Anda di halaman 1dari 8

1. Sebutkan dan jelaskan dengan lengkap primary cementing dan secondary cementing ?

- Primary cementing adalah adalah proses penyemanan yang dilakukan pertama kali
setelah casing di turunkan ke dalam lubang bor. Sedangkan secondary
cementing adalah penyemenan yang dilakukan dikarenakan tidak sempurnanya
penyemenan pertama (gagal).
2. Sebutkan dan jelaskan koponen mineral utama semes Portland ?

 Tricalcium silicate (3CaO SiO2 )


Dinotasikan sebagai C3S yang dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2 da merupakan
komponen terbanyak dalam Portland semen, sekitar 40-45% untuk semen yang lambat
proses pengerasannya, dan 60-65% untuk semen yang cepat proses pengerasannya.
Komposisi ini memberikan strength yang terbesar pada awal pengerasan.

 Dicalcium Silicate (2CaO SiO2)


Dinotasikan sebagai C2S yang juga dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2, memberi
pengaruh terhadap strength semen akhir. C2S menghidrasi sangat lambat sehingga tidak
berpengaruh dengan setting time semen, tetapi sangat berpengaruh dalam kekuatan
semen lanjut dan kadarnya tidak lebih dari 20%.
 Tricalcium Aluminate (3CaO Al2 O3 )
Dinotasikan sebagai C3A yang terbentuk dari reaksi CaO dan AL2O3 kadarnya 15% untuk
high early Strength dan 3% untuk terhadap kandungan sulfate, namun berpengaruh
terhadaprheologi suspense dan membantu proses pengerasan awal semen.
 Tetracalcium Aluminoferrite (4CaO AL2O3 Fe2o3)
Dinotasikan sebagai C3AF yang terbentuk dari reaksi CaO2Al2O3 dan Fe2O3. Kadarnya
tidak boleh lebih dari 24% untuk semen yang tahan terhadap kandungan sulfate tinggi.
Penambahan oksida besi yang berlebihan akan menaikan kadar C4AF dan menurunkan
kadar C3A dan menurunkan panas hasil reaksi /hidrasi C2S dan C3S.

3. Sebutkan dan jelaskan serta gambarkan tahap pembuatan semen Portland ?

Pembuatan semen portland melalui beberapa tahap berikut :


1. Proses Peleburan
Dalam bagian ini ada 2 cara yang umum digunakan, yaitu :
 Dry Process
Pada awal proses ini, clay dan limestone sama-sama dihancurkan, lalu dikeringkan di
rotary dries. Hasilnya dibawa ke tempat penggilingan untuk dileburkan. Kemudian hasil
peleburan ini masuk ketempat penyaringan dan partikel-partikel yang kasar dibuang
dengan system sentrifugal. Hasil saringan ini ditempatkan di beberapa silo (tempat
berbentuk tabung yang tertutup) dan setelah didapat komposisi kimia yang diinginkan
kemudian akan melalui proses pembakaran di klin. Campuran ini biasanya berukuran 100
– 200 mesh agar kontak antar partikel-partikel yang terjadi dapat maksimal. Proses
pembuatan semen melalui Dry Process dapat dilihat pada Gambar dibawah ini..

Gambar 2.1. Proses Pembuatan Semen Melalui Dry Process

 Wet Process
Material-material mentah dicampur dengan air, lalu dimasukkan ke tempat penggilingan
(grinding mill). Campuran ini kemudian dipompa melalui vibrating screen. Material-
material yang kasar dikembalikan ke penggilingan, sementara campuran yang lolos yang
berupa susupensi ditampung pada suatu tempat berbentuk kolom-kolom. Di tempat ini,
suspensi mengalami proses rotasi dan pemampatan sehingga didapat campuran yang
homogen. Di tempat ini pula komposisi kimia suspensi diubah-ubah untuk didapatkan
komposisi yang diinginkan sebelum dibawa ke klin.
Gambar 2.2. Proses Pembuatan Semen Melalui Wet Process

2. Proses Pembakaran
Proses pembakaran (lihat Gambar 2.3. dilakukan setelah melalui salah satu proses peleburan di
atas (dry process atau wet process), campuran masuk ke dalam “rotary klin” Di klin, campuran ini
berputar-putar kemudian dipanaskan perlahan-lahan melalui beberapa proses temperatur
seperti berikut (API Spec. 10, Material and Testing for Well Cement) :

100 oC = pembebasan air bebas.

200 oC = dehidroksilasi mineral-mineral clay.

900 oC = kritalisasi mineral-mineral clay yang mengalami dehidroksilasi dan


dekomposisi CaCO3.

900 – 1200 oC = reaksi antara CaCO3 atau CaO dengan aluminosilicates.

1250 – 1280 oC = mulai terbentuk fasa liquid.

> 1280 oC = fasa liquid terus terbentuk dan komponen-komponen semen terjadi.
Gambar 2.3. Proses Pembakaran

3. Proses Pendinginan
Setelah pembakaran dilakukan proses pendinginan kualitas “klinker”, produk yang
dihasilkan dari rotary klin sangat tergantung dari kecepatan dan metode pada proses
pendinginan. Bila laju pendinginan lambat, akan dihasilkan produk yang baik dimana akan
terjadi proses kristalisasi dari klinker akan meningkatkan kekuatan semen. Sedangkan bila laju
pendinginan cepat akan dihasilkan produk seperti gelas yang dapat mempersukar klinker
digiling, ini dapat mengakibatkan kekuatan semen cepat naik tetapi tidak lama.
Proses pendinginan sebenarnya telah dimulai ketika temperatur mulai menurun dari
clinkering temperature. Kualitas clinker dan selesainya pembuatan semen sangat tergantung
dari laju pendinginan-perlahan sekitar 4-5 oC (7-8 oC) sampai suhu 1250 oC, kemudian cepat
sekitar 18-20 oC (32-36 oF) permenit.
4. Proses Penggilingan
Pada tabung penggiling ada bola-bola baja, yang dapat mengakibatkan sekitar 97-99 %
energi yang masuk diubah menjadi panas. Selama proses penggilingan ini biasanya
ditambahkan gypsum sekitar 3 – 5 % yang berguna untuk mengontrol pembebasan CaO dan
untuk menghindari flash setting. Oleh karena itu diperlukan pendinginan, karena jika terlalu
panas akan banyak gypsum ynag menghidrasi menjadi kalsium sulfat hemidrat (CSH2). atau
larutan anhidrit (CS). Akhirnya dari proses penggilingan didapat bubuk semen yang diinginkan.
Bubuk semen yang dihasilkan kemudian ditempatkan di silo-silo dan dipak.

- Gambar 2.4. Proses Penggilingan\

4. Sebutkan dan jelaskan fungsi semen pemboran ?

- Melindungi casing / liner dari tekanan yang dating dari bagian luar casing yang dapat
menimbulkan collapse (mengkerut)
- Mencegah adanya migrasi fluida yang tidak diinginkan dari satu formasi ke formasi yang
lain.
- Melindungi casing dari fluida yang bersifat korosif
5. Sebutkan dan jelaskan standarisasi semen pemboran berdasarkan API ?

Klasifikasi semen yang dilakukan API terdiri dari:


Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan) sampai 6.000 ft. semen ini terdapat
dalam tipe biasa (ordinary type) saja, dan mirip dengan semen ASTM C-150 tipe I.
Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan tersedia dalam jenis
yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi (moderate dan high sulfate
resistant)
Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan mempunyai
sifat high-early strength (proses pengerasannya cepat) semen ini tersedia dalam
jenis moderate dan high sulfate resistant.
Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6.000 ft sampai 12.000 ft, dan untuk
kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Semen ini tersedia juga
dalam jenis moderate dan high sulfate resistant
Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6.000 ft sampai 14.000 ft, dan untuk
kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Semen ini tersedia
juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant
Kelas F
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 10.000 ft sampai 16.000 ft, dan untuk
kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Semen ini tersedia
dalam jenis highsulfate resistant.
Kelas G
Semen kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 8.000 ft, dan merupakan semen
dasar. Bila ditambahkan retarder semen ini dapat dipakai untuk sumur

6. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat semen pemboran ?


a. Densitas
Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah berat
bubuk semen, air pencampur dan additif terhadap jumlah volume bubuk semen, air
pencampur dan additif.
b. Thickening time dan viskositas
Thickening time adalah waktu yang diperlukan suspensi semen untuk mencapai
konsistensi sebesar 100 Uc (Unit Of Consistency).

c. Filtration loss
Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspensi semen ke dalam
formasi permeabel yang dilaluinya.

d. Water Cement Ratio (WCR)


Water Cement Ratio (WCR) adalah perbandingan air yang dicampur terhadap
bubuk semen sewaktu suspensi semen dibuat.

e. Waiting On Cement (WOC)


Waiting On Cement (WOC) atau waktu menunggu pengerasan suspensi semen
adalah waktu yang dihitung saat wipper plug diturunkan sampai
kemudian plug dibor kembali untuk operasi selanjutnya.

f. Permeabilitas
Permeabilitas diukur pada semen yang mengeras dan hampir sama
dengan permeabilitas pada batuan formasi yang berarti sebagai kemampuan
untuk mengalirkan fluida.

g. Compresive Strength dan Shear Strength


Compresive Strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan
tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing,
sedangkan Shear Strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan berat casing.

7. Sebutkan dan jelaskan additive dalam semen pemboran ?


a. Accelerator
Additif yang digunakan untuk mempercepat proses pengerasan suspensi
semen. Selain itu dapat juga mempercepat naiknya strength semen dan
mengimbangi additif lain, agar tidak tertunda poses pengerasan suspensi
semennya. Contohnya : kalsium klorida, sodium klorida, gipsum, sodium
silikat, dan air laut.
b. Retarder
Adalah additif yang dapat memperlambat proses pengerasan suspensi
semen, sehingga suspensi semen mempunyai zat waktu yang cukup untuk
mencapai kedalaman target yang diinginkan. Contohnya :lignosulfonat, senyawa-
senyawa asam organik dan CMHEC (Carboxymethyl Hydroxymethyl Cellulose)
c. Extender
Additif yang berfungsi untuk menaikkan volume suspensi semen, yang
berhubungan dengan mengurangi densitas suspensi semen tersebut.
Contohnya : bentonite, attapulgite, sodium silikat, pozzolan, perlite dan gilsonite.
d. Weighting Agents
Adalah additif yang berfungsi menaikkan densitas semen, biasanya digunakan pada
sumur-sumur yang mempunyai tekanan formasi yang tinggi. Contohnya
: hematite,ilmenite, barite dan pasir.
e. Dispersant
Dispersant merupakan additif yang dapat mengurangi viscositas suspensi semen.
Additif-additif yang termasuk dalam dispersant antara lain : polymelamine sulfonate,
polynapthatalena sulfonate
f. Fluid-Loss Control Agents
Merupakan additif yang berfungsi mencegah hilangnya fasa liquid semen kedalam
formasi, sehingga terjaga kandungan cairan pada suspensi semen. Additif yang
termasuk kedalam fluid-loss Lost Circulation Control Agents
Lost Circulation Control Agents merupakan additif-additif yang mengontrol
hilangnya suspensi semen ke dalam formasi yang lemah atau bergua (rekahan).
Additif yang termasuk kedalam lost Specially Additives
Ada bermacam-macam additif lainnya yang dikelompokkan sebagai specially
additives, diantaranya silika, mud kill, radioactive tracers, fibers, antifoam
agents dan lainnya.

8. Jelaskan prosedur pelaksanaan primary cementing dan squeeze cementing?

Anda mungkin juga menyukai