1, (2012) 1-6 1
Abstrak— Evaluasi surja arrester dengan simulasi pemodelan muka dan jenis tiang saluran. Oleh karena itu diperlukan
sambaran langsung pada kawat fasa SUTT 150 kV Double melakukan simulasi tentang kegagalan perlindungan. Pada
Circuit yang menimbulkan efek kegagalan penelitian ini menganalisa dan memodelkan gangguan
perlindungan(shielding failure) menggunakan Matlab 7 metode sambaran petir dan prosentasi kegagalan perlindungannya.
monte-carlo didapatkan untuk tiap area 1 pertahun nilai rata-
rata probabilitas sambaran ke tower adalah sebesar 0,02 dari 100
II. TEORI PENUNJANG DAN GANGGUAN PETIR
sambaran per satu kilometer persegi pertahun. Simulasi
menggunakan software ATP/EMTP pada menara transmisi dari
PADA SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH.
GIS Tandes ke Sawahan yang terdiri dari 11 menara, dengan
amplitudo arus sambaran mencapai 30 kA, dan waktu impulsnya A. Sistem Tenaga Listrik
1,2/50 us. Menunjukkan bahwa sistem yang menggunakan alat Secara sederhana sistem tenaga listrik adalah sekumpulan
pelindung petir seperti arrester mampu melindungi sistem dari pusat listrik dan gardu induk (pusat beban) yang satu dengan
arus petir sampai 30 kA. Sedangkan sistem yang tidak memakai yang lain dihubungkan oleh jaringan transmisi dan distribusi
perlindungan arrester tidak mampu menahan tegangan lebih sehingga merupakan sebuah satu kesatuan yang
sebesar 920 kV. terinterkoneksi. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu pusat pembangkit listrik, saluran
Kata Kunci— Shielding failure, Proteksi petir, Tegangan
transmisi, dan sistem distribusi. Pada Sistem Tenaga listrik di
induksi petir, Saluran transmisi tegangan tinggi .
Indonesia, Tenaga listrik yang di hasilkan dari pembangkit
dinaikan melalui transformator step up untuk di transmisikan.
I. PENDAHULUAN Sistem transmisi di Indonesia menggunakan sistem transmisi
150kV atau yang biasa di sebut Saluran Udara Tegangan
K erapatan sambaran petir di Indonesia juga sangat besar Tinggi (SUTT), dan 500kV atau yang biasa disebut Saluran
2 Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)[2].
yaitu 12/km per tahun, yang berarti pada setiap luas
2
area 1 km berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 B. Petir
kali setiap tahunnya. Sambaran petir memiliki karakteristik Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif (elektron)
yang berbeda-beda pada setiap sambarannya, seperti besar menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuwan menduga
arus dan konstanta waktu. Oleh karena itu perlu dilakukan lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa
studi lebih lanjut untuk mengetahui kemungkinan terjadinya tahapan yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan
kegagalan perlindungan terhadap sambaran petir. Sambaran muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan
menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan
petir dapat mengakibatkan gangguan seperti kegagalan
negatif di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif;
isolasi, flashover, back flashover, dan gangguan lainnya.
sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur
Sambaran petir langsung terdiri dari dua macam, yaitu
dengan muatan positif. Pada bagian bawah inilah petir biasa
sambaran pada kawat tanah, dan sambaran pada kawat fasa. berlontaran. Pelepasan muatan ini disertai dengan pancaran
Untuk menganalisis fenomena terhadap sambaran langsung cahaya dan radiasi elektromagnetik lainnya. Pada musim
dilakukan analisis melalui simulasi dengan memodelkan hujan petir perlu diwaspadai, petir biasanya muncul pada saat
parameter-parameter pada saluran transmisi, diantaranya akan hujan atau ketika hujan sudah turun[3].
model menara, isolator saluran, kawat tanah, kawat fasa, dan
sistem pentanahan disimulasikan dengan menggunakan III. PEMODELAN SUTT DOUBLE CIRCUIT DAN
perangkat lunak EMTP (Electromagnetic Transients PERMODELAN MONTE-CARLO
Program)[1].
Sambaran langsung petir apabila kilat menyambar pada A. Model Transmisi Udara 150 kV
kawat fasa (untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada Saluran transmisi 150 kV GI Tandes dengan jurusan
kawat tanah (untuk saluran dengan kawat tanah). Fenomena Tandes-Sawahan yang memiliki 11 menara transmisi,
dimana terjadi kegagalan perlindungan dikarenakan ketika dengan panjang saluran sekitar 3,2Km. Dan untuk
petir menyambar kawat tanah atau kawat fasa akan timbul memodelkan kondisi sebenarnya dari SUTT digunakan data-
arus besar dan sepasang gelombang berjalan yang merambat data transmisi dan hasil pengukuran tahanan pentanahan
pada kawat. Arus besar ini dapat membahayakan peralatan menara SUTT 150 kV line Tandes-Sawahan.
yang berada pada saluran. Besarnya arus atau tegangan
akibat sambaran ini bergantung pada besar arus petir, waktu
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2
Tabel 1
Data transmisi PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Timur dan Bali UPT
Surabaya
GARDU TRANSMISI TERPASANG
INDUK –
No TEG ROUTE MM2/ NOM.
JURUSA JENIS
(kV) (KM) MCM (AMP)
N
Tandes –
1. 150 3,200 ACSR 2X340 1480
Sawahan I
Tandes –
Sawahan 150 3,200 ACSR 2X340 1480
2.
II
Tabel 3
Data spesifikasi menara SUTT 150 kV
Parameter Menara Besaran
Dimana :
= Arus minimum yang menyebabkan kegagalan
perlindungan(kA).
= Tegangan kritis flashover(kV).
= Impedansi surja menara dengan korona(ohm).
Dimana :
R = Radius korona(m).
Gambar 3 Model elektrogeometri perlindungan sempurna [3]
h = Tinggi rata-rata kawat fasa (m).
= Tegangan kritis flashover (kV).
Jarak sambaran maksimum oleh Love dirumuskan :
= Batas gradien korona dimana sampul korona tidak
bertambah lagi (kV/m)=1500kV/m.
Dimana :
Menghitung tinggi rata-rata kawat fasa h(meter), tinggi = Jarak sambaran maksimum(m).
= Arus minimum kegagalan perlindungan(kA).
kawat fasa tertinggi (m), tinggi kawat fasa terendah
(m) berdasarkan model elektrogeometri maka:
D. Perhitungan Perlindungan Tidak Sempurna Terhadap
( ) Sambaran Petir [3]
Dimana : Sambaran B setelah mencapai busur PQ, akan
= Tinggi kawat fasa tertinggi(m). menyambar kawat fasa karena jaraknya ke kawat tanah dan
= Tinggi kawat fasa terendah(m). bumi lebih besar dari jarak sambaran. Pada Gambar 4
menunjukkan model elektrogeometri perlindungan tidak
Penghantar dengan bundel 2 maka radius ekivalen sempurna.
tunggal dari bundel penghantar fasa tanpa korona(meter).
Dimana r adalah jarak bundle kawat fasa. Maka kita
dapatkan persamaan :
√
Dimana :
R = Radius korona(m).
= Radius corona dari bundel(m).
= radius ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa
tanpa korona(meter)
Gambar 4 Model elektrogeometri perlindungan tidak sempurna [3]
Untuk mengetahui kemungkinan besarnya arus
minimum yang dapat menyebabkan kegagalan Dalam teori elektrogeometri perlindungan tidak
perlindungan kita dapat menentukan dengan sempurna Semakin panjang maka busur PQ menjadi
persamaan: kecil sekali, di asumsikan OP dimana jarak
sambaran minimum pada pertengahan garis G terhadap
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4
titik P, maka kita dapat menentukan dengan persamaan yaitu kawat fasa terendah, maka perhitungan jarak sambaran
pada Gambar 5. minimum dan jarak sambaran maksimum adalah
sebagai berikut :
1. Tegangan kritis flashover (kV) dari rentengan isolator
pada 2 μs ( ) :
( )
2. Tinggi rata-rata kawat fasa h(meter), dilihat dari daerah
yang dilindungi yaitu kawat fasa terendah maka:
Gambar 5 Cara menentukan harga untuk memperoleh [3] 3. Menghitung radius sampul korona menggunakan
metode Newton-Raphson:
√ R = 0,073 meter.
[ ] 4. Radius ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa
tanpa korona(meter):
Dimana :
5. Radius corona dari bundel :
2. Hasil Simulasi Monte-Carlo Perlindungan Tidak Sempurna D. Pengukuran Tegangan saat Impuls Petir 1,2/40 μs
Berdasarkan hasil hitungan kita dapat memasukkan nilai Sambaran petir mengenai kawat fasa A dengan amplitudo
untuk jarak sambaran minimum (pada lingkaran merah). 10 kA dan waktu impuls 1,2/50μs. Tegangan yang terukur di
Penulis mengasumsikan jumlah sambaran pertahun per 1 titik sambaran dengan menggunakan arrester dapat di lihat pada
pertahun adalah 100 titik sambaran. Maka kita dapatkan hasil Gambar 10 dibawah ini.
sebagai berikut : 1,6
[MV]
1,2
0,8
0,4
0,0
-0,4
-0,8
0 5 10 15 20 25 30 35 [us] 40
(f ile SUTTtnds.pl4; x-v ar t) v :X0048A v :X0048B v :X0048C
C. Analisis koordinasi Arrester Menggunakan Permodelan Tegangan puncak pada titik sambaran dengan variasi
ATP/EMTP amplitudo sambaran 10 kA, 20 kA, 30 kA dengan impuls
Pada pemodelan simulasi ini model petir yang digunakan 1,2/50μs dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
pada simulasi ini menggunakan tipe Heidler, impuls petir Tabel 5
Tegangan puncak menara saat impuls 1,2/50μs
dengan bentuk surja langsung pada saluran udara dekat dengan
Tegangan Puncak Menara (MV)
arester dengan amplitudo 10kA, 20kA dan 30kA., impuls petir Arus Petir
Fasa Fasa Fasa Fasa Fasa Fasa
dengan bentuk surja tipikal (1.2/50μs). Untuk mengetahui (kA)
A* B C A’ B’ C’
tegangan lebih pada saluran udara akibat sambaran, dilakukan 10 1,6 0,48 0,3 0,16 0,06 0,05
pengukuran tegangan puncak pada titik sambaran, tegangan 20 2,8 0,9 0,6 0,330 0,12 0,1
setelah arrester dan pada busbar. Gambar 9 berikut adalah 30 4,05 1,3 1 0,460 0,2 0,18
model saluran transmisi pada Gis Tandes. Fasa A* yang tersambar
B. Saran
Saran yang dapat diberikan setelah mengerjakan Tugas
Akhir ini adalah :
1. Dalam pemilihan sistem perlindungan petir eksternal
Gambar 13 Grafik tegangan puncak di busbar terhadap perubahan arus harap diperhatikan mengenai kondisi dan letak topografi
sambaran petir saat impuls 1,2/50μs dari peralatan tegangan tinggi tersebut.
. 2. Software ATP-EMTP ini dapat digunakan untuk
Pada Tabel 7 akan diperlihatkan perbedaannya tegangan melakukan simulasi dan menganalisa performa
busbar dengan amplitudo 10 kA, dan waktu impuls 1,2/50 μs . perlindungan sistem tidak hanya terhadap petir, tetapi
juga untuk gangguan lain seperti pada saat terjadi
Tabel 7 switching impuls.
Perbandingan tegangan puncak di busbar fasa A, B dan C menggunakan 3. Perlu diperhatikan nilai IKL dan perhitungan sambaran
arrester dan tanpa arrester saat impuls 1,2/50μs
ke tanah dari suatu daerah pada saat akan membangun
Arus Tegangan Puncak Busbar Fasa A (kV)
Sambaran menara SUTT, agar dapat dihitung terlebih dahulu nilai
Dengan Arrester Tanpa Arrester jumlah kegagalan yang dapat ditimbulkan.
(kA)
10 215 312 4. Pemasangan arrester di dekat gardu induk sangat
20 220 625 berguna untuk membatasi tegangan berlebih pada gardu
30 230 920 induk akibat adanya arus surja.