Anda di halaman 1dari 15

METODE RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Mata Kuliah : Akuntansi Keperilkuan

Dosen Pengampu : Marita Kusama Wardani,S.E.,M.Si.,Ak

Disusun oleh :

Kelompok 3 :

1. Deri Prasetyo (145121189)


2. Janan Az-Zhara (145121194)
3. Yulia Satya K (145121207)

AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
SURAKARTA
2017
PEMBAHASAN

A. Sikap dan Perilaku


Sikap dapat diartikan sebagai tindakan seseorang, lalu dari tindakan-
tindakan tersebut berkumpul menjadi kesatuan yang disebut perilaku. Jadi,
sikap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aspek keperilakuan secara
utuh. Jadi, sebelum banyak membicarakan tentang riset keperilakuan,
alangkah baiknya kita sedikit menyinggung tentang teori-teori terkait dengan
sikap.
Teori Perubahan Sikap
Setiap hari, manusia dipaksa mengubah sikap dan perilaku melalui
pesan yang dirancang khusus untuk hal tersebut. Radio, televisi, dan iklan
surat kabar selalu menghimbau manusia untuk memilih suatu cara tertentu,
membeli suatu produk tertentu, menjadi lebih simpatik ke arah tertentu, dan
berbuat sesuatu yang diarahkan oleh pesan tersebut. Teori perubahan sikap
dapat membantu memprediksi pendekatan yang paling efektif. Sikap mungkin
dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan.
Perlu diingin bahwa sikap dapat berubah tanpa dibentuk. Misalnya,
jika seseorang terpapar informasi baru mengenai suatu objek, perubahan sikap
dapat saja dihasilkan. Sebagai contoh, seorang karyawan setia yang bertugas
di bagian keuangan perusahaan pernah melakukan penggelapan dana beberapa
tahun lalu. Kejadian tersebut mengubahnya menjadi cenderung bekerja bagi
dirinya sendiri di perusahaan tersebut.
Teori Penguatan dan Tanggapan Stimulus
Teori penguatan dan tanggapan stimulus dari perubahan sikap terfokus
pada bagaimana orang menanggapi rangsangan tertentu. Tenggapan sepertinya
diulangi jika tanggapan tersebut dihargai dan dikuatkan. Teori-teori ini
diurutkan berdasarkan komponen stimulus dibandingkan tanggapan.
Teori Pertimbangan Sosial
Teori pertimbangan sosial terhadap perubahan sikap mengambil
pendekatan yang perseptual. Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu
hasil dari peubahan mengenai bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu
objek dan bukannya hasil perubahan dalam mempercayai suatu objek. Teori
ini menjelaskan manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu
jika manusia tersebut mau mamahami struktur yang menyangkut sikap orang
lain dan membuat pendekatan setidaknya untuk dapat mengubah ancaman.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah usaha untuk menyebabkan suatu
perubahan utama dalam sikap kemungkinan akan gagal, sebab perubahan
tersebut akan menghasilkan ketidaknyamanan bagi si subjek. Namun, sedikit
perusahaan dalam sikap masih dimungkinkan, jika orang mengetahui batasan
dari perusahaan yang dapat diterima. Misalnya, seorang anggota dari suatu
asosiasi profesional akan menolak untuk menghadiri rapat Komite Tindakan
Politik (KTP) karena adanya kecenderungan keterlibatan tujuan politik.
Demikian pula halnya dengan anggota lain yang hanya ingin memberikan
kontribusi yang tidak signifikan terhadap asosiasi KTP tersebut.
Pertimbangan-pertimbangan yang demikian akan menentukan pemilihan suatu
sikap yang pada gilirannya akan berdampak terhadap tindakan yang
ditujukakan oleh orang tersebut.
Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan adalah membujuk dan
menengahi dua posisi bertentangan yang masing-masing didukung oleh
komunikator. Jika komunikator memosisiskan terlalu jauh dari jangka intenal
(internal anchor), hasil yang dicapai mungkin bertentangan dan sikap tidak
akan berubah. Jika komunikasi semakin dekat dengan jangkar internal, maka
asimilasi dapat dihasilkan karena subjek tidak memersepsikan komunikasi
persuasif tersebut sebagai ancaman yang ekstrim. Adi, orang tesebut akan
mengavaluasi pesan itu secara persuasif tersebut sebagai ancaman yang
ekstrim. Jadi, orang tersebut akan mengevaluasi pesan itu secara positif dan
kemungkinan akan mengubah sikapnya.
Konsistensi dan Teori Perselisihan
Beberapa teori perubahan sikap berasumsi bahwa orang-orang
mencoba untuk memelihara konsistensi atau kesesuaian antara sikap dan
perilaku mereka. Teori ini menekankan pada pentingnya kepercayaan dan
gagasan masyarakat. Teori ini memandang perubahan sikap sebagai hal yang
masuk akal dan merupakan proses yang mencerminkan orang-orang ang
dibuat untuk menyadari inkonsistensi antar sikap dan perilaku mereka,
sehingga mereka termotivasi untuk mengoreksi inkonsistensi tersebut dengan
mengubah sikap maupun perilakunya ke arah yang lbih baik. Perlu
digarisbawahi asusmsi dari beberapa teori yang ada, di mana orang-oran tidak
dapat memahami akan inkonsistensi tersebut.
Teori konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam
ketidakstabilan walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori
perselisihan adalah suatu variasi dari teori konsistensi. Teori ini mempnyai
kaitan dengan hubungan antara unsur-unsur teori. Teori disonansi ada ketika
seseorang mengamati dua hal yang belawanan. Teori ini menganggap
prselisihan memotivais orang-orang untuk mengurangi atau menghapuskan
perselisihan. Secara psikologis, perselisihan merupakan hal yang tidak
meyenangkan sehingga orang-orang akan mencari cara menghindari itu.
Teori Disonansi Kognitif
Pada tahun 1950-an. Leon Festinger mengemukakan teori disonansi
Kognitif. Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi
dalam hal ini berati adanya suatu inkosistensi. Disonansi positif mngacu pada
setiap inkonsistensi yag dipersepsikan oleh seseorang terhadap dua atau lebih
sikapnya, atau terhadap perilaku dan sikapnya. Festinger mengatakan setiap
inkorelasi akan menghasilkan rasa tidak nyaman, dan sebagai akibatnya
seseorang akan mencoba untuk menguranginya.
Disonansi tidak bisa dilepaskan dari lingkungan kerja organisasi. Oleh
karena itu setiap orang dapat saja terlibat dalam hal ini. Festinger mengatakan
hasrat untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-
unsur yang menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang diyakini dimiliki
oleh individu terhadap unsur-unsur itu, dan imbalan yang mungkin terlibat
dalam disonansi.
Jika unsu-unsur menciptakan disonansi itu relatif tidak peting, maka
tekanan untuk mengoreksi ketidakseimbangan ini akan rendah. Tinkatan
pengaruh yang diyakini dimiliki individu terhadap unsur-unur itu berdampak
pada bagaimana mereka bereaksi terhadap disonansi tersebut. Jika mereka
memersepsikan disonansi itu sebagai akibat yang tiak dapat dikendalikan,
maka mereka tidak mempunyai pilihan. Hal ini akan membuat mereka
menjadi reseptif terhadap perubahan sikap. Imbalan juga memengaruhi tingkat
sampai sejauh apa seseorang termotivasi untuk mengurangi disonansi.
Imbalan tinggi yang menyertai disonansi tinggi cenderung mengurangi
disonansi dengan meningkatkan sisi konsistensi dari individu tersebut.
Teori Persepsi Diri
Teori persepsi diri menganggap orang-orang membanggakan sikap
berdasarkan pada bagaimana mereka mengamati dan menginterprestasikan
perilaku mereka sendiri. Dengan kata lain, teori ini mengusulkan fakta bahwa
sikap tidak menentukan perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku
terjadi guna menawarkan sikap yang konsisten dengan perilaku. Menurut teori
ini, sikap hanya akan berubah setelah perilaku berubah. Pertama, para
akuntanperilaku harus mengubah perilaku mereka; kemudian baru perubahan
sikap meyakini bahwa sikap melayani kebutuhan masyarakat. Dalam rangka
mengubah sikap, manusia harus menemukan rangsangan terhadap apa yang
akan dikembangkan brdasarkan pada kebutuhannya.
B. Pengertian Riset
Manusia mempunyai rasa keingintahuan untuk mengetahui dan
memahami suatu hal, maka terjadilah sebuah pengamatan. Sebelum
melakukan pengamatan akan muncul serangkaian pertanyaan-pertanayaan.
Dilakukannya pengamatan terhadap suatu hal tersebut dilakukan untuk
menjawab serangkaian masalah dengan pengetahuan. Hal tersebut merupakan
esensi dari kegiatan riset.
Dari penjelasan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa riset adalah
sebuah kegiata terstruktur untuk mengatur dan menyelidiki masalah-masalah,
serta menjawab pertanyaan yang muncul dan terkait dengan fakta, fenomena,
atau gejala dari masalah tersebut. Kegiatan riset dimulai dari sebuah
pertanyaan karena menghendaki suatu deskripsi yang jelas terhadap
permasalahan yang akan dipecahakan. Hal itu disebut suatu rencana untuk
menjawab pertanyaan.
Terdapat riset aplikasi dan riset yang murni yang sering dibahas. Riset
aplikasi berkaitan dengan penyelesaian masalah-masalah yang spesifik.
Sedangkan, riset yang murni atau mendasar merupakan riset yang berkenaan
dengan perbaikan terhadap terhadap pemahaman mengenai hal-hal khusus
atau istimewa. Dalam melakukan riset haus menggunakan metode khusus
sehingga hasil riset tidak bias dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Hasil riset bukanlah sesuatu yang bersifat mutlak oleh karena itu hasil riset di
satu wilayah dan wilayah lain bias berbeda, selain itu hasil riset diwilayahi
yang sama bisa berbeda jika dilakukan pada waktu yang berbeda. Hal-hal
tersebut sering terjadi pada riset-riset social.
C. Motivasi dan Tujuan Riset
Dalam mencapai tujuan perlu adanya otivasi agar tujuan dapat
tercapai. Seseorang dalam melakukan sebuah riset dimotivasi dari keinginan
yang ada dalam dirinya untuk memecahkan berbagai masalah atau persoalan
yang menjadi pengamatannya. Riset yang dilakukan mempunyai tujuan ingin
mengetahui jawaban dari masalah maupun persoalan tersebut.
Berbagai literatur menjelaskan bahwa motivasi dan tujuan riset secara
umum pada dasarnya sama, yakni riset pada prinsipnya ditimbulkan oleh dua
sisi yang terkait. Dalam sisi yang pertama, riset merupakan cerminan dari
keinginan manusia untuk memperluas pengetahuaannya mengenai sesuatu.
Sehingga, dilakukannya riset untuk lebih mendalami sesuatu yang menjadi
daya tariknya. Dan dalaam sisi yang kedua, riset dilakukan manusia untuk
memecahkan maslah-masalah yang sedang dihadapinya. Dilihat dari sisi
keduaa riset dilakukan tidak untuk menambah pengetahuan akan tetapi
dilakukaan lebih untuk memecahkan suatu masalah.
Jika dilihat dari sisi akuntansi keperilakuan, tujuan riset di bidang ini
akan menekankan pada hubungan akuntansi dengan perilaku manusia maupun
desain, konstruksi, dan penggunaan suatu sistem informasi akuntansi yang
efisien, serta dimensi social dan budaya manusia dalam suatuu organisasi.
Secara spesifik, terdapat lima tujuan spesifik dari suatuu riset, yaitu
menggambarkan fenomena, menemukan hubungan, menjelaskan fenomena,
memprediksi kejadian-kejadian di masa mendatang, dan melihat pengaruh satu
atau lebih factor terhadap satu atau lebih kejadian. Kejadian-kejadian dapat
dijelaskan dengan mengumpulkan dan mengklarifiksikan informasi. Hal ini
biasanya merupakan langkah pertama dalam suatu penyelidikan khusus. Suatu
perencanaan terhadap riset terkadang akan dilihat hanya berdasarkan pada
penjelasan informasi.
D. Replikasi
Salah satu strategi dalam melakukan riset adalah melakukan replikasi.
Replikasi merupakan gabungan dari kata duplikasi dan repetisi. Replikasi
adalah pengulangan suatu studi atau riset yag dilakukan secara sengaja. Pada
umumnya, hal ini dilakukan dengan menggunakan prosedur-prosedur yang
sama dengan riset terdahulu, tetapi menggunakan subjek yang
berbeda.Replikasi juga dapat dikatakan merupakan suatu usaha untuk meriset
ulang riset-riset terdahulu. Riset ulang dimaksudkan untuk menetapkan
validitas atau memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang kesimpulan riset
terdahulu. Penemuan penting yang diterima secara "mentah-mentah" oleh
publik biasanya sangat jarang, kecuali jika riset tersebut telah direplikasi.
Dalam riset keperilakuan, peneliti biasanya tidak mampu
menyamingkan pengalaman-pengalamannya yang bersentuhan dengan ilmu-
ilu eksakta. Riset-riset penting biasanya selalu direplikasi sebelum mereka
menemukan temuan yang dapat diterima secara ilmiah. Meskipun demikian,
mahasiswa sering memberikan kontribusi yang berhaega dengan mengulangi
rencana desain riset yang dianggap penting oleh orang lain untuk
dilaksanakan. Dalam usaha memberikan kontribusi yang signifikan,
mahasiswa seharusnya berhati-hati dalam menelaah literatur untuk
menemukan riset yang layak untuk diteliti ulang karena tidak ada riset-riset
yang dianggap sepele ketika kita melakukan hal tersebut. Oleh karena itu,
terdapat beberapa alasan logis kita harus melakukan replikasi.
Menguji Temuan Umum Riset
Riset yang dilaporkan biasanya menhasilkan temuan dan bukti yang
baru, atau temuan riset yang berbeda dengan riset sebelumnyaatau
bertentangan dengan teori-teori yang berterima umum. Banyaknya riset
replikasi tentunya sangat bermanfaat karena temuan riset tersebut dapat
mengkonfirmasi bukti-bukti baru dari riset. Jika didukung oeh replikasi, riset
sering kali merintis area penyelidikan baru yang mempunyai dampak utama
terhadap perkembangan praktik di bidang keperilakuan.
Menguji Validitas Temuan Riset dengan Populasi Berbeda
Masalah utama riset keperilakuan adalah besar kecilnyajumlah sempel
yang direpresentasikan dalam populasi. Tanpa replikasi, peneliti tidak mampu
menentukan derajat tingkat temuan yang muncul dari populasi riset yang
berbeda. Oleh karena itu, replikasi memberikan suatu alat yang sangat bernilai
kepada peneliti untuk menentukan derajat tingkat temuan riset yang dapat
digenaralisasi dengan populasi berbeda.
Menguji Kecenderungan atau Perubahan Waktu
Banyak peneliti menghasilkan ilmu pengetahuan keperilakuan yang
sebagian bergantung pada lingkungan di mana individu-individu berfungsi.
Oleh karena itu, temuan riset atau sikap rasial yang dianggap valid dua puluh
tahun lalu kemungkinan tidak lagi valid saat ini. Riset ulang merupakan alat
yang bermanfaat untuk menguji temuan-temuan terdahulu dan
mengidentifikasikan kecenderungannya.
Menguji Temuan-Temuan Penting Menggunakan Metodologi yang
Berbeda
Dalam beberapa proyek riset, terdapat suatu kemungkinan hubungan
yang diamati, yaitu penggunaan metodologi oleh peneliti dan bukan kebenaran
hubungan diantara fenomena yang dipelajari. Kebenaran hubungan seharusnya
muncul tanpa melihat alat ukur dan metode yang digunakan sepanjang alasan
peneliti valid dan tepat. Oleh karena itu, replikasi sangt bermanfaat pada
repetisi riset dengan metodologi yang berbeda. Kesimpulannya adalah
replikasi memberikan banyak dasar kepada kita untuk menilai validasi dari
temuan-temuan riset meskipun hanya satu riset yang tersedia. Terdapat
beberapa kecenderungan di tahun-tahun belakangan ini untuk menghasilkan
lebih banyak replikasi di bidang riset keperilakuan.
E. Pengembangan Desain
1. Variabel Riset
Variabel merupakan suatu sifat yang dapat memiliki berbagai
macam nilai. Variabel biasanya diekspresikan dalam bentuk simbol (x dan
y) yang padanyadilekatkan bilangan atau nilai. Suatu variabel biasanya
hanya memiliki dua nilai. Nilai variabel tergantung pada konstruksi yang
mewakilinya.
a. Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel independen (variabel bebas) merupakan jenis
variabel yang dipandang sebagai penyebab munculnya variabel
dependenyang diduga sebagai akibatnya. Variabel independen
merupakan anteseden, sedangkan variabel dependen merupakan
konsekuensi.
b. Variabel Moderasi
Variabel moderasi adalah variabel independen kedua yang
dipercaya mempunyai kontribusi yang signifikan atau mempunyai
pengaruh ketidakpastian terhadap keaslian hubunngan antara
variabel independen dan variabel dependen.
c. Variabel Intervensi
Variabel intervensi merupakan suatu mekanisme
konseptual dimana variabel independen dan variabel moderasi
mempengaruhi variabel dependen . variabel intervensi
didefinisikan sebagai faktor yang secara teoritis mempengaruhi
fenomena yang diobservas, tetapi tidak dapat dilihat, diukur atau
dimanipulasi.
2. Penggunaan Proposisi dan Hipotesis
Proposisi merupakan suatu pernyataan tentang konsep-konsep yang
dapat dipertimbangkan. Proposisi dapat menjadi suatu kebenaran atau
kebohongan apabila mengacu pada fenomena yang diobservasi, dimana
proposisi diformulasikan untuk diuji secara empiris sebagai hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
dipertanyakan. Hipotesis juga merupakan pernyataan dugaan tentang
hubuungan antara dua atau lebih variabel. Hipotesis harus menjadi
landasan logis dan pemberi arah pada proses pengumpulan data dan proses
riset serta mampu menjelaskan arah yang mau diuji dari suatu masalah
secara terperinci.
a. Kriteria Hipotesis
Dalam merumuskan sebuah hipotesis, peneliti harus
mempertimbangkan beberapa kriteria antara lain :
1. Hipotesis harus berupa pernyataan yang mengarah pada
tujuan riset
2. Hipotesis harus berupa petnyataan yang dirumuskan dengan
maksud untuk dapat diuji secara empiris
3. Hipotesis harus berupa pernyataan yang dikembangkan
berdasarkan teori-teori yang lebih kuat dibandingkan
dengan hipotesis saingan.
b. Jenis Hipotesis
Rumusan hipotesis dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk,
yaitu pernyataan jika maka atau proposisi, hipotesi nol, dan
hipotesis alternatif.
3. Pemilihan Data atau Sampel Riset
Dalam menentukan besaran sampel yang digunakan dalam riset
peneliti harus mengetahui jumlah besaran populasi keseluruhan riset. Dari
jumlah populasi tersebut, maka peneliti akan dapat menarik besarnyya
sampel representatif yang harus dipenuhi oleh peneliti untuk mampu
melakukan generalisasi terhadap kesimpulan akhir riset.
a. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan kumpulan elemen yang
berkaitan dengan harapan peneliti dalam mengambil beberapa
kesimpulan. Elemen populasi merupakan subyek berdasarkan
pengukuran yang diambil.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah maupun karakteristik
yang dimiliki oleh populasi dan dipilih secara hati-hati dari populasi
tersebut. Ide dasar dari pengambilan sampel adalah memilih sebagian
elemen di dalam suatu populasi di mana peneliti dapat menarik
kesimpulan tentang seluruh populasi. Beberapa alas an yang
mendasari utuk melakukan pengambilan sampel, yaitu :
1. Biaya yang murah
2. Akurasi hasil yang lebih baik
3. Kecepatan pengumpulan data
4. Ketersediaan elemen-elemen populasi
4. Sumber Data
Data diperlukan dalam menjawab masalah riset atau menguji
hipotesis yang telah dirumuskan. Pengumpulan data merupakan prosedur
yang sistematis dan terstandarisasi untuk memperoleh data yang
diperlukan.
a. Jenis Data

1) Data Subjek
Data subjek merupakan jenis data riset yang berupa
opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjadi subjek riset.
2) Data Fisik
Data fisik merupakan benda berwujud yang menjadi
bukti suatu keberadaan atau kejadian pada masa lalu. Data ini
dapat dikumpulkan melalui metode observasi.
3) Data Dokumenter
Data dokumenter merupakan jenis data riset yang
antara lain berupa faktur, penjualan, surat-surat, noyulen hasil
rapat, memo atau dalam bentuk laporan program. Data
dokumenter dalam riset dapat menjadi bahan atau dasar
analisis data yang kompleks yang dikumpulkan melalui
metode observasi dan analisis dokumen yang dikenal dengan
analisis kandungan.
b. Sumber Data
Sumber data merupakan awal dari mana data berasal dan
merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan pada setiap
penentuan metode pengumpulan data.
1) Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli atau pihak
pertama. Data dari sumber ini merupakan hasil
obsrvasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau
kegiatan, maupun hasil pengujian. Manfaat dari data
primer adalah unsur-unsur kebohongan tertutup
terhadap sumber fenomena.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data riset
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara. Manfaat dari data sekunder adalah
lebih meminimalkan biaya dan waktu,
mengklasifikasikan permasalahan-permasalahan,
menciptakan tolok ukur untuk mengevaluasi data
primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan
informasi.
5. Metode Pengumpulan Data
a. Survei
Interaksi langsung antara seorang peneliti dengan responden
tidak terdapat dalam metode survey. Data dikumpulkan dengan
mengirimkan surat elektronik (e-mail), menelpon atau memberikan
serangkaian pertanyaan. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden
dapat dikemukakan secara tertulis melalui kuisioner. Wawancara
melalui telepon juga dapat mengumpulkan data dalam periode waktu
yang singkat, tetapi memakan biaya yang lebih mahal dibandingkan
teknik lain.
b. Observasi
Observasi merupakan proses pencatatan pola perilaku manusia,
sesuatu hal atau kejadian yang sistematis tanpa ada pertanyaan
maupun komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Kelebihan
metode obsrvasi yaitu data yang dikumpulkan umumnya tidak
terdistorsi, lebih akurat, dan lebih bebas dari bias pihak responden.
F. Validitas dan Keandalan
1. Validitas
Validitas merupakan pokok pertimbangan untuk setiap pertanyaan
yang duajukan dan diukur dalam istilah yang berhubungan dengan
relevansi terhadap konsep yang diukur. Ada beberapa jenis validitas.
Validitas isi mengacu pada cara peneliti menggambarkan dimensi dan
konsep masalah yang ingin diukur, khusunya yang berkaitan dengan
tingkat ukuran yang diberikan untuk menutupi rentang terhadap arti
maupun suatu konsep. Ada dua jenis kriteria yang berhubungan dengan
validitas, yaitu :
a. Validitas predikatif, yaitu validitas yang berkaitan dengan
keakuratan suatu pengujian atau pengukuran dalam memprediksi
perilaku.
b. Validitas konkruen, yaitu validitas yang berkaitan dengan
hubungan antara alat ukur dan kriteria sekarang atau masa lalu.
c. Validitas konstruksi, yaitu validitas yang berdasarkan pada suatu
pertimbangan tentang kesesuaian hasil pengukuran dengan teori.
2. Keandalan
Suatu instrumen alat ukur yang andal akan menghasilkan alat ukur yang
stabil. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen
pengukuran.
G. Memilih Responden/Informan
Langkah pertama dalam memilih responden adalah menentukan
populasi untuk menentukan suatu sensus atau suatu sampel. Sensus adalah
kegiatan untuk mencari seluruh informasi yang dikumpulkan dari setiap
elemen dalam populasi. Suatu sensus akan tepat ketika :
1. Populasinya kecil dan biaya pengumpulan data tidak melebihi biaya
pengambilan sampel secara signifikan
2. Penting untuk mengetahui setiap unsur dalam populasi
3. Resiko dalam perbaikan secara keseluruhan sangat besar.
Sampling Probabilitas dan Non-Probabilitas
Ada dua jenis desain sampling yaitu sampling probabilitas dan
smpling non-probabilitas. Sampling probabilitas menggunakan beberapa
bentuk dari sampling acak, sedangkan sampling non-probabilitas tidak
meggunakan sampling acak. Dalam sampling probabilitas, setiap elemen
dalam populasi probabilitasnya yang dipilih telah diketahui, sedangkan dalam
sampling non-probabilitas tidak diketahui. Ada beberapa sampling
probabilitas, yaitu acak, sistematis, terstratifikasi, kelompok dan sebagainya.
H. Instrumen Riset
Kuesioner merupakan langkah lain yang penting dalam proses riset.
Kuisioner didesain secara menarik agar responden tertarik untuk menjawab
pertanyaan kuesioner tersebut dan akan meningkatkan tingkat respons,
validitas dan keandalan data.
I. Analisis Data dan Persiapan Laporan
Analisis data dilakukan setelah semua data yang diperlukan dalam riset
sudah terkumpul. Seorang analis biasanya melakukan beberapa tahap
persiapan data untuk memudahkan proses analisis data. Pemanfaatan bebagai
alat analisis bergantung pada jenis riset dan data yang diperoleh. Tahap akhir
dari suatu riset adalah penyusunan laporan riset. Laporan riset berisi tentang
hal-hal yang terkait dengan kegiatan peneliti sejak tahap persiapan hingga
interpretasi dan penyimpulan hasil analisis. Bentuk laporan riset sangat
dipengaruhi oleh keinginan analis, hal-hal yang perlu dilaporkan dan
permintaan dari para sponsor riset.

Anda mungkin juga menyukai