Anda di halaman 1dari 44

TUGAS​ ​MAKALAH

SISTEM​ ​INTEGUMEN
ASUHAN​ ​KEPERAWATAN​ ​HERPES​ ​SIMPLEKS

Disusun​ ​Oleh:
Kelompok​ ​1
1. M.​ ​Robieth​ ​Al​ ​Hadi​ ​Wafa (10215008)
2. Riyan​ ​Mayasari (10215014)
3. Karunia​ ​Wati​ ​Susanti (10215015)
4. Iit​ ​Retnaning​ ​Mutiani (10215023)
5. Richard​ ​Abdul​ ​Aziz (10215028)
6. Dadang​ ​Ari​ ​Wibowo (10215037)
7. Arvina​ ​Umaiya​ ​Zahro (10215041)
8. Ajeng​ ​Rahma​ ​Miaji (10215047)
9. Binti​ ​Nur​ ​A’inun​ ​Ma’rifah (10215049)
10. Siti​ ​Fatimah (10215050)
11. Sindy​ ​Septikasari (10215051)

PROGRAM​ ​STUDI​ ​S1​ ​KEPERAWATAN


FAKULTAS​ ​ILMU​ ​KESEHATAN

1
INSTITUT​ ​ILMU​ ​KESEHATAN​ ​BHAKTI​ ​WIYATA​ ​KEDIRI
2017/2018
KATA​ ​PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin dan
kuasaNya makalah dengan judul ”Asuhan Keperawatan Herpes Simpleks” dapat
diselesaikan.

Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah sistem integumen program studi ilmu keperawatan. Penyusunan makalah
terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada
kesempatan​ ​ini​ ​kami​ ​mengucapkan​ ​terima​ ​kasih​ ​kepada​ ​pihak​ ​yang​ ​bersangkutan.

Kesalahan bukan untuk dibiarkan tetapi kesalahan untuk diperbaiki.


Walaupun demikian, dalam makalah ini kami menyadari masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tugas
makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kami dan dapat dijadikan
acuan​ ​bagi​ ​pembaca​ ​terutama​ ​bagi​ ​ilmu​ ​keperawatan.

​ ​ ​ ​ ​ ​ ​Kediri,​ ​10​ ​Oktober​ ​2017

Penyusun

2
DAFTAR​ ​ISI

Halaman​ ​Judul i
Kata​ ​Pengantar ii
Daftar​ ​Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar​ ​Belakang 1
B. Rumusan​ ​Masalah 2
C. Tujuan​ ​Penulisan 2
D. Manfaat​ ​Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi​ ​ ​Herpes​ ​Simpleks 4
B. Klasifikasi​ ​Herpes​ ​Simpleks 4
C. Manifestasi​ ​Klinis​ ​Herpes​ ​Simpleks 5
D. Etiologi​ ​Herpes​ ​Simpleks 8
E. Patofisiologi​ ​Herpes​ ​Simpleks 9
F. Pathway​ ​Herpes​ ​Simpleks 11
G. Pemeriksaan​ ​Penunjang​ ​Herpes​ ​Simpleks 13
H. Penatalaksanaan​ ​Herpes​ ​Simpleks 13
I. Komplikasi​ ​Herpes​ ​Simpleks 18
J. Asuhan​ ​Keperawatan​ ​Herpes​ ​Simpleks​ ​secara​ ​umum 19
K. Contoh​ ​kasus 24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 35
B. Saran 35
DAFTAR​ ​PUSTAKA 36

3
4
BAB​ ​I
PENDAHULUAN

A. Latar​ ​Belakang
Herpes simpleks adalah infeksi akut suatu lesi akut berupa vesikel
berkelompok di atas daerah yang eritema, dapat satu atau beberapa kelompok
terutama pada atau dekat sambungan mukokutan.Herpes simpleks disebabkan
oleh ​herpes simpleks virus ​(HSV) tipe I atau tipe II yang dapat berlangsung
primer maupun rekurens. Herpes simpleks disebut juga ​fever blister​, ​cold
sore​, herpes febrilis, herpes labialis, herpes genitalis (Handoko, 2010).
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria
maupun​ ​wanita​ ​dengan​ ​frekuensi​ ​yang​ ​tidak​ ​berbeda​ ​(Siregar,​ ​2005).
Sekitar 50 juta penduduk di Amerika Serikat menderita infeksi HSV
pada usia 12 tahun atau lebih (Habif, 2004). Infeksi primer oleh HSV tipe I
biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi HSV tipe II
biasanya terjadi sebanyak 25-50% dari populasi (Sterry, 2006) pada dekade II
atau III dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual. Infeksi HSV
berlangsung dalam tiga tingkat : infeksi primer, fase laten dan infeksi
rekurens (Handoko, 2010). Pada infeksi primer tempat predileksi HSV tipe I
di daerah pinggang keatas terutama daerah mulut dan hidung yang biasanya
dimulai pada usia anakanak. Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan,
misalnya kontak kulit pada perawat, dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan
lainnya yang tidak menggunakan sarung tangan dan mengalami ​Herpetic
Whitlow ​pada jari tangannya (Sterry, 2006). Dilaporkan juga bahwa ​Herpetic
Whitlow ​sering didapati pada wanita dengan herpes genital (Habif, 2004).
Virus ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis (Handoko, 2010). Gejala
yang ditimbulkan berupa perasaan gatal, rasa terbakar, eritema, malaise,
demam​ ​dan​ ​nyeri​ ​otot​ ​(Siregar,​ ​2005).
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang
belum mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang menderita

5
herpes simplex. Maka dari itu, kami akan membahas mengenai herpes
simplex dalam makalah ini dan berusaha mengurangi resiko lebih lanjut dari
herpes​ ​simplex​ ​dengan​ ​meningkatkan​ ​asuhan​ ​keperawatan.

B. Rumusan​ ​Masalah
1. Apa​ ​definisi​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks?
2. Apa​ ​klasifikasi​ ​Herpes​ ​Simpleks?
3. Apa​ ​etiologi​ ​Herpes​ ​Simpleks?
4. Bagaimana​ ​manifestasi​ ​klinis​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks?
5. Bagaimana​ ​patofisiologi​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks?
6. Bagaimana​ ​pathways​ ​Herpes​ ​Simpleks?
7. Bagaimana​ ​pemeriksaan​ ​diagnostik​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks?
8. Bagaimana​ ​Penatalaksanaan​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks?
9. Bagaimana​ ​komplikasi​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks?
10. Bagaimana​ ​Asuhan​ ​Keperawatan​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks?

C. Tujuan
1. Untuk​ ​mengetahui​ ​apa​ ​definisi​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks.
2. Untuk​ ​mengetahui​ ​apa​ ​klasifikasi​ ​Herpes​ ​Simpleks.
3. Untuk​ ​mengetahui​ ​apa​ ​etiologi​ ​Herpes​ ​Simpleks.
4. Untuk​ ​mengetahui​ ​bagaimana​ ​patofisiologi​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks.
5. Untuk​ ​mengetahui​ ​bagaimana​ ​pathways​ ​Herpes​ ​Simpleks.
6. Untuk​ ​mengetahui​ ​bagaimana​ ​manifestasi​ ​klinis​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks.
7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Herpes
Simpleks.
8. Untuk​ ​mengetahui​ ​bagaimana​ ​komplikasi​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks.
9. Untuk​ ​mengetahuibagaimana​ ​penatalaksanaan​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks.
10. Untuk​ ​mengetahui​ ​bagaimana​ ​asuhan​ ​keperawatan​ ​dari​ ​Herpes​ ​Simpleks.

D. Manfaat

6
1. Manfaat​ ​teoritis
Dalam penyusunan makalah ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan bagi dunia pendidikan khususnya
dunia pendidikan ilmu keperawatan dan sebagai sumber informasi dalam
menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam meningkatkan
kualitas​ ​pembelajaran.
2. Manfaat​ ​praktis
1) Bagi​ ​mahasiswa
Dapat menambah wawasan ilmu bagi mahasiswa yang lain, dan
dapat​ ​menambah​ ​pertimbangan​ ​referensi.
2) Bagi​ ​insititusi
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di
dalamnya.

7
BAB​ ​II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Herpes merupakan salah satu jenis penyakit kulit dan kelamin. Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi virus herpes simpleks (Taupiqurrohman dkk,
2017).
Infeksi virus herpes simpleks, yang umumnya dikenal dengan herpes,
dapat disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) atau herpes
simplex​ ​virus​ ​tipe​ ​2​ ​(HSV-2)​ ​(WHO,​ ​2017).
Menurut Price dkk dalam Nanda Nic & Noc, virus herpes simplek (HSV)
adalah suatu penyakit virus menular dengan afinitas pada kulit, selaput lendir,
dan sistem syaraf. Infeksi ​Herpes Simpleks Virus ​(HSV) dapat berupa
kelainan pada daerah orolabial atau herpes orolabialis serta daerah genital dan
sekitarnya atau herpes genitalis, dengan gejala khas berupa adanya vesikel
berkelompok di atas dasar makula eritematosa. Herpes simpleks genitalis
merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling sering
menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering berulang (rekuren), juga
karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang tanpa gejala atau
simtomatis​ ​(Bonita​ ​&​ ​Murtiastutik,​ ​2017).

B. Klasifikasi
Menurut WHO​, ​Virus herpes simpleks atau herpes, dikategorikan
menjadi 2 jenis : virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) dan herpes simplex
virus​ ​tipe​ ​2​ ​(HSV-2).
1. HSV-1
Terutama menyebabkan infeksi mulut, tenggorokan,wajah, mata, dan
infeksi sistem saraf pusat (Mustofa.,et.al.,2016). Menurut WHO, HSV-1
terutama ditularkan melalui oral ke oral kontak sehingga menyebabkan
infeksi di dalam atau di sekitar mulut (herpes oral). HSV-1 adalah infeksi

8
yang sangat menular, yang umum dan endemik di seluruh dunia. Sebagian
besar infeksi HSV-1 diperoleh selama masa kanak-kanak, dan infeksi
seumur hidup. Sebagian besar infeksi HSV-1 adalah herpes oral (infeksi di
dalam atau di sekitar mulut, kadang-kadang disebut herpes orolabial,
oral-labial atau oral-facial herpes), namun sebagian infeksi HSV-1 adalah
genital​ ​herpes​ ​(infeksi​ ​pada​ ​alat​ ​kelamin​ ​atau​ ​daerah​ ​anal).
2. HSV-2
Merupakan penyebab utama infeksi alat kelamin (Murtaza dkk., 2016).
Infeksi HSV-2 tersebar luas di seluruh dunia dan hampir secara eksklusif
menular seksual, menyebabkan herpes genital. HSV-2 merupakan
penyebab utama herpes genital, yang juga bisa disebabkan oleh virus
herpes simpleks tipe 1 (HSV-1). Infeksi dengan HSV-2 adalah seumur
hidup​ ​dan​ ​tidak​ ​dapat​ ​disembuhkan​ ​(WHO,​ ​2017).

C. Manifestasi​ ​Klinis
Manifestasi klinis infeksi HSV tergantung usia, status imun pasien,
lokasi anatomik yang terlibat, serta jenis antigen virus. Dari perjalanan
klinisnya, infeksi HSV dapat dibagi menjadi infeksi primer dan rekuren.
Infeksi primer umumnya disertai dengan tanda sistemik, gejala lebih berat,
dan tingkat komplikasi lebih tinggi. Episode rekuren biasanya lebih ringan
dan​ ​lebih​ ​singkat​ ​(Azwa​ ​A,​ ​dkk.,​ ​2009)
1) Gingivostomatitis​ ​Herpetik​ ​Akut
Merupakan manifestasi utama infeksi HSV-1 pada anak usia 6
bulan-5 tahun. Pada orang dewasa bisa terjadi, umumnya ringan. Onset
nya mendadak, disertai suhu tinggi (39-40°C), anoreksia, dan rasa lesu.
Gusi membengkak dan kemerahan. Lesi vesikuler timbul di mukosa
mulut, lidah dan bibir, kemudian akan pecah dan menyatu, meninggalkan
plak ulserasi. Terjadi juga limfadenopati regional yang nyeri tekan. Kulit
sekitar mulut juga bisa ikut terkena akibat kontaminasi dari saliva yang
terinfeksi​ ​(Arduino​ ​PG,​ ​dkk.,​ ​2006).

9
2) Faringotonsilitis​ ​Herpetik​ ​Akut
Merupakan manifestasi utama infeksi HSV- 1 pada orang dewasa.
Gambaran klinisnya berupa demam, malaise, nyeri kepala, dan nyeri
tenggorokan. Vesikel yang pecah akan membentuk lesi ulseratif dengan
eksudat keabu-abuan di tonsil dan faring posterior. Lesi oral dan labial
terjadi pada kurang dari 10% pasien. Infeksi HSV-2 gejalanya mirip,
timbul akibat kontak orogenital, atau terjadi bersamaan dengan herpes
genitalis.
3) Herpes​ ​Labialis
Merupakan manifestasi tersering infeksi HSV-1 rekuren. Nyeri
prodromal, rasa terbakar, dan kesemutan sering terjadi, diikuti timbulnya
papul eritematosa yang berkembang cepat menjadi vesikel intraepidermal
kecil berdinding tipis, yang akhirnya menjadi pustular dan berulserasi.
Umumnya, rekurensi terjadi kurang dari 2 kali setahun, tetapi bisa terjadi
setiap​ ​bulan​ ​(Salvaggio​ ​MR.,​ ​2016).
4) Herpes​ ​Genitalis
Tingkat keparahan, frekuensi penyakit, dan rekurensi tergantung
berbagai faktor, yakni jenis virus, imunitas sebelumnya terhadap virus
autolog atau heterolog, jenis kelamin, serta status imun pejamu (Azwa A,
dkk.,​ ​2009)
a. Herpes​ ​Genitalis​ ​Primer
Dapat disebabkan oleh HSV-1 ataupun HSV-2, dan bisa bersifat
asimptomatik. Gambaran klinis herpes genitalis primer yang
disebabkan oleh HSV-1 dan HSV-2 dapat dibedakan, serta rekurensi
lebih sering pada HSV-2. Herpes genitalis primer ditandai oleh gejala
sistemik​ ​dan​ ​lokal​ ​yang​ ​parah​ ​serta​ ​berkepanjangan.
Gejala episode pertama infeksi HSV-2 sekunder biasanya ringan
dan durasinya lebih singkat. Gejala dan komplikasi herpes genitalis
primer​ ​lebih​ ​parah​ ​pada​ ​wanita​ ​(Tabel​ ​1).

10
Gejala konstitusi berupa demam, sakit kepala, malaise, dan nyeri
otot dominan pada 3-4 hari pertama. Gejala lokal berupa rasa nyeri,
gatal, disuria, keputihan, uretritis, dan limfadenopati dengan nyeri
tekan. Pada pria dan wanita, lesi ulseratif menetap selama 4-15 hari
hingga terjadi pelepasan krusta dan re-epitelisasi. Pada 75% pasien
terbentuk kembali lesi baru selama berlangsungnya penyakit, biasanya
dalam​ ​4-10​ ​hari.

b. Herpes​ ​Genitalis​ ​Rekuren


Morbiditas utama herpes genitalis disebabkan oleh tingginya
tingkat reaktivasi. Reaktivasi subklinis ataupun simptomatik lebih
sering terjadi pada HSV-2 dibandingkan HSV-1. Sebanyak 60%
pasien infeksi HSV-2 genital primer rekuren pada tahun pertama.
Pasien herpes genitalis primer berat cenderung lebih sering rekuren
dalam​ ​durasi​ ​lebih​ ​lama.
Herpes genitalis rekuren biasanya didahului oleh gejala prodromal,
berupa rasa nyeri dalam serta rasa terbakar pada lokasi lesi yang
berlangsung selama 2 jam sampai 2 hari. Gejala pada wanita
umumnya​ ​lebih​ ​berat​ ​(Tabel​ ​2).
c. Herpes​ ​Genitalis​ ​Subklinis
Infeksi genital HSV paling sering asimptomatik. Sebanyak 70-80%
individu yang seropositif tidak mempunyai riwayat herpes genitalis
simptomatik sebelumnya. Shedding virus asimptomatik terjadi pada
1-2% individu imunokompeten yang terinfeksi dan 6%- nya terjadi
dalam​ ​beberapa​ ​bulan​ ​pertama​ ​sesudah​ ​infeksi​ ​(Mark​ ​KE,​ ​dkk.,​ ​2008).

Tabel 1.Perbedaan gambaran klinis herpes genitalis primer pada pria dan
wanita

Pria Wanita

11
● Vesikel herpetik di kepala, ● Vesikel herpetik pada genitalia
prepusium, dan batang penis, serta eksterna, labia mayora, labia
terkadang di skrotum, paha, dan minora, vestibulum, dan introitus
bokong. vagina.
● Di area kering, lesi berkembang ● Di area lembap, vesikel pecah
menjadi​ ​pustula​ ​dan​ ​bernanah. meninggalkan ulkus rapih dengan
nyeri​ ​tekan.
● Uretritis herpetik terjadi pada ● Mukosa vagina biasanya
30-40% pria, ditandai disuria berat meradang​ ​dan​ ​membengkak.
serta​ ​sekret​ ​berlendir.

● Pada orang yang melakukan ● Pada 70-90% kasus serviks ikut


hubungan seks per anal, daerah terkena, ditandai oleh mukosa
perianal, dan rektum bisa juga berulserasi​ ​atau​ ​nekrotik.
terkena, sehingga timbul proktitis
herpetik.
● Servisitis dapat menjadi
manifestasi tunggal pada beberapa
pasien.
● Disuria akibat uretritis bisa sangat
berat dan menyebabkan retensi
urin.
● Virus dapat ditemukan dalam
urin.

Tabel 2. Perbedaan gambaran klinis herpes genitalis rekuren pada pria dan
wanita

Pria Wanita

12
● Muncul berupa 1 atau lebih ● Vesikel ditemukan pada labia
kelompok vesikel pada bagian mayora, labia minora, atau
batang,​ ​prepusium,​ ​atau​ ​kepala​ ​penis. perineum.
● Uretritis​ ​jarang​ ​terjadi. ● Lesi​ ​sering​ ​amat​ ​nyeri.
● Nyeri biasanya ringan dan lesi akan ● Demam dan gejala konstitusional
menyembuh​ ​dalam​ ​7-10​ ​hari. jarang​ ​terjadi.
● Frekuensi dan tingkat keparahan ● Lesi menyembuh dalam 8-10 hari,
rekurensi akan berkurang seiring shedding virus berlangsung
waktu. selama​ ​5​ ​hari.

D. Etiologi
Herpes simplex disebabkan oleh Herpes Virus Hominis (HVH) atau
Herpes Simplex Virus (VSH). Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang
dapat menyebabkan infeksi akut pada kulit yang ditandai dengan adanya
vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab. Ada 2 tipe virus herpes
simpleks​ ​yang​ ​sering​ ​menginfeksi​ ​yaitu​ ​HSV-1​ ​dan​ ​HSV-2​ ​(Handoko,​ ​2010).

E. Patofisiologi
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphes viridae, sebuah
grup virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas
pada infeksi manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster
mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa
herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien
menghancurkan sel host dan infeksi pada sel inang. Infeksi pada natural host
ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa
dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten
pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi
HSV sering kali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat
menularkan​ ​virus​ ​lewat​ ​permukaan​ ​mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui
droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang

13
terinfeksi. Seseorang terpajan HSV-1 pada umumnya sebelum pubertas. Kulit
dan mukosa merupakan pintu masuk sekaligus tempat multplikasi virus, yang
menyebabkan​ ​sel​ ​lisis​ ​dan​ ​terbentuknya​ ​vesikel.
HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam
tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan
multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes
itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan
timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat.
Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf
regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1
menimbulkan infeksi laten di ganglion syaraf trigeminal, sedangkan infeksi
genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten diganglia dorsalis sakralis. Bila
pada suatu waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami reaktivasi dan
multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam
tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan
gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer. Faktor pencetus
tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau emosi,
sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan
beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir
selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro
genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan
kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi
dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks,
konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis dan
dermis​ ​menyebabkan​ ​destruksi​ ​seluler​ ​dan​ ​keradangan​ ​(Fatmuji,​ ​2012).

14
15
F. Pathway​ ​Herpes​ ​Simplex

16
17
G. Pemeriksaan​ ​Penunjang
Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat
dibiakkan. Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV. Dengan
tes Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti
banyak​ ​dan​ ​badan​ ​inklusi​ ​intranuklear​ ​(Handoko,​ ​2010).
Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.
Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar
vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mongering
sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan. Selanjutnya beri pewarnaan
(5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa detik, cuci dan
keringkan, beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif
terinfeksi hasilnya berupa keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar
berwarna​ ​biru​ ​(Frankel,​ ​2006).
Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry,
2006). Tes serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA) spesifik HSV tipe II dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi
dan​ ​siapa​ ​yang​ ​berpotensi​ ​besar​ ​menularkan​ ​infeksi​ ​(McPhee,​ ​2007).

H. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, penanganan dari infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV)
ada 3 macam, yaitu Terapi Spesifik, Terapi Non-Spesifik, dan Terapi
Profilaksis. Tujuan dari terapi tersebut masing-masing adalah untuk
mempercepat proses penyembuhan, meringankan gejala prodromal, dan
menurunkan​ ​angka​ ​penularan.
1. Terapi​ ​Spesifik
a. Herpes​ ​Labialis
1) Topikal : Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau
Acyclovir krim 5% (tiap 3 jam selama 4 hari). Idealnya, krim ini
digunakan 1 jam setelah munculnya gejala, meskipun juga
pemberian yang terlambat juga dilaporkan masih efektif dalam

18
mengurangi gejala serta membatasi perluasan daerah lesi
(Rekomendasi​ ​FDA​ ​&​ ​IHMF).
2) Sistemik : Valacyclovir tablet 2 gr sekali minum dalam 1 hari yang
diberikan begitu gejala muncul, diulang pada 12 jam kemudian, atau
Acyclovir tablet 400 mg 5 kali sehari selama 5 hari, atau Famciclovir
1500 mg dosis tunggal yang diminum 1 jam setelah munculnya
gejala​ ​prodromal.
b. Herpes​ ​Genitalis
1) Infeksi​ ​Primer
(Rekomendasi​ ​CDC​ ​2006)
a) Acyclovir​ ​200​ ​mg​ ​po​ ​5​ ​x/hr,​ ​selama​ ​7-10​ ​hari.
b) Acyclovir​ ​400​ ​mg​ ​po​ ​3​ ​x/hr,​ ​selama​ ​7-10​ ​hari.
c) Valaciclovir​ ​1​ ​gr​ ​po​ ​2x/hr​ ​selama​ ​7-10​ ​hari.
d) Famciclovir​ ​250​ ​mg​ ​po​ ​3x/hr​ ​selama​ ​7-10​ ​hari.
2) Infeksi​ ​Rekuren
Terapi rekuren ditujukan untuk mengurangi angka kekambuhan
dari herpes genitalis, dimana tingkat kekambuhan berbeda pada tiap
individu, bervariasi dari 2 kali/tahun hingga lebih dari 6 kali/tahun.
Terdapat 2 macam terapi dalam mengobati infeksi rekuren, yaitu
terapi​ ​episodik​ ​dan​ ​terapi​ ​supresif.
Terapi​ ​Episodik:
Rekomendasi​ ​CDC​ ​2006
Acycovir
o 400 mg p.o 3 x/hr, 5 hr, atau 800 mg 2 x/hr, 5 hr, atau 800 mg p.o
3​ ​x/hr,3​ ​hr
Valacyclovir
o​ ​500​ ​mg​ ​p.o​ ​2​ ​x/hr​ ​3​ ​hr,​ ​atau​ ​1​ ​gr​ ​p.o​ ​1x/hr,​ ​5​ ​hr
Famciclovir
o​ ​125​ ​mg​ ​p.o​ ​2​ ​x/hr,5​ ​hr,​ ​atau​ ​1​ ​gr​ ​p.o​ ​2​ ​x/hr,1​ ​hr
Terapi​ ​Supresif:

19
(Rekomendasi​ ​WHO​ ​2003​ ​&​ ​CDC​ ​2006)
a) Acyclovir​ ​400​ ​mg​ ​p.o​ ​2​ ​x/hr​ ​selama​ ​6​ ​th.
b) Famciclovir​ ​250​ ​mg​ ​p.o​ ​2​ ​x/hr​ ​selama​ ​1​ ​th.
c) Valacyclovir​ ​500​ ​mg​ ​p.o​ ​1x/hr​ ​selama​ ​1​ ​th.
d) Valacyclovir​ ​1​ ​gr​ ​p.o​ ​1x/hr​ ​selama​ ​1​ ​th.
3) HSV​ ​pada​ ​Kehamilan
Penanganan HSV pada kehamilan didasarkan pada riwayat herpes
genitalis sebelumnya dan usia kehamilan ketika terjadi serangan
(Anonim,​ ​2004).
4) HSV​ ​pada​ ​Neonatus
Penatalaksanaan bayi lahir dari ibu dengan herpes genitalis yaitu
mengidentifikasi secepatnya kemungkinan adanya infeksi herpes pada
bayi tersebut. Oleh karena itu direkomendasikan dilakukan pemeriksaan
kultur virus dari sekret servik ketika persalinan berlangsung pada semua
ibu hamil dengan riwayat herpes genitalis. Selain itu juga pemeriksaan
kultur virus dari mukosa orofaring atau mukosa konjungtiva dari bayi
yang dicurigai. Pada bayi dengan ibu mengidap herpes genitalis primer,
saat persalinana normal harus diberikan terapi profilaksis acyclovir
intravena dengan dosis 60 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis
yang diberikan selama 21 hari atau acyclovir intravena 10 mg/kgBB
tiap 8 jam selama 10-21 hari Terapi ini juga diberikan pada bayi yang
dinyatakan positif terinfeksi, dan terapi diberikan seawall mungkin
ketika​ ​mulai​ ​timbul​ ​gejala.
5) HSV​ ​dengan​ ​HIV
Penderita dengan immunocompromised biasanya memiliki gejala
yang lebih berat serta lebih lama pada daerah genital, perianal, atau
oral. Lesi yang disebabkan oleh HSV biasanya bersifat atipik, lebih
nyeri, serta lebih berat. Meskipun terapi antiretroviral bisa menurunkan
tingkat keparahan dari infeksi herpes genital, namun infeksi subklinik
tetap dapat terjadi. Pemberian terapi supresif atau terapi episodic

20
menggunakan agen antivirus oral terbukti efektif dalam memperingan
manifestasi klinik dari HSV yang disertai dengan infeksi HIV ( Kriebs,
2008).
a. Terapi​ ​Supresif​ ​Rekomendasi​ ​CDC​ ​2006
a) Acyclovir​ ​400-800​ ​mg​ ​peroral​ ​2-3​ ​kali​ ​sehari.
b) Famciclovir​ ​500​ ​mg​ ​peroral​ ​2​ ​kali​ ​sehari.
c) Valacyclovir​ ​500​ ​mg​ ​peroral​ ​2​ ​kali​ ​sehari.
b. Terapi​ ​Episodik​ ​Rekomendasi​ ​CDC​ ​2006
a) Acyclovir​ ​400-800​ ​mg​ ​p.o​ ​3​ ​x/hr​ ​5-10​ ​hr,​ ​atau
b) Famciclovir​ ​500​ ​mg​ ​p.o2x/hr,​ ​5-10​ ​hr,
c) valacyclovir​ ​1000​ ​mg​ ​p.o​ ​2x/hr,5-10​ ​hr,
Terapi​ ​pada​ ​keadaan​ ​resistensi​ ​Acyclovir
a) Foscarnet intravena 40 mg/kgBB/8 jam hingga terjadi perbaikan
klinis.​ ​Atau
b) Cidofovir gel 1% sekali sehari selama 5 hari yang dioleskan
pada​ ​lesi.
2. Terapi​ ​Non-Spesifik
Pengobatan non-spesifik ditujukan untuk memperingan gejala yang
timbul berupa nyeri dan rasa gatal. Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi,
sehingga pemberian analgetik, antipiretik dan antipruritus disesuaikan
dengan kebutuhan individu. Zat-zat pengering yang bersifat antiseptic juga
dibutuhkan untuk lesi yang basah berupa jodium povidon secara topical
untuk mengeringkan lesi, mencegah infeksi sekunder dan mempercepat
waktu penyembuhan. Selain itu pemberian antibiotic atau kotrimoksasol
dapat​ ​pula​ ​diberikan​ ​untuk​ ​mencegah​ ​infeksi​ ​sekunder.
3. Tindakan​ ​Profilaksis
Langkah – langkah yang dapat diambil guna mencegah penularan
penyakit herpes simplek yaitu dengan memberi penjelasan kepada
penderita tentang sifat penyakit yang dapat menular terutama bila sedang
terkena serangan. Selain itu juga dilakukan proteksi individual dengan

21
menggunakan 2 macam alat perintang, yaitu busa spermisidal dan kondom.
Kombinasi tersebut bila diikuti dengan pencucian alat kelamin memakai
air dan sabun pasca koitus, dapat mencegah transmisi herpes genitalis
hampir 100%. Busa spermisidal secara in vitro ternyata mempunyai sifat
virisidal, dan kondom dapat mengurangi penetrasi virus. Langkah
profilaksis lain yaitu dengan menghindari factor – factor pencetus
timbulnya serangan herpes, seperti stress, kelelahan, atau yang lainya.
Konsultasi psikiatrik dapat pula membantu karena faktor psikis
mempunyai​ ​peranan​ ​untuk​ ​timbulnya​ ​serangan.
I. Komplikasi
Berbagai​ ​komplikasi​ ​pada​ ​infeksi​ ​HSV,​ ​yakni:
a. Superinfeksi​ ​bakteri​ ​dan​ ​jamur.
b. Balanitis:​ ​terjadi​ ​akibat​ ​infeksi​ ​bakteri​ ​pada​ ​ulkus​ ​herpetik.
c. Kandidiasis vagina: ditemukan pada 10% wanita dengan herpes genitalis
primer, terutama pada pasien diabetes melitus. Herpes ulseratif dengan lesi
keputihan​ ​pada​ ​mukosa​ ​sulit​ ​dibedakan​ ​dari​ ​infeksi​ ​jamur.
d. Infeksi mata, sering terjadi pada anak, disebabkan oleh HSV-1, kecuali
pada neonatus (bisa disebabkan oleh HSV-2), bermanifestasi sebagai
konjungtivitis folikuler unilateral atau keratokonjungtivitis herpetik akut
dengan​ ​ulkus​ ​kornea​ ​dendritik.
e. Infeksi​ ​kulit,​ ​dapat​ ​berupa
1) Eksim herpetikum : terjadi pada individu dengan dermatitis
sebelumnya, dapat terlokalisir (sehingga sulit dibedakan dengan
herpes zoster) atau tersebar luas. Bentuk ini juga dapat terjadi pada
pasien dengan kerusakan kulit luas, seperti luka bakar, sindrom
pemfigus,​ ​atau​ ​Sezary.
2) Herpetic whitlow : infeksi HSV pada jari, terjadi pada atau dekat
kutikula atau area lain akibat trauma. Biasanya HSV-1 terjadi pada
pekerja di tempat perawatan kesehatan dan anak-anak akibat paparan
saliva​ ​dan​ ​dengan​ ​HSV-2​ ​akibat​ ​paparan​ ​genito-digital.

22
3) Herpes gladiatorum: lesi kulit HSV-1 yang tersebar telah ditemukan
pada pegulat yang tertular akibat paparan saliva terinfeksi selama
pertandingan​ ​(Salvaggio,​ ​2016).
f. Infeksi viseral: terjadi akibat viremia dan umumnya dengan keterlibatan
multiorgan. Komplikasi ini bisa terjadi pada infeksi primer asimptomatik
ataupun​ ​pada​ ​pasien​ ​imunokompeten.
g. Infeksi​ ​sistem​ ​saraf​ ​pusat,​ ​dapat​ ​berupa​ ​:
a) Meningitis aseptik: berupa meningitis limfositik benigna akut, lebih
sering terjadi pada infeksi HSV-2. HSV-2 juga dapat ditemukan dengan
pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) cairan serebrospinal
pasien meningitis limfositik benigna rekuren (Mollaret meningitis),
mengindikasikan kemungkinan HSV sebagai penyebabnya, sehingga
disebut​ ​juga​ ​sebagai​ ​sindrom​ ​idiopatik.
b) Ganglionitis dan meilitis: infeksi HSV genital dan anorektal dapat
disertai komplikasi, retensi urin, neuralgia, serta anestesia sakral akibat
ganglionitis​ ​dan​ ​radikulitis.
c) Ensefalitis: suatu acute necrotizing viral encephalitis. Umumnya terjadi
sesudah periode neonatal, biasanya disebabkan oleh HSV-1. Ensefalitis
terjadi sebagai infeksi primer pada 50% kasus dan bisa juga disebabkan
oleh​ ​infeksi​ ​rekuren​ ​atau​ ​reinfeksi​ ​oleh​ ​strain​ ​HSV-1​ ​yang​ ​berbeda.
h. Herpes genitalis dan kehamilan, Herpes genitalis rekuren: baik pada
wanita hamil maupun tidak hamil gambaran klinisnya sama, meskipun bisa
terjadi peningkatan jumlah rekurensi akibat kehamilan. Persalinan sesaria
direkomendasikan​ ​untuk​ ​ibu​ ​hamil​ ​dengan​ ​lesi​ ​genital​ ​(Anzivino,​ ​2009).
i. Penyakit HSV neonatal Infeksi HSV neonatal disebabkan oleh kontak
dengan sekret genital terinfeksi. Sekitar 90% infeksi didapat saat perinatal,
5-8% didapat kongenital, dan beberapa diperoleh saat postnatal. Pada
neonatus dan bayi (usia kurang dari 6 minggu), frekuensi infeksi viseral
dan susunan saraf pusat sangat tinggi. Bila tidak diterapi, mortalitasnya
sekitar​ ​65%​ ​dan​ ​bisa​ ​timbul​ ​gejala​ ​sisa​ ​neurologis​ ​berat​ ​(Salvaggio,​ ​2016).

23
j. Koinfeksi dengan HIV: Berbagai penelitian menunjukkan bahwa adanya
antibodi terhadap HSV-2 akan meningkatkan risiko terinfeksi HIV, tidak
tergantung pada ada atau tidaknya ulkus genital (Nagot, 2007). ​Pada
penyakit HIV lanjut, HSV-2 dapat menyebabkan komplikasi lebih serius,
meskipun jarang, seperti meningoensefalitis, esofagitis, hepatitis,
pneumonitis,​ ​nekrosis​ ​retina,​ ​atau​ ​infeksi​ ​diseminata​ ​(WHO,​ ​2014).

J. Asuhan​ ​Keperawatan​ ​Secara​ ​Umum


1. Pengkajian
a. Pengumpulan​ ​data
1) Anamnesa
a) Identitas​ ​Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan​ ​darah,​ ​no.​ ​register,​ ​tanggal​ ​MRS,​ ​diagnose​ ​medis.
b) Keluhan​ ​Utama
Pada keluhan pertama yang ditanyakan adalah keluhan atau
gejala​ ​yang​ ​menyebabkan​ ​klien​ ​berobat.
2) Riwayat​ ​Penyakit​ ​Sekarang
Pada pengumpulan riwayat kesehatan atau keperawatan
sekarang yang perlu ditanyakan faktor yang melatar belakangi atau
hal-hal yang mempengaruhi keluhan, bagaimana sifat terjadinya
gejala (mendadak, perlahan-lahan, terus menerus, atau berupa
kecelakaan).
3) Riwayat​ ​Penyakit​ ​Dahulu

24
Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau
riwayat kecelakaan, atau penyakit yang pernah dialami atau riwayat
masuk​ ​rumah​ ​sakit.
4) Riwayat​ ​Penyakit​ ​Keluarga
Riwayat pengumpulan data tentang riwayat keluarga bagaimana
riwayat kesehatan atau keperawatan yang ada dimiliki salah satu
anggota keluarga, apakah ada yang menderita penyakit seperti yang
dialami​ ​klien​ ​atau​ ​mempunyai​ ​penyakit​ ​degeneratif​ ​lainnya.
5) Riwayat​ ​Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari – harinya baik
dalam​ ​keluarga​ ​ataupun​ ​dalam​ ​masyarakat.

2. Diagnosa​ ​Keperawatan
1) Nyeri​ ​akut​ ​b.d​ ​inflamasi​ ​jaringan.
2) Kerusakan​ ​integritas​ ​kulit​ ​b.d​ ​perubahan​ ​turgor,​ ​adanya​ ​lesi.
3) Hipertermi​ ​b.d​ ​proses​ ​kompensasi​ ​tubuh​ ​terhadap​ ​penyakit.
4) Gangguan​ ​citra​ ​tubuh​ ​b.d​ ​perubahan​ ​penampilan​ ​sekunder​ ​akibat
penyakit​ ​herpes​ ​simplek.
5) Defisiensi​ ​pengetahuan​ ​b.d​ ​kurang​ ​informasi​ ​tentang​ ​penyakit.

3. Intervensi​ ​Keperawatan

Tujuan​ ​dan​ ​Kriteria


No Dx Intervensi
Hasil Rasional

1. Nyeri akut b.d Tujuan​ ​: 1. Kaji skala nyeri 1. Sebagai dasar


inflamasi​ ​jaringan. Setelah​ ​dilakukan dengan​ ​PQRST. pemberian
tindakan​ ​keperawatan 2. Pantau​ ​TTV. intervensi
selanjutnya.

25
2x24​ ​jam​ ​diharapkan​ ​nyeri 3. Kaji faktor yang 2. Mengetahui keadaan
akut​ ​pada​ ​klien​ ​teratasi. memperberat​ ​nyeri. umum​ ​klien.
4. Gunakan metode 3. Agar klien dapat
Kriteria​ ​Hasil​ ​: relaksasi​ ​distraksi. menghindari hal
- Klien​ ​mengungkapkan 5. Jaga kebersihan yang memperberat
nyeri​ ​hilang/berkurang. lingkungan sekitar nyeri.
- Klien​ ​menunjukkan klien. 4. Metode relaksasi
mekanisme​ ​koping 6. Kolaborasi dalam distraksi membantu
spesifik​ ​untuk​ ​nyeri pemberian mengatasi nyeri,
secara​ ​benar. analgesik. sehingga nyeri dapat
teralihkan.
5. Untuk
meningkatkan rasa
nyaman.
6. Mengurangi​ ​nyeri.
2. Kerusakan Tujuan​ ​: 1. Pertahankan tempat 1. Menurunkan​ ​risiko
integritas kulit b.d Setelah dilakukan tidur yang nyaman kerusakan/abrasi
perubahan turgor, tindakan keperawatan dan aman (kering, kulit​ ​yang​ ​lebih
adanya​ ​lesi. 2x24 jam diharapkan klien bersih, alat tenun luas.
mencapai penyembuhan kencang, bantalan 2. Membantu
luka sesuai waktu, bebas bawah​ ​siku,​ ​tumit). mempercepat​ ​proses
drainase purulen atau 2. Kolaborasi dengan penyembuhan.
eritema​ ​dan​ ​demam tim medis lain 3. Nutrisi​ ​yang​ ​baik
terkait pemberian dapat​ ​membantu
Kriteria​ ​Hasil​ ​: obat/tindakan mempercepat
1. Integritas kulit lanjutan. penyembuhan​ ​luka.
membaik dengan mulai 3. Perhatikan asupan
mengeringnya​ ​lepuhan. nutrisi.
2. Lesi kulit berkurang,
dari terdapat banyak

26
vesikula dan lepuhan
menjadi​ ​sedikit.

3. Hipertermi b.d Tujuan​ ​: 1. Kaji vital sign tiap 1. Untuk mengetahui


Setelah dilakukan
proses kompensasi 2-3​ ​jam. perubahan​ ​TTV​ ​klien.
tindakan keperawatan
tubuh terhadap 2. Kaji peningkatan 2. Suhu 38,9
3x24​ ​jam​ ​:
penyakit suhu,​ ​denyut​ ​nadi. menunjukkan proses
- Suhu tubuh klien
3. Pantau suhu penyakit​ ​infeksi​ ​akut.
kembali​ ​normal.
lingkungan, batasi / 3. Suhu lingkungan /
- Immune​ ​status.
tambah linen tempat jumlah selimut harus
- Risk​ ​control.
tidur​ ​sesuai​ ​indikasi. dibatasi untuk
- Risk​ ​detektion.
4. Anjurkan untuk mempertahankan
menggunakan baju suhu mendekati
Kriteria​ ​Hasil​ ​: yang tipis dan normal.
- Suhu tubuh normal
menyerap​ ​keringat. 4. Membantu panas
(36,5-37​o​C).
5. Anjurkan banyak keluar​ ​dari​ ​tubuh.
- Tidak​ ​ada​ ​kejang.
minum air putih 2 -3 5. Membantu memenuhi
- Pengendalian resiko
jam. cairan​ ​tubuh.
hipertermi.
6. Berikan kompres air 6. Membantu
hangat. mengurangi​ ​demam.
7. Kolaborasi 7. Digunakan untuk
pemberian antibiotik, mengurangi demam
antipiretik dan dan untuk menunjang
pemeriksaan intervensi
laboratorium. keperawatan.
4. Gangguan citra Tujuan​ ​: 1. Ciptakan hubungan 1. Menjamin bahwa
tubuh b.d Setelah dilakukan saling​ ​percaya. pasien tidak akan
perubahan tindakan asuhan 2. Dorong klien untuk sendiri dan
penampilan keperawatan selama 2×24 menyatakan terlantarkan,
sekunder akibat jam, diharapkan perasaannya menunjukkan rasa

27
penyakit hapes kepercayaan diri pasien terutama tentang menghargai dan
simplek lebih​ ​baik. cara ia merasakan menerima,
dan berpikir atas membantu
Kriteria​ ​Hasil​ ​: memandang​ ​dirinya. meningkatkan rasa
3. Klien mengatakan dan 3. Hindari sikap terlalu percaya​ ​diri.
menunjukkan melindungi terbatas 2. Dapat mengurangi
penerimaan atas pada permintaan ansietas dan
penampilannya. klien ketidakmampuan
4. Menunjukkan 4. Dorong klien dan pasien untuk
keinginan dan keluarga untuk menerima​ ​realita.
kemampuan untuk menerima 3. Membantu pasien
melakukan perawatan keadaannya. untuk merasa
diri. 5. Dorong klien untuk diterima pada
5. Melakukan pola-pola berbagi rasa, kondisi yang
penanggulangan yang masalah, sekarang.
baru. kekhawatiran, dan 4. Memungkinkan
persepsinya. agar tidak terjadi
rasa​ ​frustrasi.
5. Membantu pasien
dan keluarga untuk
merasa menerima
dengan keadaaan
sekarang tanpa
perasaan dihakimi
dan meningkatkan
perasaaan harga diri
dan​ ​kontrol.

5. Defisiensi Tujuan​ ​: 1. Kaji kesiapan klien 1. Efektivitas proses


pengetahuan b.d Setelah dilakukan mengikuti program pembelajaran
tindakan keperawatan pembelajaran. dipengaruhi oleh

28
kurang informasi 1x24 jam diharapkan klien 2. Berikan edukasi kesiapan fisik dan
tentang​ ​penyakit. akan menunjukkan tentang mental klien untuk
peningkatan pengetahuan penyakitnya. mengikuti program
mengenai​ ​penyakitnya. 3. Motivasi klien pembelajaran.
untuk melakukan 2. Edukasi penyakit
Kriteria​ ​Hasil​ ​: anjuran dalam dilakukan agar klien
- Klien mampu edukasi​ ​kesehatan. mengerti dan tahu
mengetahui status 4. Beri kesempatan serta dapat mandiri
kondisinya. untuk klien bertanya dalam menangani
tentang penyakit.
penyakitnya. 3. Dapat membantu
mempercepat proses
penyembuhan.
4. Mengkaji berapa
besar pengaruh
edukasi yang
dilakukan terhadap
klien, mengetahui
apa saja yang masih
tidak diketahui klien
sehingga klien
benar-benar
mengerti dan
memahami.

K. Contoh​ ​Kasus
Tuan K. 30 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan adanya rasa
nyeri dan tidak nyaman dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah
kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah bibir.

29
Sebelumnya Tuan K mengalami gatal-gatal selama 2 hari. Tuan K mengeluh
nyeri. Raut wajah Tuan K tampak menahan nyeri. Tuan K juga mengatakan
tidak nafsu makan karena sulit mengunyah dan menelan. Istri klien
mengatakan Tuan K hanya dapat menghabiskan 5 sendok makan nasi setiap
makan. Dari hasil pemeriksaan fisik di daerah bibir Tuan K terdapat bintik
kemerahan, kesadaran composmetis, suhu 37,5​0 ​C, tekanan darah
130/90mmHg, nadi 112x/m, BB turun dari 65 menjadi 60 k, Leukosit <
4000/mmk.

ASUHAN​ ​KEPERAWATAN​ ​PADA​ ​Tn.​ ​K​ ​DENGAN​ ​HERPES​ ​SIMPLEX

1. Pengkajian
Tanggal​ ​masuk :​ ​07​ ​Maret​ ​2017 Praktikan :
Jam :​ ​09.10​ ​WIB NIM :
Ruang :​ ​Kamboja
No.​ ​Reg. :​ ​12345
2. Identitas
Nama​ ​pasien :​ ​Tn.​ ​K
Umur :​ ​30​ ​tahun
Jenis​ ​kelamin :​ ​Laki-​ ​laki
Suku/​ ​bangsa :​ ​Jawa/Indonesia
Agama :​ ​HINDU
Pendidikan :​ ​SLTA
Pekerjaan :​ ​PNS
Alamat :​ ​Jl.​ ​Mangga,​ ​Sleman,​ ​Yogyakarta
MRS :​ ​07​ ​Maret​ ​2017,​ ​Jam​ ​09.10​ ​WIB,​ ​diantar​ ​keluarga.
Tgl​ ​pengkajian :​ ​07​ ​Maret​ ​2017,​ ​Jam​ ​10.35​ ​WIB.
Penanggung​ ​jawab
Nama :​ ​Ny.​ ​S
Umur :​ ​28​ ​tahun
Hubungan​ ​dg​ ​pasien :​ ​Istri
Suku/​ ​bangsa :​ ​Jawa/​ ​Indonesia

30
Agama :​ ​Hindu
Pendidikan :​ ​SLTA
Pekerjaan :​ ​PNS

3. Riwayat​ ​Keperawatan
1) Riwayat​ ​kesehatan​ ​sekarang
Tuan K. 30 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan adanya
rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah
kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah bibir.
Sebelumnya Tuan K mengalami gatal-gatal selama 2 hari. Tuan K
mengeluh​ ​nyeri.
2) Riwayat​ ​kesehatan​ ​yang​ ​lalu
Klien​ ​belum​ ​pernah​ ​menderita​ ​penyakit​ ​ini.
3) Riwayat​ ​kesehatan​ ​keluarga
Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami
pasien saat ini dan keluarga serta pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit​ ​jantung,​ ​DM​ ​maupun​ ​hipertensi.

4. Pemeriksaan​ ​fisik
Kesadaran :​ ​Composmetis
Tekanan​ ​Darah :​ ​130/​ ​90​ ​mmHg
Nadi :​ ​112​ ​x/​ ​menit
Pernafasan :​ ​22​ ​x/​ ​menit
Suhu​ ​tubuh :​ ​37,5​ 0​​ ​C
Kulit​ ​:
Kulit lembab, bersih, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit
sawo​ ​matang,​ ​tidak​ ​ada​ ​hiperpigmentasi.
Kepala​ ​:
Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut
hitam​ ​lurus.

31
Mata​ ​:
Isokor, reflek pupil simetris, diameter pupil ± 4 mm, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada ptosis, koordinasi gerak mata
simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara terbatas dalam 6
titik​ ​sudut​ ​pandang​ ​yang​ ​berbeda.
Hidung​ ​:
Simetris,​ ​bersih,​ ​tidak​ ​ada​ ​polip​ ​hidung,​ ​cuping​ ​hidung​ ​tidak​ ​ada.
Telinga​ ​:
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan di telinga/mastoid. Serumen
tidak​ ​ada,​ ​reflek​ ​suara​ ​baik​ ​dan​ ​telinga​ ​sedikit​ ​berdenging.
Mulut​ ​:
Bibir tidak sianosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis dan gigi masih genap. Sekitar bibir
terdapat bintik bintik kemerahan yang membentuk gelembung yang berisi
cairan.
Leher​ ​:
Simetris,​ ​tidak​ ​terdapat​ ​pembesaran​ ​kelenjar​ ​thyroid.
Dada​ ​:
➢ Jantung
● Inspeksi :​ ​Simetris,​ ​statis,​ ​dinamis
● Palpasi :​ ​teraba​ ​normal
● Perkusi :​ ​Konfigurasi​ ​jantung​ ​dalam​ ​batas​ ​normal
● Auskultasi :​ ​normal
➢ Paru​ ​–​ ​paru:
● Inspeksi :​ ​Simetris,​ ​statis,​ ​dinamis
● Palpasi :​ ​Sterm​ ​fremitus​ ​kanan​ ​=​ ​kiri
● Perkusi :​ ​Sonor​ ​seluruh​ ​lapang​ ​paru
● Auskultasi :​ ​Suara​ ​dasar​ ​vesikuler,​ ​suara​ ​tambahan​ ​(​ ​-​ ​)
➢ Perut​ ​:
● Inspeksi :​ ​Datar,​ ​tidak​ ​ada​ ​luka

32
● Palpasi :​ ​Supel,​ ​tidak​ ​ada​ ​massa
● Perkusi :​ ​timpani
● Auskultasi :​ ​bising​ ​usus​ ​(​ ​+​ ​)
Ekstrimitas​ ​:
Tidak​ ​ditemukan​ ​lesi​ ​maupun​ ​udem​ ​pada​ ​ektrimitas​ ​atas​ ​maupun​ ​bawah.

5. Analisa​ ​Data
No Data Etiologi Masalah
DO​ ​: Terjadi​ ​replikasi Nyeri​ ​Akut
- Raut​ ​wajah​ ​Tuan​ ​K​ ​tampak​ ​menahan​ ​nyeri. virus​ ​pada​ ​tempat
- Kesadaran​ ​composmetis. masuk​ ​virus
- Suhu​ ​37​0​C.
Menempatkan​ ​diri​ ​&
- Tekanan​ ​Darah​ ​130/90mmHg.
berproduksi​ ​di​ ​dalam
- Nadi​ ​112x/​ ​mnt.
kulit,​ ​selaput​ ​lendir,
- Leukosit​ ​<4000​ ​mmk.
&​ ​visera
DS​ ​:
1. Muncul​ ​lesi​ ​primer,
- Tuan K mengatakan dia mengalami
lepuh​ ​kecil​ ​berisi
gatal-gatal​ ​selama​ ​2​ ​hari.
cairan​ ​&
- Tuan​ ​K​ ​mengeluh​ ​nyeri.
berkelompok​ ​pada
kulit

Timbul​ ​rasa​ ​panas,


gatal,​ ​nyeri

Nyeri​ ​Akut

DO​​ ​: HSV Kerusakan


integritas​ ​kulit
- Terdapat vesikula dengan basis Muncul​ ​lesi​ ​primer,
2. kemerahan pada oral, terdapat lepuhan lepuh​ ​kecil​ ​berisi
di kulit wajah khususnya daerah dekat cairan​ ​&
bibir,

33
berkelompok​ ​pada
DS​ ​: kulit​ ​oral
- Tn K mengeluh gatal, menggaruh garuk
Timbul​ ​rasa​ ​panas,
tangan,​ ​perih​ ​saat​ ​makan.
gatal,​ ​nyeri

Kerusakan​ ​integritas
kulit

DO​ ​: Terjadi​ ​replikasi Nutrisi​ ​kurang


- BB​ ​turun​ ​dari​ ​65​ ​kg​ ​menjadi​ ​60​ ​kg. virus​ ​pada​ ​tempat dari​ ​kebutuhan
DS​ ​: masuk​ ​virus tubuh
- Tuan​ ​K​ ​mengatakan​ ​tidak​ ​nafsu​ ​makan
Menempatkan​ ​diri​ ​&
3. karena​ ​sulit​ ​mengunyah​ ​atau​ ​menelan.
berproduksi​ ​di​ ​dalam
- Istri​ ​klien​ ​mengatakan​ ​Tuan​ ​K​ ​hanya​ ​dapat
kulit,​ ​selaput​ ​lendir,
menghabiskan​ ​5​ ​sendok​ ​makan​ ​setiap​ ​kali
&​ ​visera
makan.
Muncul​ ​lesi​ ​primer,
lepuh​ ​kecil​ ​berisi
cairan​ ​&
berkelompok​ ​pada
kulit​ ​oral

Timbul​ ​rasa​ ​panas,


gatal,​ ​nyeri

Sakit​ ​saat​ ​menelan

Nafsu​ ​makan​ ​turun

Ketidakseimbangan
nutrisi

34
6. Prioritas​ ​Diagnosa​ ​Keperawatan
1) Nyeri​ ​b.d.​ ​inflamasi​ ​jaringan.
2) Kerusakan​ ​integritas​ ​kulit​ ​b.d​ ​adanya​ ​lesi.
3) Nutrisi​ ​kurang​ ​dari​ ​kebutuhan​ ​tubuh​ ​b.d.​ ​hilangnya​ ​nafsu​ ​makan.

7. Rencana​ ​(Intervensi)​ ​Keperawatan


No Diagnosa
Tujuan​ ​dan​ ​Kriteria​ ​Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri​ ​b.d.​ ​penyakit Tujuan​ ​: 1. Kaji skala nyeri dengan 1. Sebagai dasar
Setelah​ ​dilakukan​ ​tindakan PQRST. pemberian
keperawatan​ ​selama​ ​2x24 2. Pantau​ ​TTV. intervensi
jam​ ​nyeri​ ​klien 3. Kaji faktor yang selanjutnya.
berkurang/hilang. memperberat​ ​nyeri. 2. Mengetahui
Kriteria​ ​hasil​ ​: 4. Gunakan metode keadaan umum
- Pasien​ ​melaporkan​ ​nyeri relaksasi​ ​distraksi. klien.
berkurang. 5. Jaga kebersihan 3. Agar klien dapat
- Skala​ ​nyeri​ ​<​ ​5. lingkungan​ ​sekitar​ ​klien. menghindari hal
- Pasien​ ​rileks,​ ​tenang. 6. Kolaborasi dalam yang
- Tekanan​ ​darah​ ​130/90 pemberian​ ​analgesik. memperberat
mmHg​ ​(nilai​ ​2,​ ​gangguan nyeri.
ringan)​ ​menjadi​ ​tekanan 4. Metode relaksasi
darah​ ​120/90​ ​mmHg​ ​(nilai distraksi
1,​ ​tidak​ ​ada​ ​gangguan). membantu
mengatasi nyeri,
sehingga nyeri
dapat​ ​teralihkan.
5. Untuk
meningkatkan
rasa​ ​nyaman.

35
6. Mengurangi
nyeri.

2. Kerusakan​ ​integritas Tujuan​ ​: 1. Observasi dan 1. Untuk mngetahui


kulit​ ​b.d​ ​adanya​ ​lesi. dokumentasi derajat sebrapa luas luka,
Setelah dilakukan tindakan
luka. keadaan luka,
keperawatan 2x24 jam
2. Observasi jenis makanan sehingga dapat
diharapkan klien mencapai
yang dimakan, usahakan digunakan
penyembuhan luka sesuai
makanan memiliki sebagai analisis
waktu, bebas drainase
tekstur​ ​yang​ ​lembut. untuk tindakan
purulen atau eritema dan
3. Kolaborasi dengan tim selanjutnya.
demam
medis lain terkait 2. Tekstur makanan
obat/tindakan​ ​lain. yang keras dapat
Kriteria​ ​Hasil​ ​: menyebabkan lesi
- Integritas kulit membaik pecah.
dengan mulai 3. Membantu
mengeringnya​ ​lepuhan. mempercepat
- Lesi kulit berkurang, dari proses
terdapat banyak vesikula penyembuhan.
dan lepuhan menjadi
sedikit.

3. Nutrisi​ ​kurang​ ​dari Tujuan: 1. Pantau kandungan nutrisi 1. Dengan


kebutuhan​ ​tubuh​ ​b.d. Setelah​ ​dilakukan​ ​asuhan dan kalori pada catatan memantau
hilangnya​ ​nafsu keperawatan​ ​selama​ ​2x24 asupan. kandungan nutrisi
makan jam​ ​klien​ ​akan 2. Ketahui makanan dan kalori pada
menunjukkan​ ​status​ ​gizi kesukaan​ ​klien. catatan asupan
yang​ ​baik. 3. Timbang klien pada maka perawat
Kriteria​ ​hasil: interval​ ​yang​ ​tepat akan mengetahui

36
- Nafsu​ ​makan​ ​meningkat 4. Ajarkan klien dan perkembangan
dari​ ​5​ ​sendok​ ​makan keluarga tentang nutrisi​ ​klien.
menjadi​ ​setengah​ ​piring. makanan yang bergizi 2. Dengan
- BB​ ​kembali​ ​normal. dan​ ​tidak​ ​mahal. mengetahui
5. Diskusikan dengan ahli makanan
gizi dalam menentukan kesukaan klien,
kebutuhan nutrisi untuk akan
klien dengan mempermudah
ketidakadekuatan asupan peningkatan berat
nutrisi atau kehilangan badan.
nutrisi. 3. Dengan
menimbang klien
pada interval
yang tepat,
perawat akan
mengetahui
perkembangan
berat​ ​badan​ ​klien.
4. Dengan
mengajarkan
klien dan
keluarga tentang
makanan yang
bergizi dan tidak
mahal maka klien
lebih mudah
memperoleh
makanan yang
sehat​ ​dan​ ​bergizi.

37
5. Dengan
mendiskusikan
dengan ahli gizi
dalam
menentukan
kebutuhan nutrisi
maka perawat
akan mudah
melakukan
perawatan pada
klien.

8. Implementasi​ ​Keperawatan
No Diagnosa​ ​Keperawatan Implementasi
1. Nyeri​ ​b.d.​ ​inflamasi​ ​jaringan - Tanggal​ ​7​ ​Maret​ ​2017
Jam​ ​11.00​ ​–​ ​11.30
Mengkaji​ ​skala​ ​nyeri​ ​dengan​ ​PQRST
(Ajeng)

- Tanggal​ ​7​ ​ ​Maret​ ​2017


Jam​ ​13.00​ ​–​ ​13.30
Memantau​ ​TTV
(Arvina)

- Tanggal​ ​7​ ​Maret​ ​2017


Jam​ ​15.00​ ​–​ ​15.30
Mengkaji​ ​faktor​ ​yang​ ​memperberat​ ​nyeri.
(Rifa)

- Tanggal​ ​7​ ​Maret​ ​2017

38
Jam​ ​18.00​ ​–​ ​18.30
Menjaga​ ​kebersihan​ ​lingkungan​ ​sekitar​ ​klien​ ​dan
melakukan​ ​metode​ ​relaksasi​ ​distraksi.
(Riyan)

- Tanggal​ ​7​ ​Maret​ ​2017


Jam​ ​20.00​ ​–​ ​20.30
Melakukan​ ​kolaborasi​ ​dalam​ ​pemberian​ ​analgesik.
(Fatma)
2. Kerusakan integritas kulit b.d. - Tanggal​ ​8​ ​Maret​ ​2017
adanya​ ​lesi. Jam​ ​11.00​ ​–​ ​11.30
Mengobservasi​ ​dan​ ​mendokumentasi​ ​derajat​ ​luka.
(Dadang)

- Tanggal​ ​8​ ​Maret​ ​2017


Jam​ ​15.00​ ​–​ ​15.30
Mengobservasi​ ​jenis​ ​makanan,dan​ ​menyediakan
makanan​ ​dengan​ ​tekstur​ ​yang​ ​lembut.
(Richard)

- Tanggal​ ​8​ ​Maret​ ​2017


Jam​ ​18.00​ ​–​ ​18.30
Melalaukan​ ​kolaborasi​ ​dengan​ ​tim​ ​medis​ ​lain
terkait​ ​obat​ ​antiinflamasi.
(Robieth)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan - Tanggal​ ​9​ ​Maret​ ​2017
tubuh​ ​b.d.​ ​hilangnya​ ​nafsu​ ​makan Jam​ ​11.00​ ​–​ ​11.30
Memantau​ ​kandungan​ ​nutrisi​ ​dan​ ​kalori​ ​pada
catatan​ ​asupan.
(Robieth)

39
- Tanggal​ ​9​ ​ ​Maret​ ​2017
Jam​ ​15.00​ ​–15.15
Mengetahui​ ​makanan​ ​kesukaan​ ​klien.
(Sindi)

- Tanggal​ ​9​ ​Maret​ ​2017


Jam​ ​18.00​ ​–​ ​18.15
Menimbang​ ​klien​ ​pada​ ​interval​ ​yang​ ​tepat.
(Richard)

- Tanggal​ ​9​ ​Maret​ ​2017


Jam​ ​20.00​ ​–​ ​20.30
Mengajarkan​ ​klien​ ​dan​ ​keluarga​ ​tentang​ ​makanan
yang​ ​bergizi​ ​dan​ ​tidak​ ​mahal.
(Dadang)

- Tanggal​ ​9​ ​Maret​ ​2017


Jam​ ​20.00​ ​–​ ​20.30
Mendiskusikan​ ​dengan​ ​ahli​ ​gizi​ ​dalam​ ​menentukan
kebutuhan​ ​nutrisi.
(Iit)

9. Evaluasi
N EVALUASI
O
1. Tanggal​ ​7​ ​maret​ ​2017
Jam​ ​20.00
S​ ​:​ ​klien​ ​mengatakan​ ​nyeri​ ​saya​ ​sudah​ ​berkurang
O​ ​:​ ​raut​ ​wajah​ ​pasien​ ​tampak​ ​ceria

40
A​ ​:​ ​masalah​ ​teratasi
P​ ​:​ ​implementasi​ ​dipertahankan
2. Tanggal​ ​8​ ​Maret​ ​2017
Jam​ ​20.00
S​ ​:​ ​klien​ ​ ​mengatakan​ ​gatal-gatal​ ​berkurang,​ ​bercak​ ​kemerahan
berkurang
O​ ​:​ ​raut​ ​wajah​ ​pasien​ ​nampak​ ​ceria
A​ ​:​ ​masalah​ ​teratasi
P​ ​:​ ​implementasi​ ​dipertahankan
3. Tanggal​ ​9​ ​maret​ ​2017
Jam​ ​20.00
S​ ​:​ ​klien​ ​mengatakan​ ​sudah​ ​nafsu​ ​makan
O​ ​:​ ​berat​ ​badan​ ​pasien​ ​65​ ​kg​ ​(​ ​kembali​ ​ke​ ​keadaan​ ​semula)
A​ ​:​ ​masalah​ ​teratasi
P​ ​:​ ​implementasi​ ​dipertahankan

41
BAB​ ​III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Herpes merupakan salah satu jenis penyakit kulit dan kelamin. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi virus herpes simpleks (HSV-1 & HSV-2) yang
ditandai dengan vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematosa di daerah
mukokutan. Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa
satu atau sekumpulan, yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan
peradangan.
Apabila dibiarkan terlalu lama atau tidak segera ditangani akan
menyebabkan superinfeksi bakteri dan jamur, balanitis, kandidiasis vagina,
infeksi​ ​mata,​ ​infeksi​ ​kulit,​ ​infeksi​ ​viseral,​ ​dan​ ​infeksi​ ​sistem​ ​saraf​ ​pusat.

B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penanganan masalah
keperawatan khususnya herpes simplex harus dibekali dengan pengetahuan
yang​ ​luas​ ​dan​ ​tindakan​ ​yang​ ​dilakukan​ ​harus​ ​rasional​ ​sesuai​ ​gejala​ ​penyakit.

42
DAFTAR​ ​PUSTAKA

Arduino PG, Porter SR. 2006. ​Oral And Perioral Herpes Simplex Virus Type 1
(HSV-1)​ ​In-Fection​ ​:​ ​Review​ ​Of​ ​Its​ ​Management​.​ ​Oral​ ​Dis.​ ​12(3):254-70.

Azwa A, Barton SE. 2009. ​Aspects Of Herpes Simplex Virus: A Clinical Review​. J
Fam​ ​Plann​ ​Reprod​ ​Health​ ​Care.​ ​35(4):237-42

Bonita, Laissa & Dwi Murtiastutik. 2017. ​Penelitian Retrospektif: Gambaran


Klinis Herpes Simpleks Genitalis​. ​Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
– Periodical of Dermatology and Venereology ​Vol. 29/No.1/April 2017.
Homepage​ ​:​ ​http://e-journal.unair.ac.id

Brooks, G., et al. 1995. ​Mikrobiologi Kedokteran edisi 20​. Jakarta : EGC Penerbit
Buku​ ​Kedokteran.

Fatmuji, Ops Siagara. 2012. Prevalensi penderita herpes simpleks di RSUD


Tangerang periode 1 januari 2010 – 31 desember 2011. Diakses dari :
http://repository.uinjkt.ac.id/bitstream/123456789/25783/1/opssiagarafatmuji.
pdf​​ ​ ​pada​ ​tanggal​ ​10​ ​Oktober​ ​2017.

Habif TP. 2004. ​Clinical Dermatology: A Color Guide To Diagnosis And Therapy
4th​ ​ed​.​ ​Philadelphia​ ​:​ ​Mosby.​ ​54.346-55.

Handoko, Ronny P. 2010. ​Buku Ajar Penyakit Kulit dan Kelamin​. Jakarta : Balai
Pustaka​ ​FKUI.

Mustafa​, et.al. ​2016​. Herpes simplex virus infections, Pathophysiology


andManagement​. ​IOSR Journal of Dental and Medical Sciences
(IOSR-JDMS) e-ISSN: 2279-0853, p-ISSN: 2279-0861.Volume 15, Issue 7
Ver.​ ​III​ ​(July.​ ​2016),​ ​PP​ ​85-91.​ ​Homepage​ ​:​ ​ ​www.iosrjournals.org

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. ​Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa​ ​Medis​ ​&​ ​NANDA​ ​NIC-NOC​.​ ​Jogjakarta​ ​:​ ​MediAction.

43
Ronny P. Handoko. 2010. ​Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin : ​Herpes
Simpleks​.​ ​Jakarta​ ​:​ ​Balai​ ​Pustaka​ ​FKUI.​ ​Ed​ ​6.​ ​Hal​ ​380.

Siregar.​ ​2005.​ ​Atlas​ ​Berwarna​ ​Saripati​ ​Penyakit​ ​Kulit​.​ ​Jakarta​ ​:​ ​EGC.
Taupiqurrohman dkk. 2017. ​Analisis In Silico Capsid Scaffold Protein Virus
Herpes Simpleks-1 Untuk Pengembangan Vaksin Herpes​. Chimica et Natura
Acta Vol. 5 No. 1, April 2017 page : 21-25. Homepage:
http://jurnal.unpad.ac.id/jcena

World Health Organization. 2017. ​Herpes Simplex Virus​. Homepage :


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs400/en/​.​ ​Updated​ ​January​ ​2017

44

Anda mungkin juga menyukai