Anda di halaman 1dari 21

1

Laporan Kasus dan Telaah Jurnal Terapi

Dermatitis Eksfoliatif dengan Underlying


Disease Dermatitis Seboroik

Oleh:
Aini Mutmainah
Orintya Putri Adiyusika

Pembimbing:
Fitria Salim

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Shalawat beserta salam kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, serta kepada
sahabat dan keluarga beliau.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Fitria Salim, M.Sc,
Sp.KK yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
dalam penyusunan laporan kasus yang berjudul “Dermatitis Eksfoliatif dengan
Underlying Disease Dermatitis Seboroik”, serta para dokter di bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah memberikan arahan serta
bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah laporan kasus.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa
penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap
laporan kasus ini demi perbaikan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, 23 Agustus 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

LAPORAN KASUS ........................................................................................... 3


Identitas Pasien ............................................................................................ 3
Anamnesis ................................................................................................... 3
Pemeriksaan Fisik Kulit............................................................................... 4
Diagnosis Banding ....................................................................................... 5
Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 5
Resume ........................................................................................................ 6
Diagnosa Klinis ........................................................................................... 6
Tatalaksana .................................................................................................. 6
Edukasi ....................................................................................................... 7
Prognosis ..................................................................................................... 7

ANALISA KASUS ............................................................................................ 8


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

iii
iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi Tinea Kapitis ................................................................................9


Tabel 1. Diagnosis Banding .......................................................................................13
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tinea Kapitis ........................................................................................4


Gambar 2. Hasil Pemeriksaan KOH . ......................................................................5
Gambar 3. Hasil Pemeriksaan Wood’s Lamp . .........................................................6

v
PENDAHULUAN

Dermatitis eksfoliatif (DE) didefinisikan sebagai eritema difus dan


pengelupasan kulit yang melibatkan lebih dari 90% luas permukaan kulit di
seluruh tubuh. Penyebab umum yang mendasari dermatitis eksfoliatif adalah
psoriasis, dermatitis atopik dan penyakit kulit lainnya, reaksi hipersensitivitas
obat, dan limfoma sel T kutaneous. Penyebab terjadinya dermatitis eksfoliatif
masih belum diketahui (idiopatik) pada 20% kasus.(1)
Beberapa penelitian telah melaporkan kejadian dermatitis eksfoliatif yang
bervariasi mulai dari 0,9 sampai 71,0 per 100.000 pasien rawat jalan, dengan rasio
laki-laki terhadap perempuan sekitar 2 : 1 sampai 4 : 1. Setiap kelompok usia
dapat terpengaruh dan usia rata-rata onset penyakit bervariasi mulai dari usia 41
sampai 61 tahun. Dari penggabungan 18 penelitian yang sudah dipublikasikan
dari berbagai negara menunjukkan bahwa dermatosis yang sudah ada sebelumnya
merupakan penyebab yang paling banyak pada orang dewasa (52% dari kasus DE,
dengan rentang 27% – 68%) disusul dengan reaksi hipersensitivitas obat (15%),
dan limfoma sel T kutaneous atau Sindrom Serazy (5%).(1)
Secara klinis, dermatitis eksfoliatif ditandai dengan peradangan yang
melibatkan seluruh atau sebagian besar (> 90%) tubuh, dengan atau tanpa
pengelupasan kulit.(2) Kulit memiliki fungsi untuk mengendalikan suhu tubuh,
mempertahankan cairan, dan bertindak sebagai penghalang infeksi. Penderita
dermatitis eksfoliatif mengalami kerusakan kulit dan kehilangan fungsi penting
ini.(3) Gejalanya dapat disertai demam, menggigil, malaise, limfadenopati,
distrofi kuku, alopesia, dan gagal jantung kongestif.(2)
Dermatitis eksfoliatif dapat menyebabkan serangkaian komplikasi
metabolik dan fisiologis, termasuk ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gagal
jantung, sindrom gangguan pernafasan akut, dan infeksi sekunder. Banyak faktor
yang mempengaruhi gejala klinis dan prognosis, termasuk usia pasien, etiologi
yang mendasari, kondisi medis yang menyertai, kecepatan onset eritroderma, dan
waktu dimulainya terapi. Terapi suportif dan diagnosis dini penting untuk
memperbaiki penyebab yang mendasarinya dan memperbaiki tingkat morbiditas
dan mortalitas. Tingkat mortalitas telah dilaporkan berkisar antara 3,73% sampai

1
2

64%, tergantung pada populasi pasien yang diteliti. Kemajuan diagnosis dan
pengobatan yang lebih lanjut dapat mengurangi tingkat mortalitas.(4)
LAPORAN KASUS

 Identitas Pasien
Nama : BM
Umur : 65 tahun
JenisKelamin : laki-laki
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Bireun
TanggalPemeriksaan : 11 Agustus 2017
Nomor CM : 1-13-83-44

 Anamnesis
Keluhan Utama

Kulit terkelupas, kaki bengkak

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan kulit terkelupas diseluruh badan sejak dua
bulan yang lalu. Pasien mengeluh awalnya di dada muncul seperti merah-merah
tebal dan menjadi luka dan krusta, kemudian luka tersebut menyebar ke area lain.
Pada bulan april 2017, Pasien dirawat di Rs. Bireun dengan keluhan yang sama.
Dan keluhan berkurang ketika pasien menggunakan obat tersebut. Namun,
keluhan tersebut muncul kembali setelah satu bulan pasien tidak menggunakan
obat yang diberikan. Pasien sekarang merasakan kulit diseluruh tubuhnya kering
dan terkelupas, ketika kulit kering pasien merasakan perih. Pasien juga
mengeluhkan menjadi sulit berjalan karena kedua kaki bengkak sejak 20 hari yang
lalu. Pasien dengan riwayat demam yang disertai menggigil dan lebih nyaman
menggunakan selimut. Pasien juga mengeluhkan nyeri ketika BAK dan sering
sakit pinggang.

3
4

Riwayat penyakit dahulu

Pasien juga sudah pernah di diagnosa Batu ginjal dan sudah dilakukan
pembedahan pada tahun 2011. Pasien memiliki riwayat nyeri sendi sejak 2 tahun
yang lalu.

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti
pasien.

Riwayat pemakaian obat

Obat-obatan yang diberikan dari dokter kulit di Rs. Bireun, namun dokter
tidak ingat nama obat tersebut. Dan obat untuk nyeri sendi yang dibeli di depo
obat tanpa resep dokter.

Riwayat kebiasaan sosial yang terkait

Pasien adalah seorang tukang becak barang yang sering terpapar sinar
matahari.

 Pemeriksaan Fisik Kulit


Status Dermatologis
Tanggal (11 Agustus 2017)

(a)
(b)
5

(c) (d)

(e) (f)
6

(g)

Regio : Fascialis, thorakalis anterior dan posterior, cruris, femur,


ante brachii dan brachii
Deskripsi lesi : Tampak patch eritematous batas tegas tepi reguler dengan
permukaan skuama halus dan kering, jumlah multipel,
distribusi universal

(h) (i)
7

Regio : Regio palmar dan plantar


Deskripsi lesi : Tampak patch eritem dengan batas tegas, tepi reguler,
ukuran plakat dengan permukaan ditutupi skuama.

Diagnosis Banding
- Dermatitis eksfoliatif ec dd/ 1. Dermatitis seboroik
2. Alergi obat
3. Idiopathic erythroderma
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratorium darah
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

HEMATOLOGI

Darah Rutin :

Hemoglobin 10,7 12,0-15,0 g/dL

Hematokrit 32 37-47 %

Eritrosit 3,7 4,2-5,4 106/mm3

Leukosit 15,4 4,5-10,5 103/mm3

Trombosit 202 150-450 103/mm3

MCV 88 80-100 fL

MCH 29 27-31 pg

MCHC 33 32-36 %

RDW 19,0 11,5-14,5 %

MPV 7,8 7,2-11,1 fL

Hitung Jenis:

Eosinofil 3 0-6 %

Basofil 0 0-2 %
8

Netrofil Batang 0 2-6 %

Netrofil Segmen 87 50-70 %

Limfosit 6 20-40 %

Monosit 4 2-8 %

KIMIA KLINIK

DIABETES

Glukosa Darah Sewaktu 103 < 200 Mg/dL

GINJAL-HIPERTENSI

Ureum 18 13-43 mg/dL

Kreatinin 0,90 0,51-0,95 mg/dL

KIMIA KLINIK

Hati&Empedu

Bilirubin total 0,40 0,3-1,2 mg/dl

Bilirubin direct 0,20 0,52 mg/dl

Bilirubin indirect 0,20

SGOT 27 < 31 U/L

SGPT 76 < 31 U/L

Protein total 5,78 6,4-8,3 g/dl

Albumin 2,94 3,5-5,2 g/dl

Globulin 2,81 g/dl

 Resume
Seorang laki-laki dengan inisial BM berumur 65 tahun datang dengan
keluhan kulit terkelupas diseluruh badan sejak 4 bulan yang lalu. Pasien
mengeluh awalnya di dada muncul seperti merah-merah tebal dan menjadi
luka dan krusta, kemudian luka tersebut menyebar ke area lain. Pasien
9

sekarang merasakan kulit diseluruh tubuhnya kering dan terkelupas, ketika


kulit kering pasien merasakan perih. Pasien juga mengeluhkan jadi sulit
berjalan karena kedua kaki bengkak sejak 20 hari yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik pada regio Fascialis, Thorakalis anterior dan posterior ditemukan patch
eritematous dengan batas tegas tepi iregular dengan permukaan skuama tebal dan
eskoriasi, ukuran lentikuler sanmpai numular, jumlah multiple, distribusi regional.
Pada regio fascialis, thorakalis anterior dan posterior, cruris, femur, ante
brachii dan brachiiTampak patch eritematous batas tegas tepi reguler dengan
permukaan skuama halus dan kering, jumlah multipel, distribusi universal.

 Diagnosis Klinis
Dermatitis Eksfoliatif ec dermatitis seboroik
 Tatalaksana
a. Terapi Sistemik :
- Ivfd Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Metilprednisolon 62,5 mg / 12 jam
- Inj. Ranitidin 1 gr/ 12 jam
- Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Cetirizin 10 mg tab 2x1
b. Terapi Topikal:
- Asam salisilat 3% + vaselin Album 30 gr 3x1 (sebelum mandi)
- Asam salisilat 3% + momethason cr 2x1 (sesudah mandi)
- Asam salisilat 3% + Desoximethason cr 2x1 (sesudah mandi)
- Tyamisin 1% + Diflucortolon valerat cr 2x1 (sesudah mandi)
 Edukasi
- Menjelaskan tentang penyakit pendahulu tentang pemicu dermatitis
eksfoliatif yang dapat memperberat penyakit.
- Mengurangi garukan pada lesi kulit.
- Menggunakan pelembap untuk seluruh badan yang kering supaya lesi tidak
terkelupas.
10

 Prognosis
- Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
- Quo ad fungtionam : Dubia ad Bonam
- Quo ad sanactionam : Dubia ad Bonam
ANALISA KASUS

Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien laki-laki umur 65 tahun di


poliklinik kulit dan kelamin RSUD dr. Zainoel Abidin. Pasien datang dengan
keluhan kulit terkelupas diseluruh badan sejak 2 bulan yang lalu yang awalnya
berupa bercak merah tebal dan menjadi luka dan krusta. Pasien didiagnosa dengan
dermatitis eksfoliatif. Sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di RS. Bireun
dengan keluhan yang sama pada bualan april 2017. Pasien juga sering
mengeluhkan nyeri sendi sejak dua tahun yang lalu. Nyeri sendi yang dirasakan
diatasi pasien dengan membeli obat ke apotek tanpa resep dokter.
Berdasarkan teori, dermatitis eksfoliatif merupakan eritema difus dan
pengelupasan kulit yang melibatkan lebih dari 90% luas permukaan kulit di
seluruh tubuh. Dermatitis eksfoliatif lebih banyak diderita laki-laki dibandingkan
perempuan dengan usia rata-rata sekitar 41 sampai 61 tahun.(1) Dermatitis
eksfoliatif pada orang dewasa dapat disebabkan oleh dermatitis atopik, psoriasis,
limfoma sel T kutaneus, dan reaksi obat. Penyebab lain yang jarang terjadi adalah
dermatosis bulosa, pityriasis rubra pilaris, papuloeritroderma ofuji, dan penyakit
jaringan ikat.(5)
Pada kasus ini, pasien mengeluhkan kulit kering disertai gatal diseluruh
tubuh. Terasa perih ketika kulit terkelupas. Pasien memiliki riwayat demam yang
disertai menggigil dan lebih nyaman menggunakan selimut. Pasien juga
mengeluhkan kaki bengkak yang menyebabkan pasien menjadi sulit berjalan
sejak 20 hari yang lalu. Berdasarkan teori, dermatitis eksfoliatif ditandai dengan
patch eritematous yang meluas secara cepat dalam waktu 12-48 jam dan dapat
disertai dengan demam, menggigil, dan lemas. Intensitas eritema dapat
berfluktuasi selama beberapa hari atau bahkan beberapa jam. Banyak pasien
merasakan kedinginan terutama pada saat eritema meluas. Pengelupasan kulit
muncul setelah 2 sampai 6 hari tergantung derajat dan karakter kasus.
Pengelupasan kulit pada dermatitis eksfoliatif bisa halus seperti dedak, atau
seperti krusta.(6)
Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya

11
12

pasien merasa dingin dan menggigil. Hipotermi terjadi akibat peningkatan perfusi
kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi.
Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu
terganggu. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme kompensasi dan
peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan skuama dapat mencapai 9
gram/m2permukaan kulit atau lebih per hari sehingga menyebabkan kehilangan
protein. Hipoproteinemia dengan berkurang albumin dan peningkatan relatif
globulin terutama globulin γ merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi,
kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang ekstravaskuler.(6)
Kulit berfungsi untuk mengontrol suhu tubuh, mempertahankan cairan dan
bertindak sebagai penghalang infeksi. Pada penderita dermatitis eksfoliatif
mengalami kerusakan kulit dan kehilangan fungsi penting ini. Kegagalan kulit
ditandai dengan eritroderma, edema, takikardi, dan hipotermi atau hipertermia.
Hal ini berbahaya pada orang tua yang lebih rentan terhadap infeksi sekunder.
Pemantauan perawat intensif terhadap keseimbangan cairan dan suhu kadang
diperlukan pada dermatitis eksfoliatif yang memberat.(4)
Pada pemeriksaan fisik pada kasus dermatitis eksfoliatif dari etiologi
apapun dapat ditemukan :
- Takikardi, akibat meningkatnya aliran darah ke kulit dan kehilangan cairan
akibat gangguan epidermal yang terganggu.
- Gagal jantung dengan output tinggi jarang dilaporkan terjadi pada kasus
dermatitis eksfoliatif
- Gangguan termoregulator dapat menyebabkan hipotermi atau hipertermi.
Namun, kebanyakan pasien mengeluh merasa kedinginan
- Limfadenopati generalisata terjadi pada lebih dari sepertiga pasien
- Hepatomegali dapat terjadi pada sekitar spertiga pasien dan lebih sering
terjadi pada dermatitis eksfoliatif yang disebabkan oleh obat
- Splenomegali juga jarang dilaporkan, dan paling sering dikaitkan dengan
limfoma
- Edema tungkai dapat terjadi pada 54% pasien dermatitis eksfoliatif dan
edema wajah dapat terjadi pada kasus dermatitis eksfoliatif karena reaksi
obat namun jarang terjadi.(1)
13

Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada pasien berupa pemeriksaan


laboratorium dandidapatkan hasil anemia, hematokrit menurun, leukositosis,
SGPT meningkat, dan hipoalbumin. Berdasarkan teori, pemeriksaan laboratorium
pada dermatitis eksfoliatif tidak spesifik untuk menegakkan diagnosa. Kelainan
laboratorium yang sering ditemukan pada pasien dermatitis eksfoliatif meliputi
anemia, leukositosis, limfositosis, eosinofilia, peningkatan IgE, penurunan
albumin serum dan LED meningkat. Kehilangan cairan dapat menyebabkan
gangguan elektrolit dan fungsi ginjal (kreatinin meningkat).
Diagnosis banding penyebab pada kasus ini meliputi dermatitis seboroik,
alergi obat dan idiopatik eritroderma. Berdasarkan anamnesis, pasien sudah
pernah menderita penyakit kulit yang lesi nya berupa bercak kemerahan yang
permukaannya terdapat skuama tebal dan ekskoriasi yang terletak di wajah dan
dada. Sesuai dengan predileksi lesi dermatitis seboroik secara khas ditemukan di
daerah tubuh dengan folikel sebaceous dengan konsentrasi tinggi dan kelenjar
sebaceous aktif termasuk wajah, kulit kepala, telinga, upper trunk, dan flexures
(inguinal, inframammary, dan aksila).(1)
Diagnosis banding kedua pada pasien ini adalah alergi obat. Berdasarkan
riwayat penyakit dahulu, pasien memiliki riwayat sakit nyeri sendi yang diobati
dengan minum obat-obatan yang tidak berdasarkan resep obat. Obat yang
diminum hanya untuk menghilangkan rasa nyeri. Obat tersebut diminum sudah
dua tahun yang lalu. Berdasarkan teori, pasien deng an reaksi obat didapatkan
edema wajah, dan terdapat purpura di daerah tertentu. Ada sejumlah obat yang
terlibat dengan eritroderma misalnya pengobatan yang allopathic dan naturopati
juga menyebabkan eritroderma. Pengenalan manifestasi baru yang baru-baru ini
atau yang lainnya dikendalikan secara langsung terkait dengan meningkatnya
kejadian eritroderma. Manifestasi tambahan yang dapat diamati meliputi demam
dan eosinofilia perifer, bersamaan dengan pembengkakan wajah, hepatitis, dan
miokarditis.(4)
Dermatitis eksfoliatif adalah keadaan darurat dermatologis dan
memerlukan rawat inap untuk kasus yang parah. Vasodilatasi kanal kulit sehingga
mengakibatkan kegagalan jantung yang tinggi dan keadaan ini perlu dikoreksi dan
Dipantau dengan pembacaan suhu dan tanda vital lainnya (tekanan darah, denyut
14

nadi). Setiap kelainan elektrolit harus dikoreksi, dan upaya dilakukan untuk
menjaga penderita afebris. Tindakan perawatan kulit secara umum termasuk
menggunakan bak mandi oatmeal atau kompres basah tidak lebih dari seperempat
tubuh setiap saat dengan kompres hangat hangat. Emolien atau petrolatum lokal
atau steroid topikal dengan potensi rendah (misalnya, hidrokortison 1%) dapat
meningkatkan kenyamanan pasien. Kulit erythrodermic telah kehilangan fungsi
penghalang normalnya untuk mencegah infeksi bakteri, dan ini perlu ditangani
melalui penyeka kulit, kultur darah, dan perawatan antimikroba sistemik yang
tepat jika ada infeksi sekunder atau sepsis.(4)
Pada pasien ini diberikan obat antihistamin berupa cetirizin 10 mg
diminum dua kali sehari dan antibiotik berupa ceftriaxon yang diberikan melalui
intravena per 12 jam. Pasien kemudian diberikan keratolitik yang dicampur
dengan pelembab berupa asam salisilat 3% dicampur dengan vaselin albumin 60
gram yang diberikan pagi, sore dan malam hari sebelum mandi dan diberikan
antibiotik topikal berupa Tyamisin 1% dicampur diflucortolon valerat cream 2x1
yang diberikan sesudah mandi. Antihistamin dapat diberikan untuk efek sedasi
dan antipruritic. Antibiotik sistemik diperlukan untuk pasien dengan bukti infeksi
sekunder lokal dan sistemik. Septicemia sekunder akibat infeksi Staphylococcus
seringkali merupakan komplikasi DE dan memerlukan penanganan antibiotik dan
suportif yang agresif. Bahkan pasien tanpa bukti infeksi sekunder dapat
mengambil manfaat dari terapi antibiotik sistemik karena kolonisasi bakteri dapat
memperburuk ED.(1)
Pemberian kortikosteroid pada pasien ini diberikan secara injeksi. Pasien
juga diberikan kortikosteroid topikal berupa asam salisilat 3% dicampur dengan
momethason cream dua kali sehari diberikan di bagian wajah dan asam salisilat
3% dicampur dengan desoximathason dua kali sehari yang diberikan sesudah
mandi di bagian kaki. Untuk efek samping dari kortikosteroid tersebut diberikan
ranitidin secara intravena per 12 jam. Berdasarkan teori, Kortikosteroid sistemik
berguna untuk reaksi hipersensitivitas obat. Pada kasus berat dan persisten, Ig
intravena dapat digunakan. Cyclosporine, methotrexate, azathioprine,
mycophenolate mofetil, dan kortikosteroid sistemik dapat membantu dermatitis
spongiotik (eczematous).(1) Namun, banyak dermatologists lebih memilih untuk
15

menghindari steroid sistemik jika memungkinkan, karena bahaya retensi cairan,


infeksi sekunder, diabetes, dan lain-lain, namun pada kasus persisten yang parah,
hal itu mungkin diperlukan. Ada beberapa bukti bahwa penggunaan steroid
sistemik atau steroid topikal potensial pada eritroderma psoriatis dapat memicu
perkembangan pembentukan pustula.(6)
DAFTAR PUSTAKA

1. Grant-Kels JM, Fedeles F, Rothe MJ. Exfoliative Dermatitis. In: Goldsmith


LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine (Volume 1). 8th ed. United
States: McGraw Hill Companies; 2012. p. 266–79.
2. Egeberg A, Thyssen JP, Gislason GH, Skov L. Prognosis after
Hospitalization for Erythroderma. Acta Derm Venereol. 2016;96(7):959–
62.
3. Dobson JS, Levell NJ. Erythroderma. Medicine (Baltimore) [Internet].
2017;45(7):417–21.
4. Mistry N, Gupta A, Alavi A, Sibbald G. A Review of the Diagnosis and
Management of Erythroderma ( Generalized Red Skin ). Adv Skin Wound
Care. 2015;28(5):228–36.
5. Thomson MA, Berth-Jones J. Erythroderma and Exfoliative Dermatitis. In:
Revuz J, Roujeau J-C, Kerdel FA, Valeyrie-Allanore L, editors. Life-
Threatening Dermatoses and Emergencies in Dermatology. Berlin:
Springer Berlin Heidelberg; 2009. p. 79–87.
6. Berth-Jones J. Eczema, Lichenification, Prurigo, and Erythroderma. In:
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s Textbook of
Dermatology. 8th ed. United Kingdom: Blackwell publishing; 2010. p.
23.46-23.50.

16

Anda mungkin juga menyukai