ACARA IV
PENAKSIRAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA
Disusun oleh:
Risma Dewi N ( )
Rodiyah Tri U (13911)
Emeralda Wijaya ( )
Ghufran Shauma B (13943)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa merupakan tanaman tahunan yang biasa hidup di daerah tropis. Komoditas ini
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia, sehingga kelapa disebut sebagai the tree of life (pohon kehidupan),
karena hampir seluruh bagian tanaman kelapa dapat digunakan untuk kebutuhan manusia
sehari-hari. Kelapa (Cocos nucifera L.) masuk kedalam kelas Monocotyledonae, Ordo
Palmales, dan Familia Palmae. Secara umun tanaman kelapa dapat dibedakan menjadi 3
golongan yaitu kelapa dalam, kelapa genjah, dan kelapa hibrida.
Kelapa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari terutama
untuk masyarakat pedesaan, dalam kehidupan mereka sehari-hari baik untuk kebutuhan
pangan maupun papan. Sekitar 75 % dari seluruh lemak pada daging buah kelapa dapat
digunakan sebagai bahan makanan sehari-hari, bahan pembuat minyak gosok dan dapat
dibuat minyak kelapa. Produktivitas kelapa dalam saat ini sangat rendah bila dibandingkan
dengan kemampuannya berproduksi. Sebagian besar pertanaman kelapa rakyat belum
memenuhi standar budidaya, sehingga produktivitasnya rendah.
Untuk meningkatkan produktivitas kelapa dan pendapatan petani, kelapa tua perlu
diremajakan dan kelapa yang relatif muda direhabilitasi. Penanaman tanaman baru atau
perluasan harus dipertimbangkan kesesuaian lingkungan dan meningkatkan nilai tambah dari
produk yang dihasilkan tidak hanya kelapa butiran, kopra atau minyak akan tetapi aneka
ragam produk yang berasal dari tanaman kelapa. Peremejaan dapat dilakukan dengan
mengganti tanaman tua yang produksinya rendah dengan tanaman baru yang memiliki
produksi tinggi. Sedangkan kegiatan perluasan juga dapat membantu peningkatan
produktivitas tanaman kelapa. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penaksiran produktivitas
tanaman kelapa perlu diketahui mahasiswa pertanian yang akan dilakukan dalam praktikum
ini.
B. Tujuan
1. Mengetahui produktivitas tanaman kelapa di suatu daerah dalam satu satuan luas
lahan per satu satuan waktu.
2. Mempelajari penerapan teknologi budidaya kelapa di tingkat petani.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Hal
ini terlihat dari penyebaran tanaman kelapa di hampir seluruh wilayah Nusantara. Kelapa
merupakan tanaman perkebunan dengan areal terluas ketiga di Indonesia setelah kelapa sawit
dan karet. Kelapa menempati areal seluas 3,57 juta ha atau 15,22 persen dari 23,46 juta ha
total areal perkebunan. Pertumbuhan perkebunan kelapa di Indonesia mengalami penurunan
dengan tingkat pertumbuhan -1,22. Produktivitas kelapa adalah nilai produksi kelapa dibagi
dengan luas areal kelapa, dapat diformulasikan sebagai berikut : Produktivitas =
produksi/luas lahan (Patty, 2011). Perkebunan kelapa di Indonesia pada tahun 2015 mampu
mencapai produksi 2 juta ton per tahun sehingga memiliki produktivitas 1.131 ton/ha
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016).
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman serbaguna atau tanaman
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan manusia, sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan karena
hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang dan terutama daging buahnya dapat
dipergunakan untuk kebutuhan manusia sehari-hari (Kriswiyanti, 2013). Selian menjadi
makanan produk olahannya dapat dibuat menjadi minyak yang diproses dari margarin (Redei,
2008).
Klasifikasi tata nama tanaman kelapa menurut Harjono (1997) adalah:
Kingdom : Plantae
Division : Spermathophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arecale
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera Linn
Kelapa merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari
famili Palmae yang dibagi menjadi tiga: (1) kelapa dalam dengan varietas Viridis (kelapa
hijau), Rubenscens (kelapa merah), Macrocorpu (kelapa kelabu), Sakarina (kelapa manis),
(Kelapa genjah dengan varietas Eburnea (kelapa gading), varietas Regia (kelapa raja), Pumila
(kelapa puyuh), Prestiosa (kelapa raja malabar), dan (3) Kelapa hibrida. Ada dua pendapat
mengenai asal usul kelapa yaitu dari Amerika Selatan menurut D. F. Cook, van Martius
Beccari dan Thor Herjerdahl dan dari Asia atau Indo Pasific menurut Berry, Werth, Mearil,
Mayurathan, Lepesma, dan Pureseglove. Kata coco pertama kali digunakan oleh Vasco da
Gama, atau dapat juga disebut Nux Indica, al djanz al kindi, ganz-ganz, nargil, narlie, tenga,
temuai, coconut, dan pohon kehidupan (Suhardiono, 1993).
Kelapa tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan antara 1300-2300
mm/tahun dengan drainase tanah yang baik. Kelapa sangat peka terhadap suhu rendah dan
tumbuh optimal pada suhu 20-27oC, dan mengalami perubahan fisiologis serta morfologis
pada suhu 15oC. kelapa menyukai sinar matahari dan lama penyinaran minimum 120
jam/bulan atau 2000 jam/tahun. Penaungan membuat tanaman terhambat pertumbuhannya.
Tanaman kelapa tumbuh baik pada ketinggian dari pinggir lau sampai 600 mdpl dan optimal
pada0-450 mdpl. Pada ketinggian 450-1000mdpl kelapa mengalami keterlambatan dalam
waktu berbuah, produksi sedikit dan kadar minyaknya rendah. Tanaman kelapa dapat tumbuh
pada tanah dengan pH 5-8 (Suhardiono, 1993).
III. METODOLOGI
A. Hasil Wawancara
1. Identitas Petani :
a) Nama : Ibu Astuti
b) Umur : 64 Tahun
c) Alamat : Dusun Blimbing, Desa Sukoreno, Kec. Sentolo, Kab. Kulon Progo.
d) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Luas Lahan : 800 m2
3. Jumlah pohon kelapa yang dimiliki : 26 pohon
Kelapa Hibrida : 20 pohon
Kelapa Gading : 6 pohon
4. Teknis Budidaya :
a) Asal Bibit : Bibit kelapa dalam dan kelapa gading berasal dari persemaian sendiri
b) Penanaman : Penanaman dalam bentuk tunas kelapa, ditanam di halaman atau kebun
rumah
c) Jarak Tanam : Jarak antar pohon 3 x 4 m
d) Pemeliharaan : Dilakukan beberapa pembersihan seperti pembersihan daun-daun yang
rontok dan rumput yang tumbuh di sekitar pohon. Selain itu diupupuk satu kali tiap
pohon dengan NPK 1/2 kilogram.
e) Pemanenan : Buah tidak dipanen sendiri, akan tetapi dipanen oleh orang lain yang
ingin menjualnya ke pasar (istilah dalam bahasa jawa adalah (“ditebas”). Pemanenan
dilakukan 2 bulan sekali.
f) Pascapanen : Penjualan buah kelapa ke pasar dengan sistem tebas (Rp 2000,00- Rp
5000,00 per buah) Kelapa yang jatuh atau tua diolah menjadi minyak goreng.
B. Pembahasan
Kelapa adalah tanaman serba guna. Seluruh bagian tanaman bermanfaat bagi
kehidupan manusia (Setyamidjaja, 1984 cit. Aristya et al., 2013). Keragaan perkebunan
kelapa menunjukkan (1) luas kepemilikan usaha tani kelapa rata-rata 0,5 ha/keluarga petani,
(2) pertanaman umunya diusahakan dalam bentuk monokultur, (3) adopsi teknologi budidaya
belum dilaksanakan secara wajar, (4) produk usaha tani yang dihasilkan masih bersifat
produk primer berbentuk kelapa butiran dan kopra, (5)produktivitas usaha tani kelapa rendah
rata-rata 1,1 ton kopra/ha/tahun (Tarigan, 2005 cit. Aristya et al., 2013).
Produktivitas rendah merupakan salah satu permasalahan kelapa di Indonesia.
Rendahnya produksi kopra/ha/tahun disebabkan (1) budidaya tanaman kelapa masih terbatas
dan tanpa penambahan materi pendukung bagi tanaman, (2) komposisi tanaman kelapa yang
dibudidayakan 60%-nya berumur lebih 60 tahun, (3) manajemen tanaman kurang
diperhatikan, (4) hama dan penyakit tanaman, (5) permasalahan sosial, ekonomi dan budaya
yang mempengaruhi perkembangan kelapa. Semua ini menyebabkan pendapatan petani
terbatas, pasaran kelapa kurang berkembang, fluktuasi harga kopra tidak stabil dan
keragaman hasil tanaman kelapa (Mahmud dan Rusthamrin, 1989 cit. Aristya et al., 2013).
Klasifikasi Tanaman Kelapa dan Morfologi, Kelapa adalah salah satu jenis tanaman
yang termasuk ke dalam suku pinang-pinangan (arecaceae). Semua bagian pohon kelapa
dapat dimanfaatkan, mulai dari bunga, batang, pelepah, daun, buah, bahkan akarnya pun
dapat dimanfaatkan. Batang pohon kelapa merupakan batang tunggal, tetapi terkadang dapat
bercabang. Tinggi pohon kelapa dapat mencapai lebih dari 30 cm. Daun kelapa tersusun
secara majemuk, menyirip sejajar tunggal, berwarna kekuningan jika masih muda dan
berwarna hijau tua jika sudah tua (Anonim, 2013).
Klasifikasi Tanaman Kelapa
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas: Arecidae
Ordo: Arecales
Famili : Arecaceae
Genus: Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Tanaman yang bisa beradaptasi dengan baik di area berpasir seperti pantai ini
memiliki ciri-ciri umum yang mudah dikenali, antara lain : Pohon terdiri dari batang tunggal ,
akar berbentuk serabut, dengan struktur yang tebal dan berkayu, berkerumun membentuk
bonggol. Batang pohon beruas-dan bila pohon sudah tua, ruas-ruas tersebut akan
berkurang,Batang kelapa merupakan jenis kayu yg cukup kuat , tapi sayangnya kurang baik
untuk bangunan. Daun kelapa merupakan daun tunggal dengan pertulangan menyirip. Bunga
majemuk dan terletak pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea, bunga terdiri dari bunga
jantan dan betina.bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di
bagian yang jauh dari pangkal. Buah kelapa umumnya besar, dengan diameter sekitar 10cm-
20 cm bahkan bisa lebih. Warna buah kelapa terngantung dari jenis pohonnya ( bisa berwarna
kuning atau hijau), untuk buah yang sudah tua akan berubah warna menjadi coklat (Anonim,
2013).
Kelapa sebagai salah satu spesies dari genus Cocos memiliki 27 genera dan 600
spesies, yang diklesifikasikan dalam dua varietas yaitu kelapa Dalam (typica Nar) dan kelapa
Genjah (nana Griff). Ada pula yang mengklasifikasikan kelapa dalam tiga varietas yaitu
selain kelapa Dalam dan Genjah juga ada kelapa Semi Dalam (aurantiaca). Masing-masing
varietas kelapa memiliki karakteristik khusus yang membedakannya satu sama lain
(Maskoro, 2000 cit. Aristya et al., 2013). Penampilan karakter tanaman kelapa di lapangan
beragam. Hal ini disebabkan antara lain karena tetua yang digunakan dalam proses
persilangan diperoleh dari populasi menyerbuk bebas, artinya derajat heterosigotnya masih
tinggi. Kelapa Dalam umumnya menyerbuk silang, sehingga keturunannya mempunyai
penampilan yang sangat beragam karena genotipnya masih heterosigot (Wardiana, 1996 cit.
Aristya et al., 2013).
Menurut Disbun Sulsel (2013) pada perkembangan buah kelapa, Tiga sampai empat
minggu setelah manggar membuka, bunga betina telah dibuahi dan mulai tumbuh menjadi
buah. Dari jumlah buah yang terbentuk, ½ - ¾nya secara berangsur-angsur rontok karena
pohoh tidak sanggup membesarkan buah tadi. Rontoknya buah-buah muda ini berlangsung
selama dua bulan, dan sisanya akan tumbuh sampai tua. Pertumbuhan buah melalui tiga
fase, yaitu :
Fase pertama : Berlangsung selama 4-6 bulan. Pada fase ini bagian tempurung dan sabut
hanya membesar dan masih lunak. Lubang embryo juga ikut membesar dan berisi penuh air.
Fase kedua : Berlangsung selama 2-3 bulan. Pada fase ini bagian tempurung berangsur
angsur tebal, tetapi belum keras betul.
Fase ketiga : Pada fase ini, putih lembaga atau endosperm sedang dalam penyusunan.
Penyusunan dimulai dari pangkal buah berangsurangsur menuju ke ujung. Pada bagian
pangkal mulai tampak terbentuknya lembaga. Warna tempurung berubah dari putih menjadi
coklat kehitaman dan bertambah keras. Pada umur 9 bulan buah mencapai ukuran maksimal
dengan berat 3-4 kg berisi cairan 0,3-0,4 liter. Buah mencapai masak benar pada umur 12-13
bulan, tetapi beratnya turun menjadi 1½ - 2½ kg. Ruangan bagian dalam endosperm tidak
lagi berisi penuh air buah. Kandungan zat-zat berberda-beda pada macam-macam bagian dari
putih lembaga. Di sebelah pangkal tempurung terdapat tiga buah lubang tumbuh yang disebut
“mata”. Salah satu “mata” berukuran paling besar tetapi tutup lubangnya paling lunak adalah
tempat keluarnya lembaga pada saat biji/buah berkecambah. Daging buah terdiri atas 3
bagian yaitu :
- epicarp, yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin, agak keras dan tebalnya ½
1/7mm.
- mesocarp, yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut. Bagian ini terdiri dari serat-serat
yang keras tebalnya 3-5 cm.
- endocarp, yaitu bagian tempurung yang keras sekali. Tebalnya 3-6 mm. Bagian dalam
melekat pada kulit luar dari biji/endosperm.
- putih lembaga atau endosperm yang tebalnya 8-10mm.
Buah yang telah tua bobotnya terdiri dari 35% sabut, 12% tempurung, 28%
endosperm dan 25% air. Sedangkan endosperm mengandung: 52% air, 34% minyak, 3%
protein, 1,5% zat gula dan 1% abu. Adapun air kelapa mengandung 2% gula, 4% zat kering
dan zat abu. Buah yang berkecambah, bagian pangkal lembaganya tumbuh ke dalam
membentuk alat pengisap yang disebut “gandos” atau “kentos”. Bagian ujung dari lembaga
tumbuh ke luar menerobos lapisan sabut pada pangkal buah menuju ke luar. Sesudah
menerobos ke luar, barulah lembaga ini menyusun daun-daun berwarna hijau. Bersamaan
dengan pertumbuhan lembaga keluar dari lapisan sabut, kentos tumbuh ke dalam, berangsur-
angsur membesar sampai akhirnya mengisi ruangan dalam dari biji. Permukaannya merapat
pada putih lembaga, sambil mengeluarkan enzim yang berangsur-angsur dapat menguraikan
makanan cadangan yang terkandung dalam putih lembaga, dan merupakan zat makanan dari
lembaga yang tumbuh ke luar. Permukaan putih lembaga menjadi lunak dan agak berlendir,
dan akhirnya seluruh isi putih lembaga habis terurai (Disbun Sulsel, 2013).
Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2013), cara
mengukur tinggi pohon dapat sebagai berikut:
Produktivitas pohon kelapa pada halaman milik ibu Astuti kurang optimal. Hal ini
dapat dilihat dari data yang didapat bahwa terdapat satu pohon yang bisa memproduksi hasil
yang cukup optimal yaitu sekitar 144 buah/pohon/tahun. Sedangkan masih ditemukan pohon
yang hanya memiliki produktivitas sekitar 24 buah/pohon/tahun. Hal ini bisa terjadi karena
setiap umur pohon kelapa disana berbeda-beda. Pohon yang memiliki produktivitas yang
tinggi karena terbilang sudah matang/dewasa. Sedangkan pohon yang memiliki produktivitas
cukup rendah diakibatkan pohon tersebut sudah tua. Namun, bisa juga dikarenakan pohon
tersebut masih muda sehingga pertumbuhan dan perkembangnnya belum optimal.
Penyebab rendahnya produktivitas buah pada pohon kelapa yaitu karena pohon kelapa
tersebut tidak terlalu dirawa dengan baik. Pohon kelapa tersebut banyak ditemukan dalam
kondisi terserang hama pada daunnya sehingga produkivitasnya tidak optimal. Ham yang
ditemukan pada pohon kelapa tidak segera ditanggulangi, atau dibiarkan saja oleh
pemiliknya. Selain itu, terdapat banyak gulma yang dapat menyerap unsur hara yang
seharusnya dapat digunakan oleh pohon kelapa tersebut. Jarak tanam juga kurang beraturan,
sehingga banyak ditemukan tempat pohon kelapa tumbuh terlalu berdekatan sehingga bisa
terjadi kompetisi yang dapat mengurangi hasil produksi.
Tekonologi budidaya kelapa yang dapat diterapkan oleh petani adalah sistem
peremajaan. Peremajaan Kelapa dilakukan jika: (1) tanaman Kelapa berumur lebih dari 60
tahun, (2) Jika produksi Kelapa < 60 butir/pohon/tahun, (3) Serangan hama/penyakit yang
sangat parah dan bencana alam. Peremajaan Kelapa umumnya terdiri atas tiga metode, yaitu
(1) peremajaan sistem sisipan: Metode ini kebanyakan dilakukan pada kebun petani dengan
cara menanam tanaman Kelapa baru di antara tanaman Kelapa tua. etode sisipan ini biasanya
akan mengurangi luasan lahan yang akan digunakan untuk sistem polikultur, apalagi pada
saat tanaman Kelapa sisipan mulai berumur lebih dari 3 tahun. (2) peremajaan sistem tebang
Total: Metode ini umumnya diterapkan jika populasi Kelapa sudah sangat minim atau tingkat
serangan Hama dan Penyakit parah atau tingkat produktivitas Kelapa sudah sangat rendah.
Metode ini dilakukan dengan menebang habis seluruh Kelapa yang ada pada hamparan
peremajaan. (3)peremajaan sistem tebang bertahap: Pada sistem ini, penebangan Kelapa tua
dilakukan secara bertahap. Jumlah Kelapa tua yang ditebang biasanya rata-rata 20% dari
populasi Kelapa tua. Pada sistem ini, penanaman Kelapa pengganti dilakukan sekaligus pada
hamparan Kelapa tua (Ditjen PP, 2013).
Selain itu, tekonologi yang dapat dilakukan oleh petani agar mendapat hasil yang
maksimal yaitu penanaman sistem polikultur. Usahatani Kelapa monokultur tidak efisien
sehingga dianjurkan untuk melakukan pola usahatani Kelapa polikultur atau pertanaman
campuran karena lebih menguntungkan petani Kelapa. Lahan di antara Kelapa dapat
dimanfaatkan secara efisien sehingga lebih produktif dengan penanaman tanaman sela atau
pemeliharaan ternak. Peningkatan pendapatan petani dengan menanam tanaman sela yang
ditanam di antara Kelapa sangat tergantung pada jenis tanaman sela yang ditanam dan tingkat
harga yang berlaku. Pada pola usahatani pertanaman campuran dapat ditanam satu atau lebih
jenis tanaman sela. Tanaman sela yang ditanam di antara Kelapa dapat berupa tanaman
tahunan, tanaman setahun dan hortikultura. Pemeliharaan tanaman sela ini dapat disesuaikan
dengan umur tanaman Kelapa (tidak terlalu berlaku untuk jarak dan sistem tanam lebih
lebar), keadaan iklim, keadaan lahan usahatani, pemasaran, kebutuhan keluarga petani, tenaga
kerja, program pengembangan komoditas setiap daerah berdasarkan kesesuaian wilayah
masing-masing, ataupun program percepatan pembangunan setiap daerah (Ditjen PP, 2013).
V. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Produktivitas lima tanaman kelapa yang digunakan sebagai sampel adalah sekitar 144
buah/pohon/tahun.
2. Tekonologi budidaya kelapa yang dapat diterapkan oleh petani adalah sistem
peremajaan dan sistem polikultur.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa.
<http://www.petanihebat.com/2013/09/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-
kelapa.html>. Diakses pada tanggal 07 Maret 2017 pukul 19.00.
Aristya, E. V., D. Prajitno, Supriyanta, dan Taryono. 2013. Kajian aspek budidaya dan
identifikasi keragaman morfologi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Bahri, S. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2012. Budidaya Tanaman Kelapa. Dinas Perkebunan Provinsi
Jawa Timur.
Disbun Sulsel. 2013. Budidaya Kelapa Dalam.
<disbun.sulselprov.go.id/files_download/Kelapa%20Dalam.docx.pdf>. Diakses pada
Tanggal 07 Maret 2017 pukul 19.38.
Ditjen PP. 2013. Budidaya Kelapa. <ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn14-
2014lamp.pdf>. Diakses pada tanggal 08 Maret 2017 pukul 21.25.
Hilwan, I. dan Y. Purnama. 2011. Studi pendahuluan cocomulsa dalam memacu pertumbuhan
Anakan jati (Tectona grandis L.F.) di Desa Sukamakmur, Bogor. Jurnal Silvikultur
Tropika 3: 125 – 129.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Inventarisasi Hutan.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta.
Killmann, W. 1988. How to Process Coconut Palm Wood. Vieweg Verlag. Braunschwerg.
Kurian, TM. 1997. Multistroyed cropping in coconut garden of Kerala. Indian Coconut
J.10 (3).
Lobalohin, Selfi., S.H Noya., dan J.F. Hasinu. 2014. Kerusakan tanaman kelapa
(Cocosnucifera, L.) Akibat serangan hama Sexava sp dan oryctes rhinoceros di
Kecamatan Teluk Elpaputih Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Budidaya Pertanian
10(1) : 35-40.
Sierra, Z.N. dan J.R. Velasco. 2010. Studies on the growth factor of coconut water isolationof
the growth promoting activity. The Philppine Journal of Coconut Studies 1(2):11-18.
Wibawanti, R. 2013. Upaya Pengendalian Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) di
Yogyakarta. <http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/berita-216-upaya-
pengendalian-kumbang-kelapa-oryctes-rhinoceros-di-yogyakarta.html> . Diakses
tanggal 14 Maret 2016.
Widihati, I. A. G., O. Ratnayani, dan Y. Angelina. 2010. Karakterisasi keasaman dan
luas permukaan tempurung kelapa hijau (Cocos nucifera) dan pemanfaatannya
sebagai biosorben ion Cd2+. Jurnal Kimia 4 (1) : 7-14.
LAMPIRAN