Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KASUS RANGKAP JABATAN OLEH PRESIDEN

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas Pendidikan Pancasila

Ditulis oleh

Nama Sariyatul Ilyana (12803241025)

Jurusan Pendidikan Akuntansi

Kelas A 2012

PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayatnya
kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ANALISIS KASUS RANGKAP JABATAN OLEH PRESIDEN SUSILO BAMBANG
YUDHOYONO”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan
menyelesaikan mata kuliah Pendidikan Pancasila di fakultas ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.

Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya pada:

1. Ibu
2. Keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan pada penulis,
serta
3. Rekan-rekan Pendidikan Akuntansi kelas A 2012 yang secara langsung maupun
tidak langsung membantu dalam penulisan makalah ini.

Penulis sangat berharap atas kritik dan saran dari pembaca atas makalah ini demi
sempurnanya makalah. Penulis juga berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca
dan mampu diimplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

Yogyakarta, 20 April 2013

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 2
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 2
D. MANFAAT ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. PENGARUH RANGKAP JABATAN TERHADAP TUGAS DAN WEWENANG
PRESIDEN ............................................................................................................................. 3
B. PENGARUH RANGKAP JABATAN OLEH PRESIDEN SBY TERHADAP
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN NEGARA ................................................................................ 7
C. PENERAPAN UU RANGKAP JABATAN PADA MASA PEMERINTAHAN RIS
1959 ........................................................................................................................................ 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 10
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 10
B. SARAN ......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Berdasarkan UUD 2945 hasil amandemen, Presiden merupakan
penyelenggara pemerintahan tertinggi disamping MPR dan DPR yang dipilih
secara langsung oleh rakyat. Presiden memiliki tugas dan wewenang yang
ditujukan untuk mengatur serta menciptakan kesejahteraan rakyatnya. Fokus
adalah salah satu hal penting yang harus dipegang oleh Presiden karena tugas-
tugas yang diembannya untuk mengatur jalannya pemerintahan negara serta
mengatur kepentingan publik yang akan dirasakan refleksitasnya oleh
masyarakat.

Namun, beberapa waktu ini terdapat pemberitaan yang dipublikasikan


oleh media massa yang menyatakan bahwa rangkap jabatan yang dilakukan
oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono dapat menyebabkan ketidak
fokusannya terhadap tugas-tugas negara. Seperti yang diberitakan oleh surat
kabar harian online liputan6.com, bahwa Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono yang selalu menyerukan agar pejabat negara lebih mendahulukan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, telah mengingkari
pidatonya sendiri. Hal tersebut karena kini beliau menjabat sebagai Ketua
Umum Partai Demokrat, padahal Presiden SBY melarang para menteri untuk
merangkap jabatan lain. Meskipun rangkap jabatan belum diatur dalam
undang-undang, beberapa pihak menganggap bahwa SBY gagal memahami
prinsip demokrasi yang ada di Indonesia. Secara tidak langsung, Presiden
SBY telah memperlihatkan sikap yang lebih memikirkan kepentingan partai
daripada kepentingan rakyat, karena mau menerima jabatan Ketua Umum
Partai Demokrat. bukan hanya menjabat dalam partai politik, SBY juga masih
menjabat sebagai ketua Dewan Kehormatan, Ketua Majelis Tinggi, dan Ketua

1
Dewan Pembina. Karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang hasil
penganalisaan kasus rangkap jabatan oleh presiden SBY.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengaruh rangkap jabatan terhadap tugas dan wewenang yang
diemban presiden SBY sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan?
2. Bagaimana pengaruh rangkap jabatan oleh presiden terhadap kebijakan-
kebijakan negara?
3. Bagaimana penerapan UU Rangkap Jabatan pada pemerintahan RIS
1959?

C. TUJUAN
1. Memahami tugas dan wewenang presiden
2. Mengetahui pengaruh rangkap jabatan oleh presiden terhadap jabatan
partai politiknya
3. Mengetahui penerapan UU Rangkap Jabatan pada pemerintahan RIS
1959 serta

D. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta
pemahaman kepada pembaca atas penganalisisan kasus rangkap jabatan oleh
presiden

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGARUH RANGKAP JABATAN TERHADAP TUGAS DAN


WEWENANG PRESIDEN
Sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensil dimana seorang presiden di negara tersebut memperoleh dua
jabatan, yaitu sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Di era
demokrasi saat ini pemilihan presiden dan wakil presiden dipilih melalui
Pemilihan Umum (Pemilu) yang secara langsung dipilih oleh rakyat. Calon
presiden dan wakil presiden harus mempunyai kendaraan politik, yaitu partai
politik sebagai salah satu syarat untuk menjadi presiden maupun wakil
presiden. Seperti yang diungkapkan pada UU No. 23 Tahun 2003 Pasal 1 (6)
yang menyatakan bahwa Pasangan calon presiden dan wakil presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah
memenuhi syarat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tugas dan wewenang presiden dalam


mengatur pemerintahan serta kebutuhan publik sangatlah berarti. Apalagi
disini tugas seorang presiden di dalam negara yang menganut sistem
presidensil adalah menjadi kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Kepala negara dalam konteks ini mempunyai tanggung jawab dan hak politis
yang ditetapkan sesuai dengan konstitusi sebuah negara dan kepala
pemerintahan mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan segala tugas
pemerintahan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.

Tugas dan wewenang presiden telah diatur dalam UUD 1945, yang
disebutkan bahwa pada:

a. Pasal 4 UUD 1945


1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
b. Pasal 5 UUD 1945

3
1. Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
2. Presiden menetapkan peraturan pemerintahan untuk menjalankan
undang-undang sebagaimana mestinya.
c. Pasal 10 UUD 1945
1. Memegang Kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
laut.
d. Pasal 11 UUD 1945
1. Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
yang terkait dengan beban keuangan Negara dan/ atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan
persetujuan DPR
e. Pasal 12 UUD 1945
1. Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya
keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang.
f. Pasal 13 UUD 1945
1. Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden
memperhatikan pertimbangan DPR. (ayat 1)
2. Menerima penemparan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR. (ayat 3)
g. Pasal 14 UUD 1945
1. Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung.
2. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
DPR
h. Pasal 15 UUD 1945
1. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur
dengan UU

4
i. Pasal 16 UUD 1945
1. Presiden membentuk suatu Dewan Pertimbangan yang bertugas
memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang
selanjutnya diatur dalam Undang-Undang
j. Pasal 17 UUD 1945
1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri Negara
k. Pasal 20 UUD 1945
1. Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang. (ayat 4)
2. Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari
semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan
undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan (ayat 5)
l. Pasal 22 UUD 1945
1. Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
m. Pasal 23 UUD 1945
1. Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara
diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah. (ayat 2)
n. Pasal 23 F UUD 1945
1. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat dan diresmikan oleh Presiden
o. Pasal 24 A UUD 1945
1. Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan
Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden. (ayat 3)
p. Pasal 24 B UUD 1945

5
1. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (ayat 3)
q. Pasal 24 C UUD 1945
1. Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-
masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. (ayat 3)

Selain semua tugas yang diemban oleh presiden diatas, presiden juga
berwewenang atas beberapa hal yang telah diatur dalam UUD 1945,
diantaranya:

1. Kewenangan yang bersifat eksekutif atau kewenangan dalam


penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan undang-undang dasar
2. Kewenangan yang bersifat legislatif atau kewenangan untuk mengatur
kepentingan umum atau publik
3. Kewenangan yang bersifat judisial dalam rangka pemulihan keadilan
yang terkait dengan putusan pengadilan, yaitu untuk mengurangi masa
hukuman, pengampunan ataupun menghapuskan tuntutan yang terkait
dengan kewenangan pengadilan
4. Kewenangan bersifat diplomatik yaitu kewenangan dalam menjalin
hubungan dengan negara lain atau subjek hukum internasional yang
lainnya dalam konteks hubungan luar negeri, baik dalam keadaan
perang atau damai
5. Kewenangan bersifat administratif
Keadaan presiden SBY yang merangkap jabatan dengan menjadi
pihak penting dalam organisasi lain tersebut justru dapat menjadikannya tidak
fokus pada tugas dan wewenang tersebut. Padahal tugas dan wewenang
tersebut dilakukan untuk kepentingan pemerintahan dan publik. Hal ini bisa
saja mengganggu stabilitas pemerintahan Indonesia karena situasi kepala
negara yang tidak dapat fokus terhadap permasalahan-permasalahan publik.

6
B. PENGARUH RANGKAP JABATAN OLEH PRESIDEN SBY
TERHADAP KEBIJAKAN-KEBIJAKAN NEGARA
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan presiden ke-
6 Indonesia dan merupakan presiden pertama yang dipilih oleh rakyat secara
langsung melalui pemilu. Presiden SBY menjabat sebagai presiden pada
tahun 2004 untuk waktu 5 tahun dan pada tahun 2009 beliau kembali terpilih
menjadi presiden untuk waktu 5 tahun juga. Disini dapat diketahui bahwa
presiden SBY menjabatkan dirinya sebagai presiden selama 2 periode.

Namun, di masa akhir-akhir jabatannya isu-isu kontroversial mulai


bermunculan dari kalangan publik yang menyatakan bahwa presiden SBY
melakukan rangkap jabatan. Rangkap jabatan merupakan kedudukan
seseorang dalam suatu organisasi struktural yang secara bersamaan menjabat
kedudukan di organisasi lain. Rangkap jabatan yang dilakukan oleh presiden
ini menimbulkan pro dan kontra secara massif dari berbagai kalangan karena
menganggap presiden tidak dapat fokus terhadap tugas dan wewenang
negara. Meskipun rangkap jabatan belum diatur dalam undang-undang,
presiden SBY sudah gagal memahami prinsip demokrasi yang ada di
Indonesia. Prinsip demokrasi ini mengandung arti bahwa pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jabatan sebagai Ketua Dewan
Kehormatan, Ketua Majelis Tinggi, Ketua Dewan Pembina, serta Ketua
Umum Partai Demokrat yang kini disandang oleh SBY justru
memperlihatkan bahwa presiden SBY tidak secara serius menerapkan
demokrasi dalam pemerintahannya.

Rangkap jabatan yang dilakukan presiden SBY dengan partai


pengusungnya secara tidak langsung akan mempengaruhi kebijakan yang
dibuat. Partai demokrat akan banyak berpengaruh dalam pembuatan
kebijakan pemerintahan daripada partai-partai lain dalam kancah dunia
politik. Hal ini menyebabkan ketidak sinkronan kebijakan pemerintahan
karena pemihakan pada golongan tertentu yang menyebabkan kecemburuan
politik dari partai-partai lain.

7
C. PENERAPAN UU RANGKAP JABATAN PADA MASA
PEMERINTAHAN RIS 1959

Di sudut pandang lain, Undang-undang rangkap jabatan ini


sebenarnya pernah diterapkan pada masa pemerintahan Republik Indonesia
Serikat tahun 1959. Pada BAB III tentang Perlengkapan Republik Indonesia
Serikat Bagian 1 Pemerintah Pasal 71 disebutkan:

“Presiden sebelum memangku djabatan, mengangkat sumpah


(keterangan dan djandji) menurut tjara agamanja dihadapan orang2 jang
dikuasakan oleh daerah2-bagian sebagai tersebut dalam pasal 69 dan
jang untuk itu bersidang dalam rapat umum, sebagai berikut: "Saja
bersumpah (menerangkan) bahwa saja, untuk dipilih mendjadi Presiden
Republik Indonesia Serikat, langsung ataupun tak langsung, dengan
nama atau dengan dalih apapun, tiada memberikan atau mendjandjikan
ataupun akan memberikan sesuatu kepada siapapun djuga. Saja
bersumpah (berdjandji) bahwa saja, untuk melakukan atau
meninggalkan sesuatu dalam djabatan ini, tiada sekali-kali akan
menerima dari siapapun djuga, langsung ataupun tak langsung, sesuatu
djandji atau pemberian. Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja sekuat
tenaga akan memadjukan kesedjahteraan Republik Indonesia Serikat
dan bahwa saja akan melindungi dan mempertahankan kebebasan2 dan
hak2 umum dan chusus sekalian penghuni Negara. Saja bersumpah
(berdjandji) setia kepada Konstitusi dan lagi bahwa saja akan
memelihara dan menjuruh memelihara segala peraturan jang berlaku
bagi Republik Indonesia Serikat, bahwa saja akan mengabdi dengan
setia kepada Nusa dan Bangsa dan Negara dan bahwa saja dengan setia
akan memenuhi segala kewadjiban jang ditanggungkan kepada saja
oleh djabatan Presiden Republik Indonesia Serikat, sebagai sepantasnja
bagi kepala negara jang baik."

Hal ini memperlihatkan bahwa pada masa pemerintahan RIS 1959


rangkap jabatan ditentang tegas oleh pemerintahan tersebut. Hal tersebut

8
karena pemerintahan negara pusat menginginkan para presiden tiap negara
bagian melakukan tugasnya secara sungguh-sungguh untuk memajukan
kesejahteraan Republik Indonesia Serikat. Meski dalam konteks ini Indonesia
dirugikan oleh adanya pemerintahan parlementer yang dibangun oleh campur
tangan negara asing, ketegasan tersebut memberikan artian positif bagi para
kepala negara bagian, yaitu untuk menjalankan tugasnya dengan baik.

Dalam masa pemerintahan demokrasi seperti saat ini, Undang-undang


rangkap jabatan juga diperlukan agar terjadi kesungguhan dalam penerapan
demokrasi demi tercapainya tujuan negara. Undang-undang rangkap jabatan
ini dapat membatasi kedudukan seseorang dalam pemerintahan untuk
bersungguh-sungguh menjalani tugas dan wewenangnya dalam jabatan
tersebut sehingga kesejahteraan rakyat dapat tercapai tanpa adanya
keterpihakan golongan tertentu.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem pemerintahan
presidensil berasaskan demokrasi dimana seorang presiden mempunyai dua
tanggung jawab, yaitu sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Namun, adanya rangkap jabatan oleh presiden SBY menyebabkan presiden
tidak dapat menerapkan demokrasi dengan baik karena beliau mempunyai
tugas dan wewenang pada organisasi intern lain. Hal tersebut didukung
dengan adanya penjelasan beberapa media massa yang menyebutkan bahwa
presiden SBY saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan, Ketua
Majelis Tinggi, Ketua Dewan Pembina, serta Ketua Umum Partai Demokrat
ini menjadikan beliau tidak dapat fokus pada tugas negara yang tidak lain
adalah untuk mensejahterakan kepentingan publik. Kepentingan partai politik
yang dibebaninya kini dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan
pemerintahan yang dipimpin oleh presiden SBY. Undang-undang rangkap
jabatan pernah ditetapkan pada masa pemerintahan RIS 1959 yang
menyebutkan bahwa seorang pejabat negara tidak boleh merangkap
jabatannya dan hanya menjalankan tugasnya demi tercapainya kesejahteraan
Republik Indonesia Serikat. Hal positif ini perlu dianut oleh sistem
pemerintahan demokrasi saat ini demi ketercapaian tujuan negara yang tidak
lain adalah untuk kesejahteraan publik.

B. SARAN
Sudah selayaknya kita sebagai warga negara Indonesia mendukung
ditetapkannya undang-undang rangkap jabatan ini agar pejabat pemerintahan
dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa memberatkan pada urusan-
urusan organisasi mikro yang mungkin saat ini masih dijalani oleh pejabat
pemerintahan.

10
DAFTAR PUSTAKA

widji Ananta. (7 April 2013). Adnan buyung: sby ingkari pidato-pidatonya


sendiri. Liputan6.com [online]
tersedia:http://news.liputan6.com/read/551893/adnan-buyung-sby-ingkari-
pidato-pidatonya-sendiri. (7 April 2013)
tri artining putri (3 April 2013) rangkap jabatan SBY cederai kedaulatan
rakyat http://www.tempo.co/read/news/2013/04/03/078470977/Rangkap-
Jabatan-SBY-Cederai-Kedaulatan-Rakyat (7 April 2013)
koordinasi perguruan tinggi swasta wilayah xii.(2012) kabinet Indonesia
bersatu jilid 1-2 http://www.kopertis12.or.id/2012/12/20/kabinet-
indonesia-bersatu-jilid-i-ii.html (7 april 2013)
Konstitusi Republik Indonesia Serikat
http://id.wikisource.org/wiki/Konstitusi_Republik_Indonesia_Serikat

11

Anda mungkin juga menyukai