Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6 1

Analisa Koordinasi Surja Arrester Saluran


Udara Tegangan Tinggi 150 kV Menggunakan
ATP/EMTP Dan Metode Monte Carlo di GIS
Tandes
Ricahya Wiguna Setiawan, IGN Satriyadi Hernanda, ST, MT., Dr. Eng. I Made Yulistya N, ST, M.Sc
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: ricahya09@mhs.ee.its.ac.id, didit@ee.its.ac.id, yulistya@ee.its.ac.id

Abstrak— Evaluasi surja arrester dengan simulasi pemodelan muka dan jenis tiang saluran. Oleh karena itu diperlukan
sambaran langsung pada kawat fasa SUTT 150 kV Double melakukan simulasi tentang kegagalan perlindungan. Pada
Circuit yang menimbulkan efek kegagalan penelitian ini menganalisa dan memodelkan gangguan
perlindungan(shielding failure) menggunakan Matlab 7 metode sambaran petir dan prosentasi kegagalan perlindungannya.
monte-carlo didapatkan untuk tiap area 1 pertahun nilai rata-
rata probabilitas sambaran ke tower adalah sebesar 0,02 dari 100
II. TEORI PENUNJANG DAN GANGGUAN PETIR
sambaran per satu kilometer persegi pertahun. Simulasi
menggunakan software ATP/EMTP pada menara transmisi dari
PADA SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH.
GIS Tandes ke Sawahan yang terdiri dari 11 menara, dengan
amplitudo arus sambaran mencapai 30 kA, dan waktu impulsnya A. Sistem Tenaga Listrik
1,2/50 us. Menunjukkan bahwa sistem yang menggunakan alat Secara sederhana sistem tenaga listrik adalah sekumpulan
pelindung petir seperti arrester mampu melindungi sistem dari pusat listrik dan gardu induk (pusat beban) yang satu dengan
arus petir sampai 30 kA. Sedangkan sistem yang tidak memakai yang lain dihubungkan oleh jaringan transmisi dan distribusi
perlindungan arrester tidak mampu menahan tegangan lebih sehingga merupakan sebuah satu kesatuan yang
sebesar 920 kV. terinterkoneksi. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu pusat pembangkit listrik, saluran
Kata Kunci— Shielding failure, Proteksi petir, Tegangan
transmisi, dan sistem distribusi. Pada Sistem Tenaga listrik di
induksi petir, Saluran transmisi tegangan tinggi .
Indonesia, Tenaga listrik yang di hasilkan dari pembangkit
dinaikan melalui transformator step up untuk di transmisikan.
I. PENDAHULUAN Sistem transmisi di Indonesia menggunakan sistem transmisi
150kV atau yang biasa di sebut Saluran Udara Tegangan

K erapatan sambaran petir di Indonesia juga sangat besar Tinggi (SUTT), dan 500kV atau yang biasa disebut Saluran
2 Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)[2].
yaitu 12/km per tahun, yang berarti pada setiap luas
2
area 1 km berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 B. Petir
kali setiap tahunnya. Sambaran petir memiliki karakteristik Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif (elektron)
yang berbeda-beda pada setiap sambarannya, seperti besar menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuwan menduga
arus dan konstanta waktu. Oleh karena itu perlu dilakukan lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa
studi lebih lanjut untuk mengetahui kemungkinan terjadinya tahapan yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan
kegagalan perlindungan terhadap sambaran petir. Sambaran muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan
menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan
petir dapat mengakibatkan gangguan seperti kegagalan
negatif di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif;
isolasi, flashover, back flashover, dan gangguan lainnya.
sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur
Sambaran petir langsung terdiri dari dua macam, yaitu
dengan muatan positif. Pada bagian bawah inilah petir biasa
sambaran pada kawat tanah, dan sambaran pada kawat fasa. berlontaran. Pelepasan muatan ini disertai dengan pancaran
Untuk menganalisis fenomena terhadap sambaran langsung cahaya dan radiasi elektromagnetik lainnya. Pada musim
dilakukan analisis melalui simulasi dengan memodelkan hujan petir perlu diwaspadai, petir biasanya muncul pada saat
parameter-parameter pada saluran transmisi, diantaranya akan hujan atau ketika hujan sudah turun[3].
model menara, isolator saluran, kawat tanah, kawat fasa, dan
sistem pentanahan disimulasikan dengan menggunakan III. PEMODELAN SUTT DOUBLE CIRCUIT DAN
perangkat lunak EMTP (Electromagnetic Transients PERMODELAN MONTE-CARLO
Program)[1].
Sambaran langsung petir apabila kilat menyambar pada A. Model Transmisi Udara 150 kV
kawat fasa (untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada Saluran transmisi 150 kV GI Tandes dengan jurusan
kawat tanah (untuk saluran dengan kawat tanah). Fenomena Tandes-Sawahan yang memiliki 11 menara transmisi,
dimana terjadi kegagalan perlindungan dikarenakan ketika dengan panjang saluran sekitar 3,2Km. Dan untuk
petir menyambar kawat tanah atau kawat fasa akan timbul memodelkan kondisi sebenarnya dari SUTT digunakan data-
arus besar dan sepasang gelombang berjalan yang merambat data transmisi dan hasil pengukuran tahanan pentanahan
pada kawat. Arus besar ini dapat membahayakan peralatan menara SUTT 150 kV line Tandes-Sawahan.
yang berada pada saluran. Besarnya arus atau tegangan
akibat sambaran ini bergantung pada besar arus petir, waktu
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2

Tabel 1
Data transmisi PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Timur dan Bali UPT
Surabaya
GARDU TRANSMISI TERPASANG
INDUK –
No TEG ROUTE MM2/ NOM.
JURUSA JENIS
(kV) (KM) MCM (AMP)
N
Tandes –
1. 150 3,200 ACSR 2X340 1480
Sawahan I
Tandes –
Sawahan 150 3,200 ACSR 2X340 1480
2.
II

Tabel 3
Data spesifikasi menara SUTT 150 kV
Parameter Menara Besaran

Jarak lengan menara:


Lengan Menara Pertama 6 meter
Panjang Lengan Menara Kedua 7 meter
Panjang Lengan Menara Ketiga 7 meter
Panjang Lengan Menara Keempat 7 meter
Panjang Lengan Menara Kawat Tanah A 2,1 meter
Panjang Lengan Menara Kawat Tanah A’ 2,1 meter
Panjang Lengan Menara konduktor A, A’ 2,6 meter
Panjang Lengan Menara konduktor B, B’ 2,6 meter
Panjang Lengan Menara konduktor C, C’ 2,6 meter
STRUKTURAL TO
Jarak konduktor terhadap tanah pada: Gambar 1 Menara transmisi 150 kV TYPE D

Tinggi Kawat Konduktor A 33,7 meter


Tinggi Kawat Konduktor B 29,6 meter B. Two Point Method untuk Perhitungan Lightning
Tinggi Kawat Konduktor C 25,5 meter Performance pada Saluran Transmisi
Tinggi Kawat Konduktor A’ 25,5 meter Dengan menggunakan metode two point method
Tinggi Kawat Konduktor B’ 29,6 meter
Tinggi Kawat Konduktor C’ 33,7 meter
untuk perhitungan lightning performance pada saluran
Keterangan lain dari menara: transmisi dalam buku J.G. Anderson, kita dapat menghitung
Lebar Dasar Menara 6,751 meter jarak sambaran maksimum dan minimum. Langkah-langkah
Jarak Span 300 meter perhitungannya adalah sebagai berikut:
Sudut Perlindungan 15 ° 1. Impedansi Surja Menara[3]
Panjang Isolator 0, 5842 meter Pada menara tipe menara jenis suspensi dengan
Jarak Bundle 45,7 cm penghantar bundel maka kita dapat menentukan
Radius Kawat Tanah 0,45 cm impedansi surja menara dengan korona yaitu :
Radius Konduktor 1.45 cm 2h 2h
0 0 √ln ln
Tabel 4
Data spesifikasi menara 150kV
Dimana :
Parameter menara Besaran = Impedansi surja menara dengan korona(ohm).
Tinggi Menara 37,7 meter = Radius corona(m).
Tinggi kawat Tanah 37,7 meter = Radius penghantar ekivalen tunggal dari bundel
Jumlah Kawat Tanah 2 buah penghantar fasa tanpa korona(m).
Design spesification Besaran = Tinggi rata-rata kawat fasa(m) .
Voltage 150 kV
Number of Circuit 2 2. Menentukan Tegangan Flashover[3]
Horizontal Angle 0o – 3o Dengan memilih dua titik untuk waktu 2μs dan 6μs,
Power conductor Besaran semua persamaan tegangan akan disederhanakan.
Kind and size ACSR 340 mm2 Dengan mensubstitusikan dengan nilai 2μs dan untuk
Diameter 25 mm tanpa adanya pantulan dari menara yang berdekatan.
Weight 1,18 kg/m Tegangan kritis flashover saat 2μs dan μs adalah:
Kuat tarik minimum 9474 kg ( )
R DC 20O C 0,0851 ohm/ km ( )
Ground wire Besaran
Kind and Size AW 55 mm2
Dimana ( ) adalah tegangan kritis flashover saat
Diameter 9,6 mm
2μs dan ( ) adalah tegangan kritis flashover saat μs,
Weight 0,44 kg
dan W adalah panjang isolator (m). berdasarkan Gambar
Max. Working Tension 1,5 kg
2 waktu muka petir(yang cenderung membahayakan)
Wind Pressure Besaran
Menara 120 kg/m2
adalah 2μs, maka dipilih waktu awal sambaran 2μs
Wire (Cont & GW) 40 kg/m2 sebagai standart yaitu ( ) .
Insulator String 60 g / 2 string
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3

Dimana :
= Arus minimum yang menyebabkan kegagalan
perlindungan(kA).
= Tegangan kritis flashover(kV).
= Impedansi surja menara dengan korona(ohm).

C. Perhitungan Perlindungan Sempurna Terhadap


Sambaran Petir [3]
Bila sambaran petir mendekat dengan jarak S dari
saluran dan bumi, sambaran petir itu akan dipengaruhi oleh
benda apa saja yang berada di bawah dan melompati jarak S
untuk mengadakan kontak dengan benda itu. Bila = 0
jarak S pada perlindungan sempurna dilihat dari jarak
sambaran disebut . Gambar 3 menunjukkan model
Gambar 2 Grafik Arus Sambaran dan Tegangan Isolator Dihitung pada perlindungan sempurna dilihat dari daerah yang dilindungi.
Dua Titik Waktu [3]

3. Perhitungan Arus Sambaran Minimum [3]


Apabila masih terjadi kegagalan perlindungan dari
sambaran petir maka kita harus menghitung ( ).
Karena pada saluran transimi GIS Tandes menggunakan
penghantar bundel, maka kita tambahkan radius korona
dengan jarak bundle untuk perkiraan radius korona
R(m). Menggunakan persamaan metode Newton-
Rapshon dari persamaan:

Dimana :
R = Radius korona(m).
Gambar 3 Model elektrogeometri perlindungan sempurna [3]
h = Tinggi rata-rata kawat fasa (m).
= Tegangan kritis flashover (kV).
Jarak sambaran maksimum oleh Love dirumuskan :
= Batas gradien korona dimana sampul korona tidak
bertambah lagi (kV/m)=1500kV/m.
Dimana :
Menghitung tinggi rata-rata kawat fasa h(meter), tinggi = Jarak sambaran maksimum(m).
= Arus minimum kegagalan perlindungan(kA).
kawat fasa tertinggi (m), tinggi kawat fasa terendah
(m) berdasarkan model elektrogeometri maka:
D. Perhitungan Perlindungan Tidak Sempurna Terhadap
( ) Sambaran Petir [3]
Dimana : Sambaran B setelah mencapai busur PQ, akan
= Tinggi kawat fasa tertinggi(m). menyambar kawat fasa karena jaraknya ke kawat tanah dan
= Tinggi kawat fasa terendah(m). bumi lebih besar dari jarak sambaran. Pada Gambar 4
menunjukkan model elektrogeometri perlindungan tidak
Penghantar dengan bundel 2 maka radius ekivalen sempurna.
tunggal dari bundel penghantar fasa tanpa korona(meter).
Dimana r adalah jarak bundle kawat fasa. Maka kita
dapatkan persamaan :

Maka untuk perkiraan radius corona dari bundel :

Dimana :
R = Radius korona(m).
= Radius corona dari bundel(m).
= radius ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa
tanpa korona(meter)
Gambar 4 Model elektrogeometri perlindungan tidak sempurna [3]
Untuk mengetahui kemungkinan besarnya arus
minimum yang dapat menyebabkan kegagalan Dalam teori elektrogeometri perlindungan tidak
perlindungan kita dapat menentukan dengan sempurna Semakin panjang maka busur PQ menjadi
persamaan: kecil sekali, di asumsikan OP dimana jarak
sambaran minimum pada pertengahan garis G terhadap
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4

titik P, maka kita dapat menentukan dengan persamaan yaitu kawat fasa terendah, maka perhitungan jarak sambaran
pada Gambar 5. minimum dan jarak sambaran maksimum adalah
sebagai berikut :
1. Tegangan kritis flashover (kV) dari rentengan isolator
pada 2 μs ( ) :
( )
2. Tinggi rata-rata kawat fasa h(meter), dilihat dari daerah
yang dilindungi yaitu kawat fasa terendah maka:

Gambar 5 Cara menentukan harga untuk memperoleh [3] 3. Menghitung radius sampul korona menggunakan
metode Newton-Raphson:
√ R = 0,073 meter.
[ ] 4. Radius ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa
tanpa korona(meter):
Dimana :
5. Radius corona dari bundel :

Dimana persamaan garis: 6. Impedansi surja menara (ohm).

( ) 7. Arus sambaran minimum, (kA):


( )
8. Jarak sambaran maksimum standar love :

Dimana : 9. Selisih tinggi kawat fasa tertinggi dan kawat tanah :


= Selisih tinggi antara kawat fasa tertinggi dan kawat meter
tanah. 10. Kemiringan garis OP terhadap garis G adalah
m = Kemiringan garis OP terhadap garis G (m).
= Tinggi kawat tanah dari fasa terendah(m). 11. Persamaan garis adalah :
= Tinggi kawat fasa tertinggi(m).
= Panjang lengan kawat fasa(m).
= Panjang lengan kawat tanah(m).
12. Nilai dari adalah
= Jarak sambaran akhir dari kilat ke bumi saluran
tegangan tinggi (HV) adalah 1,0
B. Hasil Simulasi Monte-Carlo.
Setelah kita ketahui jarak sambaran minimum kita dapat
1. Hasil Simulasi Monte-Carlo Perlindungan Sempurna
mensimulasikan kegagalan perlindungan dengan
Berdasarkan hasil hitungan kita dapat memasukkan nilai
menggunakan matlab 7 metode Monte-Carlo.
untuk jarak sambaran maksimum (pada lingkaran biru).
E. Permodelan Sambaran Petir Metode Monte Carlo. Penulis mengasumsikan jumlah sambaran pertahun per 1
Metode Monte-Carlo disini digunakan untuk untuk pertahun adalah 100 titik sambaran. Hasil simulasi sebagai
mengetahui kemungkinan terjadinya kegagalan berikut :
perlindungan terhadap sambaran petir secara langsung.
Program ini ditulis dalam bahasa C menggunakan matlab 7
dengan menggunakan parameter berdasarkan perhitungan
model elektrogeometri perlindugan sempurna dan tidak
sempurna terhadap sambaran petir. Dimana jumlah
sambaran untuk daerah yang dilakukan simulasi sambaran
secara acak dimana jumlah sambaran yang mencakup luas
tanah per kilometer persegi per tahun. Tingkat kegagalan
perlindungan dari sistem berdasarkan kerapatan kerapatan
sambaran petir pada daerah tersebut. Untuk jumlah
sambaran ditentukan sendiri, untuk struktur tinggi
rendahnya struktur tanah dan keadaan geografis di abaikan.

IV. PERMODELAN DAN ANALISA KEGAGALAN


PERLINDUNGAN PADA SALURAN TRANSMISI Gambar 6 Hasil simulasi area perlindungan pada jarak sambaran
maksimum dengan jumlah titik-titik sambaran.
A. Perhitungan Kegagalan Perlindungan (Shielding Failure).
Pandangan pertama metode two point method untuk Berdasarkan hasil simulasi jarak sambaran maksimum
perhitungan lightning performance pada saluran transmisi menunjukkan bahwa petir tidak ada yang masuk kedalam
dalam buku J.G. Anderson yaitu sambaran petir secara lingkaran artinya tidak terjadi kegagalan.
langsung pada kawat fasa. Penghitungan jarak sambaran
minimal dan maksimal terhadap daerah yang dilindungi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5

2. Hasil Simulasi Monte-Carlo Perlindungan Tidak Sempurna D. Pengukuran Tegangan saat Impuls Petir 1,2/40 μs
Berdasarkan hasil hitungan kita dapat memasukkan nilai Sambaran petir mengenai kawat fasa A dengan amplitudo
untuk jarak sambaran minimum (pada lingkaran merah). 10 kA dan waktu impuls 1,2/50μs. Tegangan yang terukur di
Penulis mengasumsikan jumlah sambaran pertahun per 1 titik sambaran dengan menggunakan arrester dapat di lihat pada
pertahun adalah 100 titik sambaran. Maka kita dapatkan hasil Gambar 10 dibawah ini.
sebagai berikut : 1,6
[MV]
1,2

0,8

0,4

0,0

-0,4

-0,8
0 5 10 15 20 25 30 35 [us] 40
(f ile SUTTtnds.pl4; x-v ar t) v :X0048A v :X0048B v :X0048C

Gambar 10 Grafik tegangan puncak menara di fasa A, B, dan C saat sambaran


di fasa A.

Gambar grafik tegangan akibat impuls pada busbar


dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini.
300

Gambar 7 Hasil simulasi matlab7 area perlindungan pada jarak [kV]


200
sambaran minimum dengan jumlah titik-titik sambaran.
100

Pada permodelan Gambar 8 sambaran petir yang terjadi 0


secara acak dengan mengasumsikan sebanyak 100 titik per 1
pertahun. Perlindungan elektrogeometri untuk area -100

sambaran minimum (pada lingkaran merah). Dari percobaan di -200

atas kita dapatkan untuk tiap area 1 k nilai probabilitas


sambaran ke tower adalah sebesar 0,02 dari 100 titik sambaran -300
0 5 10 15 20 25 30 35 [us] 40

per 1 kilometer persegi per tahun.


(f ile SUTTtnds.pl4; x-v ar t) v :BUS2A v :BUS2B v :BUS2C

Gambar 11 Grafik tegangan busbar dengan adanya pengaruh arrester.

C. Analisis koordinasi Arrester Menggunakan Permodelan Tegangan puncak pada titik sambaran dengan variasi
ATP/EMTP amplitudo sambaran 10 kA, 20 kA, 30 kA dengan impuls
Pada pemodelan simulasi ini model petir yang digunakan 1,2/50μs dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
pada simulasi ini menggunakan tipe Heidler, impuls petir Tabel 5
Tegangan puncak menara saat impuls 1,2/50μs
dengan bentuk surja langsung pada saluran udara dekat dengan
Tegangan Puncak Menara (MV)
arester dengan amplitudo 10kA, 20kA dan 30kA., impuls petir Arus Petir
Fasa Fasa Fasa Fasa Fasa Fasa
dengan bentuk surja tipikal (1.2/50μs). Untuk mengetahui (kA)
A* B C A’ B’ C’
tegangan lebih pada saluran udara akibat sambaran, dilakukan 10 1,6 0,48 0,3 0,16 0,06 0,05
pengukuran tegangan puncak pada titik sambaran, tegangan 20 2,8 0,9 0,6 0,330 0,12 0,1
setelah arrester dan pada busbar. Gambar 9 berikut adalah 30 4,05 1,3 1 0,460 0,2 0,18
model saluran transmisi pada Gis Tandes. Fasa A* yang tersambar

Gambar 12 Grafik tegangan puncak menara terhadap perubahan arus sambaran


petir saat impuls 1,2/50μs

Tegangan puncak pada busbar dengan variasi amplitudo


sambaran 10kA, 20kA, 30kA dengan impuls 1,2/50μs dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6
Tegangan puncak busbar saat impuls 1,2/50μs
Tegangan Puncak Busbar (kV)
Arus Petir
Fasa Fasa Fasa Fasa Fasa Fasa
(kA)
A* B C A’ B’ C’
10 215 73 70 175 68 60
20 220 83 77 185 73 65
Gambar 9 Model Gis Tandes pada software ATP/EMTP 30 230 95 85 220 95 70
Fasa A* yang tersambar
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6

terjadi flashover semakin besar, seperti pada saat arus


puncak petir 30 kA.
4. Pada simulasi tugas akhir ini, untuk SUTT 150 kV Doble
Circuit di GIS Tandes tegangan pada Busbar mencapai
230 kV pada Arus sambaran 30 kA.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan setelah mengerjakan Tugas
Akhir ini adalah :
1. Dalam pemilihan sistem perlindungan petir eksternal
Gambar 13 Grafik tegangan puncak di busbar terhadap perubahan arus harap diperhatikan mengenai kondisi dan letak topografi
sambaran petir saat impuls 1,2/50μs dari peralatan tegangan tinggi tersebut.
. 2. Software ATP-EMTP ini dapat digunakan untuk
Pada Tabel 7 akan diperlihatkan perbedaannya tegangan melakukan simulasi dan menganalisa performa
busbar dengan amplitudo 10 kA, dan waktu impuls 1,2/50 μs . perlindungan sistem tidak hanya terhadap petir, tetapi
juga untuk gangguan lain seperti pada saat terjadi
Tabel 7 switching impuls.
Perbandingan tegangan puncak di busbar fasa A, B dan C menggunakan 3. Perlu diperhatikan nilai IKL dan perhitungan sambaran
arrester dan tanpa arrester saat impuls 1,2/50μs
ke tanah dari suatu daerah pada saat akan membangun
Arus Tegangan Puncak Busbar Fasa A (kV)
Sambaran menara SUTT, agar dapat dihitung terlebih dahulu nilai
Dengan Arrester Tanpa Arrester jumlah kegagalan yang dapat ditimbulkan.
(kA)
10 215 312 4. Pemasangan arrester di dekat gardu induk sangat
20 220 625 berguna untuk membatasi tegangan berlebih pada gardu
30 230 920 induk akibat adanya arus surja.

UCAPAN TERIMA KASIH


Saya Ricahya Wiguna Setiawan mengucapkan Puji
Syukur Kehadirat Allah SWT. Terimakasih kepada Bapak
IGN Satriyadi H. dan Bapak I Made Yulistya N. atas
bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. terimakasih kepada Ayah dan
Ibu yang sudah memberikan izin belajar dan dukungan
finansial untuk belajar di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya. Terimakasih juga kepada teman-teman
Gambar 14 Grafik perbandingan tegangan puncak di busbar fasa A
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah
menggunakan arrester dan tanpa arrester terhadap perubahan arus sambaran petir memberikan dukungan dan suportnya.
saat impuls 1,2/50μs.
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan grafik pada Gambar 14, tegangan di busbar [1] Aslimeri., “Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2”
tidak menggunakan arrester (grafik merah) sedangkan tegangan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
menggunakan arrester (grafik biru). tegangan tanpa arrester 2008.
tidak mendapatkan perlindungan terhadap tegangan lebih yang [2] Kadir, Abdul., “Transmisi Tenaga Listrik”, UI – Press,
menyambar menara pada kawat fasa A. Sehingga tegangan fasa 1998.
A pada busbar saat arus sambaran 30 kA mencapai 920 kV. [3] Mustofa, Arif., Diktat Kuliah ―Proteksi Petir‖, Jurusan
Teknik Elektro ITS, Surabaya, 2010.
IV. PENUTUP [4] Anderson, J.G., ― Transmission Line Reference Book –
345kV and Above‖, Electric Power Research Institute,
Berdasarkan pembahasan perhitungan, hasil simulasi Palo Alto, California, 1982.
matlab dan analisis simulasi ATP-EMTP, maka pada Tugas [5] Shahida, Noor., ― Lightning simulation study on line
Akhir ini didapatkan beberapa kesimpulan dan saran, yaitu : surge arresters and protection design of simple
structures‖, Malaysia, 2008.
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan perhitungan didapatkan untuk tipikal tower
di GIS tandes arus sambaran minimal untuk loncatan
kegagalan perlindungan adalah sebesar 6,72 kA dengan
jarak sambaran minimal adalah sebesar 30,6 meter dan
jarak sambaran maksimal adalah sebesar 34,49 meter.
2. Berdasarkan hasil simulasi matlab 7 dengan metode
monte-carlo nilai rata-rata probabilitas sambaran ke
tower adalah sebesar 0,02 dari 100 sambaran per satu
kilometer persegi pertahun.
3. Semakin besar arus puncak sambaran petir dan semakin
lama tail time dari petir mengakibatkan kemungkinan

Anda mungkin juga menyukai