Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI JENIS PARASIT YANG TERDAPAT PADA JENIS-JENIS

IKAN DARI HASIL TANGKAPAN DI TPI SUNGAI RENGAS, PONTIANAK,


KALIMANTAN BARAT

DISUSUN OLEH:
ANDI NOVANDI
H1041141028

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia terdiri atas 17.508 pulau tetapi baru sekitar 6.000 pulau yang telah
mempunya nama, sedangkan yang berpenghuni sekitar 1.000 pulau. Jumlah
panjang garis pantainya sekitar 81.000 km yang merupakan garis pantai yang amat
panjang yang dimiliki oleh suatu negara didunia ini, dari seluruh luas daratan
Indonesia, diperkirakan sekitar 97% terdiri dari 13 pulau-pulau besar (Kalimantan,
Sumatra, papua, Sulawesi, Jawa, Madura, Halmahera, Seram, Sumbawa, Timor,
Flores, Bali, dan Lombok). Daratan lainnya sekitar 13.000 pulau mempunyai luas
hanya sekitar 54.000 km2 atau rata-rata 4 km2 tiap pulau (Nontji, 2007). Salah satu
faktor yang menurunkan produksi dan populasi ikan adalah penyakit (Pardede,
2000). Timbulnya penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh adanya interaksi antara
organisme patogen, inang (ikan) dan faktor – faktor lingkungan yaitu temperatur,
salinitas, curah hujan, angin, oksigen, arus air, dan pH (Kabata, 1985).
Penyakit pada ikan secara umum digolongkan menjadi dua, yaitu infeksius dan
non-infeksius (Mahyuddin, 2010). Salah satu penyebab penyakit infeksius adalah
parasit. Parasit merupakan organisme yang hidup pada atau di dalam organisme
lain, mengambil makanan dari organisme yang ditumpanginya untuk berkembang
biak (Subekti dan Mahasri, 2010). Infeksi parasit dapat menimbulkan kerugian pada
inang definitif seperti menghambat pertumbuhan inang definitif karena adanya
persaingan makanan antara parasit dan inang definitif, yang mengakibatkan
penurunan produksi, menyebabkan terjadinya alergi, memproduksi berbagai
substansi beracun dan menurunkan ketahanan inang terhadap penyakit-penyakit
lain (Uga et al., 1996).
Handayani dan Bambang (1999) menyatakan bahwa meskipun kejadian
penyakit yang disebabkan oleh parasit relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan yang disebabkan oleh bakteri dan virus, namun kasus ini tidak dapat
diabaikan begitu saja karena infeksi yang disebabkan oleh parasit dapat
menyebabkan infeksi primer artinya dalam kondisi ikan yang lemah akibat

2
serangan parasit akan memudahkan masuknya mikroorganisme lain yang tentu
akan memperparah kondisi ikan dan mempercepat terjadinya kematian.
Kerugian akibat infestasi ektoparasit memang tidak sebesar kerugian akibat
infeksi organisme patogen lain seperti virus dan bakteri, namun infestasi ektoparasit
dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi organisme patogen yang
lebih berbahaya. Kerugian non lethal lain dapat berupa kerusakan organ luar yaitu
kulit dan insang, pertumbuhan lambat dan penurunan nilai jual (Bhakti, 2011).
Dengan demikian berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan maka dilakukan
penelitian tentang identifikasi jenis parasit yang terdapat pada jenis-jenis ikan dari
hasil tangkapan di TPI Sungai Rengas, Pontianak.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Parasit jenis apa yang terdapat pada jenis-jenis ikan di Tempat Pelelangan
Ikan Sungai Rengas, Pontianak?
b. Apakah kehadiran dari jenis parasite yang ditemukan di Tempat Pelelangan
Ikan Sungai Rengas, Pontianak bersifat patogen atau tidak?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
a. Mengindentifikasi jenis parasit yang terdapat pada jenis-jenis ikan di Tempat
Pelelangan Ikan Sungai Rengas, Pontianak.
b. Mengidentifikasi kehadiran dari jenis parasit yang ditemukan di Tempat
Pelelangan Ikan Sungai Rengas, Pontianak bersifat patogen atau tidak

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dapat memberikan informasi mengenai jenis parasit yang terdapat pada jenis-
jenis ikan di Tempat Pelelangan Ikan Sungai Rengas, Pontianak.

3
b. Dapat memberikan informasi pada nelayan akan bahayanya jenis parasit yang
terdapat pada jenis-jenis ikan di Tempat Pelelangan Ikan Sungai Rengas,
Pontianak.
c. Dapat memberikan informasi pada konsumen tentang keberadaan jenis parasit
pada jenis-jenis ikan di Tempat Pelelangan Ikan Sungai Rengas, Pontianak
sehingga lebih berhati-hati dalam membeli ikan dan proses pemasakan agar
terhindar dari penyakit khusus yang disebabkan oleh parasit.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sungai Rengas


Tempat pelelangan ikan (TPI) Sungai Rengas berada di Kabupaten Kubu Raya
merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan
Barat, secara resmi terbentuk pada tanggal 10 Agustus 2007 berdasarkan UU No
35 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu Raya, namun operasional
pemerintahan baru dimulai pada tanggal 25 Oktober 2008 ditandai dengan
terpilihnya Bupati melalui Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Dengan garis
pantai sepanjang 194 Km, pulau-pulau kecil sebanyak 31 buah, dan luas daratan
6.985 Km2 yang terdiri dari genangan air atau rawa-rawa serta Daerah Aliran
Sungai (DAS) Kapuas menjadikan wilayah Kabupaten Kubu Raya sebagai daerah
yang mempunyai potensi untuk pengembangan usaha perikanan, baik usaha
penangkapan ikan maupun usaha budidaya ikan air tawar, payau, laut serta usaha
pengolahan hasil perikanan (Almutahar et. al, 2013).
Dari letak geografis Kabupaten Kubu Raya mempunyai posisi yang strategis
karena merupakan daerah penyangga dan penyuplai kebutuhan pokok khususnya
produk hasil perikanan bagi Kota Pontianak yang merupakan Ibukota dari Propinsi
Kalimantan Barat (Almutahar et. al, 2013).
Tempat pelelangan ikan (TPI) Sungai Rengas sendiri memiliki pelabuhan
khusus perikanan yang merupakan tempat yang tediri dari daratan dan perairan
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar-muat ikan yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan.
Pelabuhan perikanan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 3 dan 4 KEPMEN
No. 34 Tahun 2004, mempunyai tugas melasanakan fasilitas produksi, penaganan
dan pengolahan, fasilitas pengendaliandan pengawasan mutu, pemasaran hasil
perikan di wilayahnya, fasilitas dan melakukan pembinaan masyarakat nelayan.

5
2.2 Pengertian Ikan
Ikan adalah anggota dari kelompok organisme yang terdiri dari hewan craniata
air yang memiliki bantalan insang yang tidak memiliki anggota gerak dengan jari.
Tetrapoda muncul dalam ikan lobus bersirip, sehingga mereka dianggap ikan secara
kladistik. Namun, secara tradisional ikan dianggap parafiletik dan tidak termasuk
tetrapoda (yaitu, amfibi, reptil, burung dan mamalia yang semua berasal dari dalam
keturunan yang sama). Karena dengan cara ini istilah "ikan" didefinisikan negatif
sebagai kelompok paraphyletic, namun hal itu tidak dianggap sebagai
pengelompokan taksonomi formal dalam biologi sistematis. Pisces merupakan
istilah tradisional (juga ichthyes) yang dianggap sebagai tipologi, tapi tidak
termasuk dalam klasifikasi filogenetik (Goldman, 1997).
Organisme paling awal yang dapat diklasifikasikan sebagai ikan yang merupaka
chordata bertubuh lunak yang pertama kali muncul pada periode Cambrian.
Meskipun mereka tidak memiliki tulang belakang yang sejati, mereka memiliki
notokords yang memungkinkan mereka untuk menjadi lebih lincah daripada rekan-
rekan invertebrata lainnya. Ikan akan terus berkembang melalui era Paleozoic, dan
mengalami diversifikasi ke berbagai bentuk. Banyak ikan dari Paleozoic
mengemmbangkan pelindung eksternal yang melindungi mereka dari predator.
Ikan pertama dengan rahang muncul pada periode Silur, setelah banyak (seperti hiu)
menjadi predator laut yang tangguh daripada hanya menjadi mangsa bagi
arthropoda (Goldman, 1997).
Kebanyakan ikan bersifat ektotermik ("berdarah dingin"), yang memungkinkan
suhu tubuh mereka bervariasi seperti suhu lingkungan yang berubah, meskipun
beberapa ikan aktif yang besar seperti hiu putih dan tuna bisa menahan suhu yang
lebih tinggi. Ikan biasanya sangat melimpah di sebagian besar badan air. Mereka
dapat ditemukan di hampir semua lingkungan perairan, dari sungai gunung yang
tinggi (misalnya, char dan gudgeon) ke kedalaman abyssal dan bahkan hadal dari
lautan terdalam (misalnya, gulpers dan anglerfish). Dengan 33.100 spesies yang
telah ditemukan, spesies ikan menunjukkan keragaman besar dari kelompok
vertebrata lainnya (Goldman, 1997).

6
Ikan merupakan hewan yang sangat beragam dan dapat dikategorikan dalam
banyak cara. Meskipun sebagian besar spesies ikan mungkin telah ditemukan dan
didentifikasi, sekitar 250 spesies yang masih baru ditemukan setiap tahun. Menurut
Goldman (1997), 33.100 spesies ikan telah diidentifikasikan. Keragaman spesies
ikan dibagi rata antara laut (samudera) dan ekosistem air tawar. terumbu karang di
Indo-Pasifik merupakan pusat keanekaragaman untuk ikan laut, sedangkan ikan air
tawar benua yang paling beragam di daerah aliran sungai besar hutan hujan tropis,
terutama Amazon, Kongo, dan cekungan Mekong (Moyle and Cech, 2003)
Keragaman ikan dimasukkan dalam sistematika ikan yang merupakan deskripsi
formal dan kemudian diorganisasikan ke dalam taksa. Hal ini bersifat kompleks dan
masih berkembang. Istilah "ikan" menggambarkan setiap chordate non-tetrapod,
(yaitu, hewan dengan tulang punggung), yang memiliki insang sepanjang hidup dan
memiliki anggota badan, jika ada, dalam bentuk sirip. Ikan pada umunya bisa dibagi
berdasarkan lama hidup, ukuran, tingkah laku saat musim kawin, tingkah laku saat
makan, gerakan, ketahanan terhadap lingkungan, habitat, toksisitas, spesies,
bentuk, daya pandang (Nelson, 2006).

2.3 Parasit
Parasit merupakan organisme yang hidup untuk sementara ataupun tetap di
dalam atau pada permukaan organisme lain untuk mengambil makanan sebagian
atau seluruhnya dari organisme tersebut (Sandjaja, 2007). Parasit terbagi atas dua
jenis, yaitu parasit yang hidup di luar tubuh inang atau ektoparasit dan parasit yang
hidup di dalam tubuh inang atau endoparasit. Endoparasit yang terdapat di dalam
tubuh makhluk hidup umunnya adalah endoparasit yang bersifat patogen yang
dapat menyebabkan sakit pada tubuhnya, bahkan dapat menyebabkan kematian
(Wilson & Carpenter, 1996). Parasit-parasit tersebut meliputi protozoa, helminthes
(kelompok cacing), arthropoda, fungi (jamur) dan virus (Nurhari, 2010).
Parasit yang menyerang ikan akan mempengaruhi kelangsungan hidup seperti
terhambatnya pertumbuhan ikan. Pengaruh yang muncul diawali dengan
terganggunya sistem metabolisme tubuh hospes sampai merusak organ (seperti
insang, lambung dan usus), sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan,

7
bahkan dapat menyebabkan kematian. Daur hidup parasit yang menginfeksi ikan
dapat diketahui melalui hubungan antara hospes yaitu ikan, parasit serta lingkungan
hospes tersebut hidup, sehingga kita dapat mengetahui keadaan yang timbul akibat
parasit tersebut.

8
BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat


Tempat pengambilan sampel direncanakan di TPI Sungai Rengas, Pontianak,
Kalimantan Barat. Pengambilan dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2018
dimana periode pengambilan sampel adalah dua minggu sekali sebanyak 3 kali.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, beker glass, cawam
petri, larutan supernatant, mikroskop, pengaduk, squit 3 cc,
Bahan yang digunakan adalah ikan laut yang didaratkan di TPI Sungai Rebas .
Bagian yang diperiksa untuk mengetahui adanya parasite saluran pencernaan,
darah, insang dan rongga abdomen

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pengambilan
sampel secara random sampling. Dasar pemilihan ikan adalah ikan-ikan yang
banyak dipasarkan pada saat pengambilan sampel dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Periode pengambilan sampel adalah dua minggu sekali sebanyak 3 kali
selama bulan Maret sampai Mei 2018. Identifikasi cacing di Laboratorium Zoologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2018.

3.4 Cara Kerja


Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan cara membuka rongga tubuh ikan.
Sebelum organ pencernaan dikeluarkan, diamati terlebih dahulu adanya larva di
permukaan organ saluran pencernaan. Pemeriksaan dilanjutkan ke organ-organ,
seperti: hati, limpa, dan gonad dipisahkan kemudian saluran pencernaan ikan mulai

9
dari dekat faring sampai di sekitar anus dibedah, isi saluran pencernaan dikeluarkan
dan diletakkan di dalam cawan petri dan diamati pergerakan larva maupun telur
yang ada. Jika isi saluran pencernaan terlalu keruh maka isi saluran pencernaan
dapat ditampung dalam beker glass, tambahkan akuades, diaduk-aduk dan
dibiarkan mengendap; Setelah itu dibuang supernatannya, dilakukan beberapa kali
hingga diperoleh endapan yang bersih dan diamati. Kemudian diamati pula pada
permukaan organ lainnya seperti: hati, limpa, dan gonad. Data yang diperoleh
ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif. Perhitungkan prevalensinya
menggunakan rumus dari Moller and Anders (1986).
TPI Sungai Ribas
Prevalensi = x 100%
Total ikan yang diperiksa

10
DAFTAR PUSTAKA

Almutahar, A.A., Sutjipto, D.O., dan Sukandar, 2013, Analisis Strategi


Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai Sungai Rengas Kabupaten Kubu Raya
Kalimantan Barat, PSPK STUDENT JOURNAL, Vol. 1 No. 1 pp 1-10
Bhakti, 2011., Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift, Jakarta, Penebar Swadaya
Goldman, CR, 1997, Limnology, Second Edition, McGraw-Hill Inc, New York
Handayani, R. W. dan Bambang, W.P., 1999, Dinamika Pertumbuhan Parasit,
Jepara, Balai Pengembangan Budidaya Air Payau
Kabata,Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor
And Francis, London and Philadelphia
Mahyuddin, K., 2010, Panduan Lengkap Agribisnis Patin, Penebar Swadaya,
Jakarta
Moller, H. and Anders, K., 1986, Diseases and parasites of marine fish, Verlag
Moller, Germany
Moyle, PB and Cech, JJ, 2003, Fishes, An Introduction to Ichthyology (5th ed.).,
Benjamin Cummings, San Fransisco
Nelson, JS, 2006, Fishes of the World, John Wiley & Sons, Inc, New York
Nontji, A., 2007, Laut Nusantara, Djambatan, Jakarta
Nurhari, O., 2010, Parasitologi, Sekolah Tinggi Farmasi, Bandung
Pardede, H., 2000, Inventarisasi Parasit pada Ikan Laut dari Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) Blanakan, Subang, Jawa Barat, Skirpsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Sandjaja, B., 2007, Parasitologi Kedokteran Buku I: Protozoologi Kedokteran,
Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta
Subekti, S. dan G. Mahasri, 2010, Parasit dan Penyakit Ikan (Trematodiasis dan
Cestodiasis), Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya
Uga, S., Ono K., Kataoka, N., and Hasan H., 1996, Seroepidemiology of Five Major
Zoonotic Parasite Infections In Inhabitants of Sidoarjo, East Java, Indonesia,
Southeast Asian J Trop Med Public Health : 556-61

11
Wilson, S.C. and Carpenter, J.W., 1996, Endoparasitic disease of reptile, Journal
of Exotic Pet Medicine, vol 5, no. 2, pp 64-74

12

Anda mungkin juga menyukai