Anda di halaman 1dari 12

DIABETIK RETINOPATI

OLEH:

Dr. RODIAH RAHMAWATY LUBIS,SpM

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP.H.ADAM MALIK

MEDAN

2007

Rodiah Rahmawaty : Diabetik Retinopati, 2007


USU Repository © 2008
PENDAHULUAN

Diabetik retiopati merupakan penyulit penyakit Diabetes Melitus yang paling

ditakuti.10 Karena insidennya yang cukup tinggi dan prognosanya yang kurang baik

bagi penglihatan.2Meskipun dapat dihindari dengan mengontrol kadar gula darah yang

baik dan deteksi dini jika ada kelainan pada mata. Diabetes telah menjadi penyebab

kebutaan utama di Amerika Serikat.1,4,5, Biasanya mengenai penderita berusia 20-64

tahun sedangkan di negara berkembang setidaknya 12% kasus kebutaan disebabkan

diabetes.4 Resiko ini jarang ditemukan pada anak dibawah umur 10 tahun, dan

meningkat setelah pubertas .4 Hal ini terjadi 20 tahun setelah menderita diabetes.4

DEFENISI

Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh

kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh halus,1 meliputi arteriol prekapiler

retina, kapiler-kapiler dan vena-vena.2

Gambar 1

2
EPIDEMIOLOGI

Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan yang paling sering di

jumpai, terutama di negara barat.1 Kira-kira 1 dari 900 orang berusia 25 tahun

mengidap diabetes dan kira-kira 1 dari 25 orang berusia 60 tahun adalah penyandang

diabetes. Prevalensi retinopati diabetik proliferatif pada diabetes tipe 1 dengan lama

penyakit 15 tahun adalah 50%.1 Retinopati diabetik jarang ditemukan pada anak-anak

dibawah umur 10 tahun tanpa memperhatikan lamanya diabetes. Resiko

berkembangnya retinopati meningkat setelah pubertas.4

ETIOLOGI

Penyebab pasti retinopati diabetik belum diketahui. Tetapi diyakini bahwa

lamanya terpapar pada hiperglikemia ( kronis ) menyebabkan perubahan fisiologi dan

biokimia yang akhirnya menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah.4 Hal ini

didukung oleh hasil pengamatan bahwa tidak terjadi retinopati pada orang muda

dengan diabetes tipe 1 paling sedikit 3-5 tahun setelah awitan penyakit ini. Hasil

serupa telah diperoleh pada diabetes tipe 2, tetapi pada pasien ini onset dan lama

penyakit lebih sulit ditentukan secara tepat.1

Perubahan abnormalitas sebagian besar hematologi dan biokimia telah

dihubungkan dengan prevalensi dan beratnya retinopati antara lain :4

• Adhesif platelet yang meningkat.

• Agregasi eritrosit yang meningkat.

• Abnormalitas lipid serum.

3
• Fibrinolisis yang tidak sempurna.

• Abnormalitas dari sekresi growth hormon

• Abnormalitas serum dan viskositas darah.

KLASIFIKASI

Berkaitan dengan prognosis dan pengobatan, maka retinopati diabetik dibagi

menjadi :1,2,4

1. Retinopati Diabetik Non Proliferatif, atau dikenal juga dengan retinopati

diabetik dasar ( Background Diabetic Retinopathy ).

2. Retinopati Diabetik Proliferatif.

PATOFISIOLOGI

1. Retinopati Diabetik Non Proliferatif

Merupakan bentuk yang paling umum dijumpai.2 Merupakan cerminan klinis

dari hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh yang terkena.1 Disebabkan oleh

penyumbatan dan kebocoran kapiler , mekanisme perubahannya tidak diketahui tapi

telah diteliti adanya perubahan endotel vaskuler ( penebalan membran basalis dan

hilangnya pericyte ) dan gangguan hemodinamik ( pada sel darah merah dan agregasi

platelet ).3 Disini perubahan mikrovaskular pada retina terbatas pada lapisan retina

( intraretinal ), terikat ke kutub posterior dan tidak melebihi membran internal.4

Karakteristik pada jenis ini adalah dijumpainya mikroaneurisma multiple yang

dibentuk oleh kapiler-kapiler yang membentuk kantung-kantung kecil menonjol

4
seperti titik-titik, vena retina mengalami dilatasi dan berkelok-kelok, bercak

perdarahan intraretinal.1,4 Perdarahan dapat terjadi pada semua lapisan retina dan

berbentuk nyala api karena lokasinya didalam lapisan serat saraf yang berorientasi

horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak terletak di lapisan

retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi vertikal.1

Retinopati Diabetik Preproliferatif dan Edema Makula

Merupakan stadium yang paling berat dari Retinopati Diabetik Non

Proliferatif.1,5 Pada keadaan ini terdapat penyumbatan kapiler mikrovaskuler dan

kebocoran plasma yang berlanjut, disertai iskemik pada dinding retina ( cotton wool

spot, infark pada lapisan serabut saraf ). Hal ini menimbulkan area non perfusi yang

luas dan kebocoran darah atau plasma melalui endotel yang rusak. Ciri khas dari

stadium ini adalah cotton wool spot, blot haemorrage, intraretinal Microvasculer

Abnormal ( IRMA ), dan rangkaian vena yang seperti manik-manik.1,3 Bila satu dari

keempatnya dijumpai ada kecendrungan untuk menjadi progresif ( Retinopati

Diabetik Proliferatif ), dan bila keempatnya dijumpai maka beresiko untuk menjadi

Proliferatif dalam satu tahun.3

Edema makula pada retinopati diabetik non proliferatif merupakan penyebab

tersering timbulnya gangguan penglihatan.2 Edema ini terutama disebabkan oleh

rusaknya sawar retina-darah bagian dalam pada endotel kapiler retina sehingga terjadi

kebocoran cairan dan konstituen plasma ke dalam retina dan sekitarnya. Edema ini

dapat bersifat fokal dan difus. Edema ini tampak sebagai retina yang menebal dan

keruh disertai mikroaneurisma dan eksudat intraretina sehingga terbentuk zona

eksudat kuning kaya lemak bentuk bundar disekitar mikroaneurisma dan paling sering

berpusat dibagian temporal makula.1

5
Retinopati Diabetik Non Proliferatif dapat mempengaruhi fungsi penglihatan

melalui 2 mekanisme yaitu :4

• Perubahan sedikit demi sedikit dari pada penutupan kapiler intraretinal

yang menyebabkan iskemik makular.

• Peningkatan permeabilitas pembuluh retina yang menyebabkan edema

makular.

2. Retinopati Diabetik Proliferatif

Merupakan penyulit mata yang paling parah pada Diabetes Melitus. Pada jenis

ini iskemia retina yang progresif akhirnya merangsang pembentukan pembuluh-

pembuluh halus ( neovaskularisasi ) yang sering terletak pada permukaan diskus dan

di tepi posterior zona perifer disamping itu neovaskularisasi iris atau rubeosis iridis

juga dapat terjadi. Pembuluh-pembuluh baru yang rapuh berproliferasi dan menjadi

meninggi apabila korpus vitreum mulai berkontraksi menjauhi retina dan darah

keluar dari pembuluh tersebut maka akan terjadi perdarahan massif dan dapat timbul

penurunan penglihatan mendadak.1

Disamping itu jaringan neovaskularisasi yang meninggi ini dapat mengalami

fibrosis dan membentuk pita-pita fibrovaskular rapat yang menarik retina dan

menimbulkan kontaksi terus-menerus pada korpus vitreum. Ini dapat menyebabkan

pelepasan retina akibat traksi progresif atau apabila terjadi robekan retina, terjadi

ablasio retina regmatogenosa. Pelepasan retina dapat didahului atau ditutupi oleh

perdarahan korpus vitreum. Apabila kontraksi korpus vitreum telah sempurna

6
dimata tersebut, maka retinopati proliferatif cenderung masuk ke stadium

involusional atau burnet-out.1

GEJALA KLINIS

Gejala subjektif yang dapat ditemui dapat berupa :8,9

• Kesulitan membaca

• Penglihatan kabur

• Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata

• Melihat lingkaran-lingkaran cahaya

• Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip

Gejala Objektif yang dapat ditemukan pada retina dapat berupa :7

• Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah

vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh

darah terutama polus posterior.

• Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya

terletak dekat mikroaneurisma dipolus posterior.

• Dilatasi pembuluh darah dengan lumennya ireguler dan berkelok-kelok.

• Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya

khusus yaitu iregular, kekuning-kuningan Pada permulaan eksudat pungtata

membesar dan bergabung. Eksudat ini dapat muncul dan hilang dalam

beberapa minggu.

7
• Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia

retina. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning

bersifat difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah

nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina.

• Pembuluh darah baru ( Neovaskularisasi ) pada retina biasanya terletak

dipermukaan jaringan. Tampak sebagai pembuluh yang berkelok-kelok ,

dalam, berkelompok, dan ireguler. Mula–mula terletak dalam jaringan

retina, kemudian berkembang ke daerah preretinal, ke badan kaca. Pecahnya

neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat menimbulkan perdarahan

retina, perdarahan subhialoid ( preretinal ) maupun perdarahan badan kaca.

• Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah

makula sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan.

Gambar 2

8
Gambar 3

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk dapat membantu mendeteksi secara awal adanya edema makular pada

retinopati diabetik non proliferatif dapat digunakan stereoscopic biomicroscopic

menggunakan lensa +90 dioptri.2 Disamping itu Angiografi Fluoresens juga sangat

bermanfaat dalam mendeteksi kelainan mikrovaskularisasi pada retinopati diabetik.

Dijumpainya kelainan pada elektroretinografik juga memiliki hubungan dengan

keparahan retinopati dan dapat membantu memperkirakan perkembangan retinopati.1

PENATALAKSANAAN

Sejauh ini belum ada pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mencegah

perkembangan retinopati diabetik.

A. Pencegahan

Suatu fakta dikemukakan bahwa insiden retinopati diabetik ini tergantung pada

durasi menderita diabetes mellitus dan pengendaliannya. Hal sederhana yang

9
terpenting yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes untuk dapat mencegah

terjadinya retinopati adalah dengan mengontrol gula darah, selain itu tekanan darah,

masalah jantung, obesitas dan lainnya harus juga dikendalikan dan diperhatikan.1,3,5

B. Pengobatan

Fokus pengobatan bagi pasien retinopati diabetik non proliferatif tanpa edema

makula adalah pengobatan terhadap hiperglikemia dan penyakit sistemuk lainnya.

Terapi Laser argon fokal terhadap titik-titik kebocoran retina pada pasien yang secara

klinis menunjukkan edema bermakna dapat memperkecil resiko penurunan

penglihatan dan meningkatka fungsi penglihatan . Sedangkan mata dengan edema

makula diabetik yang secara klinis tidak bermakna maka biasanya hanya dipantau

secara ketat tanpa terapi laser.1

Untuk retinopati diabetik proliferatif biasanya diindikasikan pengobatan

dengan fotokoagulasi panretina laser argon, yang secara bermakna menurunkan

kemungkinan perdarahan massif korpus vitreum dan pelepasan retina dengan cara

menimbulkan regresi dan pada sebagian kasus dapat menghilangkan pembuluh-

pembuluh baru tersebut, Kemungkinan fotokoagulasi panretina laser argon ini bekerja

dengan mengurangi stimulus angiogenik dari retina yang mengalami iskemik.

Tekniknya berupa pembentukan luka-luka bakar laser dalam jumlah sampai ribuan

yang tersebar berjarak teratur diseluruh retina, tidak mengenai bagian sentral yang

dibatasi oleh diskus dan pembuluh vascular temporal utama.1,6

Untuk penatalaksanaan konservatif penglihatan monokular yang disebabkan

oleh perdarahan korpus vitreum diabetes pada pasien binokular adalah dengan

membiarkan terjadinya resolusi spontan dalam beberapa bulan.1

10
Disamping itu peran bedah vitreoretina untuk retinopati diabetik proliferatif

masih tetap berkembang, sebagai cara untuk mempertahankan atau memulihkan

penglihatan yang baik.1

PROGNOSIS

Pada mata yang mengalami edema makular dan iskemik yang bermakna akan

memiliki prognosa yang lebih jelek dengan atau tanpa terapi laser, daripada mata

dengan edema dan perfusi yang relatif baik.1

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika,

Jakarta, 2000, hal. 211-214.

2. Nema HV, Text book of Opthalmology, Edition 4, Medical publishers, New Delhi,

2002, page 249-251.

3. Freeman WR, Practical Atlas of Retinal Disease and Therapy, Edition 2,

Lippincott-Raven, Hongkong, 1998, page 199-213.

4. Basic and Clinical Science Course, Retina and Vitreous, Section 12, American -

Academy of Ophtalmologi, United State, 1997, page 71-86.

5. Langston D, Manual of Ocular Diagnosis and therapy, Edition 4, Deborah Pavan-

Langston, United State, 1996, page 162-165.

6. Elkington AR, Khaw PT, Petunjuk Penting Kelainan Mata, Buku Kedokteran EGC

Jakarta, 1995, hal. 162-165.

7. Ilyas S, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, FK UI, Jakarta, 2003, hal. 224-227.

8. Diabetic Retinopathy, http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/

diabetic.retinopathy.html.

9. Diabetic Retinopathy, http://www.apagrafix.com/patiented/DiabeticRetinopathy

10.Diabetic Retinopathy, http://www.eyemdlink.com/condition.asp?conditionID.

12

Anda mungkin juga menyukai