Penilaian AMDAL
SOSIAL
2009
Bahan Ajar Pelatihan
Penilaian AMDAL
SOSIAL
Disclaimer
Bahan ajar ini merupakan bahan referensi lepas yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan Pelatihan
Penilaian AMDAL. Bahan ajar ini dapat dikembangkan oleh pengajar sesuai kebutuhan dengan tetap
mengacu pada kaidah kurikulum dan peraturan yang berlaku.
KATA PENGANTAR
Bahan ajar ini dimaksudkan sebagai salah satu bahan pendukung dalam proses pembelajaran untuk
Pelatihan Penilaian AMDAL yang diadakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup bekerja sama
dengan Pusat Studi Lingkungan Hidup untuk membantu Pemerintah Daerah memenuhi persyaratan
lisensi bagi Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/
Kota.
Bahan ajar ini disusun atas kerjasama Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Negara Lingkungan
Hidup dengan Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan Kementrian Negara Lingkungan
Hidup.
Bahan ajar ini disusun secara singkat dan sederhana agar mudah dipahami oleh peserta diklat, yaitu para
penilai AMDAL, yang umumnya memiliki kemampuan beragam. Bahan ajar ini dapat dikembangkan oleh
pengajar sesuai kebutuhan dengan tetap mengacu pada kaidah kurikulum dan peraturan yang berlaku.
Bahan ajar ini masih perlu disempurnakan, karena itu saran dan kritik membangun untuk penyempurnaannya
sangat diharapkan.
Maret, 2009
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
SAMBUTAN i
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang 1
1.2 Deskripsi Singkat 1
1.3 Tujuan Pembelajaran 2
1.3.1 Kompetensi Dasar 2
1.3.2 Indikator Keberhasilan 3
1.4 Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok 3
BAB V PENUTUP 17
5.1 Rangkuman 17
5.2 Evaluasi 17
DAFTAR PUSTAKA 18
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skala Penilaian Parameter Sosio Demografi 15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Langkah Penyusunan Profil Sosial (Rona Lingkungan Sosial) 15
vi
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kegiatan pembangunan ditinjau dari cakupan kegiatan maupun cakupan keruangan pada skala kecil
apalagi pada skala yang besar pasti akan dan dapat menimbulkan dampak pada komponen lingkungan
sosial (demografi, sosial-ekonomi dan sosial-budaya), maupun komponen lainnya. Maka untuk rencana
kegiatan yang perlu dilengkapi oleh AMDAL, akan diketahui potensi dampak yang ditimbulkan oleh
rencana kegiatan pembangunan tersebut, apakah bersifat memberikan manfaat (dampak positif ), atau
bahkan sebaliknya bersifat menimbulkan kerugian (dampak negatif ) terhadap masyarakat setempat.
Hal ini dapat terlihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada sejumlah fenomena sekaligus perilaku
dalam kehidupan masyarakat yang akan terkena dampak.
Pada pelaksanaan kajian AMDAL suatu rencana kegiatan, komponen lingkungan sosial yang dikaji
terdiri dari tiga aspek yakni (a) aspek demografi, (b) aspek sosial-ekonomi dan (c) aspek sosio-budaya.
Dibandingkan dengan komponen biogeofisik, komponen lingkungan sosial seringkali disebut komponen
yang intangible, sulit diukur secara konkrit, khususnya komponen sosial-budaya. Kesan tersebut wajar
mengingat kompleksnya masalah sosial, uniknya karakteristik masyarakat, beragamnya persepsi, sehingga
cenderung sulit untuk melakukan analisis dampak terhadap komponen sosial tersebut.
Untuk dapat memberikan penilaian yang seobyektif mungkin dari dokumen AMDAL, penilai AMDAL juga
harus memiliki pengetahuan tentang data. Kualitas data yang digambarkan dari: (1) jenis data, (2) jumlah
dan sebaran data, (3) tehnik pengumpulan data, (5) validitas data dan, (6) teknik-teknik analisa data, yang
keseluruhannya akan berpengaruh dalam penentuan kualitas dokumen AMDAL , yang kemudian akan
berpengaruh pada penentuan status penerimaan dokumen AMDAL. Oleh karena itu pengetahuan tentang
konsep dan proses pengumpulan data serta pengalaman teoritik dan pengalaman empirik bagi seorang
penilai adalah penting.
1
1.2. DESKRIPSI SINGKAT
Penilaian terhadap dokumen AMDAL yang meliputi dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan
(KA-ANDAL), dokumen ANDAL, serta Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) adalah proses untuk menentukan kualitas suatu dokumen studi AMDAL. Dengan kata
lain, Penilai dalam Tim/Komisi Penilai AMDAL perlu memiliki kemampuan untuk memahami tentang proses
penyusunan dokumen AMDAL, ketepatan pelingkupan, metodologi pengumpulan dan analisis data, serta
paham secara tehnis tentang kajian baik aspek biogeofisik maupun aspek sosial.
Metodologi pengumpulan data dan analisis data bagi komponen sosial dalam konteks AMDAL adalah salah
satu tahapan dalam proses penyusunan rona lingkungan sosial atau penyusunan profil sosial. Terdapat tiga
hal utama dalam penyusunan profil sosial studi AMDAL yakni menentukan unit analisa, menelaah kembali
komponen sosial yang perlu diamati dan menentukan tehnik pengumpulan dananalisis data. Untuk lebih
jelasnya, proses penyusunan profil sosial dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini :
Tinjau ulang aspek sosial yang akan ditelaah
(dokumen KA)
Analisis data
Modul ini mengkhususkan pada pengumpulan data dan analisis data aspek sosial sebagai upaya untuk
menggambarkan kondisi lingkungan sosial di wilayah studi ANDAL, yaitu penyusunan profil sosial. Penilai
perlu paham tentang tahap menyaring dan melingkup aspek/komponen sosial yang mungkin terkena
dampak, ketepatan cara melakukan pelingkupan kajian aspek sosial, ketepatan pengumpulan data,
pengukuran dan pengolahan data, serta analisis data yang digunakan. Ketepatan dalam menentukan
metodologi pengumpulan data dan analisis data komponen sosial yang digunakan pada penyusunan
2 studi AMDAL akan mempengaruhi kualitas hasil studi ANDAL tersebut. Oleh karena itu, modul metodologi
pengumpulan data dan analisis data memuat materi ajaran tentang metode dan analisis data aspek/
komponen sosial, tehnik pengumpulan data serta pengolahan dan analisis data dari kajian aspek sosial
AMDAL.
Mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Nomor 299
Tahun 1996 yang menetapkan suatu Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan AMDAL, yang
meliputi aspek demografi, sosial-ekonomi dan sosial-budaya. Masing-masing aspek tersebut dijabarkan
kedalam beberapa parameter dan sub-parameter untuk mengkaji dampak yang diprakirakan terjadi di
masyarakat wilayah kajian studi AMDAL.
Setelah mengikuti pembelajaran materi tentang metodologi pengumpulan data dan analisis data komponen
sosial, peserta mampu membedakan dan memahami penggunaan tehnik pengumpulan dan pengolahan
data serta analisis data komponen sosial suatu studi AMDAL. Berdasarkan pemahaman terhadap materi
yang diberikan tersebut, para peserta pada akhirnya mampu menilai penerapan metodologi pengumpulan
data dan analisis data komponen sosial sehingga dapat diketahui kualitas dokumen AMDAL tersebut, yang
kemudian mampu memberi masukan bagi pengambilan keputusan untuk status dari dokumen AMDAL
yang dinilai tersebut.
1.3.2. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pelatihan dengan menggunakan modul ini, peserta diharapkan mampu:
a. Memahami data yang digunakan untuk komponen sosial yang meliputi komponen demografi, sosial-
ekonomi dan sosial-budaya dalam studi AMDAL
b. Memahami dan membedakan metodologi pengumpulan data dan analisis data
c. Melakukan penilaian mengenai: tepat tidaknya metodologi pengumpulan data sosial yang
digunakan, dan kedalaman pengolahan data yang dilakukan, beserta hasil analisis data sosial dari
suatu dokumen AMDAL.
Keseluruhan kemampuan tersebut merupakan bekal peserta untuk mempelajari modul terkait pada
tahap berikutnya sehingga peserta diakhir pembelajaran dapat melakukan penilaian terhadap dokumen
AMDAL.
1. 4. MATERI POKOK
Dalam rangka mencapai kompetensi dasar tersebut, modul ini disusun ke dalam Modul Metodologi
Pengumpulan Data dan Analisa Data terdiri dari tiga materi pokok dengan masing-masing sub materi
pokok yaitu:
1. Ruang Lingkup Aspek Sosial yang Ditelaah:
a. Komponen Demografi
b. Komponen Sosial-Ekonomi
c. Komponen Sosial-Budaya
2. Metode Pengumpulan Data
a. Tehnik Pengumpulan Data
b. Sampling
3
3. Analisis Data Sosial
a. Metode Kuantitatif
b. Metode Kualitatif
BAB II
LINGKUP ASPEK SOSIAL
YANG DITELAAH
Lingkup aspek sosial atau komponen sosial yang ditelaah dalam materi ajar ini adalah dalam konteks
AMDAL yang pada dasarnya komponen sosial yang ditelaah tersebut telah diidentifikasi di dalam dokumen
Kerangka Acuan Analisa Dampak Lingkungan (KA-ANDAL). Sehubungan dengan hal itu, data aspek sosial
yang dikumpulkan dan dianalisis dimaksudkan untuk:
1. Memberi gambaran yang utuh perihal kondisi sosial di wilayah studi, khususnya aspek sosial yang
akan mengalami perubahan mendasar;
2. Digunakan sebagai bahan masukan untuk memprakirakan dampak sosial.
3. Dipergunakan untuk menelaah hubungan sebab akibat antara aspek sosial dengan aspek biogeofisik
lainnya.
Lebih lanjut lagi, beberapa hal pokok yang harus diperhatikan bagi komponen lingkungan sosial yang
diteliti pada studi ANDAL , yaitu:
1. harus bersifat spesifik lokasi, sehingga tidak selalu seluruh komponen aspek sosial yang terdapat
dalam Pedoman Umum Penyusunan AMDAL dan yang terdapat dalam Pedoman Teknis Kajian Aspek
Sosial AMDAL harus diteliti untuk setiap rencana kegiatan pembangunan;
2. Hanya komponen yang berpotensi terkena dampak penting yang menjadi fokus dalam studi
ANDAL;
3. Komponen lingkungan aspek sosial yang tertera pada dokumen KA-ANDAL dapat mengalami
penambahan atau pengurangan sepanjang relevan dengan potensi dampak penting yang akan
timbul dan terkait dengan dampak rencana kegiatan, sehingga penting untuk menggunakan
dokumen KA-ANDAL sebagai acuan.
4 Sesuai Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 299 Tahun 1996 tentang
Panduan Aspek Sosial dalam AMDAL, pengkajian terhadap aspek sosial meliputi penelaahan terhadap
komponen demografi, sosial-ekonomi dan sosial-budaya yang dijelaskan lebih lanjut pada sub-bab
berikut.
Mobilitas dibedakan antara (a) mobilitas horizontal yaitu perpindahan ke daerah lain dan termasuk
urbanisasi, dengan (b) mobilitas vertikal yakni perpindahan status sosial. Dalam bentuk mobilitas horizontal
dapat dibedakan menjadi (1) mobilitas permanen (menetap) dan (2) mobilitas non permanen (tidak
menetap) yang meliputi mobilitas ulang-alik (commuting) dan mobilitas dengan mondok atau nginap.
Dengan kata lain, pelaku mobilitas setelah mendapatkan hasil kemudian membawa hasil usaha/ hasil kerja
kembali pulang atau dikirimkan kerumah sebagai remittance untuk mengidupi keluarga. Pola mobilitas
non permanen (sirkuler) inilah yang banyak terjadi pada saat pembangunan proyek, sehingga apa bila
proyek itu mampu menggunakan tenaga kerja lebih banyak secara tidak langsung dapat membantu dalam
pendistribusian kesejahteraan masyarakat. Pengukuran mobilitas penduduk dilakukan dengan rumus
sbb: 5
M MI MO
m = -------- X K mi = -------- X K mo = -------------
Pm Pmt Pma
Keterangan : m :Tingkat mobilitas, mi : tingkat migrasi masuk, mo : tingkat migrasi keluar, M : pelaku
mobilitas, MI : pelaku mobilitas masuk, MO: pelaku mobilitas keluar, Pm: penduduk tengah tahun, Pmt:
penduduk tengah tahun daerah tujuan, Pma: penduduk tengah tahun daerah asal.
Suatu daerah mengalami migrasi keluar besar (terpaksa atau sukarela) berarti daerah yang ditinggalkan
tidak dapat menerima tidak mampu menopang mereka, atau sebaliknya apabila migrasi masuk besar
berarti daerah tersebut memiliki daya tarik dan diharapkan dapat menopang hidup para pelaku mobilitas.
b. Pertambahan Penduduk
Peristiwa kelahiran, kematian penduduk serta mobilitas penduduk berpengaruh pada perubahan
jumlah penduduk. Proyek yang akan atau yang telah selesai dibangun disuatu daerah kemungkinan
akan mempengaruhi pada perubahan jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah banyak
dan tidak terkendali tentu akan menimbulkan permasalahan. Untuk memperkirakan besarnya jumlah
pertambahan penduduk dapat dihitung dengan dua cara yakni (1) dengan perhitungan secara
absolut (2) dengan perhitungan secara relatif atau juga dengan ekponensial.
3. Ketenaga Kerjaan
Kehadiran proyek pembangunan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja (man power) baik tenaga
kerja lokal maupun non lokal, dan jumlah penyerapan tenaga lokal sangat tergantung pada sifat
keteknikan proyek yang dikerjakan seperti pekerjaan padat tenaga, padat modal atau padat teknologi
akan berpengaruh pada sifat penyerapan tenaga kerja. Menurut ILO dan Indonesia mengikuti, penduduk
termasuk usia kerja (tenaga kerja = man power) mulai umur 15 tahun, sedang batas umur atas sampai umur
64 tahun. Dalam kajian demografi tenaga kerja dibedakan antara yang bekerja penuh dengan yang tidak
bekerja penuh (menganggur). Seorang dikatakan bekerja apabila selama satu minggu yang lalu (seminggu
sebelum pencatatan) paling sedikit bekerja rata-rata satu jam sehari. Adapun batas ambang angkatan
kerja bekerja penuh apabila dalam satu minggu bekerja selama 35 jam. Dalam penyerapan tenaga kerja,
lapangan kerja dibedakan menjadi tiga sktor utama, yakni:
1. Sektor A (Agriculture), termasuk pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan.
2. Sektor M (Manufacture), termasuk manufaktur, bangunan, listrik, tambang, air.
3. Sektor S (Service), termasuk rumah makan, hotel, keuangan, perdagangan, jasa.
Proyek pembangunan yang akan dibangun disuatu daerah dimungkinkan akan mempunyai pengaruh
pada pergeseran aktivitas tenaga kerja, atau serapan dari lapangan kerja. Dilihat dari sifat keformalitasan
lapangan kerja, dibedakan antara lapangan kerja sektor formal dengan lapangan kerja sektor non formal
(informal). Sektor non formal memiliki ciri: skala usaha kecil baik modal maupun ketrampilan, memproduksi
atau mendistribusi barang dan jasa , meningkatkan kesempatan kerja, menambah pendapat secara pribadi
atau individu. Kehadiran proyek pembangunan biasanya muncul lapangan kerja baru seperti warung kaki
lima (PKL) melayani tenaga buruh, jasa penginapan sementara bagi buruh, dan kadang tumbuh prostitusi
sifat terbuka atau tersembunyi.
Perhitungan untuk mengukur tingkat keterlibatan dalam kerja serta diukur dari penyerapan tenaga kerja,
diukur dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengganguran (TP). Dengan ukuran
tertentu baik dari TPAK maupun TP dapat digunakan untuk menilai besaran dan kepentingan dampak dari
adanya proyek.
1. Kebudayaan
Kebudayaan adalah sebagai perangkat yang dimiliki lewat proses belajar dalam kehidupan suatu
masyarakat dan digunakan oleh manusia untuk menghadapi lingkungannya. Perangkat tanda
tersebut mencakup tiga kenyataan yakni : 1) budaya material (material culture) yang merupakan
hasil perilaku dan tindakan manusia, 2) pola-pola perilaku (behavioral culture) yang merupakan
perilaku-perilaku yang mirip dan berulang-ulang, 3) pengetahuan (ideational culture) yang meliputi
di dalamnya nilai-nilai, pandangan hidup, sistem kepercayaan, norma, aturan. Di dalam studi AMDAL
hal yang terkait dengan kebudayaan sering dipakai istilah, misalnya tatanan/adat istiadat (sistem nilai
budaya, pandangan hidup, ideologi), dan perubahan nilai-nilai budaya
3. Pranata sosial
8 Dalam teorinya, pranata sosial diartikan sebagai sistem-sistem yang menjadi wahana yang
memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi. Adanya pranata
mengakibatkan ketertiban dalam masyarakat. Tanpa pranata-pranata sosial yang menyediakan
mekanisme untuk mengatur perilaku, maka tidak terjadi integrasi perorangan dalam masyarakat.
Jumlah pranata yang ada di dalam masyarakat tergantung pada sifat sederhan atau kompleks yang
ada di dalam masyarakat. Pranata sering diklasifikasikan ke dalam delapan golonga :
a. Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan (misalnya perkawinan,
tolong menolong antar kerabat, pengasuhan anak-anak, sopan santun pergaulan antar kerabat,
dsb).
b. Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup
(pertanian, peternakan, perbangkan, dsb).
c. Pranata berfungsi memenuhi pendidikan.
d. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia (metodologi ilmiah, penelitian,
dsb).
e. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan menghayati rasa keindahan dan rekreasi (seni
suara, seni drama, olah raga, dsb).
f. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dan berbakti pada
Tuhan (doa, kenduri, upacara ritual, dsb).
g. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengelola
keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat (pemerintah, kepolisian, kehakiman).
h. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia (pemeliharaan
kesehatan, kedokteran, dsb).
8. Adaptasi ekologis
Adaptasi sering diartikan sebagai proses yang menghubungkan sistem budaya dengan lingkunganya.
Terkait dengan hal tersebut yang perlu diamati adalah :
a. mengkaji bagaimana manusia menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik tertentu, atau
bagaimana uapaya yang dilakukan komunitas untuk dapat bertahan hidup
b. mengkaji bentuk bentuk hubungan antara perilaku dan keinginan untuk bertahan hidup
c. mengkaji wujud keterikatan komunitas dengan tempat tinggal
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
3.1. TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian mempunyai tujuan mendapatkan informasi untuk mengungkapkan suatu permasalahan dari
suatu daerah. Informasi juga sering disebut sebagai data, adapun data dapat berupa informasi bentuk
tulisan atau dalam bentuk informasi lisan. Informasi dapat berasal dari beberapa sumber saja, namun juga
dapat berasal dari banyak sumber pemberi informasi. Dilihat dari waktu informasi dikumpulkan, dibedakan
antara informasi bersifat sesaat (satu waktu) dengan informasi yang berkesinambungan (time siries).
Dalam proses penelitian, jenis data sering dikenal dengan ciri berdasar proses memperoleh data dibedakan
antara Data Primer dan Data Sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dari mengumpulkan
langsung dari sumber pemberi data, pada saat periode penelitian berlangsung, sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh dari data yang telah dikumpulkan atau dimiliki oleh pihak lain, yang berupa
dokumen, laporan, atau catatan rutin.
Fungsi data adalah sangat besar dan penting. Data sebagai hasil klarifikasi yang berasal dari objek, yang
kemudian digunakan untuk alat mengungkapkan landscape, foto atau keadaan dari objek yang diteliti.
Ketepatan mengungkap foto atau keadaan objek dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal berupa sifat keterbukaan, keterus terangan objek memberikan informasi, adapun keterbukaan
juga dapat dipengaruhi latar belakang sosial objeknya. Sedangkan faktor eksternal dapat dipengaruhi
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau juga pengalaman untuk pendekatan dengan objek
agar objek memberikan kepercayaan tinggi kepada peneliti. Sehinga pentingnya fungsi data, sebagai tim
penilai dokumen AMDAL perlu paham tentang data dan proses pengumpulannya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengumpulan data dilakukan yaitu mengenal jenis
data yang akan digunakan. Data merupakan kumpulan informasi yang dapat memberikan tambahan
10 pengetahuan bagi peneliti, misalnya kejadian-kejadian khas yang ditunjukkan dengan fakta dan
diwujudkan dalam bentuk hasil pengukuran, seperti angka pengangguran, angka kematian dan kelahiran.
Data yang baik memiliki sejumlah syarat antara lain obyektif, sesuai apa adanya, dan representatif yaitu
dapat mewakili. Selain itu diperlukan juga cara menyusun instrumen penelitian yang merupakan alat
bantu dalam pengumpulan data.
Dampak penting aspek sosial dari suatu rencana kegiatan pada umumnya tidak menyebar secara
merata di seluruh kelompok dan lapisan masyarakat. Dengan demikian dalam menetapkan/memilih
metode pengumpulan dan analisis data yang relevan, baik yang bersifat kuantitatif atau kualitatif, perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Satuan analisis (rumah tangga, desa, kabupaten, propinsi) yang akan diukur
2. Ukuran-ukuran yang bersifat penting menurut pandangan masyarakat (emic) disekitar rencana
kegiatan
Beberapa metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penyusunan aspek sosial AMDAL,
diantaranya adalah: Wawancara, Dokumentasi/pengumpulan data sekunder, Observasi/pengamatan
lapangan, Diskusi kelompok terarah (Focuss Group Discussion) Penilaian Pedesaan secara Cepat (Rapid Rural
Appraisal).
a. Wawancara
Ada 2 macam wawancara yakni wawancara dengan kuesioner dan wawancara mendalam. Wawancara
dengan kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. wawancara bebas tanpa daftar atau pedoman pertanyaan (metode walk and talk)
Dalam studi dampak sosial, wawancara bebas dapat dilakukan pada waktu peninjauan lapangan
(pra-survai) dengan peran peneliti untuk menginventarisir issues dan concerns.
2. wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan
Wawancara dengan pedoman pertanyaan digunakan untuk menghimpun data dari para tokoh
masyarakat atau pamong desa. Informasi yang dihimpun masih bersifat umum tentang lingkungan,
misalnya kondisi lingkungan fisik, pola hubungan sosial masyarakat, tanggapan terhadap ide-ide
baru. Informasi tersebut biasanya lebih valid kalau dihimpun dari tokoh masyarakat dan pamong
desa. Adakalanya informasi dari masing-masing nara sumber akan berbeda, sehingga peneliti harus
pandai merekonsiliasi data
3. wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan.
Jenis wawancara ini banyak digunakan oleh peneliti sosial termasuk peneliti studi AMDAL yang
dikenal dengan tehnik survei. Menurut Irawati Singarimbun (1978) dalam melakukan wawancara
dengan tehnik survei harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: mutu daftar pertanyaan,
kepribadian pewawancara, kemampuan pelaksana atau koordinator survai.
Jenis pertanyaan ada yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat tertutup. Disebut tertutup,
jika jawaban atas pertanyaan dalam kuesioner telah disediakan, sedangkan terbuka jika setiap
pertanyaan tidak disediakan jawaban.
Wawancara Mendalam dengan tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang dianggap mengetahui 11
tentang kondisi masyarakat setempat, dengan menggunakan pedoman pertanyaan. Dalam konteks studi
AMDAL, metode ini digunakan untuk menelaah secara mendalam suatu issue atau masalah tertentu di suatu
masyarakat sehingga pertanyaan yang diajukan senantiasa diarahkan untuk menggali dan mendalami
seputar issue atau masalah tertentu yang akan dikaji. Tehnik ini seringkali disebut dengan tehnik bola salju
bergelinding (snow balling techniques) dan umumnya digunakan bersama observasi-partisipasi.
b. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan secara sistematik tentang gejala-gejala
yang diamati, misal melihat dan mengamati berbagai hal yang disampaikan para narasumber dalam
kaitanya dengan aktivitas hidup sehari-hari. Pengamatan dilakukan tanpa melakukan intervensi atau
memberi tanggapan pada subyek penelitian. Pada studi AMDAL, observasi yang dilakukan adalah
observasi langsung dimana para peneliti sembari mengadakan wawancara melakukan pengamatan
tentang lingkungan secara umum dan lingkungan dari responden yang diwawancarai. Pengamatan juga
dilakukan ketika peneliti melakukan pra-survai dalam rangka pelingkupan. Observasi sebagai teknik
menghimpun data, sangat efektif digunakan dalam memahami pola hubungan sosial. Misalnya melalui
media temu warga yang diselenggarakan sebulan sekali. Peneliti hadir dalam pertemuan tersebut dan
melakukan observasi bagaimana warga berinteraksi satu dengan yang lain, bagaimana pola hubungan
sosialnya sehingga bisa disimpulkan tentang tingkat kohesi masyarakat. Bentuk-bentuk observasi dapat
dikategorikan sebagai berikut:: outsider (pihak luar), recognized outsider, marginal participant dan full
participant. Observasi yang digunakan dalam studi AMDAL, peneliti berperan sebagai pengamat yang
melakukan partisipasi (berada diantara peran sebagai outsider atau recognized outsider).
Kelebihan digunakan teknik pengumpulan data dengan observasi adalah :
a. secara langsung dapat meneliti fenomena dalam masyarakat
b. narasumber atau informan yang tidak memiliki banyak waktu lebih senang diteliti melalui observasi
daripada diberi angket atau mengadakan wawancara.
c. Memungkinkan pencatatan serempak terhadap berbagai gejala.
Adapun kelemahan menggunakan teknik observasi :
a. banyak kejadian langsung tidak dapat diobservasi, misalnya rahasia pribadi informan.
b. Membutuhkan waktu yang lama,
c. Tugas peneliti akan terganggu saat terjadi peristiwa yang tak terduga.
Penggunaan sampel dalam penelitian didasari pertimbangan sumberdaya yaitu waktu, tenaga dan biaya,
sedangkan populasi sangat besar. Dalam pengambilan sampel harus benar-benar representatif/mewakili
yaitu mencerminkan populasinya. Terdapat parameter yang dianggap mencerminkan sampel yang
representatif yaitu :
a. variabel populasi, yaitu peneliti harus menerima sebagaimana adanya dan tidak dapat
memanipulasinya.
b. besarnya sampel harus tepat, semakin besar sampel yang diambil dari populasinya akan makin
tinggi taraf keterwakilan sampel terhadap populasinya.
c. teknik sampling (menentukan sampel), makin tinggi tingkat acak atau rambang dalam penentuan
sampel makin tinggi tinggi tingkat representatif sampel.
d. kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel, makin lengkap ciri-ciri populasi yang
dimasukkan ke dalam sampel, akan makin tinggi tingkat representatif sampel.
e. Sifat keragaman populasi, makin seragam jumlah sampel dapat sedikit, atau sebaliknya semakin
kurang seragam jumlah sampel perlu banyak.
f. Sifat sosial masyarakat yang dinamis, dilihat dari sisi spasial dan temporal, penetapan jumlah sampel
besarnya 5% s/d 10% dari populasi.
g. Alat analisa data yang akan digunakan, apabila akan dianalisa dengan alat statistik jumlah sampel
sama atau lebih besar dari kategori sampel besar (>/30 sampel), dengan jumlah sampel ini diharapkan
memberikan gambaran yang mengikuti kurva norma
Populasi yang berperan sebagai pemberi informasi atau data, dan data memiliki fungsi besar dan
penting dalam mendapatkan hasil penelitian yang tepat, benar dan baik, maka penentuan populasi
adalah sangat penting. Satu tujuan penelitian dapat menentukan satu ciri populasi, misalnya penelitian
pelaksanaan Panca Usaha Tani yang ditetapkan sebagai populasi adalah penduduk petani pemilik dan atau
penggarap, penelitian tentang pelaksanaan keluarga berencana, sebagai populasi adalah penduduk Usia
Pasangan Subur. Sedangkan kalau penelitian untuk mengetahui tanggapan penduduk terhadap rencana
pembangunan di suatu daerah sebagai populasi adalah seluruh penduduk atau penduduk yang berstatus
Kepala Keluarga.
Sampel adalah merupakan sebagian kecil dari suatu kelompok besar (kelompok besar = Populasi). Mengapa
menentukan atau mengambil hanya sebagian kecil dari populasinya?. Untuk menentukan sebagian kecil
dengan jumlah kuantum tertentu tidak sembarangan, akan tetapi juga masih harus mengikuti aturan agar
hasil yang diperolehnya berkualitas. Aturan yang diikuti didasarkan pada keragaman populasi, ketersediaan
waktu, tenaga dan dana penelitian.
Metode sampling yang sering digunakan dalam pelaksanaan penelitian berdasarkan sifat dan keberadaan
populasi adalah:
13
1. Sampling random yakni sampling acak atau bebas, metode randon digunakan untuk penelitian
sampling kalau keadaan atau ciri populasi bersifat seragam (homogen)
2. Sampling strata yakni sampling bertingkat/lapis, metode ini digunakan untuk penelitian sampling
apabila kondisi populasi bervariasi/berlapis atau tidak seragam (heterogen)
3. Sampling kuota yakni sampling terbatas atau dibatasi, metoda kuota digunakan untuk penelitian
apabila jumlah populasi tidak diketahui (sifat populasi diabaikan)
4. Non sampling yakni dengan cara sensus, metode ini digunakan untuk meneliti bagi seluruh anggota
populasi yang ditentukan.
Prinsip metode sampling dilakukan adalah bertujuan untuk mengefektifkan pekerjaan dan tetap menjaga
optimalisasi produk tanpa mengurangi hak bagi seluruh anggota populasi dalam memberikan informasi.
BAB IV
ANALISIS DATA SOSIAL
Data yang terkumpul dapat dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Perlu diketahui bahwa metode analisis
kuantitatif terutama ditujukan untuk data yang bersifat kuantitatif. Demikian pula untuk analisis data
kualitatif. Dengan demikian sejak awal proses pengumpulan data sesungguhnya sudah harus ditetapkan
terlebih dahulu apakah data yang hendak dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif
menuntut metode pengumpulan data yang berbeda dengan metode data yang bersifat kualitatif.
Metode kuantitatif dapat digunakan untuk berbagai kajian aspek sosial AMDAL.
Analisis tabulasi silang dibangun untuk menggambarkan hubungan antara peubah bebas (independent
variables) dengan peubah tak bebas (dependent variables). Tabel silang yang dibangun umumnya tidak
berukuran besar untuk memudahkan analisa. Kolom tabel menunjukan peubah bebas (atau peubah sebab)
dan baris tabel menunjukkan peubah tak bebas (atau peubah akibat)
Alat analisis yang lebih handal untuk data yang lebih kompleks adalah analisis statistika. Data kependudukan,
sosial-ekonomi dan sosial budaya, merupakan jenis-jenis data yang dapat dianalisis dengan kaedah-kaedah
statistik .
Disamping itu analisis statistik juga dapat dilakukan untuk aspek sosial budaya yang bersifat deskriptif.
Analisis yang relevan untuk data sosial budaya semacam ini adalah analisis statistika non-parametik. Namun
perlu diketahui bahwa bila akan dilakukan analisis statistika non parametrik, maka sejak awal penelitian
(pengumpulan data) data sosial tersebut harus didisain berukuran ordinal agar dapat dianalisis dengan
14 model-model statistika non-parametrik. Analisa statistika non parametrik ini sangat bermanfaat untuk
keperluan kajian aspek sosial AMDAL.
Analisa kuantitatif lainnya adalah metode valuasi (valuation) ekonomi sumber daya alam. Sumber daya
alam yang tak dapat dinilai secara moneter (intangible) dinilai dengan berbagai metode tehnik pendekatan,
yakni:
1. Penggunaan secata langsung berdasarkan harga pasar atau produktivitas (market based methods).
Ada tiga jenis metoda dengan pendekatan ini:
a. Pendekatan perubahan produktivitas (change of productivity)
b. Pendekatan hilangnya mata pencaharian (loss of earning approach)
c. Pendekatan pembatasan pengeluaran (defensive expenditures approach)
2. Penggunaan pengganti harga pasar (surrogate market value). Metoda ini ada empat jenis, yakni:
a. Pendekatan nilai kepemilikan (property value approach)
b. Pendekatan pembedaan upah (wage differences approach)
c. Pendekatan biaya perjalanan (travel cost approach)
d. Pendekatan yang dikaitkan dengan nilai barang/komoditi tertentu sebagai penduga (hedonic
pricing)
3. Metoda pasar buatan (constructed market) yang berdasar pada potensi pengeluaran atau kesediaan
untuk membayar atau menerima (potential expenditure willingness to pay or to accept). Ada tiga
macam pendekatan dengan metode ini:
a. Pendekatan biaya ganti (replacement cost approach)
b. Pendekatan harga bayangan (shadow project approach)
c. Pendekatan nilai kontigensi (contingent valuation approach)
Untuk indikator ekonomi yang nilai moneternya tidak bisa dianalisis dengan akurat, diperlukan value
judgement dari penyusunan AMDAL. Caranya antara lain dengan menggunakan analogi terhadap
fenomena-fenomena dampak penting yang timbul menurut dokumen AMDAL sejenis.
Dalam proses analisa data sosio demografi dipilahkan menjadi dua bagian yakni, pertama memilih variabel
dari parameter komponen yang akan dianalisa, kedua menganalisa atau menghitung data dari variabel
dipilih. Dari hasil hitungan akan merupakan gambaran kondisi dari setiap variabel komponen sosio
demografi di daerah penelitian.
Langkah yang perlu diketahui oleh penilai dokumen AMDAL, seorang penilai mampu mengontrol penilaian
kualitas lingkungan oleh penyusun. Angka penilaian dikenal dengan skala kualitas lingkungan yang dapat
mengunakan skala 1 s/d 5 atau dari kualitas Sangat Buruk (nilai 1) hingga kualitas Sangat Baik (nilai 5)
seperti telah dicontohkan sebelumnya. Untuk aspek demografi, misal suatu daerah memiliki tingkat
kematian penduduk tinggi atau berskala 2, berarti daerah tersebut kualitas lingkungan hidup termasuk
kualitas hidup manusia termasuk tidak baik. Sehingga kalau dalam penilaian pada Rona Lingkungan
Awal (RLAS) berbeda dengan perkiraan Rona Lingkungan Proyek (RLP) skala penilaian menjadi naik,
misal dari 2 menjadi 3, artinya setelah ada pembangunan proyek dapat menurunkan tingkat kematian
atau meningkatkan skala, ini disebabkan oleh kualitas lingkungan dan kualitas hidup penduduk. Penilaian
hasil pengukuran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) apabila skala penilaian pada RLAS besarnya 1,
artinya kualitas TPAK termasuk rendah, namun kemudian pada RLP diperkirakan dapat berubah menjadi 4,
artinya proyek pembangunan meningktakan TPAK, kondisi ini mengindikasikan bahwa kehadiran proyek
pembangunan dapat meningkatkan dalam menyerap tenaga kerja.
Sebagai contoh untuk aspek demografi, pada suatu daerah dikatakan terjadi perubahan lingkungan,
diujudkan dalam bentuk berbedaan nilai kualitas lingkungan saat sebelum pembangunan atau Rona
Lingkungan Awal (RLA) dengan penilaian predeksi sesudah terjadi pembangunan (RLP). Skala untuk
mengukur besaran dampak menggunakan julat 1 s/d 4, masing-masing memiliki klasifikasi besaran
dampak 1 berarti dampak kecil, dan berturut turut, dampak sedang, dampak besar dan besaran dapak 4
berarti dampak sangat besar. Apabila perbedaan nilai kualitas lingkungan antara RLP dengan RLA nilainya
besar (sama atau lebih dari 2) dikatakan pembangunan berdampak besar baik positif maupun negatif
atau sebaliknya. Misalnya Sehingga dengan memperbandingkan hasil penilaian lingkungan hidup yang
diisyaratkan melalui penilaian parameter demografi diperoleh informasi besar kecilnya dampak yang akan
terjadi. Dari contoh pada di muka TPAK dari RLA nilai 1 dan setelah ada pembangunan berubah menjadi nilai
4 selisihnya sebesar 3, ini artinya adanya proyek memberikan dampak positif dan besar pada peningkatan
partisipasi tenaga kerja. Pada perubahan tingkat kematian (CDR) walaupun ada peningkatan dari 2 menjadi
3, dikatakan dampak positif tetapi kecil.
Dampak suatu kegiatan proyek pembangunan selain besar kecil dan positif negatif, juga perlu diukur
dengan tingkat penting dampak. Kualifikasi ini digunakan untuk melihat dan mengetahui parameter
16 demografi apa yang mempunyai dampak penting atau tidak penting, untuk dipertimbangkan dalam menilai
karena untuk menentukan dokumen atau mempersiapkan dalam pengelolaan lingkungan. Pertimbangan
yang digunakan penentuan tingkat kepentingan dampak mengacu Keputusan Kepala BAPEDAL 056/1994
yang mengatur menentukan tingkat kepentingan dampak, yakni dengan memperhatikan 7 hal, (1) jumlah
manusia (2) luas wilayah terkena dampak (3) intersitas dampak (4) lama dampak perlangsung (5) komonen
lingkungan hidup kena dampak (6) sifat komulatif dampak, dan (7) berbalik & tidak berbaliknya dampak
yang timbul.
Untuk menentukan kualifikasi kegiatan berdampak besar dan penting dengan mengkaitkan antara 7
kriteria penentuan dampak penting dengan kualifikasi besaran dampak. Dengan hasil pengetrapan 7
kriteria dampak penting, apabila ditemukan dari variabel ternyata berlawanan dengan minimal 1 kriteria
penentu dampak bersifat negatif atau berlawanan dan besaran dampak yang diperkirakan pada skala >/3
artinya kegiatan berdampak penting atau sebaliknya, apabila kriteria penentu dampak bersifat positif atau
tidak berlawanan dan besaran dampak <3 artinya kegiatan berdampak tidak penting.
Dengan ditemukan sifat besaran dan kepentingan dampak berarti diketahui ada variabel yang harus
diperhatikan dengan adanya rencana kegiatan pembangunan. Perhatian dimaksudkan adalah berupa
upaya pengelolaan lingkungan hidup agar kondisi lingkungan tidak terjadi penurunan kualitasnya. Oleh
karena jalan keluarnya adalah dengan melakukan pemantauan lingkungan secara cermat dan dilaksanakan
secara periodik yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab atau berwenang.
BAB IV
PENUTUP
5.1. RANGKUMAN
Dalam memprakirakan suatu dampak dari sebuah kegiatan pembangunan diperlukan sistem yang tepat dan
runtut agar tidak terjadi kekurangan dan kekeliruan pendugaan dari parameter yang terkait dan dikajinya.
Inventarisasi parameter sosial yang mungkin terkena dampak perlu dilakukan tidak hanya oleh penyusun
dokumen akan tetapi juga harus dilakukan oleh penilai dokumen AMDAL. Dari parameter mungkin terkena
dampak kemudian dilakukan penilaian, dan dalam memberikan nilai sangat dipengaruhi oleh pengalaman
serta ketajaman dalam mengamati lingkungan sosial yang sangat dinamis dan sangat tidak sederhana.
Dengan hasil penilaian yang tajam akan menghasilkan kualitas dokumen yang tinggi.
Kualitas dokumen AMDAL yang tinggi tidak berarti bahwa rencana kegiatan pembangunan yang
direncanakan oleh pemrakarsa harus diterima demikian saja, atau sebaliknya kualitas dokumen yang
rendah kemudian ditolak seketika. Dengan bentuk penilain kualitas lingkungan yang realistis atau apa
adanya akan memudahkan untuk mencari cara menjadikan kualitas lingkungan menjadi baik atau lebih
baik. Oleh karena itu kunci dapat tidaknya kualitas lingkungan termasuk lingkungan sosial menjadi baik
atau tetap, peran dari penilai dokumen AMDAL adalah sangat besar dan penting.
5.2. EVALUASI
1. Jelaskan mengenai lingkup aspek sosial yang akan dikaji.
2. Apa saja parameter dari komponen demografi, sosial-ekonomi dan sosial-budaya?
3. Apa saja yang termasuk tehnik pengumpulan data ?
4. Apa yang disebut dengan sampling?
5. Bagaimana menentukan sampel yang representatif
Apa yang dimaksud dengan metode kualitatif dan kuantitatif dalam analisis data sosial dalam AMDAL ? 17
DAFTAR PUSTAKA
Agung Nuhroho Murtijo, 2005, Antropologi Kehutanan, banten, Wana Aksara.
Amour, Audrey,1987, Sosial Impact Assessment (SIA) for landfill Sites in the City of Brampton, Toronto : Armour
Associates and IER.
BAPEDAL, 1994. Keputusan Kepala Bapedal no. 56, Pedoman Penentuan Dampak Besar dan Penting
BAPEDAL. 1997. Keputusan Kepala Bapedal No. 299, Pedoman Teknik Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan
AMDAL.
Canter, L.W., 1997, Environmental Impact Assesment, MCGraw-Hill, Inc, New York.
Edi Suharto, 2005, Membangun Masyarakat memberdayakan rakyat, bandung ; Refika Adhitama
Gunawan, S. 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Hadi Sudharto P., 1995. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori dan Metode. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Julia Brannen, 1997., Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Kartono, K., 1966, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, Bandung.
Radi A.Gani, 2002, Menyongsong Abad baru dengan Pendekatan Pembangunan Berbasis Kemandirian Lokal,
Makasar : Hasanudin University Press.
Sunyoto Usman, 2003, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Surna T.djajadiningrat, 1996, Aspek Sosial dalam Kebijakan Lingkungan, makalah PPLH Univ Diponegoro.
Syafri Sairin, 2001, Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Suryo Adiwibowo, Sudharto P.Hadi, Ari Saptari, Tina Artini. 2002. Pelatihan Kajian Aspek Sosial AMDAL.
Jakarta. CEPI-KLH, CIDA Project.