PENDAHULUAN
Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa di antaranya
sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin majunya ilmu
penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexually
transmitted diseases (STD) atau penyakit menular seksual (PMS). Gejala utama pada penyakit
menular seksual antara lain; ulkus, discharge, maupun vegetasi. Pada referat ini, akan dibahas
Angka prevalensi relatif kuman penyebab ulkus genitalis bervariasi, dan sangat
dipengaruhi lokasi geografis. Setiap saat angka ini dapat berubah dari waktu ke waktu. Secara
klinis diagnosis banding ulkus genitalia tidak selalu tepat, terutama bila ditemukan beberapa
penyebab secara bersamaan. Manifestasi klinis dan bentuk ulkus genital sering berubah akibat
infeksi HIV.
Penulis mengambil judul ini karena, ulkus genital sudah banyak di kenal di masyarakat
dengan gejala yang sering mirip. Sehingga di perlukan telaah jenis penyakit kelamin dengan
gejala ulkus.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ulkus genital adalah salah satu gejala pada infeksi menular seksual yang selama perjalanan
penyakitnya ditemukan adanya lesi ulseratif/ ulkus/ tukak atau borok.(Fahmi, 2005)
Adanya lesi ulseratif di genital akan meningkatkan 5-10 kali risiko transmisi HIV-AIDS.
Infeksi menular seksual yang dapat bermanifestasi sebagai ulkus genital adalah(Fahmi, 2005)
1. Sifilis
Tepi lesi Tepi rata, tanda radang (-) Tidak rata / ≠ teratur, tanda radang
(+)
Dinding Tegak lurus Bergaung
berdarah
Isi Serum Jaringan nekrotik, pus
2
Perabaan / konsistensi Indurasi (+) Indurasi (-)
radang
akut
Lab Pem. sediaan hapus sel raksasa berinti Pem lapang gelap / pewarnaan Burri,
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang sangat infeksius, disebabkan oleh
Hoffmann pertama kali mengidentifikasi. Treponema pallidum sebagai penyebab sifilis pada
tahun 1905. Schaudin memberi nama organisme ini dari bahasa Yunani trepo dan nema,
3
Penularan sifilis biasanya melalui kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi,
kontak langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi atau dari ibu yang menderita sifilis ke
Sifilis ditularkan melalui kontak langsung dari lesi infeksius. Treponema masuk
melalui selaput lendir yang utuh atau kulit yang mengalami abrasi, menuju kelenjar
limfe, kemudian masuk ke pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Pada saat
Tanda klinis yang pertama kali muncul adalah timbul lesi primer berupa ulkus
seksual yang dicurigai sebagai penyebab infeksi). Ulkus ini disebut ulkus durum atau
Biasanya soliter, tidak nyeri (indolen), bagian tepi lesi meninggi dan keras
(indurasi), dasar bersih, tanpa eksudat, ukuran bervariasi dari beberapa mm sampai
1-2 cm.
konstitusi
Adanya ulkus disertai pembesaran kelenjar getah bening disebut kompleks primer
Bila tidak diobati, ulkus akan menetap selama 2-6 minggu, lalu sembuh spontan.
4
Pada ulkus dapat ditemukan gerakan T. pallidum.
Tes serologis untuk sifilis: non reaktif, namun makin lama lesi terjadi
Timbul 6 minggu sampai 6 bulan kemudian berupa ruam pada kulit, mukosa dan
organ tubuh, dapat disertai gejala konstitusi seperti demam, malaise, sakit kepala,
atralgia dan anoreksia. Pada stadium ini ulkus masih dapat ditemukan.(Hutapea, 2005)
- Papul basah pada daerah intertriginosa yang lembab disebut kondiloma lata
- Hepatomegali
- Splenomegali
- Pada kasus yang tidak diobati dapat terjadi relaps 1-2 tahun setelah infeksi, lesi
Diagnosis sifilis sekunder ditegakkan berdasarkan adanya lesi sifilis sekunder yang
khas, hasil pemeriksaan serologis yang reaktif, dapat pula pemeriksaan lapangan gelap
5
2.2.1.2 Diagnosis banding
Sifilis pimer:
- Chancroid
- Granuloma inguinale
- Herpes genitalis
Sifilis sekunder:
- Pitiriasis rosea
- Tinea versikolor
- Psoriasis
- Skabies
- Drug eruption
PCR
Pemeriksaan tidak langsung: tes serologis untuk sifilis (TSS) /Serologic Test for Syphilis
(STS)
6
2 Tes non Treponema : VDRL (Venereal Diseases Research Laboratory), RPR (Rapid
Plasma Reagin)
2.2.1.4Penatalaksanaan
- Prokain benzilpenisilin 0,6 juta IU/ hari, intramuskuler selama 10 hari berturut-
turut.
2. Sifilis lanjut (sifilis > 2 tahun, laten yang tidak diketahui lama infeksi, kardiovaskular,
berturut-turut, atau
berturut-turut.
7
ii. Tetrasiklin 4 x 500 mg/ hari selama 30 hari atau lebih
Pada penderita sifilis stadium dini yang telah dilakukan pengobatan dengan cara dan
dosis yang adekuat, harus dievaluasi kembali secara klinis dan serologis (dengan VDRL)
sesudah 3 bulan pengobatan. Evaluasi kedua dilakukan sesudah 6 bulan, dan bila ada
indikasi berdasarkan hasil pemeriksaan pada bulan ke-6 tersebut, dapat dievaluasi
Ulkus mole atau Chancroid atau soft chancre adalah IMS yang disebabkan oleh
Haemophilus ducreyi, dengan masa inkubasi 4-10 hari. Pada wanita sukar ditentukan
Karakteristik :
- Ulkus multipel, nyeri pada > 50% kasus, tepi tidak rata, indurasi (-).
- Dasar ulkus kotor, mudah berdarah dan nekrotik, kulit sekitar ulkus kemerahan
- Terdapat limfadenopati inguinal uni/bilateral yang terasa nyeri pada 50% kasus
- Lokasi lesi: sering pada daerah vulva, serviks, prepuce, sulkus koronarius, dan anal; oral
pada oral sexual contac; bagian tubuh lain (jarang) karena autoinokulasi. (Spinola,
2008)
8
2.2.2.1 Diagnosis banding
- Sifilis
- Herpes genitalis
Pada sekitar 10% kasus dapat terjadi koinfeksi. Ulkus mikstum adalah koinfeksi
Basil kecil Gram negatif, yang berderet berpasangan seperti kumpulan ikan
o Kultur
o PCR
2.2.2.3 Terapi
Herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual dengan prevalensi yang tinggi di
berbagai negara dan penyebab terbanyak penyakit ulkus genitalis. Infeksi herpes genitalis
9
adalah infeksi genitalia yang disebabkan oleh Virus herpes simpleks (VHS) terutama VHS tipe
2. Dapat juga disebabkan oleh VHS tipe 1 pada 10–40% kasus. Sebagian besar terjadi setelah
kontak seksual secara orogenital. VHS merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam
famili Herpesviridae, mempunyai kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel
hospes setelah infeksi primer. Virus tersebut tetap mempunyai Virus tersebut tetap mempunyai
kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi yang berulang.
(Purba,2012)
Ada dua macam tipe VHS yang dapat menyebabkan herpes genitalis, yaitu VHS tipe 1
dan VHS tipe 2. VHS tipe 1 lebih sering berhubungan dengan kelainan oral, dan VHS tipe 2
berhubungan dengan kelainan genitalia. Kedua tipe VHS berada atau berdiam diri dalam
ganglion saraf sensoris setelah terjadi infeksi primer. Virus ini tidak memproduksi protein virus
3. Episode rekuren
4. Asimtomatik (Fahmi,2005)
Merupakan infeksi primer sejati, mengenai seseorang yang belum pernah terpajan HSV
10
Masa inkubasi 1 minggu (2-12 hari) setelah coitus suspectus
Pada episode ini gejala lebih berat, seringkali disertai gejala sistemik dan dapat
Vesikel berkelompok pada dasar eritem, yang terasa nyeri pustula erosi ulkus
krusta keabu-abuan
• Lesi baru masih muncul sampai hari ke-10, reepitelisasi terjadi setelah 15-20 hari
• Lokasi:
• Komplikasi:
Pada orang yang pertama kali timbul gejala klinis, namun telah seropositif terhadap
antibodi HSV
11
Gejala lebih ringan dari episode primer, tetapi lebih berat dari episode rekuren(Handoko,
2005)
• Gejala yang timbul biasanya lebih ringan, dapat diawali gejala prodromal seperti gatal,
• Faktor pencetus : trauma, stress emosi, kelelahan, koitus yang berlebihan, demam,
• Reepitelisasi + 10 hari
- Chancroid
- Dermatitis kontak
2.2.3.3 Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sederhana dengan apus Tzanck yang diwarnai dengan Giemsa
atau Wright akan tampak sel raksasa berinti banyak, namun pemeriksaan ini mempunyai
PCR
Serologi(Fahmi, 2005)
12
2.2.3.4 Terapi
2. Episode kambuhan:
Upaya KIE tentang IMS penting dilakukan, mengingat salah satu tujuan program
penyebaran IMS. Untuk melakukan kegiatan ini perlu disediakan satu ruangan khusus yang
pasien sehubungan dengan IMS yang dideritanya, sedangkan KIE bertujuan agar pasien mau
mengubah perilaku seksual berisiko menjadi perilaku seksual aman. Kedua pengertian ini perlu
digunakan, dan pesan-pesan lain yang bersifat umum. Penjelasan dokter diharapkan dapat
13
mendorong pasien untuk mau menuntaskan pengobatan dengan benar. Dalam memberikan
penjelasan, dokter atau perawat sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan
dimengerti oleh pasien, dan bila dianggap perlu dapat digunakan istilah-istilah setempat.
Beberapa pesan KIE IMS yang perlu disampaikan:
♦ Mengobati sendiri cukup berbahaya
♦ IMS umumnya ditularkan melalui hubungan seksual.
♦ IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularan HIV.
♦ IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas.
♦ Kondom dapat melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV.
♦ Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS dengan obat.
♦ Komplikasi IMS dapat membahayakan pasien
RINCIAN PENJELASAN KEPADA PASIEN IMS
IMS yang diderita dan Pengobatannya
♦ menjelaskan kepada pasien tentang IMS yang diderita dan pengobatan yang diperlukan,
termasuk nama obat, dosis, serta cara penggunaannya. Bila perlu dituliskan secara rinci untuk
panduan pasien.
♦ memberitahu tentang efek samping pengobatan
♦ menjelaskan tentang komplikasi dan akibat lanjutnya
♦ menganjurkan agar pasien mematuhi pengobatan
♦ menganjurkan agar tidak mengobati sendiri, harus berobat ke dokter
♦ menjelaskan agar pasien tidak melakukan douching
BAB III
Kesimpulan
Penyakit menular seksual dengan gejala utama ulkus merupakan penyakit menular
seksual yang sangat banyak presentasinya di masyarakat. Diagnosis dini yang cepat dan tepat
14
penderita. Manifestasi ulkus dapat serupa pada tiap penyakit. Namun dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang cermat, penyakit – penyakit tersebut dapat
dibedakan dengan baik. Pemilihan obat juga perlu dipertimbangkan. Dosis tunggal menjadi
pilihan, namun, apabila tidak dapat dilakukan, dipilih regimen yang tersingkat namun efektif.
Prognosis penyakit menular seksual dengan manifestasi ulkus ini baik apabila diagnosis dini
dapat ditegakkan serta dapat dipilihnya pengobatan yang tepat untuk penyembuhan dan
pencegahan komplikasi.
Lampiran
15
Gambar 1. Ulkus durum pada labia mayor Gambar 2. Ulkus durum pada
sulkus koronarius
16
Gambar 3. Ulkus durum ekstra genital Gambar 4. Sifilis sekunder lesi papular
17
Gambar 8. Ulkus mole Gambar 9. Herpes genitalis
18
Bagan 2. Algoritma Pengobatan Ulkus Genital
19
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Fahmi Daili, Sjaiful. Tinjauan Penyakit Menular Seksual (P.M.S.). Dalam: Adhi D,
Mochtar H, Siti A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit
2. Siregar, R.S. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
3. Hakim, Lukman. Epidemiologi Infeksi Menular Seksual. Dalam: Sjaiful FD, Wresti
IBM, Farida Z, Jubianto J, ed. Infeksi Menular Seksual. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit
4. Hutapea, Namyo. Sifilis. Dalam: Sjaiful FD, Wresti IBM, Farida Z, Jubianto J, ed.
Infeksi Menular Seksual. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 70 – 87.
5. Handoko, Ronny. Penyakit Virus. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, ed. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 110 – 118.
6. Fahmi Daili, Sjaiful. Infeksi Genital Nonspesifik. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, ed.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 364 –
366.
7. Handoko, Ronny. Herpes Simpleks. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, ed. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 379 – 381.
8. Fahmi Daili, Sjaiful. Trikomoniasis. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, ed. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 382 – 383.
9. EC Natahusada, Adhi D. Sifilis. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, ed. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 391 – 411.
21
10. Sparling PF, Swartz MN, Musher DM, Healy BP. Clinical manifestation of syphillis.
Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, dkk,
penyunting. Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke-4. New York: Mc.Graw Hill, 2008:
661-84.
11. Spinola SM. Chancroid and Haemophilus ducreyi. Dalam: Holmes KK, Sparling PF,
Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, dkk, penyunting. Sexually Transmitted
Serologi. 2014.
amycolatum: A Rare Case Report from the District of Western Maharashtra, India. 2012.
14. John White, Nigel O'Farrell and David Daniels. National Guideline for the management
15. MichelleA. roett, MeJeBi t. mAyor, KelechiA. Uduhiri. Diagnosis and Management of
17. Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama. Pedoman Nasional Penanganan Penyakit Menular
22