oleh : Sujono
e-mail : jona88888@yahoo.com
Bahan ajar ini hanya digunakan untuk pengajaran di STEM Akamigas-CEPU, dan
hanya oleh penyusunnya sendiri. Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, maka tidak dibenarkan memakai bahan ajar ini tanpa sepengetahuan
penyusun.
Penyusun
SUJONO
Fluid Mechanic-Pendahuluan
I. PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Mekanika Fluida adalah ilmu yang mempelajari gaya-gaya yang bekerja
pada fluida baik fluida dalam keadaan diam maupun bergerak. Mekanika fluida
mempelajari tingkah laku suatu fluida, baik pada kondisi diam (fluid static)
maupun dalam kondisi bergerak (fluid dynamics).
Fluida
Suatu zat (subtansi) yang dapat dengan mudah berubah bentuk
(menyesuaikan dengan tempatnya) tanpa suatu hambatan
Atau zat yang mampu mengalir dan dapat menyesuaikan diri dengan
wadah yang ditempati
3). Gaya (F), massa (M), panjang (L), waktu (t), temperatur (T)
Setiap persamaan yang valid yang mengkaitkan besaran-besaran fisik
harus dimensional homogen, dalam hal ini berarti bahwa setiap kelompok
bagian persamaan tersebut mempunyai dimensi yang sama
Ingat Hukum Newton II ( F ma ) yang mengkaitkan empat dimensi
yaitu : F , M, L dan t.
Pada sistem 1 gaya [F] adalah dimensi sekunder dan konstanta
proporsionalitasnya tak berdimensi
Pada sistem 2 massa [M] sebagai dimensi sekunder dan konstanta
proporsionalitasnya juga tak berdimensi
Pada sistem 3 gaya [F] dan massa [M] secara bersamaan adalah
dimensi primer {dalam kasus in konstanta proporsionalitasnya
berdimensi sehingga hukum Newton II ditulis F m.a / g c } dan
a). MLtT
Sistem satuan yang menggunakan dasar sistem dimensi MLtT adalah
sistem Satuan Standard International SI (the Systeme International
d’Unites), yang merupakan pengembangan dari Metrik tradisional
Pada sistem ini satuan masing masing besaran adalah :
b). FLtT
Sistem satuan yang memakai dasar sistem dimensi FLtT adalah sistem
Satuan British Gravitational (the British Gravitational system of units)
sbb :
Dari persamaan Hukum Newton II, maka massa adalah besaran sekunder
yaitu : m F / a dan satuannya adalah (slug) yaitu :
1 slug = 1 lbf.s2/ft
c). FMLtT
Sistem satuan yang memakai dasar sistem dimensi ini adalah sistem
satuan English Engineering (the English Engineering system of units)
sebagai berikut :
Karena gaya dan massa dipakai sebagai dimensi primer maka persamaan
Hukum Newton II ditulis sbb :
ma
F (1.1)
gc
Gaya sebesar 1 lbf adalah gaya yang bila dikenakan pada benda
bermassa 1 lbm maka benda tersebut akan mengalami percepatan
sebesar sama dengan percepatan gravitasi bumi standard 32,17 ft/s2
(32,2 ft/s2). Berdasarkan persamaan HK Newton II di atas, maka dapat
ditulis sebagai berikut :
32,2 ft / s 2
1 lb f 1 lbm (1.2)
gc
atau
32,2 lbm ft
gc (1.3)
lb f .s 2
Karena gaya 1 lbf mempercepat massa 1 lbm sebesar 32,2 ft/s2., yang
berarti pula gaya ini akan mempercepat massa 32,2 lbm sebesar 1 ft/s2.,
dan juga massa 1 slug akan dipercepat 1 ft/s2. oleh gaya 1 lbf, maka :
1 slug = 32,2 lbm
gc = [9,81 m.kgm]/kgf.s2
Masa Jenis ( )
Masa jenis (specific mass) sering disebut juga densitas (density)
merupakan besaran yang menyatakan besarnya masa tiap satu
satuan volume, yang dinyatakan dengan :
m
(2.1)
V
Dimana : = masa jenis (densitas) , (kg/m3, slugs/ft3)
m = masa , (kg, slugs)
V = volume , (m3, ft3)
Contoh :
Benda dengan masa 1 slug
1 slug
Volumenya 1 ft3
Maka besar densitasnya : 1 slug/ft3
Berat jenis ( ) :
Berat jenis atau berat spesifik (specific weight) merupakan besaran
yang menyatakan besarnya berat (weight) tiap satu-satuan volume,
yang dinyatakan dengan :
W
.g (2.2)
V
SG (2.3)
air, std
Properties SI BG
air 9,81 kN/m3 62,4 lbf/ft3
air 1000 kg/m3 1,94 slugs/ft3
dV
dy lapisan
fluida
dy
dV
Tabel 2.1 Tekanan penguapan dari air (Tabel jenuh uap air)
Force ( F )
pressure ( p) (3.1)
Area ( A)
Dari gambar di atas, maka besarnya gaya (Force = F) adalah merupakan gaya
berat (weight = W) dari cairan, sehingga besarnya adalah : W = m.g, dimana m
adalah masa yang besarnya adalah m = V, dimana adalah masa jenis, dan V
adalah volume yang besarnya adalah V = Ah dari persamaan persamaan ini maka :
mg Vg Ahg
p , sehingga persamaan ini menjadi :
A A A
p gh h (3.2)
dimana : p = tekanan
W = gaya berat
A = luasan
= berat jenis cairan
p .g.h .h
Contoh :
Bejana dalam gambar 3.3 di atas berisi cairan dengan SG = 1 dan ketinggian
manometer dari permukaan (h) = 4 m, maka besarnya tekanan adalah :
p ( SG. air,std ).g.h
p (1)(1000 kg / m3 )(9,81m / s 2 )(4 m)
p (1000)(9,81)(4) N / m 2 39,24 kN / m 2
p 39,24kPa
ptotal pA pB ...
(3.5)
Contoh :
Dari gambar 3.4 di atas bila h1 = 8 ft, h2 = 9 ft, h3 = 3 ft , SGA = 0,68 dan SGB = 1
maka besarnya tekanan di dasar tanki adalah penjumlahan dari masing masing
tekanan cairan dalam bejana tersebut. Besarnya tekanan masing-masing fluida
tersebut adalah :
pA = (0,68)(62,4 lb/ft3)(17 ft) = 721 lb/ft2
pB = (1)(62,4 lb/ft3)(3 ft) = 187,2 lb/ft2
Maka besarnya tekanan (p) pada dasar tanki adalah :
p = pA + pB
p = (721 + 187,2) lb/ft2 = 908,2 psf
p = (908,2)x(1/144) psi = 6,3 psi
Beberapa bentuk model bejana dibawah ini pada dasar bejana akan memiliki
tekanan yang sama, karena besarnya tekanan hanya dipengaruhi oleh ketinggian
cairan.
Tekanan pengukuran
Tekanan absolute
1 atm vacuum
Contoh :
Pembacaan pada manometer terbaca 10 psi , tekanan atmosfer lokal adalah 14,7
psi maka tentukanlah besarnya tekanan absolutnya.
Jawab :
Karena 10 psi merupakan tekanan pengukuran (dari bacaan manometer), maka
besarnya tekanan absolut adalah :
pabs pg patm
pabs 10 psi 14,7 psi
pabs 24,7 psia
Contoh :
Nyatakanlah tekanan 155 kPa gage ke dalam tekanan absolut. Lokal atmopheric
pressure adalah 98 kPa (abs).
Jawab :
pabs p gage patm
Soal
1. Berdasarkan gambar di bawah ini, maka tentukanlah besarnya tekanan A
bila tekanan B terbaca 87 kPa, water = 9790 N/m3 , mercury = 133100 N/m3 ,
oil = 8720 N/m3.
(Jawab : PA = 96351 Pa 96,4 kPa)
Gambar 1
2. Berdasarkan gambar di bawah ini tekanan A terbaca 1,5 kPa. Bila fluidanya
bersuhu 20OC, maka tentukanlah level cairan di kolom B dan C (air = 12.0
N/m3, gasoline = 6670 N/m3, glycerin =12360 N/m3)
Gambar 2
3. Pada gambar di bawah ini, fluida 1 adalah minyak (SG = 0.87) dan fluida 2
adalah glycerin dengan suhu 20°C. Jika tekanan (pa) = 98 kPa, tentukanlah
tekanan di titik A.
Gambar 3
4. Air pada suhu 25OC mengalir sesuai arah anak panah (lihat gambar di
bawah ini) dengan kemiringan (lihat gambar), bila fluida di dalam
manometer adalah mercury dengan suhu yang sama dengan fluida alir dan
ketinggian h = 2,5 m maka hitunglah beda tekanan titik 1 dan 2 dalam pipa.
Gambar 4
Gambar 5
Aliran Steady
Kondisi-kondisi dalam medan aliran tidak bervariasi terhadap waktu.
Suatu aliran yang kuantitas/jumlah aliranya tetap setiap satu satuan waktu (aliran
tunak)
Contoh :
Aliran air yang konstan dalam sebuah pipa
Aliran Unsteady
Kondisi kondisi dalam medan aliran yang bervariasi terhadap waktu.
Suatu aliran yang kuantitas/jumlah aliranya selalu berubah ubah setiap satu satuan
waktu (aliran yang tidak tunak)
Contoh :
Aliran air dalam pipa yang sedang ditutup/dibuka katupnya
Aliran Laminar
Suatu aliran yang garis alir partikel-partikelnya tidak saling berseberangan (tidak
acak)
Aliran Turbulent
Suatu aliran yang garis alir partikel-partikelnya saling berseberangan (saling acak
acakan)
Aliran Compressible
Suatu aliran dimana densitas fluida alirnya selalu mengalami perubahan selama
mengalir, hal ini disebabkan karena adanya pengaruh tekanan, temperatur,
sehingga fluidanya selalu mengalami kompresi dan expansi (aliran fluida
compresibel : Gas)
Aliran Incompressible
Suatu aliran dimana densitas fluida alirnya cenderung tetap selama mengalir
(aliran fluida cair)
vD vD
RN (4.1)
Hydraulic Radius
Untuk saluran yang penampangnya tidak bundar (circular) harga lain dari
diameter pada Reynolds Number harus digunakan Hydraulic Radius (R)
A r 2 r
R , (4.2)
P 2r 2
sehingga :
r D
R (4.3)
2 4
4 R
RN (4.4)
4 R
RN (4.5)
Soal
1. Suatu saluran pipa untuk menyalurkan air pada suhu 22OC dengan
kecepatan 4 m/detik. Bila diameter dalam pipa adalah 2 inchi, maka
tentukanlah besarnya bilangan reynoldnya?
2. Dalam suatu alat penukar kalor pipa anulus (double pipe) air pendingin
suhunya 21OC mengalir di bagian anulus dengan kecepatan 4,2 m/detik.
Maka tentukanlah besarnya bilangan Reynold, bila diameter dalam pipa luar
4 cm dan diameter luar pipa dalam 2 cm.
Qv = v . A (m3/s) (4.6)
A1 A2
Dari gambar di atas maka untuk kondisi steady state, maka laju aliran berat yang
lewat A1 adalah sama dengan yang lewat A2, sehingga :
WA1 WA2
1. A1.v1 2 . A2 .v2 (4.9)
Untuk fluida incompresible (1 = 2) maka :
Contoh :
Suatu aliran fluida dalam pipa dengan d1 = 8 cm , d2 = 4 cm bila laju aliran
volume (Qv) = 1 Liter/s maka tentukan kecepatan aliran pada seksi 1 dan seksi 2 ?
A1. v1 = A2. v2 = constant
Qv = A1. v1
1000 cm3/detik = .82/4 . v1
v1 = 4000/.82
= 19,9 cm/detik
v2 = A1 . v1/ A2
= (82/42) . 19,9 cm/detik
= 79,5 cm/detik
V. PERSAMAAN BERNOULLI
dari bentuk energi di atas dan dari pernyataan bahwa energi kondisi (1) sama
dengan energi kondisi (2), maka persamaan energinya menjadi sebagai berikut :
E1 E2
Catatan :
Pemakaian persamaan Bernoulli di atas mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
1). Valid untuk fluida incompressible, dimana berat jenis fluida cenderung
sama pada dua section yang berbeda
2). Tidak ada peralatan mekanik di antara dua section, sehingga tidak ada
penambahan/pengurangan energi .
3). Tidak ada perpindahan kalor masuk/keluar fluida
4). Tidak ada rugi-rugi energi.
Contoh :
Pipa dengan diameter sisi masuk 25 cm dan sisi keluar 20 cm dipasang horizontal
dengan sumbu utama mendatar sejajar datum line (lihat gambar). Jika tekanan sisi
masuk adalah p1 , tekanan keluar p2 dan flow ratenya 60 liter/detik, maka
tentukanlah penurunan tekanannya?
1 2
Datum line
Jawab :
1). Dari persamaan Bernoulli :
2 2
p1 v p2 v
1 z1 2 z2
2g 2g
2). Persamaan kontinyuitas :
Qv 4(60dm3 / s)
v1 12,223dm / s 1,2223m / s
A1 (2,5dm) 2
2 4
d d
v2 v1 1 v22 v12 1
d2 d2
3) Kondisi aliran mendatar, z1 = z2, sehingga :
2 2
p1 v1 p2 v2
2.g 2.g
atau dapat ditulis dengan :
v2 v1 v v1
2 2 2 2
p1 p2
p1 p2 2
2. g 2. g
v12 d1
4
v2 v1
2 2
p1 p2 1
2 2 d2
1,22232 m 2 25
4
p1 p2 1000kg / m
2
3
1
2 s 20
p1 p2 1076,743( kg / m )( m / s )
3 2 2
p1 p2 1,076743kN / m 2
p1 p2 1,076743kPa
Contoh :
Suatu saluran (lihat gambar) dengan fluida alir adalah air pada temperature 10OC,
d1 = 25 mm, tekanan gauge 345 kPa, kecepatan aliran 3 m/s, d2 = 50 mm pada
level 2 meter di atas titik 1, asumsi tidak ada kerugian energi pada sistem, maka
hitunglah tekanan di titik 2.
Jawab :
Berdasarkan persamaan Bernoulli maka :
v12 v2
2
p2 p1
z1 z 2
2g
p1 v12 v2
2
p2 . z1 z2
2g
v v2
2 2
p2 p1 1 z1 z2
2.g
dari persamaan kontinuitas
2
d
v1 A1 v2 A2 atau v2 v1. 1 , sehingga :
d2
2
25
v2 3 m / s 0.75 m / s
50
Maka :
p2 329,6 kPa
Contoh :
Suatu sistem seperti gambar berikut, maka tentukan berapa kecepatan fluida
keluar di ujung F?
Jawab :
Dari persamaan Bernoulli :
2 2
p1 v1 p2 v2
z1 z2
2g 2g
vF 58.9 7.67m / s
Soal :
Air 60OC ( = 9,65 kN/m3) mengalir pada saluran seperti gambar di bawah ini, SG
cairan manometer = 1,25. Tentukan besar laju aliran-nya. (air 4OC =9,81
kN/m3) (jawaban Qv = 0,086 m3/s)
Dari gambar di atas maka persamaan umum energi aliran dari kondisi (1) sampai
kondisi (2) adalah :
p1 v12 p v2
z1 hA hL hR 2 z2 2 (6.1)
2g 2g
atau dapat ditulis dalam :
p1 v12 p v2
z1 hA 2 z2 2 hR hL (6.2)
2g 2g
p
Dimana : = sering disebut juga sebagai head tekanan (pressure head)
z = head ketinggian (elevation head)
v2
= sering disebut sebagai head kecepatan (velocity head)
2g
hA = head (energi) yang ditambahkan
hR = head (energi) yang dibuang (diambil)
hL = head (energi) yang hilang
Dari persamaan di atas bila tidak ada energi yang ditambahkan maupun yang
dibuang, serta tidak ada rugi-rugi (diabaikan) maka persamaan-nya menjadi :
2 2
p1 v1 p v
z1 2 z2 2 persamaan Bernoulli
2g 2g
p2 p1 v2 v12
2
hA hp z2 z1 hL (6.4)
2g
dimana hp adalah head (energi) yang ditambahkan oleh alat mekanik misalnya
berupa pompa, sehingga sering disebut dengan head pompa, dan hL rugi-rugi total
sepanjang saluran dari (1) sampai dengan (2)
p1 p2 v1 v22
2
hR hm z1 z2 hL (6.5)
2g
dimana hm adalah head (energi) yang dibuang (diambil) oleh peralatan hidrolik
berupa motor hydraulic (turbin), maka dapat disebut sebagai head motor hidrolik
(turbin). Dan hL adalah rugi-rugi total yang terdiri dari rugi mayor (hf) dan rugi
minor (hl).
Ph Qv . .hm (6.8b)
dimana : Ph = daya hidrolik (hydraulic Power)
Qv = volume flowrate
= berat spesific
hp,m = head pompa, motor hydraulic
p = tekanan total
Qv . .h p
Pshaft (6.9)
pompa
Contoh
Sistem pompa untuk distribusi air (lihat gambar) dengan daya motor listriknya
sebesar 15 kW dengan efisiensi 90%. Laju aliran airnya sebesar 50 Liter/detik.
Tekanan suction dan discharge berturut-turut adalah sebesar 100 dan 300 kPa
(abs). Inside diameter suction dan discharge dari pipanya sama, jarak antara
manometer suction dan discharge sangat kecil (diabaikan). Hitunglah berapa
efisiensi mekanik pompanya? (Jawab 74,1 %)
Jawab :
1) Data diketahui :
id1 = id2
v1 = v2
p1 v12 p v2
z1 hL12 hp 2 z2 2
2g 2g
p2 p1 v22 v12
hp ( z2 z1 ) hL12
2g
p2 p1
hp
37
Fluid Mechanic-Contoh
HHP Qhp
HHP 10kW
HHP
Daya motor
motor pompa
10kW
15kW
0,9 pompa
10kW
pompa 0,741
0,9(15)kW
pompa 74,1%
38
Fluid Flow-Rugi-rugi Aliran
Dalam aliran fluida secara umum ada dua jenis rugi-rugi aliran, yaitu
rugi-rugi karena gesekan fluida dengan dinding saluran yang dilalui fluida
alirnya dan rugi-rugi aliran karena hambatan yang dilalui fluida alir
tersebut. Kedua jenis rugi-rugi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
L v2
hf f
D 2g
1
fs
2 log RD
f s 0,8 (Recomended)
2
RD
f s 0,86859 ln
1,964 ln RD 3,8215
Dan
1 / D
2 log
fR 3,76
1 2,51
2 log
fT 3,76 D RD f T
dan
1 18,7
1,74 2 log 2
fT D RD f T
0,25
fT 2
/ D 5,74
log 0,9
3,7 RD
1 6,9 / D 1,11
1,8 log
f RN d 3,7
200
RD*
f / D
Untuk pipa lama harga kekasaran () lebih tinggi, tetapi tingkat variasinya
tergantung umurnya dan fluidanya. Untuk menentukan kekasaran relative
pipa lama menggunakan persamaan Knudsen sebagai berikut [benedict]:
t
1
D used D new 5
v1 v2 v2
2
v1 v2
2 d 2 v 2 v22
hl 1 1 1 hl Cl , Cl = 0,04 (20O< < 40O)
2.g d 2 2 g 2.g
v2 v1 v2
v2
hl Cl 2 hl Cl
v1 v2 2
2.g 2.g
Cl = + 0,375 Cl = 0,12 ( < 11O)
D2/D1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
C1 0,5 0,45 0,42 0,39 0,36 0,33 0,28 0,22 0,15 0,06 0,0
v2
hl Cl
2g
Cl = 0,04 Cl = 0,5 Cl = 1
v2
hl Cl
2g
p p2
0, 54
Q 0,000754d C 1
2 , 63
L
Dimana : Q = flowrate (Liter/menit)
d = internal diameter, (mm)
p = tekanan (bars gauge)
L = panjang pipa, (m)
C = 140 (new steel pipe)
= 130 (new cast iron pipe)
= 110 (riveted pipe)
Besarnya laju aliran dalam pipa yang dipasang seri akan sama
walaupun besar diameter berbeda, hal ini sesuai dengan persamaan
kontinyuitas, sedangkan kecepatan aliran fluidanya yang berbeda, untuk
pipa dengan diameter besar maka kecepatanya akan lebih lambat (kecil)
bila dibanding dengan pipa dengan diameter lebih kecil.
Besarnya laju aliran (Flow rate) tersebut adalah sbb :
Q = Q1 = Q2 dst
Dan besarnya head losses (hL) total merupakan jumlah head losses
karena mayor losses (karena friction = hf) dan karena minor losses (hl).
Untuk beberapa pipa yang dipasang seri maka total head losses-nya
adalah :
hL h f hl
n
L v2 n
v2
hL i D 2 g j Cl 2 g
f
i j
2 ghL
Qv ,i Ai vi Ai
Ki
maka :
A A A
Qv , AB 2 ghL 1 2 3
K1 K2 K 3
Prosedur Perhitungan :
Data-data : head losses, dimensi pipa (L, D, ,), Cl dll.
1). Coba f1, f2, f3
2). Hitung K1, K2, K3
L
dari persamaan : K f Cl
D
3). Hitung Qv1, Qv2, Qv3
2 ghL
dari persamaan : Qv ,i Ai vi Ai
Ki
Untuk Qv diketahui :
Bila laju aliran total diketahui maka kita dapat menentukan besarnya head
losses maupun besarnya laju aliran masing-masing jalur yaitu sbb :
A A A
Dari persamaan sebelumnya : Qv , AB 2 ghL 1 2 3 , maka :
K1 K2 K 3
Qv2, AB
besarnya head losses adalah : hL 2
A A A
2g 1 2 3
K K2 K 3
1
2 ghL
Qv ,i Ai vi Ai
Ki
L
Dimana : K f Cl
D
Prosedur Perhitungan :
Data-data : Laju aliran (Qv), dimensi pipa (L, D, ,), Cl dll.
1). Coba f1, f2, f3
L
2). Hitung K1, K2, K3 K f Cl
D
Qv2, AB
3). Hitung hL hL 2
A A A
2g 1 2 3
K K2 K 3
1
2 ghL
4). Hitung masing-masing Qv1,2,3 Qv ,i Ai
Ki
vD 4Qv
5). Hitung RN1,2,3 RN
D
6). Tentukan f1, f2, f3 (berdasarkan diagram moody, atau persamaan)
7). Bandingkan f1, f2, f3 ini dengan langkah 1).
1 p p2
v2 2 g 1 hL
A2 2
1 2
A1
sehingga harus di ganti dengan parameter lain yaitu AO yang sudah ada
C p p2
vO 2 g 1 ,
AO 2
1 2
A1
Dari persamaan kontinyuitas maka besarnya Flowrate adalah :
AO C p p2
Qv AO vO 2 g 1 atau dinyatakan dengan :
A
2
1 O
A1
p p2
Qv AO vO AO K 2 g 1 , dengan K, C = Grafik
A2C p p2 2 gh
Qv A2 v2 2g 1 CA2
4
A
2
D
1 2 1 2
A1 D1
Gambar 7.4 Coefficients for ventury tubes with a diameter ratio of 0.5
A2 p p2
Qv A2 v2 2g 1 hL
A
2
1 2
A1
p p2
Qv A2 K 2 g 1 A2 K 2 gh
Gambar 7.6 Flow coefficients for ISA nozzle. (Adapted from ASME Flow
Measurement,1959)