Anda di halaman 1dari 2

Uji Dexamethasone Suprpresion dan Prediksi Bunuh Diri

Pendahuluan

Pada penanganan pasien yang mengalami gangguan afektif dibutuhkan


pengukuran terhadap faktor bunuh diri, akan tetapi penilaian tersebut masih cukup
lemah. Ada 3 desain yang mempelajarinya :
1. Menggunakan statistik vital untuk menggambarkan karakter demografi dari
populasi umum yang melakukan bunuh diri. Pada desain ini tidak dapat
digunakan karena umumnya seseorang yang melakukan bunuh diri tidak
melakukan pengobatan kepada psikiater.
2. Pendekatan identifikasi diagnostic gabungan grup pasien, umumnya pada
pasien yang terancam atau berusaha bunuh diri dan membandingkan yang
nantinya melakukan bunuh diri dan tidak. Diagnostic karakter ini terbatasi
oleh karena banyak faktor predisposisi lain.
3. Melakukan follow up yang berdesain cohorts yang memantau faktor faktor
yang unik atau juga tertentu.
Walaupun identifikasi secara profil klinis bernilai sebagai prediksi, pemeriksaan
secara pengukuran biologis akan lebih terjamin kebenarannya. Pada abnormalitas
yang terkait bunuh diri, adanya keanehan pada hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA)
Axis terlihat. Pada studi tertentu mengatakan bahwa berat kelenjar adrenal,
berkurangnya receptor CRF di korteks frontal dan tingginya CRF di CSF terlihat pada
orang yang melakukan bunuh diri ketimbang yang mengalami kejahatan yang
menandakan adanya hiperaktifitas dari HPA-Axis.

Uji supresi Dexamethasone dilakukan untuk mendeteksi dari hiperaktifitas


HPA. Pada prosedur uji, 1 mg Dexamethasone diberikan sexara oral pada pukul 23.00
dan dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar cortisol pada keesokan
harinya pukul 08.00 dan 16.00 apabila nilai kadar diatas 5μg/dl menandakan
kegagalan dalam menekan aktifitas HPA-Axis.

Beberapa studi menemukan bahwa pasien yang mengalami abnormalitas dari


hasil DST menunjukan lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri ataupun
melakukan percobaan dikedepannya.

Metode

Antara tahun 1978 dan 1981, dilakukan pencarian pasien yang sesuai dengan
kondisi yang memenuhi kriteria yang mengalami gangguan afektif berat, manik atau
skizoafektif yang berumur 18 tahun atau lebih, ras putih dan berbicara bahasa inggris.

Pada prosedurnya pasien diberi informed consent mengenai studi yang


dilakukan. Diagnosis berdasarkan Schedule For Affective Disorders and Schizopheria
(SADS) yaitu melakukan wawancara langsung maupun riwayat medis. Tindak lanjut
wawancara dilakukan dengan interval 6 bulan selama 5 tahun.

1
Pada pemberian DST diberikan sesuai dengan dokter yang merawat pasien
dan dilihat dari hasil darah. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar cortisol pada
keesokan harinya pukul 08.00 dan 16.00 apabila nilai kadar diatas 5μg/dl menandakan
kegagalan dalam menekan aktifitas HPA-Axis

Analisis Statistik

Ada 3 potensi prediksi dalam bunuh diri yaitu, kelamin laki laki, hidup sendiri
dan keberadaan upaya bunuh diri sebelum melakukan asupan seperti keputusasaan.
Hasil dari data dibagi menjadi 2 grup yang membandingkan menggunakan metode
Kaplan-Meier prosedur.

Hasil

Dari 246 pasien, 83 mengikuti DST dalam 1 minggu, akan tetapi 13


diantaranya meninggal saat uji coba. 61 pasien dilakukan follow up selama 2 tahun
dan 44 diantaranya dilakukan follow up selama 15 tahun. Hasil follow up terdapat 78
pasien yang dilakukan DST diatas dari kriteria yang dimaksud dan terjadi nonsupresi
terhadap HPA Axis. Pada golongan ini umumnya mendapati diagnosis bipolar 1.

Ada 8 bunuh diri di identifikasi diantaranya 7 diakibatkan bunuh diri primer


dan 1 pasien akibat terjadi asfiksi akibat depresi. Pada 8 pasien yang melakukan
bunuh diri didapatkan DST nonsupresi pada kortisol saat dirumah sakit. Tidak ada
bukti variable yang menyatakan pada prediksi bunuh diri.

Diskusi

HPA Axis hiperaktifitas adalah karakteristik pasien dengan gangguan depresi


berat yang berujung bunuh diri. Walaupun hasil ini menyatakan hasil yang relevan
dengan jelas, tidak ada literature yang menyatakan bahwa hal tersebut dapat di
gunakan sebagai variable prediksi secara cohort. Hiperaktifitas HPA axis
meningkatkan faktor bunuh diri sebanyak 14 kali lipat. Faktanya pada golongan yang
tersupresi dan yang tidak, terdapat probabilitas yang dapat dilihat pada follow up
setelah 15 tahun. Walaupun hanya sedikit yang studi yang berkaitan dengan DST, ada
korelasi tinggi mengenai hasil akhir dexamethasone dan tinggi kada cortisol pada saat
perawatan.

Anda mungkin juga menyukai