Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CEDERA KEPALA

RUANG 19

DI SUSUN OLEH :

SITI AULIYA ULFAH

1730054

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

PROGRAM STUDI NERS

TAHUN AJARAN 2017/2018


CEDERA KEPALA

A. DEFINISI

Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi

setelah trauma kepala,yang dapat melibatkan kulit kepala ,tulang dan jaringan

otak atau kombinasinya (Standar Pelayanan Medis ,RS Dr.Sardjito). Cedera

kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak

langsung mengenai kepala yang mengakibatkan Luka di kulit kepala, fraktur

tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringa otak itu sendiri,

serta mengakibatkan gangguan neurologis.

Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala,

tengkorak dan otak (Amin dan Hardhi, 2013)

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,

tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung

maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)

B. ETIOLOGI

Di rangkum dalam Sugengmedika, Lisa 2012 :

1. Kecelakaan lalu lintas

2. Kecelakaan kerja

3. Trauma pada olah raga

4. Kejatuhan benda

5. Luka tembak

Sedangkan menurut Amin dan Hardi, 2013. Mekanisme cedera kepala

meliputi cedera akselerasi, deseleras, akselerasi-deselerasi, copu-countre-coup,

dan cedera rotasional.


1. Cedera Akselerasi.

Terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak bergerak, misalnya

alat pemukul penghantam kepala atau peluru yang ditembakkan ke kepala.

2. Cedera Deselerasi

Terjadi ketika kepala bergerak membentur objek diam, seperti pada kasus

jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca depan mobil

3. Cedera Akselerasi-Deselerasi

Sering terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor dan kekerasan fisik.

4. Cedera Coup-countre coup.

Terjadi saat kepala terbentur yang menyebabkan otak bergerak dalam ruang

cranial dengan kuat dan mengenai area tulang tengkorak yang berlawanan

serta area kepala yang pertama kali terbentur. Contohnya orang yang dipukul

dibagia area belakang kepala.

5. Cedera Rotasional

Terjadi ketika pukulan atau benturan menyebabkan otak berputar dalam

rongga tengkorak, yeng mengakibatkan perenggangan atau robeknya saraf

serta robeknya pembuluh darah.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebungungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing kepala
7. Terdapat hematoma
8. Kecemasan
9. Sukar untuk dibangunkan
10. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang
temporal.
D. KLASIFIKASI

Berdasarkan patologi :

1. Cedera Kepala Primer

Merupakan cedera awal yang mengakibatkan gangguan integritas fisik, kimia

dan listrik dari sel di area tersebut yang menyebabkan kematian sel.

2. Cedera Kepala Sekunder

Cedera jenis ini menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut yang terjadi setelah

trauma sehingga meningkatkan TIK yang tidak terkendali, meliputi respon

fisiologis cedera otak, termasuk edema serebral, perubahan biokimia dan

perubahan hemodinamik serebral, iskemik serebral, hipotensi sistemik dan

infeksi local atau sistemik.

Menurut jenis cedera :

1. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan

laserasi durameter. Trauma yang menembus tengkorak dan jaringan otak.

2. Cedera kepala tertutup dapat disamakan pasien dengan gagar otak ringan

dengan cedera serebral yang luas.

Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (Glasgown Coma Scale)

1. Cedera kepala ringan/minor

a. GCS 14-15

b. Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia tetapi kurang dari 30 menit

c. Tidak ada fraktur tengkorak

d. Tidak ada kontusio serebral, hematoma


2. Cedera kepala sedang

a. GCS 5—13

b. Kehilangan kesadaran dan asam amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang

dari 24 jam.

c. Dapat mengalami fraktur tengkorak

d. Diikuti contusion serebral, laserasi dan hematoma intracranial.

3. Cedera kepala berat

a. GCS 3-8

b. Kehilangan kesadaran atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam

c. Terdapat kontusio serebral, laserasi atau hematoma intra cranial.

E. PATOFISIOLOGIS
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan

berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala.

Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak

membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda

tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan

(deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak

bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin

terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa

kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar

dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi

pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada

substansi alba dan batang otak.

Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena

memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau

hemoragi. Sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan


autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya

meliputi hiperemi (peningkatan volume darah) pada area peningkatan

permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan

isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa

kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia,

hiperkarbia, dan hipotensi.

Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala “fokal” dan

“menyebar” sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk

menggambarkan hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari

kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom intraserebral, serta

kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran

otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang

menyebar secara luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu: cedera akson

menyebar, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi

kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan

karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer

serebral, batang otak, atau dua-duanya.


F. PATHWAY
G. PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala

adalah sebagai berikut:

1. Observasi 24 jam

2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.

3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.

4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.

5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.

6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.

7. Pemberian obat-obat analgetik.

8. Pembedahan bila ada indikasi.

H. DATA PENDUKUNG (PENGKAJIAN)

1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,

status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah

kejadian.

2. Pemeriksaan fisik

a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,

hiperventilasi, ataksik)

b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK

c. Sistem saraf :

1. Kesadaran  GCS.

2. Fungsi saraf kranial  trauma yang mengenai/meluas ke batang otak

akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.

3. Fungsi sensori-motor  adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,

gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat

kejang.

d. Sistem pencernaan
1. Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,

kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika

pasien sadar  tanyakan pola makan?

2. Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.

3. Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.

e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik  hemiparesis/plegia,

gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.

f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan  disfagia

atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.

g. Psikososial  data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat

pasien dari keluarga.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL

1. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas

berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi

pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial.

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan

peningkatan tekanan intrakranial.

3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya

kesadaran.

4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan mual dan muntah.

5. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau meningkatnya

tekanan intrakranial.

6. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.

8. Kecemasan orang tua-anak berhubungan dengan kondisi penyakit akibat

trauma kepala.

9. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.


J. INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Nyeri 1. Mampu mengontrol 1. Lakukan
nyeri pengkajian nyeri
Definisi : 2. Melaporkan bahwa secara
Pengalaman sensori dan nyeri berkurang komperhensif
emosional yang tidak dengan 2. Observasi reaksi
menyenangkan muncul menggunakan nonverbal dan
akibat kerusakan jaringan manajemen nyeri ketidanyamanan
yang actual atau potensial 3. Mampu mengenali 3. Kaji kultur yang
atau digambarkan dalam hal nyeri mempengaruhi
kerusakan. 4. Menyatakan rasa respon nyeri
nyaman setelah nyeri 4. Kolaborasikan
Batasan Karakteristik: berkurang dengan doketer
a. Perubahan selera jika ada keluhan
makan dan tindakan nyeri
b. Perrubahan TD tidak berhasil
c. Perubahan frekuensi
jantung
d. Perubahan frekuensi
pernapasan
e. Mengekspresikan
perilaku gelisah
f. Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
g. Melaporkan nyeri
secara verbal
h. Gangguan tidur

Faktor yang Berhubungan:


Agen cedera
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Resiko Perdarahan 1. TTD dalam batas 1. Monitor TTV
normal 2. Monitor ketat tanda-
Definisi : 2. Tidak ada perdarahan tanda perdarahan
Berisiko mengalami 3. Hemoglobin dan 3. Kolaborasi dalam
penurunan volume darah hematokrit dalam pemberian produk
yang dapat mengganggu batas normal darah
kesehatan 4. Lindungi pasien dari
trauma yang dapat
Faktor Resiko : menyebabkan
a. Trauma perdarahan
b. Efek samping 5. Kolaborasi dengan
terkait terapi tim nakes
c. Riwayat jatuh
d. Gangguan fungsi
hati
e. Koagulasi inheren
f. sirkumsisi
DAFTAR PUSTAKA

Amin dan Hardhi “Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda NIC-NOC”.Jilid-1: 2103

Lisa Permitasari, 2012 “Sugengmedica-Pengertian Cedera Kepala”


(http://sugengmedica.wordpress.com/2012/03/09/cedera-kepala: Diakses
tanggal 10 November 2017)

Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2001.

Anda mungkin juga menyukai