Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Celah bibir dengan atau tanpa celah pada palatum merupakan defek
kelahiran terbanyak yang ditemukan. insidensnya dapat mencapai dua per 1000
kelahiran anak khususnya di Asia.1 Di Indonesia sendiri prevalensi nasional bibir
sumbing mencapai 0,2% dengan prevalensi terbesar terdapat di DKI Jakarta.2
Bibir sumbing dan langit-langit sumbing ini disebabkan kelainan perkembangan
daerah orofacial selama masa kehamilan.3

Bibir sumbing dan langit-langit sumbing menyebabkan kelainan


penampakan wajah dan gangguan bicara.4 Cacat bawaan ini menjadi masalah
tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan status sosial
ekonomi yang lemah. Akibatnya operasi dilakukan terlambat dan malah dibiarkan
sampai dewasa.5

Etiologi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah multifaktor. Selain


faktor genetik juga terdapat faktor non genetik atau lingkungan. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing dan celah langit-langit adalah
usia ibu waktu melahirkan, perkawinan antara penderita bibir sumbing, defisiensi
Zn waktu hamil dan defisiensi vitamin B6.5

Kelainan ini sebaiknya secepat mungkin diperbaiki karena akan


mengganggu pada waktu menyusui dan akan memengaruhi pertumbuhan normal
rahang serta perkembangan bicara.3 Dengan pendekatan multidisipliner,
tatalaksana yang komprehensif dapat diberikan, dan sebaiknya kontinyu sejak
bayi lahir sampai remaja. Kelainan bawaan ini sebaiknya ditangani oleh tim ahli
yang antara lain terdiri atas ahli bedah, dokter spesialis anak, ahli ortodensi yang
akan mengikuti perkembangan rahang dengan giginya, dan ahli logopedi yang
mengawasi dan membimbing kemampuan bicara.3
2

Koreksi sebaiknya dilakukan sebelum anak mulai bicara untuk mencegah


terganggunya perkembangan bicara. Penyuluhan bagi ibu si anak sangat pentingm
terutama dalam cara memberiksan minum agar gizi anak memadai saat anak akan
menjalani bedah rekonstruksi. Saat melaksanakan tindakan koreksi dianut hukum
sepuluh, yaitu berat badan minimal empat setengah kilo (sepuluh pon), kadar
hemoglobin sepuluh gram persen, dan umur sekurang-kurangnya sepuluh
minggu.3 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bustami dan kawan-kawan
diketahui bahwa alasan terbanyak anak penderita labioschisis terlambat (berumur
antara 5- 15 tahun) untuk dioperasi adalah keadaan sosial ekonomi yang tidak
memadai dan pendidikan orang tua yang masih kurang.5

Anda mungkin juga menyukai