Anda di halaman 1dari 21

Pneumothoraks

Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura yang diagnosis diyakinkan dengan
pemerikasaan sinar tembus dada. Dalam keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara,
supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga thoraks. Diagnosis pneumothoraks
tergantung kepada garis yang dibentuk pleura pada tepi paru-paru yang memisahkan dengan
dinding dada, mediastinum atau diafragma oleh udara, dan juga tidak adanya bayangan diluar
garis ini.

Pneumothorax berhubungan dengan berbagai macam kelainan paru meliputi emfisema, trauma,
tuberculosis.

Pleura adalah rongga yang terletak di antara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga
dada.Secara umum pneumothorax terjadi karena pecahnya selubung atau lapisan luar paru-paru
akibat tekanan di dalam dada atau intratorak yang sangat tinggi.

Masuknya udara ke dalam rongga pleura dibedakan atas:

1. Pneumothoraks spontan:

Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-
paru.Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam
paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur
tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat
keluarga dengan penyakit yang sama. Keadaan ini dapat terjadi berulang kali dan sering menjadi
keadaan yang kronis.
Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya
penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).

2. Pneumotoraks traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk,
peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya
torakosentesis).Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk atau
pneumothoraks disengaja (artificial) dengan terapi dalam hal pengeluaran atau pengecilan
kavitas proses spesifik yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan pneumothoraks sengaja
lainnya ialah diagnostik untuk membedakan massa apakah berasal dari pleura atau jaringan paru.
Penyebab-penyebab lain ialah akibat tindakan biopsi paru dan pengeluaran cairan rongga pleura.

Masuknya udara melaui mediastinum yang biasanya disebabkan trauma pada trakea atau
esophagus akibat tindakan pemeriksaan dengan alat-alat (endoskopi) atau benda asing tajam
yang tertelan. Keganasan dalam mediastinum dapat pula mengakibatkan udara dalam rongga
pleura melalui fistula antara saluran nafas proksimal dengan rongga pleura.

Udara juga bisa berasal dari subdiafragma dengan robekan lambung akibat suatu trauma atau
abses subdiafragma dengan kuman pembentuk gas.

Pneumothoraks dapat juga dibagi atas:

Pneumothoraks Terbuka: Jika udara dapat keluar masuk dengan bebas rongga pleura selama
proses respirasi

Pneumothoraks Tertutup: Jika tidak ada pergerakan udara. disini tidak terdapat aliran udara
antara rongga pleura dengan bronkus atau dunia luar karena fistel atau saluran sudah tertutup

Pneumothoraks Valvular/ventil : Jika udara dapat masuk kedalam paru pada proses inspirasi
tetapi tidak dapat keluar paru ketika proses ekspirasi. Akibat hal ini dapat terjadi peningkatan
tekanan intrapleural. Karena tekanan intrapleural meningkat maka dapat terjadi tension
pneumothoraks.

atau dengan kata lain pada jenis ini udara dari bronkus atau dunia luar dapat masuk ke dalam
rongga pleura pada saat inspirasi, tetapi tidak bisa keluar pada waktu ekspirasi karena terdapat
fistel yang bersifat sebagai katup. Makin lama volume dan tekanan udara di dalam rongga pleura
kian tinggi akibat penumpukan udara

Dari tiga jenis ini, pneumoraks jenis ventil yang paling berbahaya

Gejala Klinis

Pneumotoraks dapat terjadi tanpa diketahui dengan jelas faktor penyebabnya. Beberapa penyakit
yang dapat menyebabkan pneumotoraks adalah tuberkulosis paru, asma, penyakit paru obstruktif
kronik (penyakit yang disebabkan polusi dan rokok), serta penyakit bawaan (sejak lahir dinding
paru sangat tipis).

Pneumotoraks secara umum dapat diketahui dari gejala-gejala seperti sesak mendadak, nyeri
dada, dan sesak semakin lama kian memberat terutama jenis ventil. Ini disebabkan udara kian
lama makin banyak sehingga udara tersebut mendesak organ-organ yang ada di rongga dada
seperti jantung dan pembuluh darah

Adanya keluhan-keluhan dan gejala-gejala klinis pneumothoraks amat tergantung pada besarnya
lesi pneumothoraks dan ada tidaknya komplikasi penyakit paru. Beberapa pasien menunjukkan
keadaan asimtomatik dan kelainan hanya dapat ditemukan pada pemeriksaaan foto dada rutin.
Pada beberapa kasus, pneumothoraks terluput dari pengamatan

Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit yang tiba-tiba dan bersifat unilateral serta diikuti
sesak nafas. Kelainan ini ditemukan pada 80-90% kasus. Gejala-gejala ini lebih mudah
ditemukan bila penderita melakukan aktivitas berat. Tetapi pada sebagian kasus, gejala-gejala
masih gampang ditemukan pada aktivitas biasa atau waktu istirahat

Rasa sakit tidak selalu timbul. Rasa sakit ini bisa menghemat atau menetap bila terjadi
perlengketan antara pleura viseralis dan pleura parietalis. Suatu waktu perlengketan ini bisa
sobek pada tekanan kuat dari pneumothoraks, sehingga terjadi perdarahan intrapleura (hemato-
pneumothoraks)

Kadang-kadang gejala klinis dapat ditemukan walaupun kelainan pneumothoraksnya sedikit,


misalnya perkusi yang hipersonor, fremitus yang melemah sampai menghilang, suara nafas yang
melemah sampai menghilang pada sisi yang sakit

Pada lesi yang lebih besar atau pada tension pneumothoraks, trakea dan mediastinum dapat
terdorong kesisi kontralateral. Diafragma tertekam ke bawah, gerakan pernafasan tertinggal pada
sisi yang sakit. Fungsi respirasi menurun, terjadi hipoksemia arterial dan curah jantung menurun
Kebanyakan pneumothoraks terjadi pada sisi kanan (53%), sedangkan sisi kiri (45%) dan
bilateral hanya 2 %. Hampir 25 % dari pneumothoraks spontan berkembang menjadi
hidropneumothoraks

Keluhan Subyektif :

1. Nyeri dada hebat yang tiba-tiba pada sisi paru terkena khususnya pada saat bernafas dalam
atau batuk.

2. Sesak, dapat sampai berat, kadang bisa hilang dalam 24 jam, apabila sebagian paru yang
kolaps sudah mengembang kemabli

3. Mudah lelah pada saat beraktifitas maupun beristirahat.

4. waran kulit yang kebiruan disebabkan karna kurangnya oksigen (cyanosis)

Diagnostik fisik :

Inspeksi : dapat terjadi pencembungan dan pada waktu pergerakan nafas, tertinggal pada sisi
yang sakit.
Palpasi : Pada sisi yang sakit ruang sela iga dapat normal atau melebar, iktus jantung terdorong
kesisi thoraks yang sehat.
Fremitus suara melemah atau menghilang.
Perkusi : Suara ketok hipersonor sampai tympani dan tidak bergetar, batas jantung terdorong ke
thoraks yang sehat, apabila tekanannya tinggi.

Auskultasi : suara nafas melemah sampai menghilang, nafas dapat amforik apabila ada fistel
yang cukup besar.

Disamping keluhan-keluhan dan gejala-gejala klinis tersebut diatas, diagnosis lebih meyakinkan
lagi dengan pemeriksaan sinar tembus dada.

1.Gambaran Radiologis

Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur
jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa garis radioopak tipis yang berasal dari
pleura viseral
Pada foto terlihat bayangan udara dari pneumothoraks yang berbentuk cembung, yang
memisahkan pleura parietalis dengan pleura viseralis. Bila penumothoraksnya tidak begitu besar,
foto dengan pernafasan dalam (inspirasi penuh) pun tidak akan menunjukkan kelainan yang
jelas. Dalam hal ini dianjurkan membuat foto dada dengan inspirasi dan ekspirasi penuh. Selama
ekspirasi maksimal udara dalam rongga pleura lebih didorong ke apeks, sehingga rongga
intrapleura di apeks jadi lebih besar. Selain itu terdapat perbedaan densitas antara jaringan paru
dan udara intrapleura sehingga memudahkan dalam melihat pneumothoraks, yakni terdapatnya
kenaikan densitas jaringan paru selama ekspirasi tapi tidak menaikkan densitas pneumothoraks.

Suatu hasil rontgen diperoleh sehabis ekspirasi maksimum akan membantu dalam menetapkan
diagnosa, sebab paru-paru kemudian secara relatif lebih tebal/padat dibanding pneumothoraks
itu. Penurunan volume paru terjadi sehabis ekspirasi tetapi ruang pneumothoraks tidak berubah.
Oleh karena itu secara relatif pneumothoraks lebih berhubungan dengan paru-paru sehabis
ekspirasi dibanding inspirasi dan kiranya pleura viseral lebih kecil berhubungan dengan
pneumothoraks. Sehingga lebih mudah untuk menggambarkannya.

Foto lateral decubitus pada sisi yang sehat dapat membantu dalam membedakan pneumothorak
dengan kista atau bulla. Pada pneumothorak udara bebas dalam rongga pleura lebih cenderung
berkumpul pada bagian atas sisi lateral.

Jika pneumothoraks luas, akan menekan jaringan paru kearah hilus atau paru menjadi
kuncup/kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah kontralateral. Selain itu sela
iga menjadi lebih lebar. Udara dalam ruang pleura jadi lebih radiolusen dibandingkan paru-paru
yang bersebelahan dengan pneumothoraks tersebut, terutama sekali jika paru-paru berkurang
volumenya, dimampatkan atau terkena penyakit yang meningkatkan kepadatan paru.

Ketika pneumothoraks terjadi pada pasien dengan atelektase lobus, udara terkumpul dalam
ruangan pleura yang dekat dengan paru-paru yang mengempis. Oleh karena itu distribusi yang
udara yang tidak normal pada pasien ini menyebabkan pengempisan lobus. Pada tension
pneumothoraks pergeseran dari struktur mediastinal kesan pada paru dan kesan pada difragma
sudah terlihat. Ketika kehadiran cairan sebagai tambahan dari udara atau gas pada film dengan
cahaya horisontal memperlihatkan tingkat atau batas udara dengan cairan. Ketika udara
intrapleura terperangkap pada posisi yang tidak biasa oleh karena penggabungan kadang-kadang
pneumothoraks bisa terlihat pada subpulmonary, terutama pada pasien COPD (Chronic
Pulmonary Obstruktif Disease) dan penurunan dari fungsi paru dan juga diobservasi sepanjang
permukaan tengah dari paru bayi yang baru lahir sering diperiksa dengan posisi terlentang.
Dalam situasi ini harus dibedakan dengan pneumomediastinum. Ketika garis sambungan depan
terlihat pada neonatus, yang mengindikasikan pneumothoraks bilateral, karena garis ini biasanya
tidak terlihat pada pada pasien. Pada bayi neonatus pneumothorak dapat dievaluasi dengan foto
anteroposterior atau lateral pada saat yang sama.

Pada orang dewasa yang sakit kritis diuji dengan posisi setengah duduk atau terlentang, udara
dalam ruang pleura mungkin nampak anteromedial sepanjang medistinum, pada suatu posisi
subpulmonary, pada posisi apicolateral atau posteromedial dalam area paraspinal. Udara
mungkin dapat diamati dalam celah interlobaus, terutama sekali didalam celah kecil sisi kanan
pneumothoraks. Tanda cekungan yang dalam diuraikan oleh Gordon pada foto posisi terlentang
pada pasien pneumothoraks. Foto ini terdiri dari radiolusen yang relatif pada kedalaman sulcus
costophrenicus samping yang menandakan udara dalam area ini.

Hasil diagnosa mungkin tidak dapat terlihat dalam foto polos. Oleh karena itu, CT dapat
digunakan jika informasi mengenai kehadiran atau ketidakhadiran pneumothoraks adalah hal
yang sangat penting, karena pneumothoraks relatif lebih mudah dideteksi pada CT sesuai
potongan aksis

Secara ringkas, hasil diagnosa pneumothorax mungkin sulit untuk dibuat dalam pemeriksaan
hasil radiografi dada. Terutama sekali pada foto pasien dalam posisi terlentang, proyeksi
samping mungkin bisa untuk mengkonfirmasikan kehadiran pneumothoraks manakala proyeksi
dari depan samar-samar. Ketika pneumothoraks kecil foto pada saat inspirasi seringkali berharga;
dan ada kalanya, ketika lokasi pneumothoraks disekeliling hadir, foto oblique dan foto lateral
diperlukan untuk visualisasi yang nyata. Adakalanya lingkaran radioopak ditemukan pada hilus
atau dibawah hilus pada pasien pneumothoraks yang besar atau luas.

2.Gas Darah Arteri.

Komplikasi Pneumothoraks

Tension Pneumothoraks: komplikasi ini terjadi karena tekanan dalam rongga pleura meningkat
sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran
darah vena ke atrium kanan. Pada foto sinar tembus dada terlihat mediastinum terdorong dan
diafragma pada sakit tertekan kebawah(1). Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernafasan
sangat terganggu yang harus segera ditangani kalu tidak akan berakibat fatal(2).

Piopneumothoraks: Berarti terdapatnya pneumothoraks disertai empiema secara bersamaan pada


satu sisi paru.

Hidro-pneumothoraks/Hemo-pneumothoraks: Pada kurang lebih 25% penderita pneumothoraks


ditemukan juga sedikit cairan dalam pleuranya. Cairan ini biasanya bersifat serosa,
serosanguinea atau kemerahan (berdarah). Hidrothorak dapat timbul dengan cepat setelah
terjadinya pneumothoraks pada kasus-kasus trauma/perdarahan intrapleura atau perforasi
esofagus (cairan lambung masung kedalam rongga pleura).
Pneumomediastinum dan emfisema subkutan: Pneumomediastinum dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan foto dada. Insidensinya adalah 1% dari seluruh pneumothoraks. Kelainan ini
dimulai robeknya alveoli kedalam jaringan interstitium paru dan kemungkinan didikuti oleh
pergerakan udara yang progresif kearah mediastinum (menimbulkan pneumomediastinum) dan
kearah lapisan fasia otot-otot leher (menimbulkan emfisema subkutan).

Pneumothoraks simultan bilateral: Pneumothoraks yang terjadi pada kedua paru secara serentak
ini terdapat pada 2% dari seluruh pneumothoraks. Keadaan ini timbul sebagai lanjutan
pneumomediastinum yang secara sekunder berasal dari emfisem jaringan interstitiel paru. Sebab
lain bisa juga dari emfisem mediastinum yang berasal dari perforasi esofagus.

Pneumothoraks kronik: Menetap selama lebih dari 3 bulan. Terjadi bila fistula bronko-pleura
tetap membuka. Insidensi pneumothoraks kronik dengan fistula bronkopleura ini adalah 5 % dari
seluruh pneumothoraks. Faktor penyebab antara lain adanya perlengketan pleura yang
menyebabkan robekan paru tetap terbuka, adanya fistula bronkopelura yang melalui bulla atau
kista, adanya fistula bronko-pleura yang melalui lesi penyakit seperti nodul reumatoid atau
tuberkuloma.

Terapi

Penanggulangan pnuemotoraks tergantung pada luas daerah yang terjangkit. “Bila sedikit, atau
kurang 20 persen, cukup diobservasi saja. Namun bila sudah meluas atau lebih 20 persen harus
dipasang water sealed drainage (WSD).

Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan udara dari rongga pleura, sehingga paru-paru bisa
kembali mengembang.
Pada pneumotoraks yang kecil biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, karena tidak
menyebabkan masalah pernafasan yang serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap.

Penyerapan total dari pneumotoraks yang besar memerlukan waktu sekitar 2-4 minggu.
Jika pneumotoraksnya sangat besar sehingga menggangu pernafasan, maka dilakukan
pemasangan sebuah selang kecil pada sela iga yang memungkinkan pengeluaran udara dari
rongga pleura. Selang dipasang selama beberapa hari agar paru-paru bisa kembali mengembang.
Untuk menjamin perawatan selang tersebut, sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit.

Untuk mencegah serangan ulang, mungkin perlu dilakukan pembedahan.


Hampir 50% penderita mengalami kekambuhan, tetapi jika pengobatannya berhasil, maka tidak
akan terjadi komplikasi jangka panjang.

Pada orang dengan resiko tinggi (misalnya penyelam dan pilot pesawat terbang), setelah
mengalami serangan pneumotoraks yang pertama, dianjurkan untuk menjalani pemedahan.
Pada penderita yang pneumotoraksnya tidak sembuh atau terjadi 2 kali pada sisi yang sama,
dilakukan pembedahan untuk menghilangkan penyebabnya.

Pembedahan sangat berbahaya jika dilakukan pada penderita pneumotoraks spontan dengan
komplikasi atau penderita pneumotoraks berulang. Oleh karena itu seringkali dilakukan
penutupan rongga pleura dengan memasukkan doxycycline melalui selang yang digunakan untuk
mengalirkan udara keluar.

Untuk mencegah kematian pada pneumotoraks karena tekanan, dilakukan pengeluaran udara
sesegera mungkin dengan menggunakan alat suntik besar yang dimasukkan melalui dada dan
pemasangan selang untuk mengalirkan udara.

contoh penelitian tentang pneumothorax bisa dilihat pada link berikut ini :

http://eprints.undip.ac.id/22319/1/Antonio.pdf

DEFINISI

Pneumotoraks (Pneumothorax) adalah akumulasi udara di dalam rongga pleura. Rongga pleura
adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.
PENYEBAB

Normalnya, tekanan di dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan di dalam paru-paru
maupun di luar rongga dada. Jika terjadi perforasi, dimana terdapat lubang yang menghubungkan
rongga pleura dengan bagian dalam paru-paru atau bagian luar rongga dada, maka udara akan
masuk ke dalam rongga pleura sampai didapatkan tekanan yang seimbang atau lubang yang ada
tertutup. Adanya udara di dalam rongga pleura ini akan menekan dan membuat paru-par menjadi
kollaps. Terkadang sebagian besar atau semua jaringan paru menjadi kollaps, sehingga penderita
mengalami sesak nafas.

Ada beberapa jenis pneumotoraks yang bisa terjadi :

- Pneumotoraks Spontan Primer

Pneumotoraks spontan primer merupakan pneumotoraks yang terjadi tanpa alasan yang jelas
pada orang-orang yang tidak ditemukan memiliki gangguan paru-paru.

Pneumotoraks spontan primer biasanya terjadi karena ada bulla atau bleb (gelembung kecil berisi
udara di paru-paru) yang pecah. Penyebab terbentuknya bulla atau bleb ini belum diketahui,
tetapi paling sering terjadi pada pria yang tinggi, kurus, berusia kurang dari 40 tahun dan
merokok.

Bulla atau bleb itu sendiri bukan merupakan suatu penyakit pada paru-paru. Sebagian besar bulla
atau bleb bisa pecah dengan sendirinya tanpa penyebab yang jelas, tetapi bisa juga karena
perubahan tekanan yang terjadi saat :

 terbang
 menyelam
 mendaki gunung (di tempat yang tinggi)

Sebagian penderita bisa pulih sempurna. Namun, sampai sekitar 50% kasus mengalami
kekambuhan.

Sumber : http://www.andes.org.uk

- Pneumotoraks Spontan Sekunder

Pneumotoraks spontan sekunder merupakan pneumotoraks yang terjadi pada orang-orang dengan
gangguan paru-paru yang mendasari.

Pneumotoraks jenis ini paling sering terjadi akibat pecahnya bulla pada orang-orang tua dengan
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), tetapi bisa juga terjadi pada orang-orang dengan
gangguan paru lainnya, misalnya fibrosis kistik, asma, emfisema, pneumonia, abses paru,
tuberkulosis, sarkoidosis, dan granulomatosis sel Langerhans. Karena adanya gangguan paru
yang mendasari, gejala dan hasil akhir penyakit umumnya lebih buruk dibandingkan dengan
pneumotoraks spontan primer. Angka kekambuhan yang terjadi mirip dengan pneumotoraks
spontan primer.

- Pneumotoraks Akibat Trauma

Pneumotoraks juga bisa terjadi akibat adanya trauma yang membuat udara masuk ke dalam
rongga pleura. Trauma yang didapat bisa berupa trauma tajam (misalnya akibat luka tusuk atau
luka tembak) maupun trauma tumpul (misalnya benturan pada didapat saat kecelakaan kendaraan
bermotor atau pukulan di dada yang menyebabkan patahnya tulang iga).

Trauma yang terjadi saat melakukan tindakan medis, misalnya torakosentesis, bronkoskopi,
torakoskopi atau resusitasi jantung paru (RJP), juga memiliki risiko untuk terjadinya
pneumotoraks. Pemakaian ventilator juga bisa menimbulkan tekanan pada paru-paru
(barotrauma) yang menyebabkan terjadinya pneumotoraks.

- Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)


Pneumotoraks ventil, atau disebut juga tension pneumothorax, merupakan pneumotoraks yang
serius dan berpotensi mengancam nyawa. Pada kondisi ini, jaringan yang meliputi daerah tempat
masuknya udara ke rongga pleura bekerja sebagai katup satu arah, sehingga udara bisa masuk ke
dalam rongga pleura, tetapi tidak bisa keluar. Kondisi ini menimbulkan tekanan yang tinggi di
dalam rongga pleura, sehingga jaringan paru bisa benar-benar kollaps. Selain itu, jantung dan
struktur lain di rongga dada juga menjadi tertekan. Tekanan yang berlebihan bisa menghambat
jantung dalam memompa darah, sehingga bisa terjadi syok.

Jika tidak diatasi, tension pneumothorax bisa menyebabkan kematian dalam waktu beberapa
menit. Untuk itu, penderita perlu segera dibawa ke dokter. Sebuah jarum perlu segera dipasang
ke bagian dada yang terkena untuk mengeluarkan tekanan di dalamnya. Setelah itu, sebuah
selang khusus dipasang secara terpisah untuk dapat terus mengeluarkan udara di dalamnya.
GEJALA

Gejala-gejala pneumotoraks yang muncul sangat bervariasi, tergantung dari berapa banyak udara
yang masuk ke dalam rongga pleura, berapa banyak jaringan paru yang kollaps, dan bagaimana
fungsi paru sebelum terjadi pneumotoraks.

Pada beberapa kasus bisa tidak timbul gejala, atau hanya berupa sedikit sesak nafas atau nyeri
dada. Tetapi bisa juga terjadi sesak nafas yang berat, syok, bahkan henti jantung.

Gejala yang muncul cenderung lebih ringan pada pneumotoraks yang terjadi secara perlahan
ketimbang pneumotoraks yang terbentuk dengan cepat, kecuali pneumotoraks yang terjadi sangat
besar sehingga menekan pembuluh darah di dada (tension pneumothorax). Gejala biasanya
mereda seiring dengan adaptasi tubuh terhadap paru-paru yang kollaps dan paru-paru perlahan-
lahan mulai mengembang kembali jika udara di rongga pleura bisa terserap.

Gejala yang umumnya terjadi :

 nyeri dada yang bersifat tajam, dan semakin berat saat penderita menarik nafas dalam
atau batuk
 sesak nafas

Sumber : http://www.buzzle.com
Gejala lain yang mungkin bisa terjadi :

 batuk kering tiba-tiba


 nyeri di bagian bahu, leher, atau perut
 warna kulit kebiruan, akibat kekurangan oksigen
 dada terasa kencang
 mudah lelah
 detak jantung yang cepat
 penurunan tekanan darah (hipotensi)

DIAGNOSA

Pemeriksaan fisik biasanya dapat memastikan diagnosa jika pneumotoraks yang terjadi besar.
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan :

 Rontgen dada, merupakan pemeriksaan penunjang yang umumnya dilakukan untuk


menunjukkan adanya udara diluar paru-paru
 CT scan dada, terkadang dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail
 Analisa gas darah

Pneumotoraks

Sumber : http://www.healthcentral.com
PENGOBATAN

Tujuan penanganan pneumotoraks adalah untuk menghilangkan tekanan pada paru-paru,


sehingga paru-paru dapat mengembang kembali, dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Penanganan yang diberikan tergantung dari seberapa berat paru-paru yang kollaps dan terkadang
kondisi umum penderita.
- Pengamatan (Observasi)

Jika hanya sedikit jaringan paru yang kollaps, mungkin pneumotoraks yang ada hanya akan
dipantau menggunakan foto rontgen dada serial, sampai udara di rongga pleura terserap
sepenuhnya dan paru-paru mengembang kembali.

Untuk itu, penderita perlu benar-benar beristirahat, karena kerja berat bisa memperburuk
kollapsnya paru-paru. Oksigen tambahan bisa diberikan untuk mempercepat proses penyerapan
udara dari dalam rongga pleura.

- Pemasangan jarum atau selang di dada

Pada pneumotoraks yang lebih besar dan menyebabkan kollapsnya jaringan paru yang lebih
banyak, mungkin diperlukan pemasangan jarum atau selang di dada untuk mengeluarkan udara
di dalamnya. Selang dada mungkin akan dibiarkan terpasang selama beberapa jam atau hari
untuk bisa terus mengeluarkan udara dari dalam rongga pleura.

- Pembedahan

Jika pemasangan selang di dada tidak dapat mengatasi pneumotoraks yang ada, maka mungkin
diperlukan pembedahan untuk menutup daerah kebocoran/lubang tempat udara masuk. Jika tidak
ditemukan adanya kebocoran, atau jika penderita tidak dapat menjalani pembedahan karena
kondisi kesehatan yang kurang baik, maka rongga pleura bisa ditutup dengan cara memberikan
bahan khusus seperti talk ke dalamnya melalui sebuah selang (pleurodesis). Cara ini bertujuan
untuk mengiritasi jaringan di sekeliling paru, sehingga selaput pleura bisa melekat dan menutup
kebocoran yang ada.

Sumber : http://www.nlm.nih.gov
PENCEGAHAN

Tidak ada cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya pneumotoraks dan kollapsnya paru-
paru, tetapi risiko dapat diturunkan dengan cara tidak merokok.
REFERENSI
- B, Allen J. Collapsed Lung. Medline Plus. 2012.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000087.htm

- L, Richard W. Pneumothorax. Merck Manual Home Health Handbook. 2012.

Kolaps Paru-Paru (Pneumothorax) DEFINISI


Kolaps paru-paru / pneumothoraks (Pneumothorax) adalah penimbunan udara atau gas di dalam
rongga pleura.
Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga
dada.

Pneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada kavum pleura. Pada kondisi normal,
rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada.
Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :
a. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus akan memasuki
kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed pneumothorax. Apabila kebocoran pleura
visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar dari
kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara semakin lama semakin banyak sehingga mendorong
mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumothorax.
b. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum pleura dengan
dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih
melewati lubang tersebut dibanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan
dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan
menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya
udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax.

PENYEBAB
Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya:

1. Pneumotoraks spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas.
Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru.
Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru
yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia
20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit
yang sama.
Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya
penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).

2. Pneumotoraks traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk,
peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya
torakosentesis).

3. Pneumotoraks karena tekanan


Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru mengalami kolaps.
Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif
sehingga terjadi syok.

GEJALA
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan
luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis).
Gejalanya bisa berupa:
Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas dalam atau
terbatuk
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:


- Hidung tampak kemerahan
- Cemas, stres, tegang
- Tekanan darah rendah (hipotensi).

DIAGNOSA
Pemeriksaan fisik dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya penurunan suara pernafasan pada sisi
yang terkena.
Trakea (saluran udara besar yang melewati bagian depan leher) bisa terdorong ke salah satu sisi karena
terjadinya pengempisan paru-paru.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:


Rontgen dada (untuk menunjukkan adanya udara diluar paru-paru)
Gas darah arteri.
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan udara dari rongga pleura, sehingga paru-paru bisa
kembali mengembang.
Pada pneumotoraks yang kecil biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, karena tidak menyebabkan
masalah pernafasan yang serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap.

Penyerapan total dari pneumotoraks yang besar memerlukan waktu sekitar 2-4 minggu.
Jika pneumotoraksnya sangat besar sehingga menggangu pernafasan, maka dilakukan pemasangan
sebuah selang kecil pada sela iga yang memungkinkan pengeluaran udara dari rongga pleura. Selang
dipasang selama beberapa hari agar paru-paru bisa kembali mengembang. Untuk menjamin perawatan
selang tersebut, sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit.
Untuk mencegah serangan ulang, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Hampir 50% penderita mengalami kekambuhan, tetapi jika pengobatannya berhasil, maka tidak akan
terjadi komplikasi jangka panjang.

Pada orang dengan resiko tinggi (misalnya penyelam dan pilot pesawat terbang), setelah
mengalami serangan pneumotoraks yang pertama, dianjurkan untuk menjalani pemedahan.
Pada penderita yang pneumotoraksnya tidak sembuh atau terjadi 2 kali pada sisi yang sama, dilakukan
pembedahan untuk menghilangkan penyebabnya.

Pembedahan sangat berbahaya jika dilakukan pada penderita pneumotoraks spontan dengan
komplikasi atau penderita pneumotoraks berulang. Oleh karena itu seringkali dilakukan penutupan rongga
pleura dengan memasukkan doxycycline melalui selang yang digunakan untuk mengalirkan udara keluar.

Untuk mencegah kematian pada pneumotoraks karena tekanan, dilakukan pengeluaran udara
sesegera mungkin dengan menggunakan alat suntik besar yang dimasukkan melalui dada dan
pemasangan selang untuk mengalirkan udara.

Epidemiologi
Pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi pneumothorax spontan dan traumatik. Pneumothorax
spontan merupakan pneumothorax yang terjadi tiba-tiba tanpa atau dengan adanya penyakit paru yang
mendasari. Pneumothorax jenis ini dibagi lagi menjadi pneumothorax primer (tanpa adanya riwayat
penyakit paru yang mendasari) maupun sekunder (terdapat riwayat penyakit paru sebelumnya).
Insidensinya sama antara pneumothorax primer dan sekunder, namun pria lebih banyak terkena dibanding
wanita dengan perbandingan 6:1. Pada pria, resiko pneumothorax spontan akan meningkat pada perokok
berat dibanding non perokok. Pneumothorax spontan sering terjadi pada usia muda, dengan insidensi
puncak pada dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun). Sementara itu, pneumothorax traumatik dapat
disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung pada dinding dada, dan diklasifikasikan menjadi
iatrogenik maupun non-iatrogenik. Pneumothorax iatrogenik merupakan tipe pneumothorax yang sangat
sering terjadi.

 Anatomi dan Fisiologi Sistem Respiratorius

a. Anatomi

Ø Dinding Thorax
Dinding thorax terdiri atas kulit, fascia, saraf, otot, dan tulang. Kerangka dinding thorax membentuk
sangkar dada osteokartilaginous yang melindungi jantung, paru-paru, dan beberapa organ rongga
abdomen. Kerangka thorax terdiri dari vertebra thoracica dan discus intervertebralis, costae dan cartilago
costalis, serta sternum. Beberapa otot pernafasan yang melekat pada dinding dada antara lain:
a. Otot-otot inspirasi
M. intercostalis externus, M. levator costae, M. serratus posterior superior, dan M scalenus
b. Otot-otot ekspirasi
M. intercostalis internus, M. transversus thoracis, M. serratus posterior inferior, M. subcostalis.
Ø Traktus Respiratorius
Traktus respiratorius dibedakan menjadi dua, yaitu traktus respiratorius bagian atas dan bagian bawah.
Traktus respiratorius bagian atas terdiri dari cavum nasi, nasofaring, hingga orofaring. Sementara itu,
traktus respiratorius bagian bawah terdiri atas laring, trachea, bronchus (primarius, sekundus, dan tertius),
bronchiolus, bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, dan alveolus.
Paru-paru kanan terdiri atas 3 lobus (superior, anterior, inferior), sementara paru-paru kiri terdiri atas 2
lobus (superior dan inferior). Masing-masing paru diliputi oleh sebuah kantung pleura yang terdiri dari dua
selaput serosa yang disebut pleura, yaitu pleura parietalis dan visceralis. Pleura visceralis meliputi paru-
paru termasuk permukaannya dalam fisuran sementara pleura parietalis melekat pada dinding thorax,
mediastinum dan diafragma. Kavum pleura merupakan ruang potensial antara kedua lapis pleura dan
berisi sedikit cairan pleura yang berfungsi melumasi permukaan pleura sehingga memungkinkan gesekan
kedua lapisan tersebut pada saat pernafasan.
Fisiologi
Proses inspirasi jika tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer. Tekanan paru dapat lebih kecil jika
volumenya diperbesar. Membesarnya volume paru diakibatkan oleh pembesaran rongga dada.
Pembesaran rongga dada terjadi akibat 2 faktor, yaitu faktor thoracal dan abdominal. Faktor thoracal
(gerakan otot-otot pernafasan pada dinding dada) akan memperbesar rongga dada ke arah transversal dan
anterosuperior, sementara faktor abdominal (kontraksi diafragma) akan memperbesar diameter vertikal
rongga dada. Akibat membesarnya rongga dada dan tekanan negatif pada kavum pleura, paru-paru
menjadi terhisap sehingga mengembang dan volumenya membesar, tekanan intrapulmoner pun menurun.
Oleh karena itu, udara yang kaya O2 akan bergerak dari lingkungan luar ke alveolus. Di alveolus, O 2 akan
berdifusi masuk ke kapiler sementara CO2 akan berdifusi dari kapiler ke alveolus.
Sebaliknya, proses ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih besar dari tekanan atmosfer. Kerja
otot-otot ekspirasi dan relaksasi diafragma akan mengakibatkan rongga dada kembali ke ukuran semula
sehingga tekanan pada kavum pleura menjadi lebih positif dan mendesak paru-paru. Akibatnya, tekanan
intrapulmoner akan meningkat sehingga udara yang kaya CO2 akan keluar dari peru-paru ke atmosfer.
Patofisiologi
Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Di antara pleura parietalis dan visceralis
terdapat cavum pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit cairan serous jaringan. Tekanan intrapleura
selalu berupa tekanan negatif. Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam proses respirasi. Proses
respirasi terdiri dari 2 tahap : fase inspirasi dan fase eksprasi. Pada fase inspirasi tekanan intrapleura : -9
s/d -12 cmH2O; sedangkan pada fase ekspirasi tekanan intrapleura: -3 s/d -6 cmH2O.
Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya udara pada cavum pleura menyebabkan
tekanan negatif pada intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan mengganggu pada proses respirasi.
Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :

1. Pneumotorak spontan

Oleh karena : primer (ruptur bleb), sekunder (infeksi, keganasan), neonatal

2. Pneumotorak yang di dapat

Oleh karena : iatrogenik, barotrauma, trauma


Pneumotorak dapat dibagi juga menurut gejala klinis

1. Pneumotorak simple : tidak diikuti gejala shock atau pre-shock


2. Tension Pnuemotorak : diikuti gejala shock atau pre-schock

Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya dengan hubungan luar menjadi :

1. Open pneumotorak
2. Closed pneumotorak

Secara garis besar ke semua jenis pneumotorak mempunyai dasar patofisiologi yang hampir sama.
Pneumotorak spontan, closed pneumotorak, simple pneumotorak, tension pneumotorak, dan open
pneumotorak
Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan pleura visceralis. Apabila dinding
alveolus dan pleura visceralis yang lemah ini pecah, maka akan ada fistel yang menyebabkan udara
masuk ke dalam cavum pleura. Mekanismenya pada saat inspirasi rongga dada mengembang, disertai
pengembangan cavum pleura yang kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang, seperti balon
yang dihisap. Pengembangan paru menyebabkan tekanan intralveolar menjadi negatif sehingga udara luar
masuk. Pada pneumotorak spontan, paru-paru kolpas, udara inspirasi ini bocor masuk ke cavum pleura
sehingga tekanan intrapleura tidak negatif. Pada saat inspirasi akan terjadi hiperekspansi cavum pleura
akibatnya menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi mediastinal kembali lagi ke posisi
semula. Proses yang terjadi ini dikenal dengan mediastinal flutter.
Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga respirasi paru sisi sebaliknya masih bisa
menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan sempurna.
Terjadinya hiperekspansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock atau shock dikenal dengan simple
pneumotorak. Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan tidak adanya hubungan dengan lingkungan
luar dikenal dengan closed pneumotorak.
Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan balik secara maksimal karena elastic recoil dari kerja
alveoli tidak bekerja sempurna. Akibatnya bilamana proses ini semakin berlanjut, hiperekspansi cavum
pleura pada saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada
paru dan cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup, terjadilah penekanan vena cava, shunting
udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau
shock oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak.
Pada open pneumotorak terdapat hubungan antara cavum pleura dengan lingkunga luar. Open
pneumotorak dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan dapat inkomplit (sebatas pleura parietalis) atau
komplit (pleura parietalis dan visceralis). Bilamana terjadi open pneumotorak inkomplit pada saat inspirasi
udara luar akan masuk ke dalam cavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat mengembang karena tekanan
intrapleura tidak negatif. Efeknya akan terjadi hiperekspansi cavum pleura yang menekan mediastinal ke
sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal bergeser ke mediastinal yang sehat. Terjadilah mediastinal
flutter.
Bilamana open pneumotorak komplit maka saat inspirasi dapat terjadi hiperekspansi cavum pleura
mendesak mediastinal ke sisi paru yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada cavum pleura dan
paru karena luka yang bersifat katup tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan vena cava, shunting udara
ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh
karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak.

Penatalaksanaan Trauma Toraks


Prinsip

 Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary survey
- secondary survey)
 Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif (berturutan)
 Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah : portable x-
ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan melakukan
pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang emergency.
 Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk menemukan
masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa.
 Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau setelah
melakukan prosedur penanganan trauma.

Primary Survey
Airway
Assessment :

 perhatikan patensi airway


 dengar suara napas
 perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada

Management :

 inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda
yang menghalangi jalan napas
 re-posisi kepala, pasang collar-neck
 lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal)

Breathing
Assesment

 Periksa frekwensi napas


 Perhatikan gerakan respirasi
 Palpasi toraks
 Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

Management:

 Lakukan bantuan ventilasi bila perlu


 Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks, open pneumotoraks,
hemotoraks, flail chest

Circulation
Assesment

 Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi


 Periksa tekanan darah
 Pemeriksaan pulse oxymetri
 Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)

Management
 Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
 Torakotomi emergency bila diperlukan
 Operasi Eksplorasi vaskular emergency

Tindakan Bedah Emergency

1. Krikotiroidotomi
2. Trakheostomi
3. Tube Torakostomi
4. Torakotomi
5. Eksplorasi vaskular

PENATALAKSANAAN PNEUMOTHORAKS (UMUM)


Tindakan dekompressi yaitu membuat hubungan rongga pleura dengan udara luar, ada beberapa cara :

1. Menusukkan jarum melalui diding dada sampai masuk kerongga pleura , sehingga tekanan udara
positif akan keluar melalui jarum tersebut.
2. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil, yaitu dengan :
a. Jarum infus set ditusukkan kedinding dada sampai masuk kerongga pleura.
b. Abbocath : jarum Abbocath no. 14 ditusukkan kerongga pleura dan setelah mandrin
dicabut, dihubungkan dengan infus set.
c. WSD : pipa khusus yang steril dimasukkan kerongga pleura.

PENATALAKSANAAN PNEUMOTHORAKS (Spesifik)


Pneumotoraks Simpel
Adalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra toraks yang progresif.
Ciri:

 Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
 Tidak ada mediastinal shift
 PF: bunyi napas ↓ , hyperresonance (perkusi), pengembangan dada ↓

Pneumotoraks Tension
Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang semakin lama semakin
bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil (udara dapat masuk
dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar).
Ciri:
 Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps total paru, mediastinal
shift (pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi trakhea , venous return ↓ → hipotensi &
respiratory distress berat.
 Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu, hipotensi, JVP ↑,
asimetris statis & dinamis
 Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu Ro

Penatalaksanaan:

1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)
2. WSD

Open Pneumothorax
Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara dapat keluar dan masuk
rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal
juga sebagai sucking-wound . Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan:

1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil)


2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra toraks lain.
4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)

Anda mungkin juga menyukai