Anda di halaman 1dari 60

MEKANIKA FLUIDA

oleh : Sujono
e-mail : jona88888@yahoo.com

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL
STEM Akamigas-CEPU
CEPU, AGUSTUS 2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah telah selesai penyusunan bahan ajar ini, walaupun masih banyak
kekurangan. Bahan ajar ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dalam
mempelajari materi kuliah Mekanika Fluida, namum untuk materi lengkap dapat
di baca pada buku acuannya.

Bahan ajar ini hanya digunakan untuk pengajaran di STEM Akamigas-CEPU, dan
hanya oleh penyusunnya sendiri. Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, maka tidak dibenarkan memakai bahan ajar ini tanpa sepengetahuan
penyusun.

Kritik dan saran perbaikan dapat disampaikan melalui e-mail :


jona88888@yahoo.com.

Demikian mudah-mudahan ada manfaatnya, terimakasih

Cepu, Agustus 2015

Penyusun

SUJONO
Fluid Mechanic-Pendahuluan

I. PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Mekanika Fluida adalah ilmu yang mempelajari gaya-gaya yang bekerja
pada fluida baik fluida dalam keadaan diam maupun bergerak. Mekanika fluida
mempelajari tingkah laku suatu fluida, baik pada kondisi diam (fluid static)
maupun dalam kondisi bergerak (fluid dynamics).

Fluida
Suatu zat (subtansi) yang dapat dengan mudah berubah bentuk
(menyesuaikan dengan tempatnya) tanpa suatu hambatan
Atau zat yang mampu mengalir dan dapat menyesuaikan diri dengan
wadah yang ditempati

Macam macam Fluida :


Cairan, Gas, Uap

1.2 Sistem Dimensi Dan Satuan


Dimensi adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan besaran
yang dapat diukur (panjang, waktu, kecepatan dll)
Besaran dalam dimensi : Besaran Primer , Besaran sekunder
Besaran Primer adalah sembarang sekala pengukuran yang sudah (kita)
tetapkan.
Besaran Sekunder adalah besaran besaran yang dimensinya ditunjukkan
dalam bentuk dimensi-dimensi dari besaran primer

1.2.1 Sistem Dimensi


Tiga macam sistem dimensi primer berdasarkan tiga cara untuk
mensepesifikasikan dimensi-dimensi primer adalah sebagai berikut :
1). Massa (M), panjang (L), waktu (t), temperatur (T)
2). Gaya (F), panjang (L), waktu (t), temperatur (T)

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas- Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
1
Fluid Mechanic-Pendahuluan

3). Gaya (F), massa (M), panjang (L), waktu (t), temperatur (T)
Setiap persamaan yang valid yang mengkaitkan besaran-besaran fisik
harus dimensional homogen, dalam hal ini berarti bahwa setiap kelompok
bagian persamaan tersebut mempunyai dimensi yang sama
 
 Ingat Hukum Newton II ( F  ma ) yang mengkaitkan empat dimensi
yaitu : F , M, L dan t.
 Pada sistem 1 gaya [F] adalah dimensi sekunder dan konstanta
proporsionalitasnya tak berdimensi
 Pada sistem 2 massa [M] sebagai dimensi sekunder dan konstanta
proporsionalitasnya juga tak berdimensi
 Pada sistem 3 gaya [F] dan massa [M] secara bersamaan adalah
dimensi primer {dalam kasus in konstanta proporsionalitasnya
 
berdimensi sehingga hukum Newton II ditulis F  m.a / g c } dan

konstanta proporsionalitasnya berdimensi [ML/Ft2] sehingga


persamaannya menjadi homogen

1.2.2 Sistem satuan


Beberapa cara untuk memilih satuan pada setiap dimensi primer
adalah sebagai berikut :

a). MLtT
Sistem satuan yang menggunakan dasar sistem dimensi MLtT adalah
sistem Satuan Standard International SI (the Systeme International
d’Unites), yang merupakan pengembangan dari Metrik tradisional
Pada sistem ini satuan masing masing besaran adalah :

Nama besaran Satuan


Massa kg
Panjang m (meter)
Waktu s (second)
Suhu K (Kelvin)

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas- Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
2
Fluid Mechanic-Pendahuluan

Dalam Hukum Newton, Gaya adalah dimensi sekunder dengan satuan


Newton (N) yaitu : 1 N = 1 kg.m/s2
dan pada sistem satuan metric absolut satuan gaya dinyatakan dalam
[dyne] yang nilainya :
1 dyne = 1 gr.cm/s2
Pada sistem satuan Metric Absolut satuan-satuannya adalah :

Nama besaran Satuan


Massa gr
Panjang cm
Waktu s (second)
Suhu K (Kelvin)

b). FLtT
Sistem satuan yang memakai dasar sistem dimensi FLtT adalah sistem
Satuan British Gravitational (the British Gravitational system of units)
sbb :

Nama besaran Satuan


Gaya lbf
Panjang ft (feet)
Waktu s (second)
Suhu R (Rankine)

Dari persamaan Hukum Newton II, maka massa adalah besaran sekunder
 
yaitu : m  F / a dan satuannya adalah (slug) yaitu :

1 slug = 1 lbf.s2/ft

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas- Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
3
Fluid Mechanic-Pendahuluan

c). FMLtT
Sistem satuan yang memakai dasar sistem dimensi ini adalah sistem
satuan English Engineering (the English Engineering system of units)
sebagai berikut :

Nama besaran Satuan


Gaya lbf
Massa lbm
Panjang ft (feet)
Waktu s (second)
Suhu R (Rankine)

Karena gaya dan massa dipakai sebagai dimensi primer maka persamaan
Hukum Newton II ditulis sbb :

 ma
F (1.1)
gc

Gaya sebesar 1 lbf adalah gaya yang bila dikenakan pada benda
bermassa 1 lbm maka benda tersebut akan mengalami percepatan
sebesar sama dengan percepatan gravitasi bumi standard 32,17 ft/s2
(32,2 ft/s2). Berdasarkan persamaan HK Newton II di atas, maka dapat
ditulis sebagai berikut :
32,2 ft / s 2
1 lb f  1 lbm (1.2)
gc
atau
32,2 lbm ft
gc  (1.3)
lb f .s 2

Karena gaya 1 lbf mempercepat massa 1 lbm sebesar 32,2 ft/s2., yang
berarti pula gaya ini akan mempercepat massa 32,2 lbm sebesar 1 ft/s2.,
dan juga massa 1 slug akan dipercepat 1 ft/s2. oleh gaya 1 lbf, maka :
1 slug = 32,2 lbm

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas- Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
4
Fluid Mechanic-Pendahuluan

1.3 Sistem satuan yang dipakai


Sistem satuan yang dipakai dalam dunia engineering masih
beragam, umumnya yang dipakai adalah sistem satuan SI dan sisten
satuan English Engineering.
Di Indonesia juga dipakai keduanya ditambah dengan pemakaian sistem
satuan metrik tradisional. Karakteristik sistem satuan metrik tradisional
hampir sama dengan sistem satuan English Engineering yaitu :
Nama besaran Satuan
Gaya kgf
Massa kgm
Panjang m (meter)
Waktu s (Second)
Suhu K (Kelvin)

Dan besarnya konstanta proporsionalitas (gc) :

gc = [9,81 m.kgm]/kgf.s2

Matrik sistem satuan


1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sistem Massa Panjang Waktu Suhu Gaya Tekanan Energi Tenaga
satuan [M] [L] [t] [T] [F] [p] (kerja) Power
[E]=[W] [P]
SI kg m s K= N Pa Joule Watt
(Second) 273 (1 Pa = (J) (W)
O 2
+ C 1N/m ) 1J= 1W=1
1Nm J/s

British Slug ft s R= lbf Psi Btu Hp


Gravi (Second) 460 1 Btu = 1 Hp =
O
tasional + F 778,2 550
lbf.ft lbf.ft/s
English lbm ft s R= lbf Psi Btu Hp
Engi (Second) 460 1 Btu = 1 Hp =
O
neering + F 778,2 550
lbf.ft lbf.ft/s
2
Metrik kgm m s K= kgf Kgf/cm Kkal Pk (Dk)
tradi (Second) 273 1 Kkal = 1 Pk =
O
sional + C 427 75
kgf.m kgf.m/s

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas- Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
5
Fluid Mechanic-Pendahuluan

Beberapa contoh satuan satuan yang perlu diingat


Panjang (L) Volume (V) Gaya (F) Massa (m)
1 inchi = 2,54 cm US gal = 3,7854 Lbf = 0,45359 kgf 1 lbm = 0,45359
1 ft = 12 inchi ltr Kgf = 2,2046 lbf kgm
1 ft = 0,3048 m Barrel (oil) = 42 Kgf = 9,8067 N slug = 32,2 lbm
1 mile = 1609,3 US gal
m
Tekanan (p) Tenaga (P) Gravitasi (g) Density
Atm. Standard Hp = 0,7457 Kw gbumi = 9,81 m/s2
= 1,01325 bar = 32,2 ft/s2
= 1,0332 kgf/cm2
= 101,325 kpa
= 14,696 psi
= 760 mm Hg
= 10,33 mka

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas- Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
6
Fluid Mechanic-Sifat sifat fluida

II. SIFAT SIFAT FLUIDA

Beberapa sifat-sifat fluida yang perlu dimengerti yang berhubungan


dengan materi pembahasan materi mekanika fluida nantinya adalah :
1. Masa jenis (  )
2. Berat jenis (  )
3. Specific Gravity (SG)
4. Kekentalan Dinamik (  )
5. Kekentalan Kinematik (   /  )
6. Vapour Pressure (Pv)

 Masa Jenis (  )
Masa jenis (specific mass) sering disebut juga densitas (density)
merupakan besaran yang menyatakan besarnya masa tiap satu
satuan volume, yang dinyatakan dengan :

m
 (2.1)
V
Dimana :  = masa jenis (densitas) , (kg/m3, slugs/ft3)
m = masa , (kg, slugs)
V = volume , (m3, ft3)

Contoh :
Benda dengan masa 1 slug
1 slug
Volumenya 1 ft3
Maka besar densitasnya : 1 slug/ft3

 Berat jenis (  ) :
Berat jenis atau berat spesifik (specific weight) merupakan besaran
yang menyatakan besarnya berat (weight) tiap satu-satuan volume,
yang dinyatakan dengan :

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
7
Fluid Mechanic-Sifat sifat fluida

W
    .g (2.2)
V

Dimana :  = berat jenis , (N/m3, lbf/ft3)


W = berat , (N, lbf)
V = volume , (m3, ft3)
 = densitas , (kg/m3, slugs/ft3)
g = gaya grafitasi , (9,81 m/s2; 32,174 ft/s2 )

 Specific Gravity (SG)


Spesific gravity atau relative density merupakan besaran yang
menyatakan perbandingan antara densitas spesifik fluida dengan
densitas spesifik air pada suatu keadaan suhu tertentu. (umumnya
pada temperatur 4OC)


SG  (2.3)
 air, std

Dimana :  = masa jenis (specific mass) fluida, (kg/m3, lbm/ft3)


 air, std = masa jenis air standar, (kg/m3, lbm/ft3)

Pada kondisi temperatur 4OC, sifat-sifat air diantaranya adalah :

Properties SI BG
air 9,81 kN/m3 62,4 lbf/ft3
air 1000 kg/m3 1,94 slugs/ft3

 Kekentalan Dinamik ()


Kekentalan dinamik atau juga kekentalan absolut merupakan besaran
yang menunjukan besarnya tahanan/ukuran tahanan aliran fluida

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
8
Fluid Mechanic-Sifat sifat fluida

 dV


dy lapisan
fluida

Gambar 2.1 Tahanan gesekan pada fluida

Dari gambar di atas, maka besarnya pergeseran (sudut  ) dari fluida


adalah :
dV
 ,
dy
Dan besarnya tegangan adalah :
dV
    
dy

atau dinyatakan dengan :

dy
 
dV

dimana :  = tegangan geser , (N/m2, lb/ft2)


 = kekentalan dinamik , absolute viscosity, (Pa.s ; Psi.s)
 = Sudut geser
dV
= perubahan kecepatan terhadap jarak paling tepi , (1/s)
dy

Satuan lain yang sering digunakan :


dyne.s
poise 
cm 2
poise
centipoise 
100

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
9
Fluid Mechanic-Sifat sifat fluida

 Kekentalan Kinematik ()


Kekentalan kinematik merupakan besaran yang menyatakan
perbandingan antara kekentalan absolut dengan densitasnya, yang
dinyatakan dengan persmaaan berikut :

  , (m2/s , ft2/s), (2.4)

Satuan-satuan lain yang sering digunakan :
cm 2
Stoke  , Centistoke  stoke / 100
s

 Vapour Pressure (Pv)


Adalah tekanan dimana fluida mulai mendidih dan menguap pada
temperatur tertentu, Vapour pressure ini besarnya tergantung temperatur
yang bersangkutan
Misal air akan menguap pada tekanan 1 atmosphere pada temperatur
100OC, bila temperaturnya turun maka Vapour pressure-nya akan turun.

Tabel 2.1 Tekanan penguapan dari air (Tabel jenuh uap air)

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
10
Fluid Mechanic-Fluida Statis

III. FLUIDA STATIS

3.1 Persamaan Tekanan


Tekanan menyatakan besarnya gaya yang bekerja pada satu-satuan luasan.
Secara sederhana kita tinjau sebuah gambaran sebagai berikut. Bila ada element
cairan berbentuk seperti gambar di bawah ini dimana luasan penampangnya
adalah A dan tingginya adalah h, maka besarnya tekanan di bagian bawah cairan
berdasarkan pernyataan diatas adalah :

Gambar 3.1 Bentuk Element Cairan

Force ( F )
pressure ( p)  (3.1)
Area ( A)

Dari gambar di atas, maka besarnya gaya (Force = F) adalah merupakan gaya
berat (weight = W) dari cairan, sehingga besarnya adalah : W = m.g, dimana m
adalah masa yang besarnya adalah m = V, dimana  adalah masa jenis, dan V
adalah volume yang besarnya adalah V = Ah dari persamaan persamaan ini maka :
mg Vg Ahg
p   , sehingga persamaan ini menjadi :
A A A

p  gh  h (3.2)

dimana : p = tekanan
W = gaya berat
A = luasan
 = berat jenis cairan

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 11


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Fluida Statis

h = tinggi cairan dalam bejana


 = densitas cairan
g = gaya grafitasi
V = volume

3.2 Variasi tekanan pada fluida diam


Dari gambar di bawah ini, maka besarnya tekanan tergantung dari kedalamannya
(jarak dari permukaan).

Gambar 3.2 Variasi tekanan dalam cairan

Dari gambar di atas dan dari persamaan tekanan maka :


p1  p2   ( z2  z1 )   .h
Sehingga besarnya h adalah :
p1  p2
h (3.3)

3.3 Tekanan fluida satu jenis


Di bawah ini menunjukan gambar bejana yang berisi fluida satu jenis. Di bawah
bejana dipasang manometer sehingga besarnya tekanan dapat terbaca pada
manometer tersebut. Sesuai dengan persamaan tekanan, maka besarnya tekanan
fluida pada dasar tangki (setinggi h dari permukaan) besarnya adalah :

p  .g.h   .h

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 12


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Fluida Statis

Gambar 3.3 Cairan sejenis dalam bejana.

Dan berdasarkan persamaan Spesifik Grafity (SG) :


cairan
SG 
 air,std
Sehingga besarnya tekanan yang terbaca pada manometer adalah :
p  (SG.air,std ).g.h (3.4)

Contoh :
Bejana dalam gambar 3.3 di atas berisi cairan dengan SG = 1 dan ketinggian
manometer dari permukaan (h) = 4 m, maka besarnya tekanan adalah :
p  ( SG. air,std ).g.h
p  (1)(1000 kg / m3 )(9,81m / s 2 )(4 m)
p  (1000)(9,81)(4) N / m 2  39,24 kN / m 2
p  39,24kPa

3.4 Cairan dua jenis atau lebih dalam satu bejana


Untuk cairan dengan dua jenis atau lebih yang berbeda dimana cairan
tersebut tidak bercampur, maka besarnya tekanan cairan pada dasar bejana adalah
merupakan jumlah dari masing masing cairan dengan ketinggian masing masing,
yang dinyatakan dengan :

ptotal  pA  pB  ...
(3.5)

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 13


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Fluida Statis

Gambar 3.4 Cairan berbeda jenis dalam satu bejana

Contoh :
Dari gambar 3.4 di atas bila h1 = 8 ft, h2 = 9 ft, h3 = 3 ft , SGA = 0,68 dan SGB = 1
maka besarnya tekanan di dasar tanki adalah penjumlahan dari masing masing
tekanan cairan dalam bejana tersebut. Besarnya tekanan masing-masing fluida
tersebut adalah :
pA = (0,68)(62,4 lb/ft3)(17 ft) = 721 lb/ft2
pB = (1)(62,4 lb/ft3)(3 ft) = 187,2 lb/ft2
Maka besarnya tekanan (p) pada dasar tanki adalah :
p = pA + pB
p = (721 + 187,2) lb/ft2 = 908,2 psf
p = (908,2)x(1/144) psi = 6,3 psi

Beberapa bentuk model bejana dibawah ini pada dasar bejana akan memiliki
tekanan yang sama, karena besarnya tekanan hanya dipengaruhi oleh ketinggian
cairan.

Gambar 3.5 Beberapa model bejana

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 14


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Fluida Statis

3.5 Pengukuran Tekanan


Dalam pengukuran tekanan dengan menggunakan manometer seperti pada gambar
3.3 di atas, maka besarnya tekanan adalah merupakan tekanan pengukuran. Saat
sebelum ada cairan dalam bejana, maka besarnya tekanan pada manometer terbaca
nol, tetapi sebenarnya manometer sudah membaca tekanan satu atmosfer. Dari
kondisi ini, maka besarnya tekanan atmosfer dan tekanan manometer adalah
merupakan tekanan absolut, sehingga besarnya tekanan absolut adalah :

Tekanan absolut = Tekanan pengukuran (gage) + Tekanan atmosfer

pabs  pg  patm pabs  pg  1 atm


, atau (3.6)

Tekanan pengukuran
Tekanan absolute

1 atm vacuum

Gambar 3.6 Hubungan tekanan pengukuran dan tekanan absolut

Contoh :
Pembacaan pada manometer terbaca 10 psi , tekanan atmosfer lokal adalah 14,7
psi maka tentukanlah besarnya tekanan absolutnya.
Jawab :
Karena 10 psi merupakan tekanan pengukuran (dari bacaan manometer), maka
besarnya tekanan absolut adalah :
pabs  pg  patm
pabs  10 psi  14,7 psi
pabs  24,7 psia

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 15


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Fluida Statis

Contoh :
Nyatakanlah tekanan 155 kPa gage ke dalam tekanan absolut. Lokal atmopheric
pressure adalah 98 kPa (abs).

Jawab :
pabs  p gage  patm

pabs = 155 kPa (gage) + 98 kpa (abs)

pabs = 253 kPa (absolute)

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 16


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Fluida Statis

Soal
1. Berdasarkan gambar di bawah ini, maka tentukanlah besarnya tekanan A
bila tekanan B terbaca 87 kPa, water = 9790 N/m3 , mercury = 133100 N/m3 ,
oil = 8720 N/m3.
(Jawab : PA = 96351 Pa  96,4 kPa)

Gambar 1
2. Berdasarkan gambar di bawah ini tekanan A terbaca 1,5 kPa. Bila fluidanya
bersuhu 20OC, maka tentukanlah level cairan di kolom B dan C (air = 12.0
N/m3, gasoline = 6670 N/m3, glycerin =12360 N/m3)

Gambar 2

3. Pada gambar di bawah ini, fluida 1 adalah minyak (SG = 0.87) dan fluida 2
adalah glycerin dengan suhu 20°C. Jika tekanan (pa) = 98 kPa, tentukanlah
tekanan di titik A.

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 17


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Fluida Statis

Gambar 3

4. Air pada suhu 25OC mengalir sesuai arah anak panah (lihat gambar di
bawah ini) dengan kemiringan (lihat gambar), bila fluida di dalam
manometer adalah mercury dengan suhu yang sama dengan fluida alir dan
ketinggian h = 2,5 m maka hitunglah beda tekanan titik 1 dan 2 dalam pipa.

Gambar 4

5. Sebuah Pompa digunakan untuk memasukan mercury dengan pelan-pelan


ke dalam bagian bawah tangki (lihat gambar), saat awal tekanan udara (pB)
terbaca 80 kPa. Pompa dihentikan setelah pB terbaca 110 kPa. Semua fluida
suhunya 20°C. Hitunglah ketinggian (h) jika patm adalah kondisi standar
pada permukaan air laut

Gambar 5

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 18


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Aliran fluida

IV. ALIRAN FLUIDA

4.1 Type-Type Aliran Fluida

Macam-macam aliran fluida dapat dibagi menjadi beberapa type diantarnya :

 Aliran Steady
Kondisi-kondisi dalam medan aliran tidak bervariasi terhadap waktu.
Suatu aliran yang kuantitas/jumlah aliranya tetap setiap satu satuan waktu (aliran
tunak)
Contoh :
Aliran air yang konstan dalam sebuah pipa

 Aliran Unsteady
Kondisi kondisi dalam medan aliran yang bervariasi terhadap waktu.
Suatu aliran yang kuantitas/jumlah aliranya selalu berubah ubah setiap satu satuan
waktu (aliran yang tidak tunak)
Contoh :
Aliran air dalam pipa yang sedang ditutup/dibuka katupnya

 Aliran Satu Dimensi


Aliran dimana semua parameter fluida & aliran (kecepatan, tekanan, temperatur,
kerapatan dan viscositasnya) konstan di seluruh potongan melintang yang normal
terhadap aliran.
Atau Suatu aliran dimana pada semua titik kecepatanya (besar dan arah) adalah
sama.
 Aliran Dua Dimensi
Atau aliran yang parameter-parameter fluida dan aliranya dinyatakan dengan
harga rata-rata dari harga-harga dalam suatu dimensi ruang.
Atau Bila kecepatan fluida berubah-ubah besarnya dari satu titik ke titik lainnya,
dan kecepatannya mempunyai komponent pada dua sumbu (2-D).

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
19
Fluid Mechanic-Aliran fluida

 Aliran Tiga Dimensi


Aliran dimana parameter parameter fluida / alirannya bervariasi dalam arah x, y, z
dalam sistem koordinat cartesius.
Atau bila kecepatan fluida berubah-ubah besarnya dari titik – ke titik lainya, dan
mempunyai komponen ke tiga sumbu koordinat.

 Aliran Laminar
Suatu aliran yang garis alir partikel-partikelnya tidak saling berseberangan (tidak
acak)

Gambar 4.1 Model aliran laminer

 Aliran Turbulent
Suatu aliran yang garis alir partikel-partikelnya saling berseberangan (saling acak
acakan)

Gambar 4.2 Model aliran turbulen

 Aliran Compressible
Suatu aliran dimana densitas fluida alirnya selalu mengalami perubahan selama
mengalir, hal ini disebabkan karena adanya pengaruh tekanan, temperatur,
sehingga fluidanya selalu mengalami kompresi dan expansi (aliran fluida
compresibel : Gas)

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
20
Fluid Mechanic-Aliran fluida

 Aliran Incompressible
Suatu aliran dimana densitas fluida alirnya cenderung tetap selama mengalir
(aliran fluida cair)

 Bilangan Reynold (RN)


Bilangan tak berdimensi yang menyatakan perbandingan gaya-gaya inersia
terhadap gaya-gaya kekentalan (Viscositas)
Bilangan ini digunakan untuk menyatakan tipe aliran yang terjadi pada fluida,
yang dinyatakan dengan :

vD vD
RN   (4.1)
 

dimana :  = densitas fluida alir


v = kecepatan aliran
 = viskositas dinamik
 = / (viskositas kinematik)
D = diameter laluan (pipa)

Note : RN < 2000 type alirannya laminar


RN > 4000 type alirannya Turbulen
2000 < RN < 4000 type alirannya transisi

Gambar 4.3 Bentuk model tipe aliran

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
21
Fluid Mechanic-Aliran fluida

 Hydraulic Radius
Untuk saluran yang penampangnya tidak bundar (circular) harga lain dari
diameter pada Reynolds Number harus digunakan Hydraulic Radius (R)

A r 2 r
R    , (4.2)
P 2r 2
sehingga :

r D
R  (4.3)
2 4

dimana : R = hydraulic radius


r = jari jari
D = diameter
A = luasan melintang saluran
P = wetted perimeter (perimeter basah)
Reynolds Number untuk saluran yang tidak bundar menjadi :

4 R
RN  (4.4)

4 R
RN  (4.5)

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
22
Fluid Mechanic-Aliran fluida

Soal
1. Suatu saluran pipa untuk menyalurkan air pada suhu 22OC dengan
kecepatan 4 m/detik. Bila diameter dalam pipa adalah 2 inchi, maka
tentukanlah besarnya bilangan reynoldnya?

2. Dalam suatu alat penukar kalor pipa anulus (double pipe) air pendingin
suhunya 21OC mengalir di bagian anulus dengan kecepatan 4,2 m/detik.
Maka tentukanlah besarnya bilangan Reynold, bila diameter dalam pipa luar
4 cm dan diameter luar pipa dalam 2 cm.

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
23
Fluid Mechanic-Aliran fluida

4.2 Laju Aliran/Kapasitas Aliran (Rate Of Flow)


Ada beberapa cara menampilkan laju aliran atau kapasitas yaitu laju aliran
volume (volume flowrate), laju aliran masa (mass flowrate) dan laju aliran berat
(weigh flowrate), untuk masing-masing kapasitas tersebut adalah sebagai berikut :

Laju aliran Volume (Volume flow rate) , (Qv) :

Qv = v . A (m3/s) (4.6)

dimana : v = kecepatan aliran (m/s, ft/s)


A = luasan laluan (m2, ft2)

Laju aliran massa (mass flow rate) , (Qm) :

Qm = . Qv , (kg/s, slugs/s) (4.7)

dimana :  = densitas fluida alir , (kg/m3, slugs/ft3)


Qv = laju aliran volume , (m3/s, ft3/s)

Laju aliran berat (weigh flow rate), (W) :

W = Qv .  , (N/s, lbf/s) (4.8)

dimana :  = berat jenis, (N/m3, lbf/ft3)

4.3 Persamaan Kontinyuitas


Suatu aliran yang steady maka berat/bobot fluida yang mengalir tiap
satuan waktu pada setiap titik adalah sama (konstan) sehingga dapat dibuat
persamaan sbb :

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu 24


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Aliran fluida

A1 A2

Dari gambar di atas maka untuk kondisi steady state, maka laju aliran berat yang
lewat A1 adalah sama dengan yang lewat A2, sehingga :
WA1  WA2
 1. A1.v1   2 . A2 .v2 (4.9)
Untuk fluida incompresible (1 = 2) maka :

A1. v1 = A2. v2 = constant (410)

Dimana : A = luas area


v = kecepatan aliran

Contoh :
Suatu aliran fluida dalam pipa dengan d1 = 8 cm , d2 = 4 cm bila laju aliran
volume (Qv) = 1 Liter/s maka tentukan kecepatan aliran pada seksi 1 dan seksi 2 ?
A1. v1 = A2. v2 = constant

Qv = A1. v1
1000 cm3/detik = .82/4 . v1
v1 = 4000/.82
= 19,9 cm/detik

v2 = A1 . v1/ A2
= (82/42) . 19,9 cm/detik
= 79,5 cm/detik

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu 25


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanics-Aliran Fluida

V. PERSAMAAN BERNOULLI

Gambar 5.1 Sistem aliran dalam pipa

Berdasarkan persamaan konservasi energi bahwa energi tidak bisa dimusnahkan


tetapi hanya berubah ke dalam bentuk lain, sehingga berdasarkan gambar di atas
dapat dibuat persamaan konservasi energi sbb :
Energi pada titik 1 = energi pada titik 2, dimana energi tersebut dapat berupa :
wv 2 mv 2
Energi kinetik : KE  
2.g 2
Energi potensial : PE  wz  mgz
wp mp
Energi aliran : FE    mp
 
Dimana : w = berat fluida (m.g)
m = masa fluida
v = kecepatan aliran
z = ketinggian cairan
p = tekanan
 = berat jenis fluida
 = densitas fluida
 = volume spesifik

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
26
Fluid Mechanics-Aliran Fluida

dari bentuk energi di atas dan dari pernyataan bahwa energi kondisi (1) sama
dengan energi kondisi (2), maka persamaan energinya menjadi sebagai berikut :
E1  E2

wp1 wv12 wp2 wv 2


 wz1    wz2  2
 2g  2g
Karena sisi kanan dan kiri persamaan ada w maka persamaan ini menjadi :
p1 v12 p v2
 z1   2  z2  2 (5.1)
 2g  2g

Persamaan di atas disebut dengan persamaan Bernoulli, dimana :


p
= head tekanan (pressure head)

z = head ketinggian (elevation head)
v2
= head kecepatan (velocity head)
2. g
yang dapat diperlihatkan dalam bentuk gambar sebagai berikut :

Gambar 5.2 Diagram Perubahan Energi Persamaan Bernoulli

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
27
Fluid Mechanics-Aliran Fluida

Catatan :
Pemakaian persamaan Bernoulli di atas mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
1). Valid untuk fluida incompressible, dimana berat jenis fluida cenderung
sama pada dua section yang berbeda
2). Tidak ada peralatan mekanik di antara dua section, sehingga tidak ada
penambahan/pengurangan energi .
3). Tidak ada perpindahan kalor masuk/keluar fluida
4). Tidak ada rugi-rugi energi.

Contoh :
Pipa dengan diameter sisi masuk 25 cm dan sisi keluar 20 cm dipasang horizontal
dengan sumbu utama mendatar sejajar datum line (lihat gambar). Jika tekanan sisi
masuk adalah p1 , tekanan keluar p2 dan flow ratenya 60 liter/detik, maka
tentukanlah penurunan tekanannya?

1 2

Datum line

Jawab :
1). Dari persamaan Bernoulli :
2 2
p1 v p2 v
 1  z1   2  z2
 2g  2g
2). Persamaan kontinyuitas :
Qv 4(60dm3 / s)
v1    12,223dm / s  1,2223m / s
A1  (2,5dm) 2
2 4
d  d 
v2  v1  1   v22  v12  1 
 d2   d2 
3) Kondisi aliran mendatar, z1 = z2, sehingga :

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
28
Fluid Mechanics-Aliran Fluida

2 2
p1 v1 p2 v2
  
 2.g  2.g
atau dapat ditulis dengan :
v2  v1 v  v1
2 2 2 2
p1 p2
   p1  p2   2
  2. g 2. g

v12   d1  
4
v2  v1
2 2
p1  p2       1
2 2   d2  
 
 1,22232 m 2   25  
4

p1  p2  1000kg / m  
2  
3
  1
 2 s   20  
p1  p2  1076,743( kg / m )( m / s )
3 2 2

p1  p2  1,076743kN / m 2
p1  p2  1,076743kPa

Contoh :
Suatu saluran (lihat gambar) dengan fluida alir adalah air pada temperature 10OC,
d1 = 25 mm, tekanan gauge 345 kPa, kecepatan aliran 3 m/s, d2 = 50 mm pada
level 2 meter di atas titik 1, asumsi tidak ada kerugian energi pada sistem, maka
hitunglah tekanan di titik 2.

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
29
Fluid Mechanics-Aliran Fluida

Jawab :
Berdasarkan persamaan Bernoulli maka :

v12  v2
2
p2 p1
   z1  z 2
  2g

 p1 v12  v2
2


p2   .   z1  z2 
 2g 
 v  v2
2 2

p2  p1    1  z1  z2 
 2.g 
dari persamaan kontinuitas
2
d 
v1 A1  v2 A2 atau v2  v1. 1  , sehingga :
 d2 
2
 25 
v2  3  m / s  0.75 m / s
 50 
Maka :

kN kN  32  0.752 m2 / s 2 


p2  345 2  9.804 3   2m 
m m  2.9.81m / s  2

p2  329,6 kPa

Contoh :
Suatu sistem seperti gambar berikut, maka tentukan berapa kecepatan fluida
keluar di ujung F?

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
30
Fluid Mechanics-Aliran Fluida

Jawab :
Dari persamaan Bernoulli :
2 2
p1 v1 p2 v2
  z1    z2
 2g  2g

Kondisi sesuai gambar , maka :


p1 = p2 = tekanan atmosfer ,
v1 = 0 m/s
zA - zF = 1,8 m + 1,2 m = 3 m  sehingga :
2
vF
 z A  zF
2g

vF  2.g z A  z F   2.(9,81m / s 2 )3m 
0.5

0.5

vF  58.9  7.67m / s

Soal :
Air 60OC ( = 9,65 kN/m3) mengalir pada saluran seperti gambar di bawah ini, SG
cairan manometer = 1,25. Tentukan besar laju aliran-nya. (air 4OC  =9,81
kN/m3) (jawaban Qv = 0,086 m3/s)

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
31
Fluid Mechanic-Persamaan Energi Aliran

VI. ALIRAN DALAM PIPA

6.1 Persamaan Umum Energi Aliran


Dalam persamaan Bernoulli ada keterbatasan dalam pemakaian, sehingga tidak
semua persoalan aliran dapat diselesaikan dengan persamaan tersebut. Dibawah
ini adalah salah satu sistem aliran yang tidak memenuhi ketentuan persamaan
Bernoulli, karena dalam alirannya ada beberapa kerugian, juga ada peralatan
mekanik, sehingga sistem ini dapat diselesaikan dengan persamaan Bernoulli
tetapi dengan menambahkan energi yang lain yaitu berupa rugi-rugi aliran
maupun energi yang ditambahkan.

Gambar 6.1 Sistem Aliran Fluida pada Perpipaan (Typical)

Dari gambar di atas maka persamaan umum energi aliran dari kondisi (1) sampai
kondisi (2) adalah :
p1 v12 p v2
 z1   hA  hL  hR  2  z2  2 (6.1)
 2g  2g
atau dapat ditulis dalam :
p1 v12 p v2
 z1   hA  2  z2  2  hR  hL (6.2)
 2g  2g
p
Dimana : = sering disebut juga sebagai head tekanan (pressure head)

z = head ketinggian (elevation head)

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu 32


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Persamaan Energi Aliran

v2
= sering disebut sebagai head kecepatan (velocity head)
2g
hA = head (energi) yang ditambahkan
hR = head (energi) yang dibuang (diambil)
hL = head (energi) yang hilang
Dari persamaan di atas bila tidak ada energi yang ditambahkan maupun yang
dibuang, serta tidak ada rugi-rugi (diabaikan) maka persamaan-nya menjadi :
2 2
p1 v1 p v
 z1   2  z2  2  persamaan Bernoulli
 2g  2g

6.2 Sistem pada Pompa


Setiap sistem tidak semuanya sama seperti di atas, sehingga setiap persamaan
harus disesuaikan dengan kondisi sistemnya. Lihat sistem seperti gambar di
bawah ini, maka persamaan energinya akan berbeda dengan persamaan di atas.
Dalam system seperti gambar di bawah ini, (tidak ada motor hydraulic) maka
persamaan-nya menjadi :
2

Gambar 6.2 Sistem pada Pompa (Typical)

Dari gambar ini, maka persamaan energinya adalah sebagai berikut :


2 2
p1 v p v
 z1  1  hA  hL  2  z2  2 (6.3)
 2g  2g
atau dapat dinyatakan dengan :

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu 33


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Persamaan Energi Aliran

p2  p1 v2  v12
2
hA  hp   z2  z1   hL (6.4)
 2g
dimana hp adalah head (energi) yang ditambahkan oleh alat mekanik misalnya
berupa pompa, sehingga sering disebut dengan head pompa, dan hL rugi-rugi total
sepanjang saluran dari (1) sampai dengan (2)

6.3 Sistem pada Motor Hidrolik


Untuk sistem bila yang ada hanya motor hydraulic saja seperti gambar di bawah
ini, maka persamaan energinya menjadi :

Gambar 6.3 Sistem pada Hydraulic Motor, Turbine (Typical)

Dari gambar ini, maka persamaan energinya adalah sebagai berikut :

p1  p2 v1  v22
2
hR  hm   z1  z2   hL (6.5)
 2g

dimana hm adalah head (energi) yang dibuang (diambil) oleh peralatan hidrolik
berupa motor hydraulic (turbin), maka dapat disebut sebagai head motor hidrolik
(turbin). Dan hL adalah rugi-rugi total yang terdiri dari rugi mayor (hf) dan rugi
minor (hl).

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu 34


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Persamaan Energi Aliran

6.4 Sistem pada Saluran Pipa


Bila dalam system yang ditinjau tidak ada peralatan mekanik, maka gambar di
atas dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut :

Dari gambar ini maka persamaan energinya adalah :


2 2
p1 v p v
 z1  1  hL  2  z 2  2 (6.6)
 2g  2g
Atau dinyatakan dengan :
2 2
p1 v p v
 z1  1  2  z 2  2  hL (6.7)
 2g  2g

6.5 Daya Hidrolik (Hydarulic Power)


Besarnya daya hidrolik pada pompa ataupun pada motor hydraulic dapat
dinyatakan dengan :
Ph  Qv . .hp (6.8a)

Ph  Qv . .hm (6.8b)
dimana : Ph = daya hidrolik (hydraulic Power)
Qv = volume flowrate
 = berat spesific
hp,m = head pompa, motor hydraulic
p = tekanan total

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu 35


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Persamaan Energi Aliran

6.6 Daya Poros


Besarnya daya poros pada pompa akan mengalami kenaikan bila dibanding
dengan daya hidrolik, hal ini terjadi karena adanya rugi-rugi energy dari sumber
tenaga (penggerak pompa), sedangkan daya poros pada motor hidrolik akan
mengalami pengurangan karena adanya kerugian energy dari sumber daya
hidrolik. Besarnya daya poros pompa dan motor hidrolik dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut :

Qv . .h p
Pshaft  (6.9)
 pompa

Pshaft  Qv .hm .mt (6.10)

dimana : Pshaft = daya poros pompa, poros motor hidrolik


Qv = volume flowrate
 = berat spesific
hp = head pompa,
hm = motor hydraulic
pompa = efisiensi pompa
mt = efisiensi motor hidrolik

By : Sujono, PTK Akamigas-STEM Cepu 36


E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic-Contoh

Contoh

Sistem pompa untuk distribusi air (lihat gambar) dengan daya motor listriknya
sebesar 15 kW dengan efisiensi 90%. Laju aliran airnya sebesar 50 Liter/detik.
Tekanan suction dan discharge berturut-turut adalah sebesar 100 dan 300 kPa
(abs). Inside diameter suction dan discharge dari pipanya sama, jarak antara
manometer suction dan discharge sangat kecil (diabaikan). Hitunglah berapa
efisiensi mekanik pompanya? (Jawab 74,1 %)

Jawab :

1) Data diketahui :

id1 = id2

v1 = v2

z1-z2 = (kecil, diabaikan)

2) Persamaan energi aliran :

p1 v12 p v2
 z1   hL12  hp  2  z2  2
 2g  2g

3). Dari persamaan ini, maka head pompa adalah :

p2  p1 v22  v12
hp   ( z2  z1 )   hL12
 2g

Dari kondisi di atas, maka besarnya head pompa adalah

p2  p1
hp 

37
Fluid Mechanic-Contoh

4). Besarnya daya hidrolik (HHP) :

HHP  Qhp

Dari kedua persamaan ini maka :

HHP  Q( P2  P1 )  (50dm3 / s)(300  100)kN / m2

HHp  (0,05m3 / s)(200)kN / m2

HHP  10kW

HHP
Daya motor 
motor pompa

Sehingga besarnya efisiensi adalah :

10kW
15kW 
0,9 pompa

10kW
 pompa   0,741
0,9(15)kW

 pompa  74,1%

38
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran

6.4 Rugi-Rugi Aliran dalam Pipa

Dalam aliran fluida secara umum ada dua jenis rugi-rugi aliran, yaitu
rugi-rugi karena gesekan fluida dengan dinding saluran yang dilalui fluida
alirnya dan rugi-rugi aliran karena hambatan yang dilalui fluida alir
tersebut. Kedua jenis rugi-rugi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

6.4.1 Mayor Losses


Mayor losses (rugi-rugi mayor) merupakan kerugian tinggi tekan
(head losses) akibat adanya gesekan fluida yang mengalir dengan dinding
saluran yang dilalui fluida alir. Besarnya rugi-rugi mayor dapat dipengaruhi
oleh faktor gesekan (f), panjang saluran (L), diameter saluran (D),
kecepatan fluida (v), dan percepatan grafitasi (g) yang dinyatakan dengan
persamaan (Darcy’s Equation) sbb :

L v2
hf  f
D 2g

dimana : hf = kerugian head karena gesekan, (m)


f = friction factor (turbulence  grafik-diagram moody)
= 64/RN , (laminer, RN < 2000)
L = panjang pipa (saluran), (m)
v = kecepatan rara-rata aliran, (m/s)
D = internal diameter pipa, (m)
g = gaya grafitasi, (9,81 m/s2)

A) Friction Factor (Faktor Gesekan) dengan Diagram Moody


Besar kecilnya faktor gesekan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
kondisi alirannya (laminer, turbulen dll), bahan saluran yang digunakan,
dimensi salurannya, kecepatan aliranya, fluida yang mengalir. Untuk
menentukan besarnya faktor gesekan tersebut adalah :

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 39


Agst’2015
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran

1). Aliran laminer


Besarnya faktor gesekan (f) untuk aliran laminer dapat dilihat pada
diagram moody untuk bilangan Reynold (RN) < 2000, merupakan garis
lurus (lihat gambar), yang berarti linear terhadap bilangan Reynold saja.

2). Aliran Turbulen


Untuk kondisi aliran turbulen besarnya faktor gesekan (f) tergantung pada
bahan saluran, dimensi saluran, dan besarnya bilangan Reynold.
Besarnya faktor gesekan dapat diperoleh pada diagram moody dengan
mengetahui kekasaran relative (/D) dari bahan saluran, dan besarnya
bilangan Reynold (RN) pada grafik di bawah ini.

Gambar 6.4 Diagram Moody

Selain dengan diagram moody di atas, dapat juga menggunakan


persamaan-persamaan empirik sebagai berikut :

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 40


Agst’2015
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran

B). Friction Factor (Faktor Gesekan) dengan Persamaan


Persamaan yang digunakan untuk menentukan besarnya faktor
gesekan tergantung dari beberapa kondisi aliran, laminer, transisi atau
turbulen penuh.
1. Aliran Laminer
Untuk aliran laminer dinyatakan dengan persamaan berikut :
64
f 
RN

2. Aliran Turbulen [benedict]


Untuk aliran turbulen ada beberapa persamaan yang dapat
digunakan untuk menentukan faktor gesekan yaitu :
A). Smooth pipes (Prandtl’s equation), saluran bundar pipa lurus :

1
fs

 2 log RD 
f s  0,8 (Recomended)

Untuk persamaan yang lain (Techo et al.)

2
  RD 
f s  0,86859 ln  
  1,964 ln RD  3,8215 

B). Fully Rough Pipes (Von Karman’s Equation) untuk saluran


bundar, pipa lurus maka [benedict]:
1 R
 2 log   1,74
fR  

Dan
1  / D
 2 log 
fR  3,76 

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 41


Agst’2015
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran

C). Untuk Daerah Transisi (Colebrook’s Equation)


Ada dua bentuk persamaan colebrook yang menggabungkan antara
persamaan von karman daerah turbulen penuh dengan daerah transisi
dengan persamaan sbb [benedict]:

1   2,51 
 2 log  
 
fT  3,76 D RD f T 

dan

1   18,7 
 1,74  2 log 2  
 
fT  D RD f T 

Untuk persamaan yang lain (Swamee & Jain)[benedict] :

0,25
fT  2
   / D 5,74 
log  0,9 
  3,7 RD  

Selain persamaan-persamaan di atas ada persamaan lain yang sering


digunakan dalam perhitungan yaitu persamaan Haaland yang dinyatakan
dengan [white]:

1  6,9   / D 1,11 
 1,8 log    
f  RN d  3,7  

Bilangan Reynold Kritis


Untuk daerah turbulen penuh (complete turbulence, rough pipes),
besarnya faktor gesekan hanya dipengaruhi oleh kekasaran relative saja
(tidak dipengaruhi bilangan reynold), untuk menentukan batas turbulen
penuh atau belum, dapat menggunakan persamaan Bilangan Reynold
Kritis ( RD* ) daerah transisi sebagai berikut [benedict]:

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 42


Agst’2015
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran

200
RD* 
f  / D 

Dimana : RD = bilangan reynold,


f = faktor gesekan
D = diameter dalam
 = roughness

Tabel 6.1 Pipe Roughness Design Values (typical)


Roughness ()
Material
(m) (ft)
Glass, plastic Smooth Smooth
Cast iron 2.6E-4 8.5E-4
Galvanized iron 1.5E-4 5E-4
Drawn tubing 1.5E-6 5E-6
Copper, brass, lead (tubing) 1.5E-6 5E-6
Commercial steel or weld steel 4.6E-5 1.5E-4
Wrought iron 4.6E-5 1.5E-4
Ductile iron-coated 1.2E-4 4E-4
Ductile iron-uncoated 2.4E-4 8E-4
Concrete 1.2E-4 4E-4
Riveted steel 1.8E-3 6E-3

Untuk pipa lama harga kekasaran () lebih tinggi, tetapi tingkat variasinya
tergantung umurnya dan fluidanya. Untuk menentukan kekasaran relative
pipa lama menggunakan persamaan Knudsen sebagai berikut [benedict]:

     t
     1  
 D  used  D  new  5 

Dimana : t = umur pelayanan (tahun)

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 43


Agst’2015
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran

6.4.2 Minor Losses


Minor Losses merupakan kerugian hambatan aliran karena hal-hal
sebagai berikut :
1. Perubahan diameter secara tiba-tiba
2. Penyempitan dan pembesaran laluan secara gradual
3. Kerugian masuk & keluar pipa
4. Valve (katup)
5. Perubahan arah aliran (elbow, tees, bends dan fitting lainya)

Contoh bentuk-bentuk kerugian (bentuk-bentuk losses)


 Sudden enlargement Gradual contraction

v1 v2  v2

2
v1  v2 
2   d 2  v 2 v22
hl   1   1   1 hl  Cl , Cl = 0,04 (20O<  < 40O)
2.g   d 2   2 g 2.g

 Sudden contraction Gradual enlargement

v2 v1  v2

v2
hl  Cl 2 hl  Cl
v1  v2 2
2.g 2.g
Cl = + 0,375 Cl = 0,12 ( < 11O)

Tabel 6.2 Cl Sudden Contraction

D2/D1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
C1 0,5 0,45 0,42 0,39 0,36 0,33 0,28 0,22 0,15 0,06 0,0

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 44


Agst’2015
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran

 Entrance and Exit Losses


Entrance losses adalah kerugian saat aliran masuk dari tangki (reservoar)
masuk ke pipa, sedangkan exit losses adalah kerugian saat aliran keluar
dari pipa. Besarnya kerugian-kerugian tersebut adalah sebagai berikut :

v2
hl  Cl
2g

Dimana Cl adalah koefisien kerugian (loss coefficient) untuk masing-


masing entrance atau exit yang besarnya dapat dilihat pada gambar
berikut.

Cl = 0,04 Cl = 0,5 Cl = 1

(Cl = 1 untuk semua kondisi)


v

 Rugi rugi pada katup (valve) dan fitting


Rugi-rugi yang disebabkan oleh katup dan fitting dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :

v2
hl  Cl
2g

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 45


Agst’2015
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran

dimana Cl adalah koeffisien kerugian untuk masing-masing katup, fitting


yang besarnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.3 Harga Cl Valve (typical)


No Jenis Valve Cl No Jenis Valve Cl
1 Globe, fully open 10 7 Swing check 2
2 Angle, fully open 2 8 Ball valve, fully open 0,05
3 Gate, fully open 0,15 9 Ball valve, 1/3 closed 5,5
4 Gate, ¼ closed 0,26 10 Ball valve, 2/3 closed 210
5 Gate, ½ closed 2,1 11 Foot valve 1,5
6 Gate, ¾ closed 17 12 Strainer 2

Tabel 6.4 Loss Coefficients for Pipe Components (typical)


Components Cl

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 46


Agst’2015
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran

6.5 Panjang Equivalent


Selain dengan loss coefficients, minor losses sering juga dinyatakan
dengan panjang equivalent , yaitu kesetaraan panjang pipa utama yang
mempunyai head losses sama dengan head losses dari minor losses
tersebut. Sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut
[munson]
:
L
Cl  f , sehingga panjang equivalent (Le) setara dengan :
D
Cl D
Le 
f
Dimana besarnya f dan D didasarkan pada pipa utama yang ditempati
komponen yang menimbulkan minor losses tersebut. Untuk praktisnya
ada juga yang dinyatakan dalam besaran L/D untuk masing-masing jenis
minor loses seperti tabel berikut.

Tabel 6.5 Equivalent Length of Valve and Fittings [menon]

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 47


Agst’2015
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran

6.6 Head Losses Total


Berdasarkan rugi-rugi aliran di atas, maka besarnya head losses
total (hL) merupakan total jumlah dari rugi-rugi mayor ditambah dengan
rugi-rugi minor, yang dinyatakan sebagai berikut :
L v2 v2
hL   h f   hl   f D 2g  C l
2g

6.7 Pressure Drop


Dengan mengetahui persamaan head losses di atas, maka besarnya
pressure drop adalah :
p  hL    h f   hl 

Untuk mayor dan minor losses menjadi sebagai berikut :


 L v2 v2   L v2 v2 
p     f   Cl  atau p     f   Cl 
 D 2g 2g   D 2 2

Untuk persamaan dengan panjang equivalent menjadi sbb :


( L  Le ) v 2
p  f
D 2
Bila dinyatakan dalam volume flowrate, maka persamaannya menjadi :
8 ( L  Le )Qv2
p  f 2
 D5
Bila dinyatakan dalam mass flow rate, maka persamaannya menjadi :
8 ( L  Le )Qm2
p  f 2
  D5
Dimana : p = pressure drop
f = faktor gesekan
L = panjang pipa
Le = pajang ekuivalen
Qm = laju aliran masa
Qv = laju aliran volume
 = densitas
D = diameter dalam pipa (saluran)

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 48


Agst’2015
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran

Persamaan lain yang dapat digunakan untuk menghitung flow rate


hubungannya dengan pressure drop adalah persamaan empiris (Hanzen
and Williams) untuk fluida air sbb :

 p  p2 
0, 54

Q  0,000754d C 1
2 , 63

 L 
Dimana : Q = flowrate (Liter/menit)
d = internal diameter, (mm)
p = tekanan (bars gauge)
L = panjang pipa, (m)
C = 140 (new steel pipe)
= 130 (new cast iron pipe)
= 110 (riveted pipe)

6.8 Persamaan Aliran Compresible


Untuk aliran fluida compresible, seperti udara, uap dan lain-lain,
persamaan Darcy di atas berlaku dengan ketentuan-ketentuan sbb :
1). Jika perhitungan pressure drop (p1 – p2) kurang dari sekitar 10%
dari tekanan masuk (p1), maka bisa diterima jika volume jenis yang
digunakan meghitung berdasarkan kondisi upstream ataupun
downstream, mana yang diketahui.
2). Jika perhitungan pressure drop (p1 – p2) diantara 10% s.d 40%
tekanan inlet, persamaan Darcy dapat digunakan dengan volume
jenis berdasarkan kondisi rata-rata upstream dan downstream.
3). Untuk pressure drop yang lebih besar dari kondisi 1) dan 2) di atas,
misalnya pada perhitungan jalur pipa yang panjang (jalur pipa
transportasi), maka persamaan Darcy di atas tidak dapat
digunakan, tetapi harus menggunakan persamaan-persamaan
Weymoth, Panhadle dsb.

Prepared by : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 49


Agst’2015
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic: Aliran Seri-Paralel

6.9 Aliran dalam Pipa Seri

Besarnya laju aliran dalam pipa yang dipasang seri akan sama
walaupun besar diameter berbeda, hal ini sesuai dengan persamaan
kontinyuitas, sedangkan kecepatan aliran fluidanya yang berbeda, untuk
pipa dengan diameter besar maka kecepatanya akan lebih lambat (kecil)
bila dibanding dengan pipa dengan diameter lebih kecil.
Besarnya laju aliran (Flow rate) tersebut adalah sbb :

Q = Q1 = Q2 dst

Dan besarnya head losses (hL) total merupakan jumlah head losses
karena mayor losses (karena friction = hf) dan karena minor losses (hl).
Untuk beberapa pipa yang dipasang seri maka total head losses-nya
adalah :
hL  h f  hl
n
 L v2  n
 v2 
hL  i  D 2 g  j  Cl 2 g 
 f  
 i  j

dimana : i : jumlah jenis (ukuran) pipa


j : jumlah jenis fitting dsb.
f : friction factor
v : Kecepatan
D : Internal diameter

6.10 Aliran dalam Pipa Paralel


Dalam aliran parallel maka berlaku ketentuan berikut :
1). Jumlah flowrate masuk dalam percabangan sama dengan jumlah
flowrate keluar suatu percabangan.
Q  Q1  Q2  Q3
2). Head losses dalam suatu percabangan besarnya sama

Prepared By : Sujono, Akamigas-Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
50
Fluid Mechanic: Aliran Seri-Paralel

hL  hL,1  hL, 2  hL,3 ...

Gambar 6.5 Sistem Pipa Parallel

 Head Losses diketahui


Untuk kondisi head losses antara A dan B di ketahui maka untuk
menentukan besarnya flow rate total maupun pada masing-masing jalur
yaitu sbb :

Dari persamaan head losses :


 v
2
L
hL    f   Cl 
 D  2g
 L 
bila K    f   Cl  , maka :
 D 
v2
hL  K
2g
Atau besarnya kecepatan dinyatakan dengan :
2 ghL
v
K
Dari persamaan laju aliran maka besarnya laju aliran masing-masing jalur
adalah :

2 ghL
Qv ,i  Ai vi  Ai
Ki

dimana i menunjukan banyaknya jalur, dan besarnya laju aliran total


adalah : Qv, AB  Qv,1  Qv, 2  Qv,3

Prepared By : Sujono, Akamigas-Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
51
Fluid Mechanic: Aliran Seri-Paralel

2 ghL 2 ghL 2 ghL


Qv , AB  A1  A2  A3
K1 K2 K3

maka :
 A A A 
Qv , AB  2 ghL  1  2  3 
 K1 K2 K 3 

Prosedur Perhitungan :
Data-data : head losses, dimensi pipa (L, D, ,), Cl dll.
1). Coba f1, f2, f3
2). Hitung K1, K2, K3
 L 
dari persamaan : K    f   Cl 
 D 
3). Hitung Qv1, Qv2, Qv3

2 ghL
dari persamaan : Qv ,i  Ai vi  Ai
Ki

4). Hitung RN1, RN2, RN3


5). Tentukan f1, f2, f3
(berdasarkan diagram moody, atau persamaan)
6). Cek (bandingkan dengan f di langkah 1)
bila belum sama maka :
7). Ulangi lagi ke langkah 2 dst

Prepared By : Sujono, Akamigas-Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
52
Fluid Mechanic: Aliran Seri-Paralel

 Untuk Qv diketahui :
Bila laju aliran total diketahui maka kita dapat menentukan besarnya head
losses maupun besarnya laju aliran masing-masing jalur yaitu sbb :
 A A A 
Dari persamaan sebelumnya : Qv , AB  2 ghL  1  2  3  , maka :
 K1 K2 K 3 

Qv2, AB
besarnya head losses adalah : hL  2
 A A A 
2g 1  2  3 
 K K2 K 3 
 1

Besarnya laju aliran masing-masing jalur (berdasarkan persamaan


sebelumnya) :

2 ghL
Qv ,i  Ai vi  Ai
Ki

 L 
Dimana : K    f   Cl 
 D 

Prosedur Perhitungan :
Data-data : Laju aliran (Qv), dimensi pipa (L, D, ,), Cl dll.
1). Coba f1, f2, f3
 L 
2). Hitung K1, K2, K3  K    f   Cl 
 D 
Qv2, AB
3). Hitung hL hL  2
 A A A 
2g 1  2  3 
 K K2 K 3 
 1

2 ghL
4). Hitung masing-masing Qv1,2,3  Qv ,i  Ai
Ki

vD 4Qv
5). Hitung RN1,2,3  RN  
 D
6). Tentukan f1, f2, f3 (berdasarkan diagram moody, atau persamaan)
7). Bandingkan f1, f2, f3 ini dengan langkah 1).

Prepared By : Sujono, Akamigas-Cepu


E-mail : jona88888@yahoo.com
53
Fluid Mechanic : Pengukuran Aliran Fluida

VII PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA

Pemakaian persamaan energy dapat digunakan untuk menghitung laju


aliran fluida dengan menggunakan beberapa alat diantaranya adalah
Orifice, Pipa Venturi, Nozle. Di bawah akan diuraikan pemakaian
persamaan energy untuk aplikasi pengukuran aliran fluida incompressible.
Persamaan energy :
p1 v12 p v2
 z1   2  z 2  2  hL
 2g  2g
Dari persamaan di atas untuk z1  z2 dan v1 A1  v2 A2 maka dapat diubah
menjadi persamaan kecepatan sebagai berikut :

1  p  p2 
v2  2 g  1  hL 
 A2 2    
1  2 
 A1 

7.1 Orifice Meter

Gambar 7.1 Thin-plate orifice in a pipe

Prepared By : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 54


Agst’15
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic : Pengukuran Aliran Fluida

Untuk gambar di atas besarnya A2 dan hL tidak mudah ditentukan

sehingga harus di ganti dengan parameter lain yaitu AO yang sudah ada

ukuranya, dan suatu konstanta (factor koreksi) C sehingga persamaan


kecepatanya menjadi sebagai berikut :

C  p  p2 
vO  2 g  1  ,
 AO 2    
1  2 
 A1 

Dari persamaan kontinyuitas maka besarnya Flowrate adalah :

AO C  p  p2 
Qv  AO vO  2 g  1  atau dinyatakan dengan :
A 
2
  
1   O 
 A1 

 p  p2 
Qv  AO vO  AO K 2 g  1  , dengan K, C = Grafik
  

Gambar 7.2 Coefficients for sharp-edged orifice with pressure differential


measured either at the flanges or at the vena contracta. Also head loss
across orifice and flow nozzle. All curves are for RN(D1V11/) > 105.

Prepared By : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 55


Agst’15
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic : Pengukuran Aliran Fluida

7.2. Pipa Venturi (Venturi meter)

Gambar 7.3 Venturi meter with conical entrance

Pada Venturi meter besarnya A2 sudah tertentu sehingga dari persamaan


kecepatan di atas dan persamaan kontinyuitas maka besarnya flowrate
untuk Venturi meter adalah :

A2C  p  p2  2 gh
Qv  A2 v2  2g 1   CA2
 
4
A 
2
 D 
1   2  1   2 
 A1   D1 

Gambar 7.4 Coefficients for ventury tubes with a diameter ratio of 0.5

Prepared By : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 56


Agst’15
E-mail : jona88888@yahoo.com
Fluid Mechanic : Pengukuran Aliran Fluida

7.3 Nozle Meter

Gambar 7.5 Flow Nozzle


Berdasarkan persamaan kecepatan di atas dan kontinyuitas, maka untuk
Nozle besarnya flowrate adalah :

A2  p  p2 
Qv  A2 v2  2g 1  hL 
A 
2
  
1   2 
 A1 

 p  p2 
Qv  A2 K 2 g  1   A2 K 2 gh
  

Gambar 7.6 Flow coefficients for ISA nozzle. (Adapted from ASME Flow
Measurement,1959)

Prepared By : Sujono, STEM Akamigas-Cepu 57


Agst’15
E-mail : jona88888@yahoo.com
REFERENSI
1. Cengel, Y.A, 2006 :”Fluid Mechanics Fundamentals and
Applications”, 1st ed. McGraw-Hill, USA.

2. Daugherty , :”Fluid mechanics with Engineering Applications”, 6th


Edition, McGraw-Hill.

3. Munson Young O., :”Fundamental of Fluids Mechanics”, 3rd Edition,


John Wiley and Sons.Inc.

4. Robert L. Mott, 2000, :”Applied Fluid Mechanics”, 5th Edition,


Prentice Hall, Columbus, Ohio.

5. Robert P. Benedict, 1980 :” Fundamental of Pipe Flow”, A Willey


International Publication, USA

6. Jamal M. Saleh, 2002 : “Fluid Flow Handbook”, McGraw-Hill, USA

7. Scaum’s series : “Hidrolika”

8. White F., M.,…….:”Fluid Mechanics”, 4th ed., McGraw-Hill, USA

Anda mungkin juga menyukai