Anda di halaman 1dari 7

28 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol. 2, No.

1, Maret 2013

Kajian Metode Perhitungan Metrik Function-Point dan


Penerapannya pada Dua Perangkat Lunak yang Dipilih
Winangsari Pradani

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi,


Universitas Al Azhar Indonesia, Jl. Sisingamangaraja, Jakarta 12110

E-mail: winangsari@uai.ac.id

Abstrak - Function Point (FP) adalah metoda files - ILF), and the number of external
pengukuran sekaligus satuan ukuran sebuah interfaces (external file - EIF) . This research
perangkat lunak (PL). FP mengukur PL dengan has objective to study carefully how to calculate
cara mengkuantifikasi fungsionallitas PL yang the FP. Two softwares had been chosen to
disediakan untuk user berdasar pada disain measured, that were Academic Advisors Expert
lojik. Metrik FP dihitung dari 5 komponen, System (ESPA) and Auction and Negotiation
yakni jumlah input pemakai (extenal input - EI), System in Palm Oil Industry (SNLINKS). It only
jumlah output kepada pemakai (external output - source code and running program that were
EO), jumlah inquiry pemakai (external inquiry – available as the technical documentation of
EQ), jumlah file internal yang digunakan them. FP measurements will be carried out from
(internal logical file – ILF), dan jumlah the viewpoint of application, ie, measuring the
antarmuka eksternal (external file – EIF). finished application. Obtained from the
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari observation, ESPA software had FP=82 and
secara seksama cara menghitung FP. PL yang SNLINKS software had FP= 85.36 . Only a
menjadi objek penghitungan dipilih 2 perangkat slight difference between them so it can be
lunak yang telah ada yakni Expert System concluded that the effort exerted to build two
Pembimbing Akademik (ESPA) dan Sistem softwares are relatively similar .
Negosiasi Lelang pada Industri Kelapa Sawit
(SNLINKS). Berkas teknis yang tersedia dari Keywords - Function Point (FP), Software
dua perangkat lunak ini adalah source code dan Metrics, Software Engineering (RPL)
running application. Pengukuran FP akan
dilakukan dari sudut pandang aplikasi, yakni
mengukur aplikasi yang sudah jadi. Dari hasil I. PENDAHULUAN
observasi didapatkan bahwa FP untuk PL ESPA
= 82 dan FP untuk PL SNLINKS = 85,36.
Perbedaan ukuran FP keduanya tidak terlalu
besar sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha
T ujuan dari penelitian ini adalah untuk:
a. Mempelajari metoda terbaru
penghitungan metrik FP yang lebih akurat
yang diberikan untuk membangun kedua PL b. Menghitung FP dari 2 perangkat lunak
tersebut relatif sama. yang telah ada yakni perangkat lunak
Expert System Pembimbing Akademik
(ESPA) dan Sistem Negosiasi Lelang pada
Abstract - Function Point (FP) is a measurement Industri Kelapa Sawit (SNLINKS).
method as well as a mesurement unit of
software. FP measured by quantifying software Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat pada:
functionality provided to the user based on the a. Perkembangan metrik PL khususnya pada
logical design. FP metrics calculated from the 5 pengukuran volume PL skala kecil dengan
components, namely the amount of user input memberikan gambaran hasil perhitungan
(input extenal - EI), the amount of output to the metrik pada kasus nyata.
user (external output - EO), the amount of user b. Pengajaran topik pengukuran perangkat lunak
inquiry (external inquiry - EQ ), the number of yang sangat sedikit terpapar pada Teknik
files that are used internally (internal logical
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol. 2, No. 1, Maret 2013 29

Informatika dengan cara memberikan bahan ini sistem dari perspektif fungsional – lebih dari ‘user’
sebagai contoh pengukuran. yang memberikan pernyataan kebutuhan atau
melakukan uji terima (acceptance testing).
Penelitian ini diharapkan dapat menjawab hal-hal
berikut ini: Metrik FP dapat digunakan secara efektif sebagai
a. Sebelum FP dapat dihitung, 5 komponen alat untuk memprediksi ukuran sebuah sistem yang
perhitungan harus dinilai dulu tingkat akan dihasilkan dari model analisis. Model analisis
kompleksitasnya, apakah termasuk rendah, yang digunakan harus dapat memberikan masukan
sedang, atau tinggi. Bagaimana menentukan berikut ini kepada metrik FP :
tingkat kompleksitas komponen ? a. Jumlah input pemakai
b. Apa kendala yang ditemukan pada saat b. Jumlah output kepada pemakai
menentukan kompleksitas komponen dan c. Jumlah inquiry pemakai
menghitung FP ? d. Jumlah file yang digunakan
c. Berapa nilai FP untuk kedua PL hasil studi e. Jumlah antarmuka eksternal
observasi ?
Kemudian FP dihitung dengan [1] :
Penghitungan metrik FP akan menggunakan
metoda dan petunjuk-petunjuk dari komunitas FP = count total x [0,65 + 0,01 x Nilai
resmi pengembang metrik FP yakni International kompleksitas]
Function Point User Group (IFPUG).

Nilai kompleksitas akan berbeda dari satu PL ke PL


II. TINJAUAN PUSTAKA lainnya. Nilai FP ini akan merupakan petunjuk
terhadap besarnya ukuran PL. Semakin besar nilai
2.1 Metrik Perangkat Lunak FP akan semakin besar pula ukuran PL. Ukuran PL
dapat dinyatakan sebagai Line of Code (jumlah
Terdapat ratusan metrik yang telah dibuat untuk baris statement dalam source code).
PL, tetapi tidak semuanya memberikan dukungan
praktis bagi pembangun PL. Beberapa pengukuran Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
terlalu kompleks, yang lainnya sangat esoterik untuk menghitung FP, pada makalah ini digunakan
(hanya sedikit yang mengetahuinya) [1]. Ejiogu aturan yang dibangun oleh Alan Albrecht yang
mendefinisikan sejumlah atribut yang harus kemudian direvisi oleh komunitas International
dimiliki sebuah metrik yang efektif, yaitu: Function Point User Group (IFPUG).
a. Sederhana dan dapat dihitung. Metrik haruslah
mudah untuk dipelajari bagaimana Salah satu dari miskonsepsi terbesar dari FP adalah
menggunakannya. Proses perhitungannya juga memahami perbedaan fungsionalitas PL antara
tidak memakan waktu lama. yang terekspos oleh end user dan fungsionalitas
b. Meyakinkan secara empiris maupun intuitif. yang diberikan (delivered). Salah satu tren yang
Metrik harus memenuhi intuisi pembangun terjadi pada pengembangan PL sekarang adalah
mengenai atribut produk yang diukur, misalnya aplikasi swalayan seperti yang digunakan sebagian
metrik yang mengukur tingkat kohesi akan besar perusahaan penerbangan.
menghasilkan nilai yang tinggi untuk PL yang
memiliki tingkat kohesi tinggi. Jika seseorang mengunjungi sebuah website
c. Konsisten pada penggunaan unit dan dimensi penerbangan, akan terlihat layar yang relatif
d. Bebas terhadap bahasa pemrograman sederhana. End user hanya diminta untuk memilih
e. Memberikan informasi yang berguna untuk awal penerbangan dan tujuan dan tanggal
menghasilkan produk berkualitas tinggi. keberangkatan. Selintas ini merupakan permintaan
yang sederhana, tetapi sebenarnya pelaksanaannya
Function Point (FP) adalah unit pengukuran untuk kompleks. Proses ini mencakup 1000 proses
PL seperti jam untuk mengukur waktu, mil untuk elementer. Seluruh rute yang mungkin harus
mengukur jarak atau Celsius untuk mengukur suhu. dikalkulasi, nama kota dikonversi menjadi tiga
FP mengukur PL dengan cara mengkuantifikasi karakter internasional, antarmuka dikirimkan ke
fungsionallitas PL yang disediakan untuk user semua perusahaan penerbangan, semuanya
berdasar pada disain lojik. Yang dimaksudkan user merupakan proses yang kompleks dan robust.
di sini adalah sophisticated user yang mengerti Ketika kita mengukur aplikasi PL, kita harus
30 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol. 2, No.1, Maret 2013

mengerti mana yang terekspos dan mana yang di Tabel 1. Hubungan antara Logika Proses dengan
bawah permukaan. kemungkinan Perhitungan pada EI/EO/EQ

2.2 Jenis-jenis Penghitungan FP Proses EI EO EQ


1. Validasi c c c
Terdapat tiga tipe Penghitungan FP PL: 2. Kalkulasi rumus matematika c m* n
Development (Pembangunan), Enhancement 3. Konversi nilai c c c
4. Seleksi atau filtering data c c c
(Perbaikan), dan Maintenance (Pemeliharaan).
berdasarkan kriteria tertentu
Penghitungan FP pada saat Pembangunan
5. Anallisa kondisi untuk c c c
dilakukan pada pekerjaan pembangunan PL baru.
menentukan kondisi mana
Penghitungan FP pada saat Perbaikan merupakan yang berlaku
penghitungan FP untuk mengukur proyek 6. Meng-update paling sedikit m* m* n
perbaikan. Penghitungan FP pada saat 1 (satu) ILF
Pemeliharaan PL akan menilai FP aplikasi sesudah 7. Membaca paling sedikit 1 c c m
selesai produksi. Nilai ‘baseline’ ini dapat menjadi (satu) ILF atau EIF
dasar bagi metrik aplikasi keseluruhan seperti jam 8. Membaca data atau c c m
pemeliharaan total. Metrik ini dapat digunakan informasi kontrol
untuk mencatat (track) jumlah jam pemeliharaan 9. Menghasilkan data turunan c m* n
per FP. 10. Mengubah perilaku sistem m* m* n
11. Menyiapkan dan c m m
2.3 Data Functions menyajikan informasi ke
luar sistem
Data Functions terdiri atas ILF dan EIF. 12. Menerima data atau m c c
- Internal Logical File (ILF): data atau informasi kontrol dari luar
sistem
informasi kontrol yang perlu dipelihara melalui
pengaksesan insert, update, atau delete di 13. Mengurutkan (sorting) data c c c
Catatan:
dalam sistem aplikasi.
c=dapat melakukan (tidak harus); m=mandatory;
- External Interface File (EIF): data atau m* = mandatory, minimal salah satu dari yg m*; n =
informasi kontrol yang diperlukan oleh sistem tidak dapat melakukannya
aplikasi, tetapi disimpan atau dipelihara di luar
sistem (oleh sistem lain) Pada tabel 1 terlihat bahwa beberapa proses tipikal
dapat memiliki proses elementer EI, EO dan EQ
2.4 Elementary Process (EP) seperti tercantum.

Proses elementer merupakan unit aktivitas terkecil 2.5 Tingkat Kompleksitas EI, EQ dan EO
yang berarti bagi user (dilakukan oleh user melalui berdasarkan nilai DET, RET dan FTR
software aplikasi). Proses elementer harus berdiri
sendiri dan hasilnya tetap menjaga konsistensi Penghitungan nilai EI, EQ dan EO bergantung dari
sistem. Proses elementer terdiri atas 3: External tingkat kompleksitas komponen-komponen
Input (EI), External Inquiry (EQ), dan External tersebut. IFPUG telah membuat prosedur
Output (EO) bagaimana menentukan nilai kompleksitas
komponen agar dapat ditentukan apakah termasuk
1. External Input (EI): proses elementer yang kategori rendah, sedang dan tinggi.
memproses data dari luar sistem dan Pengkategorian komponen didasarkan pada
menyimpan hasilnya ke dalam system perhitungan DET, RET dan FTR yang rinciannya
2. External Inquiry (EQ): proses elementer yang adalah sebagai berikut:
menyajikan data ke luar sistem (hanya 1. Data Element Type (DET): adalah elemen
menyajikan data apa adanya, tidak ada proses data yang dikenal oleh user (non-repeatable
pengolahan data) data field). Contoh: Nama Pelanggan, No.
3. External Output (EO): proses elementer yang Pelanggan, Tanggal Lahir, dll.
memproses data dan menyajikan informasi ke 2. Record Elemen Type (RET): adalah subgrup
luar sistem (ada proses komputasi atau data yang dikenal oleh user. Misalnya: data
kalkulasi ketika menyajikan informasi ke luar) pelanggan terdiri dari biodata, data finansial,
Logika proses yg mungkin terjadi dalam data tanggungan keluarga
EI/EO/EQ
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol. 2, No. 1, Maret 2013 31

3. File Type Reference (FTR): adalah ILF yang


dibaca atau diakses oleh proses elementer 2.7 General System Characteristics (GSC)
(EI/EO/EQ), atau EIF yang dibaca oleh proses
elementer. Sebelum penghitungan FP dapat dilakukan, tingkat
kompleksitas sistem harus ditentukan terlebih
Tabel 2 memperlihatkan bagaimana skor EI (3, 4, dahulu dengan menjumlah skor yang didapatkan
atau 6) ditentukan berdasarkan jumlah DET dan dari ke-14 kriteria. Setiap kriteria memiliki bobot 1
FTR. Tabel 3 memperlihatkan bagaimana skor EO sampai 5. 1 untuk sistem yang paling sederhana dan
dan EQ ditentukan berdasarkan jumlah DET dan 5 untuk sistem yang paling kompleks.
FTR
Berikut ini adalah ke-14 kriteria untuk
2.6 Langkah Penghitungan FP penghitungan GSC:

Berikut ini adalah langkah-langkah penghitungan 1. Data Communication: tingkat kebutuhan


FP: komunikasi langsung antara aplikasi dan
1. Menentukan tipe penghitungan FP, apakah processor.
Pembangunan, Perbaikan, atau Pemeliharaan. 2. Distributed Data Processing: tingkat
2. Menentukan batas-batas aplikasi kebutuhan transfer data antara komponen-
3. Mengidentifikasi dan menghitung nilai ILF dan komponen aplikasi.
EIF 3. Performance: tingkat response time dan
4. Mengidentifikasi dan menghitung nilai EI, EQ, throughput yg perlu dipertimbangkan dalam
EO pengembangan aplikasi.
5. Menjumlahkan nilai ILF, EIF, EI, EQ, EO 4. Heavily used configuration: tingkat kebutuhan
sebagai nilai FP yang belum di-adjust dimana setting konfigurasi komputer
(Unadjusted Function Point – UFP) berpengaruh terhadap pengembangan aplikasi.
6. Menentukan nilai faktor penyetelan (Value 5. Transaction rate: tingkat kecepatan transaksi
Adjustment Factor – VAF) bisnis yang berpengaruh terhadap
7. Menghitung FP yang telah disetel (adjusted FP) pengembangan aplikasi.
6. Online Data Entry: tingkat kebutuhan peng-
FP final (adjusted FP) merupakan kombinasi dari input-an data secara interaktif.
FP unadjusted (UFP) dan karakteristik sistem 7. End-user efficiency: tingkat kemudahan
secara umum (general system characteristics – penggunaan aplikasi.
GSC). 8. Online Update: tingkat kebutuhan ILF di-
update secara online.
Tabel 2. Skor EI berdasarkan DET dan FTR 9. Complex Process: tingkat kesulitan logika
proses yang mempengaruhi proses
DET development.
FTR 10. Reusability: tingkat kebutuhan aplikasi dan
1-4 5-15 >15
<2 Rendah (3) Rendah (3) Sedang (4)
kode program aplikasi dirancang dan
dikembangkan untuk bisa digunakan pada
2 Rendah (3) Sedang (4) Tinggi (6) aplikasi lain.
>2 Sedang (4) Tinggi (6) Tinggi (6) 11. Installation Ease: tingkat kemudahan konversi
ke sistem baru yg berpengaruh pada proses
development.
Tabel 3. Skor EO/EQ berdasarkan DET dan FTR 12. Operational Ease: tingkat kemudahan aplikasi
dalam aspek-aspek operasional, seperti start-
DET 1-5 5 - 19 > 19 up, backup, dan proses recovery.
FTR Skor FP Skor FP Skor FP
13. Multiple Sites: tingkat kebutuhan aplikasi dapat
dioperasionalkan pada lingkungan hardware
0–1 Rendah 4/3 Rendah 4/3 Sedang 5/4
dan software yang berbeda-beda.
2–3 Rendah 4/3 Sedang 5/4 Tinggi 7/6 14. Facilitate Change: tingkat kemudahan aplikasi
>3 Sedang 5/4 Tinggi 7/6 Tinggi 7/6 untuk modifikasi logika proses maupun struktur
data.
32 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol. 2, No.1, Maret 2013

2.8 Formula TDI, VAF, UFP


III. METODA PENELITIAN
Formula berikut ini dipakai untuk menghitung UFP
(Unadjusted Function Point) [2]: Terdapat 2 perangkat lunak yang akan diukur
menggunakan ukuran FP dengan beberapa
(1) pertimbangan :
1. Perangkat Lunak yang mudah didapat sumber-
(2) sumber dokumentasinya adalah perangkat
lunak yang sudah tersedia.
2. Mengumpulkan berkas-berkas teknis kedua
(3)
software. Dokumen teknis yang tersedia adalah
source code dan aplikasi nya sendiri (running
TDI adalah jumlah seluruh nilai dari 14 kriteria application).
GSC. Ini merupakan skor sistem untuk PL yang
diukur. VAF merupakan nilai penyesuaian yang Jadi diputuskan untuk memilih pengukuran kedua
telah ditentukan. UFP adalah skor akumulasi perangkat lunak ini berjenis aplikasi. Maksudnya,
kelima komponen tanpa dikalikan dengan nilai perangkat lunak akan diukur hanya dari tampilan
kompleksitas sistem. hasil running aplikasi.

Berikut ini adalah formula FP yang dibedakan Langkah pertama adalah menjalankan semua fungsi
menjadi 3, yakni FP untuk jenis pengukuran PL aplikasi yang mungkin, kemudian menangkap
pada saat Pembangunan (DFPC); pada saat tampilan yang dihasilkan. Untuk setiap tampilan
Perbaikan (EFPC); dan pada saat PL telah jadi/ aplikasi akan diidentifikasi dan dihitung EI, EO,
Aplikasi (AFPC) [2]. EQ, ILF dan EIF nya. Jadi jika dianalogikan
dengan produk baju, kita akan mengukur bahan
1. Development: DFPC = (UFP + CFP) * VAF yang diperlukan dari baju yang sudah jadi, bukan
2. Enhancement: EFPC = [(ADD + CHGA +CFP) dari mengukur badan lalu memperkirakan besar
* VAFA] + (DEL * VAFB) bahan yang diperlukan.
3. Application: AFPC = [(UFPB + ADD +
CHGA) – (CHGB + DEL)] * VAFA Untuk menghitung ILF dan EIF, cukup dilihat data
yang betul-betul ditampilkan di layar dan data yang
Keterangan: dimasukkan oleh user. Kemudian, dengan
a. ADD : UFP dari elemen-elemen fungsional pengetahuan sebagai disainer data, kita membuat
yang baru (tambahan) pada proyek tabel data atau skema relasi yang telah normal
enhancement (dinormalisasi).
b. CFP : UFP dari elemen-elemen fungsional
yang diperlukan untuk kebutuhan konversi Setelah nilai kelima komponen didapat, UFP dapat
sistem dihitung. Kemudian dengan petunjuk GSC kita
c. CHGA : UFP dari elemen-elemen fungsional dapat menghitung TDI dan VAF. AFP yang
yang dimodifikasi oleh proyek enhancement diinginkan didapat dengan mengkombinasikan nilai
(setelah modifikasi) VAF dan UFP.
d. CHGB : UFP dari elemen-elemen fungsional
yang dimodifikasi oleh proyek enhancement
(sebelum modifikasi) IV. PEMBAHASAN
e. DEL : UFP dari elemen-elemen fungsional
yang dihapus oleh proyek enhancement 4.1 Pengukuran FP Program 1: Expert System
f. VAF : value adjustment factor Pembimbing Akademik (ESPA)
g. VAFA : VAF setelah proyek enhancement
selesai Gambar 1 merupakan tampilan utama PL ESPA
h. VAFB : VAF sebelum proyek enhancement
dilakukan
i. UFP : unadjusted function point
j. UFPB : UFP aplikasi sebelum proyek
enhancement dimulai
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol. 2, No. 1, Maret 2013 33

Berdasarkan penetapan GCS dan rumus (1), (2),


dan (3) didapatkan perhitungan untuk PL ESPA
sebagai berikut :

TDI = 11
VAF = 11* 0.01 + 0.65 = 0,76
UFP = 108

DFPC = 108 * 0,76 = 82

4.2 Pengukuran FP Program 2: Sistem


Negosiasi Lelang pada Industri Kelapa
Gambar 1. Tampilan utama PL ESPA
Sawit (SNLINKS)
ESPA adalah software cerdas yang dapat SNLINKS merupakan aplikasi yang digunakan
membantu mahasiswa UAI menentukan untuk membantu kegiatan lelang kelapa sawit
pengambilan matakuliah dan jumlah sks pada berbasis supply chain management. Pengguna
semester tertentu. sistem ini adalah penawar, pembeli, dan
1. Input : Daftar Nilai Matakuliah yang sudah penyelenggara lelang. Gambar 2 menunjukkan
diambil dan IP Semester Terakhir tampilan utama PL SNLINKS. Jumlah Layar PL ini
2. Output : Jumlah sks, Saran Matakuliah yang ada 15 buah.
diambil (sudah berdasarkan prioritas)
Hasil perhitungan UFP dari PL SNLINKS adalah
Jumlah Layar ESPA : 19 97 yang merupakan penjumlahan dari kelima nilai
ILF, EIF, EI, EO, dan EQ. Rinciannya terdapat
Tabel 4 adalah hasil penghitungan 5 komponen pada Tabel 5.
ESPA:

Tabel 4. Hasil Perhitungan UFPC dari PL ESPA

Function
Function Num- Functional Complexity
Type
Type ber Complexity Totals
Totals
ILF 7 Low 7 49
0 Average 10 0
0 High 15 0
49
EIF 0 Low 5 0
0 Average 7 0
0 High 10 0
0
EI 12 Low 3 36
2 Average 4 8 Gambar 2. Tampilan utama PL SNLINKS
0 High 6 0
44
EO 0 Low 4 0
Tabel 5. Hasil Perhitungan UFPC dari PL SNLINKS
0 Average 5 0
0 High 7 0
Function
0 Function Functional Complexity
Number Type
Type Complexity Totals
EQ 5 Low 3 15 Totals
0 Average 4 0
ILF 7 Low 7 49
0 High 6 0
0 Average 10 0
15
0 High 15 0
Unadjusted Function Point Count 108 49
34 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol. 2, No.1, Maret 2013

EIF 0 Low 5 0 b. Apa kendala yang ditemukan pada saat


0 Average 7 0 menentukan kompleksitas komponen dan
0 High 10 0 menghitung FP ?
0 Berkas teknis tidak lengkap. Agar perhitungan
EI 6 Low 3 18
FP akurat, diperlukan berkas teknik rekayasa
perangkat lunak yang lengkap. Selama ini,
1 Average 4 4
berkas teknis (dokumentasi teknis) belum
0 High 6 0 terlalu mendapatkan perhatian untuk
22
dilengkapi.
EO 3 Low 4 12
2 Average 5 10 c. Berapa nilai FP untuk kedua PL ?
0 High 7 0 FPC untuk PL ESPA = 82; FPC untuk PL
22 SNLINKS = 85,36. Perbedaan ukuran FP
keduanya tidak terlalu besar, dapat
EQ 0 Low 3 0
disimpulkan bahwa usaha yang diberikan
1 Average 4 4
untuk membangun kedua perangkat lunak
0 High 6 0 relatif sama.
4
Unadjusted Function Point Count 97 Saran
a. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan
untuk mengukur perangkat lunak jenis
Berdasarkan penetapan GSC dan rumus (1), (2), lainnya, seperti perangkat lunak realtime,
dan (3) didapatkan perhitungan untuk PL perangkat lunak sistem, dan perangkat
SNLINKS sebagai berikut: lunak jenis lainnya.
b. Disarankan juga untuk dapat mengukur
TDI = 23 perangkat lunak dari berkas teknis yang
VAF = 23* 0.01 + 0.65 = 0,88 lengkap sehingga dapat dibandingkan hasil
UFP = 97 pengukurannya jika diukur dari sisi awal
rekayasa (dokumen user requirement), dan
DFPC = 97 * 0,88 = 85,36 dari sisi produk yang sudah jadi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Penelitian ini dapat menjawab pertanyaan- [1] --, “Function Point Counting Practices Manual
pertanyaan di awal penelitian : Release 4.3.1”, International Function Point Users
a. Sebelum FP dapat dihitung, terdapat prosedur Group (IFPUG), 2010
penilaian tingkat kompleksitas 5 komponen [2] --, “Function Points Analysis Training Course”,
perhitungan, apakah termasuk rendah, sedang, SoftwareMetrics.com, Longstreet Consulting Inc
atau tinggi. Masalahnya adalah: Bagaimana [3] --, “Function Points Analysis Training Course
menentukan tingkat kompleksitas komponen ? ANSWERS”, SoftwareMetrics.com, Longstreet
Consulting Inc
[4] Singhal, Neelam Bawane nee’ and Srikrishna,
Tingkat kompleksitas komponen FP sangat C.V., “A Case Study to Assess the Validity of
bergantung pada perhitungan RET, FTR, DET. Function Points”, World Academy of Science,
Ketiganya berkaitan dengan data yang diolah- Engineering and Technology 42 2008
disimpan-diambil. Artinya, perhitungan FP [5] Buglione, Luigi, “IFPUG Function Point Analysis
ini cocok untuk perangkat lunak yang (FPA) v4.2 Quick Guide”, www.eng-it.it/spmiq
memiliki karakteristik ‘mengolah data’. [6] Zulfikar, “Expert System Pembimbing Akademik”,
Untuk perangkat lunak yang banyak memiliki Laporan Tugas Akhir, Teknik Informatika
karakteristik yang berbeda, seperti perangkat Universitas Al Azhar Indonesia, 2010
lunak kendali, perangkat lunak cerdas yang [7] Fiki Arfiandi, “Sistem Negosiasi Lelang pada
Industri Kelapa Sawit”, Laporan Tugas Akhir,
lebih banyak proses ‘kalkulasi’ nya daripada
Teknik Informatika Universitas Al Azhar
mengolah-menyimpan-dan mengambil data, Indonesia, 2012
unsur RET, FTR dan DET tidak lebih penting
dari ‘proses’ nya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai