasal 21, makaq penghasilan tersebut tidak akan dilakukan
pemotongan PPh pasal 21.
2. Tariff pajak
Tariff pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi
wajib pajak orang pribadi dalan negeri adalah sebagai berikut :

3. Penghasilan dan biaya yang dikenakan


a. Penghasilan bruto (penghasilan, honor, upah, gaji, Bungan,
komosi, imbalan, uang pension, uang pesangon)
b. Biaya-biaya yang dikenakan:
1) biaya jabatan, khusus nuntuk pegawai tetap. Besarnya
adalah 5 % dari penghasilan bruto makasimal yang
dikenakan adalah Rp 6.000.000,- setahun dan Rp. 500.000,-
sebulan
2) iuran pension/THT:
a) yang dibayar pegawai
b) yayasan dana pension yang disetujui oleh Menkeu
c) jumlah tidak dibatasi
3) biaya pensium. Khusus untuk penerima berkala bulanan
besarnya 5 % dari uang pension maksimal yang
diperkenankan adalah Rp. 2.400.000,- setahun dan
Rp.200.000,- sebulan
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa PPh Pasal 21
merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji,upah,onorarium,tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan,, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri. Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau
badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terbaru pada 2013
untuk memotong PPh Pasal 21

3.2 Saran
Dari uraian pembahasan diatas penulis menyarankankepada pembaca
sekalian agar manfaaat dari pembahasan mengenai pajak penghasilan pasal
21 dapat memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif dari uraian
tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang
pajak penhasilan pasal 21 tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Diunda, Gustian dkk. Pajak Penghasilan Orang Pribadi 2003. Jakarta:Salemba
Mardiasmo, Perpajakan, 1987, Yogyakarta: Andi Offset
http://google.com

Anda mungkin juga menyukai